Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14293 | 17 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan badan terasa kebas hilang timbul sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis dengan:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Sensasi Perifer
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Sensasi Perifer adalah keadaan di mana individu mengalami perubahan atau penurunan persepsi sensorik atau kemampuan untuk merasakan rangsangan pada anggota tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sensasi Perifer adalah pasien dapat mempertahankan integritas kulit, mengenali perubahan sensasi, dan mencegah komplikasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan sensasi dan fungsi motorik, perawatan kulit dan ekstremitas, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, pendekatan yang dapat dilakukan adalah memberikan penjelasan yang rinci dan ilmiah mengenai kondisi pasien, diagnosis keperawatan, dan rencana intervensi yang akan dilakukan. Komunikasi yang jelas dan terstruktur akan membantu pasien memahami kondisinya dan berpartisipasi aktif dalam perawatannya. -
Article No. 14294 | 17 Mar 2025
Klinis : I.02060
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi I.02060, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah didefinisikan sebagai keadaan berisiko mengalami fluktuasi kadar glukosa darah di atas atau di bawah rentang normal.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah meliputi:
a. Pemantauan kadar glukosa darah secara berkala
b. Pengaturan pola makan dan diet sesuai rekomendasi
c. Pemberian obat-obatan antidiabetes sesuai resep
d. Edukasi mengenai manajemen diabetes
e. Pemantauan tanda-tanda komplikasi diabetes
Dengan penanganan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 14295 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam naik turun, bengkak daerah pipi sejak 3 hari, batuk, pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien, yaitu demam naik turun, bengkak daerah pipi, batuk, dan pilek, maka berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas normal
- SLKI: Suhu tubuh dalam batas normal
- SIKI: Manajemen Hipertermia
2. Edema
- SDKI: Akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang interstisial
- SLKI: Tidak ada bengkak
- SIKI: Manajemen Edema
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi/obstruksi jalan napas
- SLKI: Jalan napas bebas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
Penjelasan Singkat:
1. Hipertermia:
- Pasien mengalami peningkatan suhu tubuh di atas normal, yaitu demam naik turun.
- Tujuan intervensi adalah untuk menurunkan suhu tubuh pasien ke batas normal.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemberian antipiretik, kompres hangat/dingin, dan pemantauan suhu tubuh.
2. Edema:
- Pasien mengalami pembengkakan pada area pipi, yang menandakan adanya akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang interstisial.
- Tujuan intervensi adalah untuk mengurangi atau mencegah terjadinya pembengkakan.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat, dan elevasi ekstremitas yang bengkak.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pasien mengalami batuk dan pilek, yang menandakan adanya ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi pada jalan napas.
- Tujuan intervensi adalah untuk mempertahankan jalan napas agar tetap bebas.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemberian humidifikasi, nebulisasi, dan latihan batuk efektif.
Dalam konteks ini, persona = pakar, nurse, dan tone = akademis, maka penjelasan singkat di atas diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan terstruktur mengenai diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. -
Article No. 14296 | 17 Mar 2025
Klinis : Buatkan saya intervensi keperawatan diagnosa medis vulnus sclopetorum abdomen penetrasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S36.60
- Deskripsi: Cedera penetrasi abdomen, tidak dijelaskan lebih lanjut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.11
- Deskripsi: Laparotomi eksplorasi
Intervensi Keperawatan Diagnosa Medis Vulnus Sclopetorum Abdomen Penetrasi:
Pasien dengan diagnosis medis vulnus sclopetorum abdomen penetrasi memerlukan penanganan keperawatan yang komprehensif. Berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Luka:
- Melakukan pembersihan dan irigasi luka secara hati-hati untuk menghilangkan benda asing, jaringan nekrotik, dan debris.
- Menutup luka dengan balutan steril yang sesuai untuk mencegah infeksi.
- Memantau tanda-tanda infeksi dan memberikan perawatan luka yang tepat sesuai dengan perkembangan kondisi.
2. Kontrol Perdarahan:
- Melakukan kompresi langsung pada area perdarahan untuk menghentikan perdarahan.
- Memantau tanda-tanda perdarahan internal dan mengambil tindakan segera jika diperlukan.
- Mempersiapkan pasien untuk tindakan pembedahan jika diindikasikan.
3. Manajemen Nyeri:
- Memberikan analgesik sesuai dengan resep untuk mengelola nyeri.
- Menggunakan teknik nonfarmakologis seperti distraksi, relaksasi, dan terapi pengurang nyeri lainnya.
- Memantau efektivitas pengobatan nyeri dan melaporkan hasil kepada tim medis.
