Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14276 | 17 Mar 2025
Klinis : Perawat sedang merawat seorang anak usia 5 tahun dengan diagnosis cerebral palsy. Hasil pemeriksaan ditemukan terdapat spastisitas pada otot karena gangguan motoric pada fungsi saraf.yang ditunjukkan dengan kekakuan otot gerak tangan dan kaki, kekakuan menelan dan bicara. Terapi manakah yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah pada kasus tersebut? Terapi diit Fisioterapi Rawat inap Terapi tradisional Terapi pengobatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Keterbatasan Gerak Akibat Spastisitas otot pada Cerebral Palsy.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, anak usia 5 tahun dengan diagnosis cerebral palsy mengalami spastisitas atau kekakuan otot yang mempengaruhi mobilitas fisik, khususnya pada tangan, kaki, menelan, dan berbicara. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Keterbatasan Gerak Akibat Spastisitas otot pada Cerebral Palsy".
Terapi yang Paling Tepat:
Fisioterapi
Penjelasan:
Terapi yang paling tepat untuk mengatasi masalah pada kasus ini adalah Fisioterapi. Fisioterapi bertujuan untuk meningkatkan fungsi fisik, mengurangi spastisitas, dan memaksimalkan kemampuan gerak anak dengan cerebral palsy. Intervensi fisioterapi dapat meliputi latihan peregangan, latihan kekuatan otot, latihan koordinasi, dan penggunaan alat bantu mobilitas jika diperlukan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Membaik
- Kriteria hasil: Anak dapat melakukan pergerakan bebas tanpa bantuan, rentang gerak sendi normal, tonus otot menurun, dan kemampuan aktivitas sehari-hari meningkat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Spastisitas
- Identifikasi derajat spastisitas
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk terapi latihan fisik yang tepat
- Ajarkan teknik relaksasi otot
- Pertahankan posisi tubuh yang nyaman
- Pantau tanda-tanda komplikasi
2. Peningkatan Mobilitas
- Latihan rentang gerak sendi
- Latihan kekuatan otot
- Latihan koordinasi gerakan
- Ajarkan penggunaan alat bantu mobilitas jika diperlukan
- Evaluasi kemajuan dan modifikasi intervensi sesuai kebutuhan
3. Manajemen Perawatan Diri
- Ajarkan teknik makan, minum, dan berbicara yang aman
- Bantu dan dampingi saat aktivitas sehari-hari
- Libatkan keluarga dalam perawatan
Penjelasan rinci:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan meliputi manajemen spastisitas, peningkatan mobilitas, dan manajemen perawatan diri. Intervensi tersebut bertujuan untuk mengurangi spastisitas, meningkatkan rentang gerak, kekuatan otot, koordinasi, serta membantu anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Kolaborasi dengan fisioterapis sangat penting dalam memberikan terapi yang tepat. Pelibatan keluarga juga diperlukan dalam proses perawatan dan rehabilitasi anak. -
Article No. 14277 | 17 Mar 2025
Klinis : 33. Seorang anak laki-laki usi 5 hari dibawa ibunya dengan keluhan sering muntah 3-4 x/hari. Hasil pemeriksaan: distensi abdomen, bising usus tidak ada, akral hangat, tidak ada lubang anus, BB lahir 3 kg, BB sekarang 2,9 kg, terdapat kloaka. Menurut ibu selama ini urin tidak jernih, flatus dan feses keluar melalui meatus uretra sejak lahir. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut: a. Inkontinensia fekal b. Konstipasi c. Ikterik d. Deficit nutrisi e. Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, masalah keperawatan utama pada kasus tersebut adalah:
d. Deficit nutrisi
Penjelasan:
Pada kasus ini, terdapat beberapa indikasi yang mengarah pada masalah defisit nutrisi, yaitu:
- Berat badan bayi saat ini 2,9 kg, menurun dari berat lahir 3 kg. Hal ini menunjukkan adanya penurunan berat badan yang dapat disebabkan oleh masalah nutrisi.
- Keluhan sering muntah 3-4 kali per hari dapat mengakibatkan gangguan asupan nutrisi dan cairan.
- Distensi abdomen dan tidak adanya bising usus dapat mengindikasikan adanya obstruksi saluran cerna yang dapat menghambat penyerapan nutrisi.
