Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14433 | 18 Mar 2025
Klinis : M.N., usia 40 tahun, dirawat dengan kolesistitis akut. Setelah menjalani kolesistektomi terbuka, ia dirawat di lantai bedah. Dia memiliki selang nasogastrik untuk penyedotan dinding rendah secara terus menerus, infus oneperifer, dan balutan perut yang besar. M.N berkata ia merasakan nyeri skala 7 (dari 1-10), dibagian post operasi rasanya seperti ditusuk tusuk. Intruksi dokter adalah sebagai berikut: Diet rendah lemak sesuai toleransi, D5 ½ NS dengan 40 mEq KCl pada 125 mL/jam. Tekanan darah 148/82 mmHg, Denyut jantung 118 kali/menit, Frekuensi nafas 24 kali/menit, Suhu 101° F (38,3°C), SaO2 88%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penyebab: Prosedur pembedahan (kolesistektomi terbuka)
2. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi atau melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Penyebab: Pembedahan, infus, selang nasogastrik, dan balutan perut yang besar.
3. Risiko infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Penyebab: Prosedur pembedahan, selang nasogastrik, dan balutan perut yang besar.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Klien melaporkan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi skala 3 atau kurang.
- Klien menunjukkan perilaku nyeri yang berkurang.
- Klien menunjukkan keberhasilan dalam menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dengan bantuan minimal.
- Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Klien melaporkan peningkatan energi.
3. Risiko Infeksi:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan.
- Tidak ada drainage atau eksudat pada luka operasi.
- Hasil pemeriksaan laboratorium (misalnya, hitung sel darah putih) dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor presipitasi.
- Berikan analgesik sesuai dengan instruksi dokter.
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Pantau tanda-tanda vital dan respons terhadap intervensi.
- Dokumentasikan pengkajian dan evaluasi efektivitas intervensi.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Berikan bantuan sesuai kebutuhan, mulai dari bantuan total hingga bantuan minimal.
- Berikan latihan mobilisasi dini dan latihan fisik sesuai toleransi klien.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen aktivitas.
- Pantau tanda-tanda intoleransi aktivitas, seperti peningkatan denyut jantung, tekanan darah, atau kelelahan.
- Dokumentasikan kemajuan klien dalam toleransi aktivitas.
3. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan luka operasi dengan teknik aseptik yang benar.
- Pantau tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan.
- Pertahankan kebersihan lingkungan dan lakukan prosedur pencegahan infeksi yang sesuai.
- Berikan antibiotik sesuai instruksi dokter.
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium, seperti hitung sel darah putih.
- Edukasikan klien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
- Dokumentasikan temuan pengkajian dan intervensi yang dilakukan. -
Article No. 14336 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien anemis, hb 8.4, capilari refill > 3, edema tungkai, pitting edema derajad 1, proses tranfusi 2 fl PRC
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan Hb dan edema tungkai.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi Aktivitas: ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Aktivitas: Upaya untuk mengatur dan mempertahankan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
- Manajemen Energi: Upaya untuk mengatur penggunaan energi untuk aktivitas sehari-hari.
- Peningkatan Perfusi Jaringan: Upaya untuk mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat ke seluruh jaringan tubuh.
Tone: Akademis, Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 14337 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien anemis, Hb 8.4, edema tungkai derajad 1, proses tranfus 2 fl PRC, capilary refill > 3, akral dingin, TD 201/100
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan proses transfusi.
SDKI:
- Definisi: Kondisi saat individu mengalami kelebihan atau kekurangan cairan/elektrolit.
- Karakteristik mayor: Edema, capillary refill > 3 detik, akral dingin.
- Faktor yang berhubungan: Proses transfusi.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan keseimbangan volume cairan yang adekuat.
- Kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada edema, capillary refill ≤ 3 detik, akral hangat.
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan intake dan output cairan, pemberian terapi cairan/elektrolit, edukasi terkait manajemen cairan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia.
SDKI:
- Definisi: Kondisi saat individu mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas fisik.
- Karakteristik mayor: Kelelahan, sesak napas, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
- Faktor yang berhubungan: Anemia.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Kriteria hasil: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik, tidak ada gejala kelelahan atau sesak napas.
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Pengaturan aktivitas dan istirahat, pemberian terapi oksigen, pemberian obat-obatan, edukasi mengenai manajemen energi.
