Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14355 | 17 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun datang ke poliklinik ortopedi dengan keluhan nyeri di lutut kiri sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri awalnya ringan, tetapi semakin memberat terutama saat beraktivitas. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya pernah jatuh saat bermain bola sekitar 4 bulan lalu, tanpa disertai laserasi atau hematoma saat kejadian. Dalam 1 bulan terakhir, anak mengeluh nyeri yang semakin sering, terutama pada malam hari, dan terkadang membangunkannya dari tidur. Orang tua juga menyadari adanya massa yang membesar di sekitar lutut yang makin membesar. Anak menjadi lebih sering kelelahan dan kurang aktif dibanding sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya massa keras di regio distal femur kiri dengan batas yang kurang tegas. Tidak ditemukan tanda eritema, hipertermia lokal, atau tanda-tanda infeksi. Gerakan sendi lutut terbatas karena nyeri. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan alkaline phosphatase (ALP), tetapi kadar leukosit masih dalam batas normal. Pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya lesi osteolitik dan osteoblastik di distal femur dengan gambaran "sunburst appearance". Namun, dokter juga menemukan adanya reaksi periosteal yang menyerupai gambaran "onion skin appearance", yang sering dikaitkan dengan Ewing’s sarcoma.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya menyarankan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan masa tumor di regio distal femur kiri dan nyeri.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Aktivitas/Istirahat
- Kelas: Pergerakan
- Diagnosis Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan: Mobilitas
- Definisi: Kemampuan untuk bergerak dengan mudah dan bebas.
- Kriteria Hasil: Kemampuan melakukan aktivitas fisik, jangkauan gerak sendi, dan toleransi terhadap aktivitas meningkat.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Manajemen Aktivitas, dan Perawatan Luka.
- Definisi Intervensi:
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengurangi atau mengendalikan rasa nyeri yang dialami pasien.
- Manajemen Aktivitas: Tindakan untuk mengatur dan mengevaluasi aktivitas fisik pasien.
- Perawatan Luka: Tindakan untuk memelihara integritas kulit dan jaringan.
Penjelasan Singkat:
Anak laki-laki usia 12 tahun ini mengalami gangguan mobilitas fisik akibat adanya massa tumor di regio distal femur kiri yang menyebabkan nyeri, keterbatasan gerak sendi, dan kelelahan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri untuk mengurangi rasa nyeri, manajemen aktivitas untuk mengatur dan mengevaluasi aktivitas fisik pasien, serta perawatan luka jika terjadi luka atau komplikasi lainnya. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas fisik, jangkauan gerak sendi, dan toleransi terhadap aktivitas. -
Article No. 14356 | 17 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun datang ke poliklinik ortopedi dengan keluhan nyeri di lutut kiri sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri awalnya ringan, tetapi semakin memberat terutama saat beraktivitas. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya pernah jatuh saat bermain bola sekitar 4 bulan lalu, tanpa disertai laserasi atau hematoma saat kejadian. Dalam 1 bulan terakhir, anak mengeluh nyeri yang semakin sering, terutama pada malam hari, dan terkadang membangunkannya dari tidur. Orang tua juga menyadari adanya massa yang membesar di sekitar lutut yang makin membesar. Anak menjadi lebih sering kelelahan dan kurang aktif dibanding sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya massa keras di regio distal femur kiri dengan batas yang kurang tegas. Tidak ditemukan tanda eritema, hipertermia lokal, atau tanda-tanda infeksi. Gerakan sendi lutut terbatas karena nyeri. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan alkaline phosphatase (ALP), tetapi kadar leukosit masih dalam batas normal. Pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya lesi osteolitik dan osteoblastik di distal femur dengan gambaran "sunburst appearance". Namun, dokter juga menemukan adanya reaksi periosteal yang menyerupai gambaran "onion skin appearance", yang sering dikaitkan dengan Ewing’s sarcoma.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan lesi tumor di lutut kiri, ditandai dengan keluhan nyeri pada lutut kiri terutama saat beraktivitas, nyeri yang semakin sering, terutama pada malam hari, dan terkadang membangunkan pasien dari tidur.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mengatur nyeri dalam batas-batas yang dapat diterima.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri.