- Kondisi kloaka dengan urin, flatus, dan feses yang keluar melalui meatus uretra sejak lahir dapat menyebabkan gangguan pada asupan dan penyerapan nutrisi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (Kriteria hasil: Turgor kulit baik, output urin adekuat, akral hangat)
2. Tidak ada penurunan berat badan (Kriteria hasil: Berat badan sesuai dengan usia atau meningkat sesuai kurva pertumbuhan)
3. Asupan nutrisi adekuat (Kriteria hasil: Konsumsi kalori dan nutrisi sesuai kebutuhan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan status nutrisi
- Timbang berat badan bayi secara teratur
- Evaluasi asupan nutrisi per oral
- Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, output urin, suhu akral)
2. Pemberian nutrisi parenteral
- Berikan cairan dan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda komplikasi pemberian nutrisi parenteral
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi bayi
- Kolaborasi dalam penyusunan rencana pemberian nutrisi yang adekuat
4. Edukasi kepada orang tua
- Jelaskan kondisi bayi dan pentingnya nutrisi yang adekuat
- Ajarkan teknik pemberian makan yang aman dan tepat
- Beri dukungan dan motivasi kepada orang tua
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi masalah defisit nutrisi pada bayi. -
Article No. 14278 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien laki-laki usia 50 tahun keluhan mual muntah, Tekanan darah 150/90 mmHg, Heart rate 90 x/menit, ureum 160, creatinin 12,9
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci sesuai dengan permintaan Anda:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan mual muntah, tekanan darah 150/90 mmHg, heart rate 90 x/menit, ureum 160, dan creatinin 12,9 adalah:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis berlebih, ditandai dengan mual muntah, tekanan darah tinggi, dan derajat ureum dan creatinin yang tinggi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit: Menunjukkan tanda-tanda cairan dan elektrolit dalam batas normal, ditandai dengan penurunan mual muntah, tekanan darah mendekati nilai normal, dan penurunan kadar ureum dan creatinin dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen cairan:
a. Kaji status cairan pasien, termasuk tanda-tanda dehidrasi atau overload.
b. Monitor intake dan output cairan, serta tanda-tanda ketidakseimbangan cairan.
c. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang akibat diuresis berlebih.
d. Pantau elektrolit serum dan sesuaikan pemberian cairan berdasarkan hasil pemeriksaan.
2. Manajemen elektrolit:
a. Kaji status elektrolit pasien, terutama kadar natrium, kalium, dan klorida.
b. Berikan suplemen elektrolit sesuai kebutuhan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit.
c. Monitor kadar elektrolit serum secara berkala dan sesuaikan pemberian suplemen elektrolit.
3. Manajemen penyakit ginjal:
a. Kaji fungsi ginjal pasien berdasarkan pemeriksaan laboratorium, seperti ureum dan creatinin.
b. Berikan intervensi sesuai dengan kondisi penyakit ginjal, misalnya pembatasan asupan cairan dan natrium.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan tatalaksana yang tepat.
4. Manajemen tanda dan gejala:
a. Kaji tanda dan gejala mual muntah yang dialami pasien.
b. Berikan antiemetik sesuai resep dokter untuk mengurangi mual muntah.
c. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang mudah dicerna.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pengelolaan cairan, elektrolit, fungsi ginjal, serta penanganan tanda dan gejala, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit, serta perbaikan kondisi klinis secara keseluruhan. -
Article No. 14279 | 17 Mar 2025
Klinis : diagnosis pada kasus Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kasus yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek obat antipsikotik dan gejala psikosis akut.
2. Risiko hiperglikemia berhubungan dengan efek samping obat antipsikotik (olanzapine).
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala psikosis akut.