3. Hipertensi berhubungan dengan kondisi klinis.
SDKI:
- Definisi: Kondisi saat individu mengalami peningkatan tekanan darah yang melebihi batas normal.
- Karakteristik mayor: Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
- Faktor yang berhubungan: Kondisi klinis terkait, seperti proses transfusi, anemia, dll.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan penurunan tekanan darah ke batas normal.
- Kriteria hasil: Tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan darah diastolik < 90 mmHg.
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat-obatan antihipertensi, modifikasi gaya hidup, edukasi mengenai manajemen hipertensi. -
Article No. 14338 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien anemis, Hb 8.4, edema tungkai derajad 1, proses tranfus 2 fl PRC, capilary refill > 3, akral dingin, TD 201/100
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, pada kasus pasien dengan kondisi anemia dengan Hb 8.4, edema tungkai derajat 1, proses transfusi 2 fl PRC, capillary refill > 3 detik, akral dingin, dan TD 201/100, dapat didiagnosis dengan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Volume Cairan Terkait Ketidakseimbangan Antara Intake dan Kehilangan Cairan Ditandai dengan Edema, Capillary Refill > 3 Detik, dan Akral Dingin.
- Definisi: Penurunan cairan intravasuler dan interstisial yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara intake dan kehilangan cairan.
- Faktor yang Berhubungan: Anemia, proses transfusi.
- Karakteristik Definisi: Edema, Capillary Refill > 3 detik, Akral Dingin.
2. Kelebihan Volume Cairan Terkait Penyakit Kardiovaskular Ditandai dengan Tekanan Darah Tinggi.
- Definisi: Peningkatan cairan tubuh yang melebihi kebutuhan normal, yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit kardiovaskular (hipertensi).
- Karakteristik Definisi: Tekanan Darah Tinggi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Penurunan Volume Cairan:
- Edema berkurang
- Capillary Refill ≤ 3 detik
- Suhu ekstremitas hangat
2. Kontrol Tekanan Darah:
- Tekanan darah dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Intervensi untuk Penurunan Volume Cairan:
- Monitor intake dan output cairan
- Kaji tanda-tanda edema dan sirkulasi perifer
- Kolaborasi pemberian terapi transfusi darah
- Kolaborasi pemberian terapi diuretik
- Ajarkan pasien untuk meningkatkan aktivitas fisik
2. Intervensi untuk Kontrol Tekanan Darah:
- Monitor tekanan darah secara berkala
- Kolaborasi pemberian terapi antihipertensi
- Ajarkan pasien teknik relaksasi
- Anjurkan pasien untuk mengurangi asupan garam
Penjelasan Rinci:
Pasien dengan kondisi anemia, edema, dan hipertensi memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah cairan dan kardiovaskular. Diagnosa keperawatan "Penurunan Volume Cairan" dan "Kelebihan Volume Cairan" dipilih karena terdapat tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan peningkatan tekanan darah. Luaran yang diharapkan adalah perbaikan status cairan dan kontrol tekanan darah yang optimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan, kolaborasi terapi, dan edukasi pasien untuk mencapai tujuan tersebut. Semoga penjelasan ini bermanfaat. Terima kasih, wassalamualaikum. -
Article No. 14339 | 17 Mar 2025
Klinis : NUTRISI DAN CAIRAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi NUTRISI DAN CAIRAN.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi NUTRISI DAN CAIRAN, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Defisit Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik utama: Berat badan di bawah rentang normal, lemah, letih, dan kurangnya selera makan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik utama: Berat badan di bawah rentang normal, lemah, letih, dan kurangnya selera makan.
3. Risiko Dehidrasi
Definisi: Berisiko mengalami kehilangan cairan yang berlebihan.
Karakteristik utama: Turgor kulit menurun, mulut kering, dan peningkatan denyut nadi.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemeliharaan Berat Badan
Definisi: Mempertahankan berat badan sesuai rentang normal.
Kriteria hasil: Berat badan pasien berada dalam rentang normal.
2. Hidrasi
Definisi: Keseimbangan cairan yang adekuat.
Kriteria hasil: Turgor kulit baik, mulut lembab, dan denyut nadi normal.
3. Asupan Nutrisi: Adekuat
Definisi: Asupan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Kriteria hasil: Pasien mendapatkan asupan nutrisi sesuai kebutuhan dan menunjukkan peningkatan status nutrisi.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Nutrisi
Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data terkait status nutrisi pasien.