Berdasarkan kasus ini, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut berhubungan dengan lesi tumor di lutut kiri. Perawat akan melakukan intervensi manajemen nyeri untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dialami pasien, serta mengajarkan pasien dan keluarga teknik-teknik kontrol nyeri yang dapat dilakukan. -
Article No. 14357 | 17 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun datang ke poliklinik ortopedi dengan keluhan nyeri di lutut kiri sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri awalnya ringan, tetapi semakin memberat terutama saat beraktivitas. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya pernah jatuh saat bermain bola sekitar 4 bulan lalu, tanpa disertai laserasi atau hematoma saat kejadian. Dalam 1 bulan terakhir, anak mengeluh nyeri yang semakin sering, terutama pada malam hari, dan terkadang membangunkannya dari tidur. Orang tua juga menyadari adanya massa yang membesar di sekitar lutut yang makin membesar. Anak menjadi lebih sering kelelahan dan kurang aktif dibanding sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya massa keras di regio distal femur kiri dengan batas yang kurang tegas. Tidak ditemukan tanda eritema, hipertermia lokal, atau tanda-tanda infeksi. Gerakan sendi lutut terbatas karena nyeri. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan alkaline phosphatase (ALP), tetapi kadar leukosit masih dalam batas normal. Pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya lesi osteolitik dan osteoblastik di distal femur dengan gambaran "sunburst appearance". Namun, dokter juga menemukan adanya reaksi periosteal yang menyerupai gambaran "onion skin appearance", yang sering dikaitkan dengan Ewing’s sarcoma.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa kondisi pasien ini mengarah pada diagnosis keperawatan Risiko Nyeri Kronis. Berikut penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan: Risiko Nyeri Kronis
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami nyeri yang berkepanjangan dan terus-menerus.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Patologi penyakit, cedera, dan/atau perubahan fisiologis.
- Gejala dan Tanda: Nyeri yang berlangsung lama, peningkatan reaksi dan sensitivitas terhadap stimulus nyeri, perubahan pola tidur, aktivitas dan gaya hidup terbatas, perubahan psikososial dan emosional.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, pasien dapat beradaptasi dengan nyeri kronis, pasien dapat mempertahankan aktivitas dan fungsi sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen nyeri, terapi modalitas nyeri, terapi relaksasi, terapi kognitif, edukasi tentang nyeri kronis dan strategi penanganannya.
Dalam kasus ini, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan diagnosis definitif. Namun, penanganan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, edukasi untuk pasien dan keluarga, serta memfasilitasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi nyerinya. -
Article No. 14358 | 17 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun datang ke poliklinik ortopedi dengan keluhan nyeri di lutut kiri sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri awalnya ringan, tetapi semakin memberat terutama saat beraktivitas. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya pernah jatuh saat bermain bola sekitar 4 bulan lalu, tanpa disertai laserasi atau hematoma saat kejadian. Dalam 1 bulan terakhir, anak mengeluh nyeri yang semakin sering, terutama pada malam hari, dan terkadang membangunkannya dari tidur. Orang tua juga menyadari adanya massa yang membesar di sekitar lutut yang makin membesar. Anak menjadi lebih sering kelelahan dan kurang aktif dibanding sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya massa keras di regio distal femur kiri dengan batas yang kurang tegas. Tidak ditemukan tanda eritema, hipertermia lokal, atau tanda-tanda infeksi. Gerakan sendi lutut terbatas karena nyeri. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan alkaline phosphatase (ALP), tetapi kadar leukosit masih dalam batas normal. Pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya lesi osteolitik dan osteoblastik di distal femur dengan gambaran "sunburst appearance". Namun, dokter juga menemukan adanya reaksi periosteal yang menyerupai gambaran "onion skin appearance", yang sering dikaitkan dengan Ewing’s sarcoma.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis (tumor tulang) ditandai dengan keluhan nyeri di lutut kiri yang semakin memberat saat beraktivitas.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik akibat proses patologis (tumor tulang) ditandai dengan anak menjadi lebih sering kelelahan dan kurang aktif dibandingkan sebelumnya.
3. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan adanya massa yang membesar di sekitar lutut yang makin membesar.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, skala nyeri menurun, serta mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari dengan energi yang cukup tanpa kelelahan yang berlebihan.