Penjelasan:
1. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek obat antipsikotik dan gejala psikosis akut:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi
Pasien mengalami agitasi berat yang membutuhkan pemberian obat antipsikotik dan antidepresan. Efek samping obat-obatan ini dapat menyebabkan penurunan toleransi aktivitas. Selain itu, gejala psikosis akut juga dapat mempengaruhi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Risiko hiperglikemia berhubungan dengan efek samping obat antipsikotik (olanzapine):
- SDKI: Risiko Hiperglikemia
- SLKI: Kontrol Glukosa Darah
- SIKI: Manajemen Diabetes
Pasien mengalami hiperglikemia saat mendapatkan terapi olanzapine. Olanzapine diketahui dapat memicu peningkatan kadar glukosa darah. Pemantauan dan penatalaksanaan glukosa darah yang tepat diperlukan untuk mencegah komplikasi.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala psikosis akut:
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- SLKI: Kemandirian Perawatan Diri
- SIKI: Asuhan Mandiri
Gejala psikosis akut seperti halusinasi, delusi, dan gangguan proses pikir dapat menyebabkan penurunan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri. Intervensi keperawatan diperlukan untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Secara umum, pendekatan keperawatan yang holistik, kolaboratif, dan berpusat pada pasien diperlukan untuk mengelola kondisi ini. Penggunaan terapi farmakologis dan non-farmakologis, edukasi, serta dukungan psikososial menjadi penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 14280 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien laki-laki usia 50 tahun keluhan mual muntah, Tekanan darah 150/90 mmHg, Heart rate 90 x/menit, ureum 160, creatinin 12,9
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan mual, muntah, hipertensi, dan gangguan keseimbangan elektrolit (ureum 160, kreatinin 12,9).
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami gangguan ginjal yang ditandai dengan peningkatan ureum dan kreatinin. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, seperti mual, muntah, dan hipertensi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nama diagnosis: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Kode diagnosis: 00025
Definisi: Kondisi di mana terjadi perubahan dalam volume dan komposisi cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Cairan dan elektrolit dalam batas normal
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan cairan dan elektrolit
2. Manajemen cairan
3. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi
4. Edukasi terkait manajemen cairan dan diet -
Article No. 14281 | 17 Mar 2025
Klinis : 35. Seorang anak usia 4 tahun dibawa dengan keluhan lemah dan pucat. Hasil pemeriksaan: frekuensi nadi 80 x/m, RR 45 x/menit, bibir sianosis, clubbing fingers, CRT > 3 menit, anak sering lelah saat beraktifitas. SPO2 88 %. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? a. Tidak efektif bersihan jalan nafas b. Penurunan curah jantung c. Gangguan pertukaran gas d. Intoleransi aktifitas e. Keletihan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan SDKI yang tepat untuk kondisi tersebut adalah:
c. Gangguan Pertukaran Gas
Penjelasan:
Kondisi pasien anak usia 4 tahun dengan keluhan lemah, pucat, frekuensi napas cepat (45x/menit), bibir sianosis, clubbing fingers, capillary refill time (CRT) lambat (>3 menit), sering merasa lelah saat beraktivitas, dan saturasi oksigen rendah (88%) menunjukkan adanya gangguan pada pertukaran gas. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit kardiovaskular atau pulmoner yang mengakibatkan penurunan kemampuan paru-paru untuk melakukan oksigenasi dan mengeluarkan karbon dioksida secara efektif.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pertukaran Gas: Pertukaran gas yang efektif dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
2. Status Respirasi: Pola pernapasan yang efektif dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
3. Perfusi Jaringan: Perfusi jaringan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Respirasi
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
- Pantau tanda-tanda distres pernapasan (sianosis, retraksi, penggunaan otot bantu pernapasan)
- Pantau saturasi oksigen dan berikan terapi oksigen jika diperlukan
2. Manajemen Oksigenasi
- Atur posisi yang memfasilitasi ventilasi dan perfusi yang adekuat
- Berikan terapi oksigen sesuai dengan kondisi pasien
- Pertahankan jalan napas yang bebas
3. Manajemen Sirkulasi
- Pantau tanda-tanda vital termasuk frekuensi nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi perfusi jaringan
- Berikan intervensi untuk meningkatkan perfusi jaringan jika diperlukan
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan kondisi pasien dan penyebab gangguan pertukaran gas
- Ajarkan teknik-teknik untuk memfasilitasi pertukaran gas yang efektif
- Beri edukasi tentang tanda-tanda distres pernapasan dan pentingnya memantau kondisi pasien
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu pertukaran gas yang efektif, status respirasi yang stabil, dan perfusi jaringan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik pasien. -
Article No. 14282 | 17 Mar 2025
Klinis : 25. Seorang anak usia 4 tahun dirawat dengan keluhan lemas dan mudah lelah. Hasil pemeriksaan: konjungtiva anemis, akral dingin, kulit tampak pucat, riwayat mendapat transfusi darah PRC 1x/ bulan, Hb 6 gr/dl. Perawat merumuskan masalah perfusi perifer tidak efektif dengan tujuan perfusi jaringan dapat dipertahankan. Apa kriteria hasil yang paling tepat pada kasus tersebut? a. Mukosa mulut kering b. Frekuensi nafas normal c. Tidak ada tanda dehidrasi d. Pengisian kapiler < 3 detik e. Warna kulit pucat menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak yang saya hormati. Berdasarkan kasus yang diberikan, saya akan memberikan penjelasan yang rinci mengenai diagnosis keperawatan, kriteria hasil, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pada kasus ini adalah "Perfusi Perifer Tidak Efektif" dengan definisi "Penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan".