Aktivitas:
- Mengkaji asupan dan kebutuhan nutrisi pasien
- Menimbang berat badan pasien secara berkala
- Memantau kadar laboratorium terkait status nutrisi
2. Manajemen Nutrisi
Definisi: Membuat dan melaksanakan rencana pemberian nutrisi yang adekuat.
Aktivitas:
- Mengatur jadwal pemberian makan dan konsumsi cairan
- Memberikan nutrisi sesuai kebutuhan pasien
- Memantau toleransi pasien terhadap asupan nutrisi
3. Manajemen Cairan
Definisi: Mengatur masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
Aktivitas:
- Mengkaji status hidrasi pasien
- Memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien
- Memantau intake dan output cairan pasien
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah untuk mengatasi masalah nutrisi dan cairan pada pasien. -
Article No. 14340 | 17 Mar 2025
Klinis : Anak D, perempuan berusia 2,5 tahun, tinggal bersama kedua orangtuanya. Ia sering diajak oleh ibunya bermain dengan permainan yang menarik seperti bermain air atau tanah di halaman rumah. Menurut ibunya, ia cenderung untuk berusaha memenuhi apa yang diminta oleh anak D namun kadang-kadang ia pun dapat tegas untuk menolak keinginan anaknya tersebut. Ibunya juga mengatakan bahwa ia belum memiliki pengalaman mengenai cara mengasuh yang tepat untuk anak usia 2,5 tahun.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Keterlibatan Orang Tua Kurang
Definisi: Kurangnya partisipasi orang tua dalam proses pengasuhan anak yang ditandai dengan ketidakmampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak secara optimal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Peningkatan Keterlibatan Orang Tua
Definisi: Peningkatan partisipasi orang tua dalam proses pengasuhan anak yang ditandai dengan kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak secara optimal.
Indikator:
a. Orang tua dapat menerapkan pengasuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
b. Orang tua dapat mengenali kebutuhan anak dan memenuhinya secara tepat.
c. Orang tua dapat menggunakan strategi yang efektif dalam mengasuh anak.
d. Orang tua dapat memfasilitasi perkembangan anak secara optimal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Pengasuhan Anak
Definisi: Pemberian informasi kepada orang tua mengenai cara mengasuh anak usia 2,5 tahun yang sesuai dengan tahap perkembangannya.
Aktivitas:
a. Mengidentifikasi pengetahuan orang tua tentang pengasuhan anak usia 2,5 tahun.
b. Memberikan edukasi tentang karakteristik perkembangan anak usia 2,5 tahun.
c. Mengajarkan teknik pengasuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
d. Mendiskusikan strategi yang dapat diterapkan orang tua dalam mengasuh anak.
e. Melibatkan orang tua dalam praktik pengasuhan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
f. Mengevaluasi pemahaman orang tua tentang pengasuhan anak.
2. Fasilitasi Interaksi Orang Tua-Anak
Definisi: Memfasilitasi interaksi antara orang tua dan anak untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pengasuhan.
Aktivitas:
a. Mengobservasi interaksi orang tua-anak.
b. Memberikan umpan balik positif kepada orang tua tentang interaksi yang efektif.
c. Mengajak orang tua untuk terlibat dalam kegiatan bermain atau aktivitas bersama anak.
d. Mendiskusikan dengan orang tua mengenai cara memfasilitasi perkembangan anak melalui interaksi.
e. Mengevaluasi efektivitas interaksi orang tua-anak dalam mendukung perkembangan anak.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Keterlibatan Orang Tua Kurang" dipilih karena kondisi yang diberikan menunjukkan bahwa ibu anak D belum memiliki pengalaman yang cukup dalam mengasuh anak usia 2,5 tahun. Meskipun ibu sudah berusaha untuk memenuhi keinginan anak, namun kadang-kadang masih memiliki kesulitan dalam bersikap tegas. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pengasuhan anak.