3. Citra Tubuh Positif: Pasien menerima perubahan bentuk tubuh dan mampu beradaptasi dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, faktor pencetus, dan faktor yang memperburuk/meringankan)
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas:
- Kaji kemampuan fisik dan aktivitas yang dapat dilakukan pasien
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan yang sesuai
- Ajarkan teknik konservasi energi dan pengaturan aktivitas
- Monitor respons fisik pasien selama aktivitas
3. Dukungan Citra Tubuh:
- Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap perubahan citra tubuh
- Berikan informasi mengenai perubahan citra tubuh dan proses adaptasi yang dapat dilakukan
- Dorong pasien untuk tetap aktif dalam aktivitas sosial dan hobi
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan penerimaan terhadap perubahan citra tubuh pasien
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas dengan tone akademis dan dari perspektif perawat. -
Article No. 14257 | 17 Mar 2025
Klinis : Pasien datang di IGD dalam keadaan tidak sadarkan diri, dengan riwayat Keracunan alkohol
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien yang datang ke IGD dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan riwayat keracunan alkohol dapat diidentifikasi dengan kode dan deskripsi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T51.0
- Deskripsi: Keracunan alkohol, etanol
Tidak terdapat kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik dalam kasus ini, karena penanganan utama akan berfokus pada stabilisasi kondisi pasien dan tatalaksana keracunan alkohol.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 T51.0 digunakan untuk mengidentifikasi keracunan akibat konsumsi etanol (alkohol).
- Pasien datang dalam keadaan tidak sadarkan diri, yang merupakan salah satu gejala khas dari keracunan alkohol berat.
- Tidak terdapat kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik, karena penanganan awal di IGD akan diarahkan pada:
1. Penilaian dan stabilisasi kondisi pasien (misalnya airway, breathing, circulation)
2. Pemberian oksigen, cairan intravena, dan pemantauan tanda vital
3. Pemberian antidotum atau terapi simptomatik untuk mengatasi efek keracunan alkohol
4. Pemantauan dan perawatan selanjutnya sesuai dengan kondisi klinis pasien. -
Article No. 14258 | 17 Mar 2025
Klinis : kehilangan nafsu makan. Diagnosis awal adalah low intake, kanker
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, pada kondisi kehilangan nafsu makan dengan diagnosa awal low intake dan kanker, berikut uraian yang dapat diberikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Intake Nutrisi Kurang (00002). Intake Nutrisi Kurang didefinisikan sebagai asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Intake Nutrisi Membaik (1008): Klien menunjukkan asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Berat Badan Membaik (0009): Klien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai dengan kondisi kesehatan.
c. Kesejahteraan Nutrisi (1004): Klien menunjukkan status nutrisi yang optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Nutrisi (1100):
- Identifikasi faktor penyebab penurunan nafsu makan, seperti efek samping pengobatan, mual, atau nyeri.
- Evaluasi kebutuhan nutrisi klien berdasarkan usia, jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas.
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi klien.
- Ajarkan klien dan keluarga teknik makan yang tepat untuk meningkatkan asupan nutrisi.
- Pantau asupan nutrisi klien dan evaluasi perubahan berat badan secara teratur.
b. Manajemen Mual dan Muntah (1450):
- Identifikasi faktor penyebab mual dan muntah, seperti efek samping pengobatan atau kondisi medis.
- Berikan obat anti-mual sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen mual dan muntah, seperti teknik relaksasi, distraksi, dan aromaterapi.
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk menyusun diet yang mudah dicerna dan palatable.
c. Manajemen Nyeri (1400):
- Identifikasi sumber dan karakteristik nyeri yang dialami klien.
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan klien dan keluarga teknik manajemen nyeri yang dapat dilakukan di rumah.
- Evaluasi efektivitas intervensi nyeri yang diberikan.
Penerapan intervensi keperawatan di atas diharapkan dapat membantu meningkatkan nafsu makan, asupan nutrisi, dan berat badan klien, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. Evaluasi dan penyesuaian intervensi perlu dilakukan secara berkala sesuai dengan perkembangan kondisi klien. -
Article No. 14259 | 17 Mar 2025
Klinis : kehilangan nafsu makan. Diagnosis awal adalah low intake, kanker
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kehilangan nafsu makan dengan diagnosa awal low intake dan kanker:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Nutrisi: Intake Kurang
Penjelasan:
Gangguan Nutrisi: Intake Kurang merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kronis seperti kanker yang dapat menyebabkan kehilangan nafsu makan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Penyakit kronis, efek samping pengobatan, perubahan sensori, perubahan psikologis.