4. Dukungan Cairan dan Elektrolit:
- Memantau status cairan dan elektrolit pasien, termasuk intake dan output.
- Memberikan cairan intravena atau cairan pengganti sesuai kebutuhan.
- Memantau nilai laboratorium terkait cairan dan elektrolit.
5. Pemantauan Tanda Vital dan Komplikasi:
- Memantau tanda-tanda vital secara teratur, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
- Mengidentifikasi dan mengelola komplikasi yang mungkin timbul, seperti perdarahan, infeksi, atau gangguan fungsi organ.
- Memberikan perawatan suportif sesuai dengan kebutuhan pasien.
Tujuan utama dari intervensi keperawatan ini adalah untuk menstabilkan kondisi pasien, mencegah komplikasi, dan memfasilitasi proses penyembuhan yang optimal. Kolaborasi yang erat antara perawat dan tim medis sangat penting dalam pengelolaan pasien dengan vulnus sclopetorum abdomen penetrasi. -
Article No. 14297 | 17 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluahan BAB berdarah sudah 3 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Diare Kronis
Penjelasan:
SDKI:
Diare Kronis adalah keluaran klinis yang ditandai dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali per hari dengan konsistensi cair atau setengah cair yang berlangsung lebih dari 2 minggu.
SLKI:
1. Status cairan adekuat
2. Kenyamanan gastrointestinal meningkat
3. Resiko komplikasi berkurang
SIKI:
1. Manajemen Diare
2. Manajemen Cairan
3. Perawatan Nutrisi
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Menilai pola, frekuensi, dan karakteristik diare
- Memantau status cairan dan elektrolit
- Mengatur asupan makanan dan cairan yang sesuai
- Memberikan obat-obatan sesuai kondisi pasien
- Memantau tanda-tanda komplikasi diare
Dengan pendekatan standar keperawatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah untuk mengatasi masalah diare kronis yang dialami pasien. -
Article No. 14298 | 17 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluahan Buang Air Besar berdarah sudah 3 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan Buang Air Besar (BAB) berdarah selama 3 hari, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Rectum
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami pendarahan dari rectum.
- Faktor Risiko: Perubahan/pembengkakan pada pembuluh darah rectum, konstipasi, infeksi, tumor, penggunaan obat-obatan tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi perdarahan rectum.
- Kriteria Hasil: Tidak ada perdarahan rektum, tidak ada tanda-tanda perdarahan, tidak ada nyeri abdomen, tidak ada gejala gangguan pencernaan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan tanda-tanda perdarahan, manajemen diet, manajemen obat-obatan, edukasi kepada pasien dan keluarga.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, memantau tanda-tanda vital, mencari penyebab perdarahan, memberikan intervensi keperawatan yang sesuai, serta melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya perdarahan yang lebih parah dan membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14299 | 17 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 30 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas setelah sepeda motornya bertabrakan dengan mobil. Saat ditemukan oleh tim medis, pasien tampak gelisah, mengalami dispnea berat, dan menggunakan otot bantu napas. Pemeriksaan awal menunjukkan adanya asimetri gerakan dada, hipersonor pada perkusi hemitoraks kanan, dan suara napas menurun pada sisi yang sama. Pasien juga menunjukkan tanda-tanda syok, termasuk takikardia dan hipotensi. Mahasiswa yang sedang bertugas di unit gawat darurat diberikan kasus ini untuk melakukan manajemen jalan napas dan pernapasan sesuai dengan prosedur kegawatdaruratan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan cedera dada, ditandai dengan dispnea berat, penggunaan otot bantu napas, asimetri gerakan dada, hipersonor pada perkusi hemitoraks kanan, dan suara napas menurun pada sisi yang sama.
2. Syok berhubungan dengan cedera lalu lintas, ditandai dengan takikardia dan hipotensi.
3. Kecemasan berhubungan dengan situasi gawat darurat, ditandai dengan pasien yang tampak gelisah.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Gangguan Pertukaran Gas
- SLKI: Perbaikan Fungsi Pernapasan, Stabilitas Hemodinamik
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Oksigenasi, Pemantauan Pernapasan
2. Syok
- SDKI: Syok
- SLKI: Stabilitas Hemodinamik, Perbaikan Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Syok, Manajemen Cairan
3. Kecemasan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Kontrol Kecemasan, Ketenangan
- SIKI: Manajemen Kecemasan, Terapi Relaksasi
Sebagai perawat di unit gawat darurat, tugas utama Anda adalah melakukan manajemen jalan napas dan pernapasan sesuai dengan prosedur kegawatdaruratan. Hal ini meliputi menjaga patensi jalan napas, memberikan oksigen yang adekuat, serta memantau status pernapasan dan hemodinamik pasien secara ketat. Selain itu, Anda juga perlu memberikan intervensi untuk mengatasi kecemasan pasien agar dapat membantu stabilisasi kondisinya. -
Article No. 14300 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pingsan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan pingsan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan perfusi jaringan perifer
- Definisi: Pengurangan aliran darah ke bagian tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan suplai oksigen dan nutrisi.