2. Kriteria Hasil yang Paling Tepat:
Berdasarkan kasus yang diberikan, kriteria hasil yang paling tepat adalah:
d. Pengisian kapiler < 3 detik
Hal ini dikarenakan pengisian kapiler yang lambat (<3 detik) menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer yang tidak efektif.
3. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah "Perfusi Jaringan: Perifer" dengan definisi "Sirkulasi darah ke ekstremitas yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan".
Kriteria hasil yang dapat digunakan:
a. Ekstremitas hangat
b. Warna kulit normal
c. Pengisian kapiler < 3 detik
d. Tidak ada tanda-tanda sianosis
e. Tidak ada tanda-tanda edema
4. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan luaran "Perfusi Jaringan: Perifer" adalah:
a. Pemantauan Sirkulasi
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau warna, suhu, dan pengisian kapiler ekstremitas
- Pantau status hemodinamik
b. Manajemen Aktivitas
- Batasi aktivitas sesuai toleransi
- Atur posisi ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi
c. Manajemen Nutrisi
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan untuk meningkatkan perfusi
- Pantau status nutrisi
d. Terapi Oksigen
- Berikan oksigen sesuai indikasi untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
e. Terapi Infus
- Berikan cairan infus sesuai indikasi untuk mempertahankan volume cairan
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Perfusi Perifer Tidak Efektif" dipilih karena sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas, ditandai dengan konjungtiva anemis, akral dingin, kulit pucat, dan riwayat transfusi darah. Kriteria hasil "Pengisian kapiler < 3 detik" adalah yang paling tepat karena menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer.
Luaran yang diharapkan adalah "Perfusi Jaringan: Perifer" dengan kriteria hasil yang mencerminkan perbaikan sirkulasi darah ke ekstremitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan sirkulasi, manajemen aktivitas, manajemen nutrisi, terapi oksigen, dan terapi infus untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan. Terima kasih. -
Article No. 14283 | 17 Mar 2025
Klinis : eorang perawat memberikan asuhan keperawatan pada anak yang akan menjalani operasi 3 hari lagi. Perawat memberikan edukasi preoperasi pada ibu dan anak, meminta ibu selalu mendampingi anaknya hingga ke instalasi bedah. Perawat juga melakukan teknik distraksi pada anak melalui video game untuk mengatasi kecemasan anak. Apakah rasionalisasi tindakan perawat tersebut bagi anak? a. Memicu timbulnya perilaku maladaptive b. Mencegah delirium pasca anestesi c. Memperatahankan nyeri post operatif d. Membantu mengurangi kecemasan orangtua e. Mengurangi penggunaan terapi anestesi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI: Kecemasan
Rasionalisasi tindakan perawat tersebut bagi anak adalah:
d. Membantu mengurangi kecemasan orangtua
Ketika anak akan menjalani operasi, kecemasan orang tua dapat mempengaruhi kecemasan anak. Dengan meminta ibu selalu mendampingi anak hingga ke instalasi bedah, perawat dapat membantu mengurangi kecemasan orang tua, yang selanjutnya dapat membantu mengurangi kecemasan anak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Kemampuan mengontrol kecemasan meningkat
3. Perilaku kooperatif meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi kecemasan anak
2. Berikan edukasi preoperasi pada anak dan orang tua untuk mengurangi kecemasan
3. Gunakan teknik distraksi, seperti video game, untuk mengalihkan perhatian anak dari prosedur operasi
4. Anjurkan orang tua untuk selalu mendampingi anak selama di rumah sakit
5. Kolaborasi dengan tim terkait (dokter, ahli anestesi) untuk memastikan penanganan kecemasan anak yang optimal
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Kecemasan" dipilih karena anak akan menjalani operasi, yang dapat menimbulkan rasa cemas pada anak. Perawat telah melakukan tindakan yang tepat, seperti memberikan edukasi preoperasi, meminta ibu untuk mendampingi anak, dan menggunakan teknik distraksi. Tindakan-tindakan tersebut bertujuan untuk membantu mengurangi kecemasan anak dan orang tua, serta meningkatkan kemampuan anak dalam mengontrol kecemasan. Luaran yang diharapkan adalah penurunan tingkat kecemasan, peningkatan kemampuan mengontrol kecemasan, dan peningkatan perilaku kooperatif anak. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi kecemasan, pemberian edukasi, penggunaan teknik distraksi, dan kolaborasi dengan tim terkait untuk memastikan penanganan kecemasan yang optimal. -