- Gejala dan Tanda: Penurunan berat badan, asupan makanan kurang, kehilangan nafsu makan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Adekuasi Asupan Nutrisi
- Kriteria Hasil: Berat badan stabil, asupan makanan sesuai kebutuhan, nafsu makan membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Nutrisi, Konseling Gizi, Terapi Nutrisi.
- Aktivitas: Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi, monitor asupan nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi, edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan mengatasi kehilangan nafsu makan yang dialami. -
Article No. 14260 | 17 Mar 2025
Klinis : Seorang anak usia 4 tahun dirawat dengan keluhan demam 3 hari. Hasil pemeriksaaan : keadaan umum lemah, frekuensi nadi 80 x/menit, nadi reguler dan kuat, RR 45 x/menit, suhu 39,5 oC, bibir kering, anak haus, ekstremitas hangat, uji tourniquet positif. Hasil Laboratorium: trombosit 90.000 sel/mm3, leukosit 9.000/mm3, Ht 45%. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? Deficit nutrisi Hypovolemia Gangguan integritas kulit Perfusi jaringan tidak efektif Hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus seorang anak usia 4 tahun dengan keluhan demam 3 hari, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Hipertermia.
Penjelasan:
1. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal sebagai respon fisiologis terhadap rangsangan tertentu.
- Tanda dan gejala yang tampak pada pasien:
- Suhu tubuh 39,5°C
- Nadi 80 x/menit (biasanya meningkat pada hipertermia)
- Frekuensi napas 45 x/menit (biasanya meningkat pada hipertermia)
- Bibir kering, haus (sebagai kompensasi peningkatan suhu)
- Ekstremitas hangat (sebagai kompensasi peningkatan suhu)
- Uji tourniquet positif (menunjukkan kemungkinan infeksi virus)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh kembali normal
2. Tanda-tanda vital stabil
3. Tanda-tanda dehidrasi teratasi
4. Tidak terjadi komplikasi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring suhu tubuh secara berkala
2. Manajemen demam (kompres hangat, pemberian antipiretik)
3. Manajemen cairan (pemberian cairan intravena, monitoring intake-output)
4. Manajemen nutrisi (menyediakan makanan dan minuman sesuai kondisi)
5. Edukasi pada keluarga tentang perawatan demam
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyebab demam
Penekanan utama pada kasus ini adalah penanganan hipertermia sebagai masalah keperawatan utama. Intervensi keperawatan yang diberikan harus diarahkan untuk menurunkan suhu tubuh, menjaga stabilitas tanda-tanda vital, mencegah dehidrasi, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 14261 | 17 Mar 2025
Klinis : Seorang anak usia 6 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan demam tinggi 5 hari. Hasil pemeriksaaan : kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 100 x/menit, nadi reguler dan kuat, RR 45 x/menit, suhu 39,5 oC, bibir kering, anak haus, ekstremitas hangat, uji tourniquet positif. Hasil Laboratorium: trombosit 90.000 sel/mm3, leukosit 9.000/mm3, Ht 45%. Apakah rencana tindakan prioritas yang paling tepat untuk kasus diatas? Monitor adanya perdarahan gusi dan epistaksis Berikan terapi antiperdarahan dan transfuse darah Lakukan kompres hangat dan kolaborasi antipiretik Observasi penurunan trombosit dan kenaikan hematokrit Anjurkan anak banyak minum dan kolaborasi pemberian cairan intravena
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah:
1. Risiko Perdarahan (SDKI, 2017)
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah dari sistem vaskuler yang melebihi jumlah normal.
Faktor Risiko: Penurunan jumlah trombosit (90.000 sel/mm3).
Rencana Tindakan Prioritas:
Lakukan kompres hangat dan kolaborasi antipiretik
Observasi penurunan trombosit dan kenaikan hematokrit
Anjurkan anak banyak minum dan kolaborasi pemberian cairan intravena
Penjelasan:
- Kompres hangat dan kolaborasi antipiretik (pemberian obat penurun demam) dapat membantu menurunkan suhu tubuh yang tinggi (39,5°C).
