Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14403 | 18 Mar 2025
Klinis : Menurut SDKI (2017) berikut adalah beberapa penyebab hipoterma: Kerusakan pada hipotalamus Konsumsi alkohol Berat badan ekstrim Kekurangan lemak subkutan Terpapar suhu lingkungan rendah Malnutrisi Pemakain pakaian tipis Penurunan laju metabolisme Tidak beraktivitas Transfer panas (misalnya konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi) Trauma Proses penuaan Efek agen farmakologis Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia Bagaimana mekanisme tiap penyebab hingga menyebabkan hipotermia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta mekanisme penyebab hipotermia yang Anda sebutkan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: T68
- Deskripsi: Hipotermia
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.81
- Deskripsi: Pengukuran suhu tubuh
Mekanisme penyebab hipotermia:
Kerusakan pada hipotalamus: Hipotalamus berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Kerusakan pada daerah ini dapat menyebabkan gangguan mekanisme homeostasis suhu, sehingga terjadi penurunan suhu tubuh.
Konsumsi alkohol: Alkohol menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, yang dapat meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi dan konveksi. Selain itu, alkohol juga mengganggu kemampuan tubuh dalam mengatur suhu.
Berat badan ekstrim: Individu dengan berat badan ekstrim, baik over maupun underweight, memiliki lebih sedikit lemak subkutan untuk mempertahankan suhu tubuh saat terpapar suhu lingkungan yang dingin.
Kekurangan lemak subkutan: Lemak subkutan berfungsi sebagai insulator untuk mencegah kehilangan panas tubuh. Kekurangan lemak subkutan menyebabkan penurunan kemampuan tubuh dalam mempertahankan suhu.
Terpapar suhu lingkungan rendah: Paparan suhu lingkungan yang rendah menyebabkan kehilangan panas tubuh melalui mekanisme konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Malnutrisi: Kekurangan nutrisi, terutama protein dan lemak, dapat menurunkan kemampuan tubuh dalam menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu tubuh.
Pemakaian pakaian tipis: Pakaian yang tipis tidak dapat melindungi tubuh dari kehilangan panas akibat paparan suhu lingkungan yang dingin.
Penurunan laju metabolisme: Penurunan aktivitas metabolisme dapat mengurangi produksi panas tubuh, sehingga menyebabkan hipotermia.
Tidak beraktivitas: Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan produksi panas tubuh, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
Transfer panas: Mekanisme transfer panas seperti konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi dapat menyebabkan kehilangan panas tubuh dan menimbulkan hipotermia.
Trauma: Cedera fisik, baik luka terbuka maupun tertutup, dapat mengganggu mekanisme pengaturan suhu tubuh dan menyebabkan hipotermia.
Proses penuaan: Penuaan dapat menurunkan kemampuan tubuh dalam mengatur suhu, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
Efek agen farmakologis: Beberapa obat-obatan dapat mengganggu pengaturan suhu tubuh dan menyebabkan hipotermia.
Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia: Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pencegahan hipotermia dapat menyebabkan individu menjadi rentan terhadap paparan suhu rendah. -
Article No. 14404 | 18 Mar 2025
Klinis : px datang dengan keluhan badan meriang dan mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: px datang dengan keluhan badan meriang dan mual
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu pasien datang dengan keluhan badan meriang dan mual, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal.
Faktor yang berhubungan: Proses infeksi.
Karakteristik Mayor: Peningkatan suhu tubuh.
Penjelasan: Keluhan badan meriang menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh atau hipertermia. Hipertermia merupakan salah satu diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Suhu Tubuh
Kriteria Hasil:
- Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C)
- Tidak ada tanda-tanda hipertermia
- Tidak ada gejala menggigil
Penjelasan: Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien mencapai suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda hipertermia, dan tidak ada gejala menggigil. Hal ini menunjukkan kondisi pasien telah membaik dan bebas dari hipertermia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Demam (6680)
Tujuan:
- Menurunkan suhu tubuh pasien ke dalam rentang normal
Aktivitas:
- Pantau suhu tubuh pasien secara berkala
- Berikan cairan dan elektrolit yang cukup
- Pertahankan lingkungan yang sejuk dan nyaman
- Berikan obat penurun demam jika diperlukan
- Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
Penjelasan: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen demam, yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh pasien ke dalam rentang normal. Aktivitas yang dapat dilakukan mencakup pemantauan suhu tubuh, pemberian cairan dan elektrolit, pengaturan lingkungan, pemberian obat penurun demam, serta anjuran istirahat yang cukup.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda hipertermia, dan tidak ada gejala menggigil. Hal ini akan menunjukkan bahwa kondisi pasien telah membaik setelah diberikan asuhan keperawatan. -
Article No. 14405 | 18 Mar 2025
Klinis : Batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi batuk pilek:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
c. Faktor yang Berhubungan: Peningkatan produksi sekret, edema mukosa, kelemahan batuk.
d. Gejala dan Tanda: Terdapat sekret pada saluran napas, suara napas tambahan, batuk tidak efektif, kesulitan bernapas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Luaran Keperawatan: Bersihan Jalan Napas
b. Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan saluran napas yang terbuka, bebas dari sekresi, dan memfasilitasi pertukaran gas.
c. Indikator:
i. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
ii. Pasien tidak mengalami suara napas tambahan.
iii. Pasien dapat bernapas dengan mudah.
iv. Saturasi oksigen dalam batas normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi Keperawatan: Manajemen Jalan Napas
b. Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi dan oksigenasi.
c. Aktivitas Keperawatan:
i. Monitor status pernapasan pasien, seperti frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
ii. Auskultasi suara napas untuk mendeteksi adanya suara napas tambahan.
iii. Berikan posisi semi-fowler untuk memudahkan pernapasan.
iv. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batuk efektif dan melakukan fisioterapi dada jika perlu.
v. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan, seperti bronkodilator atau mukolitik, jika diperlukan.
vi. Pantau saturasi oksigen dan berikan oksigen tambahan jika diperlukan.
vii. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen jalan napas yang efektif.