Luaran yang diharapkan adalah "Peningkatan Keterlibatan Orang Tua", yaitu meningkatnya partisipasi orang tua dalam proses pengasuhan anak yang ditandai dengan kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak secara optimal. Indikator-indikator yang diharapkan tercapai meliputi kemampuan orang tua dalam menerapkan pengasuhan yang sesuai, mengenali dan memenuhi kebutuhan anak, menggunakan strategi yang efektif, serta memfasilitasi perkembangan anak secara optimal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Edukasi Pengasuhan Anak" dan "Fasilitasi Interaksi Orang Tua-Anak". Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam mengasuh anak usia 2,5 tahun sesuai dengan tahap perkembangannya, serta memfasilitasi interaksi yang efektif antara orang tua dan anak untuk mendukung perkembangan anak secara optimal. -
Article No. 14341 | 17 Mar 2025
Klinis : Anak D, perempuan berusia 2,5 tahun, tinggal bersama kedua orangtuanya. Ia sering diajak oleh ibunya bermain dengan permainan yang menarik seperti bermain air atau tanah di halaman rumah. Menurut ibunya, ia cenderung untuk berusaha memenuhi apa yang diminta oleh anak D namun kadang-kadang ia pun dapat tegas untuk menolak keinginan anaknya tersebut. Ibunya juga mengatakan bahwa ia belum memiliki pengalaman mengenai cara mengasuh yang tepat untuk anak usia 2,5 tahun.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Defisit Pengetahuan Orang Tua: Pengasuhan Anak
Definisi: Kurangnya atau ketidaktahuan orang tua mengenai informasi atau kemampuan yang diperlukan untuk mengasuh anak secara efektif.
Penyebab: Kurangnya pengalaman dalam mengasuh anak usia 2,5 tahun.
Gejala/Tanda: Orang tua memiliki kesulitan dalam menentukan cara pengasuhan yang tepat untuk anak usia 2,5 tahun.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pengetahuan Orang Tua: Pengasuhan Anak
Definisi: Tingkat pemahaman orang tua mengenai informasi dan kemampuan yang diperlukan untuk mengasuh anak secara efektif.
Kriteria Hasil:
- Orang tua dapat menjelaskan tahap perkembangan anak usia 2,5 tahun.
- Orang tua dapat menjelaskan strategi pengasuhan yang efektif untuk anak usia 2,5 tahun.
- Orang tua dapat menjelaskan cara memenuhi kebutuhan perkembangan anak usia 2,5 tahun.
2. Perilaku Pengasuhan Orang Tua
Definisi: Tindakan atau respons orang tua dalam mengasuh anak.
Kriteria Hasil:
- Orang tua dapat menerapkan strategi pengasuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 2,5 tahun.
- Orang tua dapat memenuhi kebutuhan perkembangan anak usia 2,5 tahun secara konsisten.
- Orang tua dapat bersikap tegas dan konsisten dalam menentukan batas-batas yang sesuai untuk anak.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pendidikan Kesehatan: Pengasuhan Anak
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai pengasuhan anak usia 2,5 tahun.
Kegiatan:
- Menjelaskan tahap perkembangan anak usia 2,5 tahun.
- Mengajarkan strategi pengasuhan yang efektif untuk anak usia 2,5 tahun.
- Memberikan contoh cara memenuhi kebutuhan perkembangan anak usia 2,5 tahun.
2. Bimbingan: Perilaku Pengasuhan
Tujuan: Membantu orang tua dalam menerapkan strategi pengasuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 2,5 tahun.
Kegiatan:
- Mendiskusikan batas-batas yang sesuai untuk anak usia 2,5 tahun.
- Membantu orang tua dalam menerapkan strategi pengasuhan yang konsisten.
- Memberikan umpan balik positif saat orang tua menerapkan strategi pengasuhan yang efektif.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Defisit Pengetahuan Orang Tua: Pengasuhan Anak" dipilih karena orang tua memiliki keterbatasan pengalaman dalam mengasuh anak usia 2,5 tahun, sehingga mereka membutuhkan peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam mengasuh anak pada tahap perkembangan tersebut.