- Observasi penurunan trombosit dan kenaikan hematokrit penting untuk mengidentifikasi adanya perdarahan atau hipovolemia.
- Anjuran minum banyak dan pemberian cairan intravena dapat membantu mencegah dehidrasi dan menjaga keseimbangan cairan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan Teratasi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada perdarahan/pendarahan terkontrol
- Hematokrit dan trombosit dalam batas normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Risiko Perdarahan
- Identifikasi faktor risiko perdarahan
- Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perdarahan
- Kolaborasi pemberian terapi antiperdarahan dan cairan IV
- Edukasi tanda-tanda perdarahan dan pentingnya monitoring
2. Manajemen Demam
- Kaji tanda dan gejala demam
- Lakukan kompres hangat
- Kolaborasi pemberian antipiretik
- Anjurkan asupan cairan yang adekuat
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan adalah manajemen risiko perdarahan dan manajemen demam. Tujuannya adalah mencegah komplikasi perdarahan, menurunkan demam, dan menjaga keseimbangan cairan pasien. -
Article No. 14262 | 17 Mar 2025
Klinis : Seorang anak usia 7 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan demam 4 hari yang lalu, perdarahan pada hidung dan BAB. Hasil pemeriksaan: penurunan kesadaran, letargi, frekuensi nadi 120 x/m, nadi regular, kekuatan nadi sangat lemah, TD 80/50 mmHg, RR 45 x/m, ekstremitas dingin, kulit lembab, CRT > 3 detik, anuria. Pasien didiagnosis dengue hemorrhagic fever terlambat penanganan. Apakah indentifikasi kondisi anak tersebut? Syok hipovolemi Hypoglikemia Dehidrasi berat Fase kritis Kesadaran menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan jawaban yang rinci dan terperinci sesuai dengan kondisi anak yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Syok hipovolemik
2. Dehidrasi berat
3. Penurunan curah jantung
4. Perubahan perfusi jaringan
5. Penurunan kesadaran
Penjelasan:
1. Syok hipovolemik
- Definisi: Keadaan penurunan volume cairan intravaskuler yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan.
- Ditandai dengan: TD rendah, nadi cepat dan lemah, ekstremitas dingin, kulit lembab, CRT >3 detik.
2. Dehidrasi berat
- Definisi: Kehilangan cairan dan elektrolit yang berat sehingga mengakibatkan hipovolemia yang mengancam jiwa.
- Ditandai dengan: anuria, letargi, CRT >3 detik.
3. Penurunan curah jantung
- Definisi: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu.
- Ditandai dengan: nadi cepat, TD rendah, ekstremitas dingin.
4. Perubahan perfusi jaringan
- Definisi: Penurunan aliran darah ke jaringan dan organ yang mengancam pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi.
- Ditandai dengan: ekstremitas dingin, CRT >3 detik.
5. Penurunan kesadaran
- Definisi: Penurunan tingkat orientasi dan respons terhadap lingkungan.
- Ditandai dengan: letargi, penurunan kesadaran.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas hemodinamik
2. Keseimbangan cairan
3. Perfusi jaringan yang memadai
4. Tingkat kesadaran membaik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat
2. Resusitasi cairan intravena untuk mengatasi hipovolemia
3. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
4. Pemberian therapi obat-obatan sesuai indikasi (antibiotik, antivirus, kortikosteroid)
5. Terapi penurunan demam
6. Pemantauan intake dan output cairan
7. Pengkajian dan pencegahan komplikasi lebih lanjut
8. Pemberian dukungan psikologis dan edukasi pada pasien dan keluarga
Penjelasan:
Pasien dengan dengue hemorrhagic fever terlambat penanganan mengalami komplikasi syok hipovolemik, dehidrasi berat, penurunan curah jantung, perubahan perfusi jaringan, dan penurunan kesadaran. Intervensi keperawatan yang utama adalah menstabilkan kondisi hemodinamik melalui resusitasi cairan intravena, pemberian oksigen, dan pemberian terapi medikamentosa. Selain itu, pemantauan tanda-tanda vital, keseimbangan cairan, perfusi jaringan, dan tingkat kesadaran juga menjadi prioritas asuhan keperawatan. Upaya pencegahan komplikasi lebih lanjut serta pemberian dukungan psikologis dan edukasi pada pasien dan keluarga juga penting dilakukan.