Article No. 14284 | 17 Mar 2025
Klinis : 35. Seorang anak usia 4 tahun dibawa dengan keluhan lemah dan pucat. Hasil pemeriksaan: frekuensi nadi 80 x/m, RR 45 x/menit, bibir sianosis, clubbing fingers, CRT > 3 menit, anak sering lelah saat beraktifitas. SPO2 88 %. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? a. Tidak efektif bersihan jalan nafas b. Penurunan curah jantung c. Gangguan pertukaran gas d. Intoleransi aktifitas e. Keletihan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat untuk kasus tersebut adalah:
Diagnosis Keperawatan SDKI: Gangguan pertukaran gas
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan gangguan pertukaran gas, yaitu:
- Frekuensi napas yang cepat (45 x/menit)
- Bibir sianosis dan clubbing fingers yang menunjukkan adanya hipoksemia
- Saturasi oksigen yang rendah (88%)
- Keletihan saat beraktivitas
Kondisi ini dapat disebabkan oleh gangguan pada fungsi paru-paru yang menghambat proses pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keefektifan pertukaran gas
- Indikator: Frekuensi napas membaik, bibir tidak sianosis, saturasi oksigen membaik, tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas
- Bersihkan jalan napas dengan suction atau perawatan lain sesuai indikasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
2. Manajemen ventilasi
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengaturan ventilasi mekanik jika diperlukan
3. Manajemen kelelahan
- Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi kelelahan
- Berikan istirahat yang cukup
- Ajarkan teknik manajemen energi dan manajemen aktivitas
Penjelasan rinci:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi gangguan pertukaran gas pada pasien ini meliputi manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen kelelahan. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pertukaran gas yang efektif, sehingga pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami kelelahan berlebih.
Manajemen jalan napas dilakukan untuk memastikan jalan napas pasien bebas dari sekret atau obstruksi lain yang dapat menghambat pertukaran gas. Pemberian oksigen juga penting untuk meningkatkan suplai oksigen ke jaringan.
Manajemen ventilasi bertujuan untuk memperbaiki pola napas pasien agar dapat memaksimalkan pertukaran gas. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter spesialis paru, dapat dilakukan jika diperlukan pengaturan ventilasi mekanik.
Manajemen kelelahan difokuskan pada identifikasi penyebab kelelahan dan pemberian intervensi yang dapat membantu mengurangi kelelahan, seperti istirahat yang cukup dan teknik manajemen energi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran/output berupa peningkatan keefektifan pertukaran gas pada pasien. -
Article No. 14285 | 17 Mar 2025
Klinis : FAM
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: G40.311
- Deskripsi: Epilepsi fokal idiopatik dengan serangan kejang-kejang parsial sederhana, tidak terkendali, tanpa status epileptikus.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Elektroensefalografi (EEG), rutin.
Penjelasan:
Diagnosis FAM (Fokus Awal Mioklonik) termasuk dalam kategori G40.311 pada Klasifikasi International dari Penyakit (ICD-10). Ini merupakan jenis epilepsi fokal idiopatik yang ditandai dengan serangan kejang-kejang parsial sederhana, tidak terkendali, dan tanpa status epileptikus.
Untuk menunjang diagnosis, pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) rutin (kode ICD-9-CM 89.14) dapat dilakukan. Prosedur ini membantu mengidentifikasi aktivitas elektrik abnormal di otak yang dapat menjadi petunjuk adanya epilepsi fokal.
Pemeriksaan EEG rutin mencakup perekaman aktivitas listrik otak menggunakan elektroda yang ditempatkan pada kulit kepala pasien. Hasil rekaman EEG dapat membantu dokter menentukan pola dan lokasi serta tipe dari aktivitas epileptiform, sehingga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis dan memilih terapi yang sesuai.