Luaran/output yang diharapkan adalah peningkatan pengetahuan orang tua mengenai pengasuhan anak usia 2,5 tahun, serta perubahan perilaku pengasuhan orang tua yang lebih sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pendidikan kesehatan mengenai pengasuhan anak usia 2,5 tahun, serta bimbingan kepada orang tua dalam menerapkan strategi pengasuhan yang efektif dan konsisten. -
Article No. 14342 | 17 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien, laki-laki, usia 65 tahun, pekerjaan pensiunan, dirawat di rumah sakit dengan keluhan sulit buang air kecil sejak 6 bulan terakhir. Pengkajian lebih lanjut pada pasien yaitu: sering buang air kecil di malam hari (nokturia), aliran urin lemah dan terputus-putus, perasaan tidak lampias setelah buang air kecil, harus mengejan saat berkemih, kadang-kadang ada episode retensi urin akut, frekuensi buang air kecil meningkat, terutama pada malam hari menyebabkan tidur terganggu. Akibatnya pasien sering merasa mengantuk di siang hari. Pasien tidak memiliki keluhan demam, nyeri pinggang, atau hematuria. Riwayat Penyakit terdahulu hipertensi terkontrol, tidak ada riwayat diabetes atau penyakit ginjal, tetapi tidak memiliki kebiasaan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan prostat sebelumnya serta edukasi tentang BPH dan pengobatannya. Pasien tidak ada mengalami konstipasi atau diare. Saat dirumah bafsu makan normal, tidak ada perubahan berat badan yang signifikan. Pasien mengonsumsi makanan tinggi protein dan lemak, kurang serat, serta sering minum teh/kopi di malam hari. Asupan cairan cukup, tetapi pasien sering menahan buang air kecil karena kesulitan berkemih. Selam aini pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, tidak ada aktivitas olahraga rutin, namun sering merasa lelah karena gangguan tidur akibat nocturia. Saat dikaji pasien menjawab pertanyaan dengan benar, namun selalu khawatir dan takut mungkinkah akan mengalami kanker prostat serta takut menjalani tindakan medis invasif seperti operasi prostat. Pasien merasa cemas dan malu karena sering ke kamar mandi, dan mengeluh menurunnya kualitas hidup karena keterbatasan dalam aktivitas sosial akibat gangguan berkemih. Saat ini pasien tinggal bersama istri dan anak-anaknya Pasien tidak memiliki mekanisme koping yang jelas, tetapi mendapatkan dukungan dari istri. Tidak ada konflik dalam keluarga, tetapi pasien merasa kurang nyaman ketika harus sering ke toilet saat berkumpul dengan keluarga. Pasien mengatakan tidak ada riwayat disfungsi ereksi yang jelas atau riwayat penyakit menular seksual atau masalah reproduksi lainnya, tetapi pasien merasa kurang percaya diri dalam hubungan seksual karena masalah BPH. Untuk mengurangi kecemasan pasien memiliki keyakinan agama yang kuat dan mengandalkan doa dan menganggap penyakitnya adalah proses penuaan. Pada pemeriksaan fisik tidak tampak tanda infeksi atau nyeri spontan, pada palpasi abdomen ditemukan distensi kandung kemih (+), pemeriksaan Digital Rektal (DRE) ditemukan prostat teraba membesar, berbatas jelas, kenyal, tanpa nodul atau nyeri tekan. Pasien didiagnosa Benigna Hipertrofi Prostat (BPH) dengan Retensi Urin Parsial. Pasien direncanakan untuk operasi Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Pemeriksaan Laboratorium ✔ Urinalisis: • Leukosit sedikit meningkat • Eritrosit (-) • Bakteri (-) ✔ Darah Lengkap: • Hb: 14 g/dL • Leukosit: 7.500/mm³ • Trombosit: 250.000/mm³ ✔ Fungsi Ginjal: • Kreatinin: 1,2 mg/dL ✔ Prostate-Specific Antigen (PSA): • PSA total: 4,5 ng/mL. Pemeriksaan Radiologi & Penunjang Lainnya ✔ USG Prostat & Kandung Kemih: Volume prostat: 45 mL. Sisa urin setelah berkemih (post-void residual volume): 150 mL. Tidak ada batu atau massa dalam kandung kemih. ✔ Uroflowmetri: Aliran urin lambat (Qmax: 8 mL/detik). Waktu berkemih lebih lama. ✔ Sistoskopi (jika perlu): Menunjukkan obstruksi leher kandung kemih akibat prostat yang membesar.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan pembesaran prostat yang menyebabkan obstruksi aliran urin, ditandai dengan nokturia, aliran urin lemah dan terputus-putus, perasaan tidak lega setelah berkemih, harus mengejan saat berkemih, dan retensi urin akut.