- Faktor yang berhubungan: Hipovolemia, hipotensi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan: Sirkulasi
- Luaran: Perfusi jaringan yang adekuat.
- Kriteria hasil: Tanda-tanda vital stabil, kapiler refill <3 detik, ekstremitas hangat dan kering.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Sirkulasi
- Intervensi: Memantau tanda-tanda vital, memantau pengisian kapiler, memantau suhu ekstremitas, dan memberikan cairan intravena jika diperlukan.
Penjelasan Singkat:
Pasien datang dengan keluhan pingsan, yang dapat disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan perifer. Penurunan perfusi jaringan perifer dapat terjadi akibat hipovolemia atau hipotensi. Tujuan dari asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, yang dapat ditandai dengan stabilnya tanda-tanda vital, pengisian kapiler yang baik, dan ekstremitas yang hangat dan kering. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, pengisian kapiler, suhu ekstremitas, dan memberikan cairan intravena jika diperlukan. -
Article No. 14301 | 17 Mar 2025
Klinis : Klien batuk tidak efektif, sputum berlebih, terdengar mengi, tidak mampu batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, terdengar mengi, dan tidak mampu batuk adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Kondisi ini menggambarkan adanya ketidakmampuan klien untuk membersihkan sekresi pada saluran napas, sehingga mengakibatkan gangguan pada pertukaran gas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas: Klien dapat mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas dari sekresi.
2. Laju Pernapasan: Klien dapat mempertahankan laju pernapasan dalam rentang normal.
3. Pola Pernapasan: Klien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif.
4. Status Oksigenasi: Klien dapat mempertahankan status oksigenasi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Identifikasi dan monitor jalan napas klien.
b. Lakukan suction/penghisapan sekret jika perlu.
c. Posisikan klien untuk memfasilitasi drainase sekret.
d. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
2. Terapi Batuk
a. Ajarkan teknik batuk efektif kepada klien.
b. Bantu klien melakukan latihan batuk dan ekspektorasi.
c. Berikan terapi inhaler bronkodilator jika perlu.
3. Manajemen Sekresi
a. Monitor karakteristik, jumlah, dan warna sputum.
b. Berikan humidifikasi udara untuk melembapkan sekresi.
c. Berikan terapi mukolitik atau ekspektoran jika perlu.
4. Pemantauan Pernapasan
a. Monitor frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
b. Pantau tanda-tanda distres pernapasan.
c. Lakukan auskultasi paru untuk mendeteksi adanya suara napas tambahan.
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan klien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, mempertahankan laju dan pola pernapasan yang normal, serta mencapai status oksigenasi yang adekuat. Pemantauan yang cermat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya juga diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14302 | 17 Mar 2025
Klinis : Klien mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Klien mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, dan tidak mampu menuntaskan aktivitas menunjukkan adanya nyeri akut yang dialami. Nyeri ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera, penyakit, atau prosedur medis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan pengalaman nyeri pada tingkat yang dapat diterima.
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mengendalikan pengalaman nyerinya pada tingkat yang dapat diterima, sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
2. Kenyamanan: Tidak Ada Nyeri
Definisi: Bebas dari pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Selain itu, diharapkan klien dapat mencapai kondisi bebas dari nyeri sehingga dapat merasakan kenyamanan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mencakup karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi nyeri.
b. Memberikan analgesik sesuai dengan instruksi medis.
c. Mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi komplementer.
d. Memantau efektivitas intervensi nyeri dan melakukan evaluasi.
2. Manajemen Aktivitas
a. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kemampuan klien saat ini.
c. Memberikan bantuan atau alat bantu yang dibutuhkan untuk memfasilitasi aktivitas klien.
d. Mengajarkan teknik pengaturan energi dan manajemen aktivitas untuk menghindari kelelahan.
3. Manajemen Kenyamanan
a. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan klien.
b. Mengoptimalkan lingkungan untuk meningkatkan kenyamanan klien.
c. Memberikan intervensi terkait kenyamanan, seperti manajemen nyeri, pengaturan posisi, dan terapi komplementer.
d. Mengevaluasi efektivitas intervensi kenyamanan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan menerapkan intervensi-intervensi ini, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mampu mengendalikan nyeri, bebas dari nyeri, dan meningkatkan kenyamanan.