2. Cemas berhubungan dengan persepsi ancaman terhadap kesehatan (kemungkinan kanker prostat) dan ketakutan terhadap tindakan medis invasif, ditandai dengan kekhawatiran dan rasa takut.
3. Hambatan mobilitas berhubungan dengan gangguan pola tidur akibat nokturia, ditandai dengan sering merasa lelah di siang hari.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi eliminasi urin, ditandai dengan perasaan malu dan kurang nyaman saat berkumpul dengan keluarga.
5. Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan penyakit Benigna Hipertrofi Prostat (BPH), ditandai dengan rasa kurang percaya diri dalam hubungan seksual.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan kerangka acuan standar diagnosis keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
- Terdiri dari 6 domain diagnosis keperawatan yang mencakup respons manusia terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan.
- Membantu perawat dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan menegakkan diagnosis keperawatan yang tepat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan kerangka acuan standar luaran keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
- Terdiri dari berbagai luaran yang diharapkan dapat dicapai oleh pasien sebagai hasil intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam menentukan tujuan atau hasil yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan yang diberikan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan kerangka acuan standar intervensi keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
- Terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat dan efektif.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, sistematis, dan berpusat pada pasien. Hal ini dapat meningkatkan kualitas dan keamanan pelayanan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 14343 | 17 Mar 2025
Klinis : sebagian besar mahasiswa mengatakan jika sering sakit perut akibat jajan sembarangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Diare Akut
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, sebagian besar mahasiswa mengeluhkan sering sakit perut akibat jajan sembarangan. Hal ini menunjukkan adanya risiko terjadinya diare akut pada mahasiswa.
Diare akut adalah kondisi di mana seseorang mengalami defekasi (buang air besar) dengan frekuensi yang lebih sering dari normal, disertai dengan konsistensi tinja yang encer. Diare akut biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit yang diperoleh dari makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan intervensi keperawatan yang berfokus pada pencegahan dan penanganan diare akut. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Diare Akut adalah diagnosis keperawatan yang tepat untuk kondisi ini. Risiko Diare Akut didefinisikan sebagai kerentanan individu untuk mengalami diare akut yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan adalah Pemulihan Diare Akut, di mana pasien dapat menunjukkan tanda-tanda perbaikan dalam kondisi diare akut, seperti frekuensi buang air besar yang menurun, konsistensi tinja yang semakin normal, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Manajemen Diare Akut: Memberikan edukasi kepada mahasiswa tentang penyebab diare akut, pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta cara penanganan diare akut yang tepat.
2. Monitoring Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital mahasiswa, seperti suhu tubuh, denyut nadi, dan laju napas, untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada mahasiswa tentang pentingnya menjaga pola makan yang sehat, menghindari jajan sembarangan, dan meningkatkan kebersihan diri.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi masalah diare akut dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 14344 | 17 Mar 2025
Klinis : tapi sesuaikan dengan data ini 19 responden (22%) tidak pernah berolahraga dan 27 responden (39%) olahraga <1x/minggu 26 responden (30%) adalah konsumsi sayur <1 kali/minggu, 52 responden (60%) adalah 3 kali/minggu 30 responden (35%) merokok di luar dan di dalam rumah, 14 responden (16%) merokok di dalam rumah, 15 responden (17%) merokok di luar rumah 38 responden (44%) adalah tidak memiliki asuransi kesehatan Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan bahwa, 2 responden (2%) adalah Asuransi Swasta, 40 responden (46%) adalah BPJS, 7 responden (8%) adalah KIS, dan 38 responden (44%) adalah tidak memiliki asuransi kesehatan Berdasarkan laporan puskesmas dan pskesdes didapatkan bahwa sebanyak 15% dari 87 warga Langlang mengalami hipertensi. Berdasarkan kuesioner didapatkan 12 responden (14%) adalah hipertensi Berdasarkan hasil wawancara dengan kader kesehatan RW 4, di wilayah tersebut biasanya dilakukan senam jantung sehat 2 kali dalam seminggu dengan peserta ibu-ibu dengan penyakit hipertensi atau penyakit lainnya yang berisiko terkena penyakit jantung. Program ini biasanya dilaksanakan setiap hari Rabu dan Minggu. Namun, sejak pandemic program ini tidak dilanjutkan. Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan bahwa, 72 responden (83%) adalah 1- 3 kali, 13 responden (15%) adalah 4-6 kali dan 2 responden (2%) adalah Tidak pernah menguras penampungan air dalam sebulan. Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan bahwa, 1 responden (1%) adalah tidak memiliki jamban dan 86 responden (99%) adalah memiliki jamban. Menurut hasil survey, jenis transportasi yang dimiliki masyarakat yaitu sepeda motor, mobil, atau sepeda kayuh. Sebanyak 75 responden memiliki motor, 2 memiliki sepeda kayuh, 1 responden memiliki mobil, 9 responden tidak memiliki kendaraan transportasi (1 responden memilih untuk naik angkutan umum). Hasil wawancara didapatkan bahwa biasanya menyampaikan berita atau undangan melalui WA, mulut ke mulut, atau secara langsung. Terdapat ToA di masjid yang bisa digunakan warga untuk memberikan pengumuman. Menurut hasil survey, sebanyak 50 responden menggunakan radio/TV, sebanyak 47 responden mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan, sebanyak 35 responden mendapatkan informasi dari internet, 1 responden mendapatkan informasi dari koran, dan 8 responden memilih jawaban lainnya Menurut hasil survey, sebanyak 36 responden tidak pernah melakukan rekreasi, 44 responden jarang berekreasi, dan 7 responden rutin melakukan rekreasi. Menurut hasil survey, sebanyak 24 responden berekreasi di taman, sebanyak 7 responden memilih ke wisata sumber air, 28 responden memilih pergi ke rumah saudaranya, dan 28 responden memilih berdiam diri di rumah untuk menonton TV atau bermain media sosial. Menurut hasil survey, dalam 1 bulan sebanyak 37 responden tidak pernah melakukan rekreasi dan 50 responden memilih 1-3 kali pergi rekreasi dalam 1 bulan. Dari 60 responden, mayoritas berpendapat bahwa hipertensi tidak bisa disembuhkan, hanya dapat dikontrol dengan rutin minum obat dan menjaga pola hidup. Sebanyak 23 responden ragu karena tekanan darah tetap tinggi meski rutin minum obat, sementara 4 responden meyakini hipertensi tidak dapat disembuhkan karena merupakan takdir Allah. Berdasarkan hasil survey mengenai penyakit hipertensi, didapatkan bahwa sebanyak 4 responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, sebanyak 44 responden memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan sebanyak 39 responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Sehingga didapatkan hasil mean (rata-rata) 6,41 dengan hasil interpretasi responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengacu pada standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Gaya Hidup Tidak Sehat
Definisi: Pola perilaku, kebiasaan, dan pilihan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan individu.
Data Pendukung:
- Tidak pernah berolahraga (22%) dan olahraga <1x/minggu (39%)
- Konsumsi sayur <1 kali/minggu (30%) dan 3 kali/minggu (60%)
- Merokok di luar dan di dalam rumah (35%), di dalam rumah (16%), di luar rumah (17%)
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakpatuhan Pengobatan
Definisi: Perilaku individu yang tidak sesuai dengan rencana pengobatan yang disepakati dengan penyedia layanan kesehatan.
Data Pendukung:
- 14% responden mengalami hipertensi, namun program senam jantung sehat tidak dilanjutkan selama pandemi
3. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan kondisi/masalah kesehatan, perawatan kesehatan, atau sumber daya kesehatan.
Data Pendukung:
- Masih terdapat responden dengan tingkat pengetahuan rendah (4%) dan cukup (44%) tentang hipertensi
- Sebagian responden ragu bahwa hipertensi dapat disembuhkan meskipun rutin minum obat
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan pertumbuhan organisme patogen yang dapat berpotensi membahayakan kesehatan.
Data Pendukung:
- Terdapat 1% responden yang tidak memiliki jamban
- 83% responden menguras penampungan air 1-3 kali dalam sebulan
5. Diagnosa Keperawatan: Kesejahteraan Psikologis Terganggu
Definisi: Gangguan dalam kemampuan individu untuk menikmati kehidupan, mencapai potensi diri, dan berfungsi dengan baik secara emosional.
Data Pendukung:
- 83% responden jarang atau tidak pernah melakukan rekreasi/liburan
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan diagnosis keperawatan yang disusun berdasarkan karakteristik definisi, faktor yang berhubungan, dan gejala/tanda.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang telah ditetapkan.