Penjelasan Rinci:
Kondisi batuk pilek dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, seperti rhinitis atau sinusitis. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi sekret, edema mukosa, dan kelemahan batuk, sehingga bersihan jalan napas menjadi tidak efektif. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Bersihan Jalan Napas, yang menunjukkan kemampuan pasien untuk mempertahankan saluran napas yang terbuka, bebas dari sekresi, dan memfasilitasi pertukaran gas. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi meliputi pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif, tidak ada suara napas tambahan, pasien dapat bernapas dengan mudah, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah Manajemen Jalan Napas, yang meliputi pemantauan status pernapasan, auskultasi suara napas, pemberian posisi semi-fowler, penggunaan teknik batuk efektif dan fisioterapi dada, pemberian obat-obatan sesuai kolaborasi, pemantauan saturasi oksigen, dan edukasi pasien serta keluarga. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi dan oksigenasi sehingga bersihan jalan napas menjadi efektif. -
Article No. 14406 | 18 Mar 2025
Klinis : Benjolan di leher
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien dengan benjolan di leher.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan Citra Tubuh" (00118). Diagnosa ini menggambarkan persepsi individu terhadap penampilannya yang terganggu atau berbeda dari realita. Benjolan di leher dapat menyebabkan pasien merasa tidak nyaman dengan penampilan fisiknya, sehingga mempengaruhi citra tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Penerimaan Citra Tubuh (1200)
- Indikator: Pasien menerima perubahan pada penampilan fisiknya
- Kriteria Hasil: Pasien dapat mengidentifikasi perubahan pada penampilan fisiknya dengan akurat dan mengungkapkan perasaan menerima perubahan tersebut.
2. Integritas Tubuh (1011)
- Indikator: Pasien dapat mempertahankan fungsi dan struktur tubuh yang optimal
- Kriteria Hasil: Pasien dapat mempertahankan fungsi dan struktur tubuh yang optimal, termasuk dengan adanya benjolan di leher.
3. Citra Diri (1300)
- Indikator: Pasien menunjukkan persepsi positif terhadap dirinya
- Kriteria Hasil: Pasien dapat mengungkapkan perasaan puas dan bangga terhadap dirinya, meskipun terdapat perubahan pada penampilan fisiknya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Manajemen Citra Tubuh (5220)
- Membantu pasien mengidentifikasi dan menerima perubahan pada penampilan fisiknya
- Mendiskusikan strategi untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis untuk meningkatkan penerimaan diri
2. Terapi Perilaku (4370)
- Mengidentifikasi pikiran, perasaan, dan perilaku yang menghambat penerimaan diri
- Membantu pasien mengembangkan strategi untuk mengatasi pikiran, perasaan, dan perilaku negatif
- Memberikan latihan, seperti afirmasi positif, untuk meningkatkan citra diri
3. Dukungan Emosional (5270)
- Memberikan empati, pengakuan, dan validasi terhadap perasaan pasien
- Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya terkait perubahan penampilan
- Membantu pasien mengembangkan mekanisme koping yang efektif
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosis keperawatan "Gangguan Citra Tubuh" (00118) sesuai dengan kondisi pasien yang memiliki benjolan di leher. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi pasien terhadap penampilannya dan berdampak pada citra tubuh. Oleh karena itu, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah penerimaan citra tubuh, integritas tubuh, dan citra diri yang positif.
Untuk mencapai luaran tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen citra tubuh, terapi perilaku, dan dukungan emosional. Manajemen citra tubuh bertujuan untuk membantu pasien menerima perubahan pada penampilan fisiknya dan mengembangkan strategi penyesuaian. Terapi perilaku membantu pasien mengatasi pikiran, perasaan, dan perilaku negatif yang menghambat penerimaan diri. Sedangkan dukungan emosional memberikan validasi, empati, dan bantuan dalam mengembangkan mekanisme koping yang efektif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu penerimaan citra tubuh, integritas tubuh yang optimal, dan citra diri yang positif, meskipun terdapat perubahan pada penampilan fisiknya. -
Article No. 14407 | 18 Mar 2025
Klinis : Perut kencang pasca kehamilan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci dari sudut pandang seorang pakar perawat untuk kondisi "Perut kencang pasca kehamilan".
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Perut kencang pasca kehamilan" adalah "Gangguan Pola Tidur". Pasca kehamilan, ibu seringkali mengalami perubahan bentuk perut yang menjadi kencang, kaku, dan tidak lentur seperti sebelum kehamilan. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan tidur ibu, baik saat berbaring maupun beraktivitas. Selain itu, perut yang kencang juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang dapat mengganggu pola tidur ibu.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output sebagai berikut:
a. Tidur yang adekuat: Pasien dapat tidur dengan nyenyak dan merasa segar saat bangun tidur.
b. Pemenuhan kebutuhan tidur: Pasien dapat memenuhi kebutuhan tidurnya selama 7-8 jam per hari.
c. Peningkatan kenyamanan: Pasien merasa nyaman saat tidur dan beraktivitas sehari-hari.
d. Penurunan rasa ketidaknyamanan pada perut: Pasien merasakan penurunan rasa kencang, kaku, dan ketidaknyamanan pada perut.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, berikut adalah Intervensi Keperawatan yang dapat diberikan:
a. Manajemen Tidur
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur pasien, seperti nyeri pada perut yang kencang.
- Mengajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk membantu pasien tidur lebih nyenyak.
- Memberikan edukasi tentang kebersihan tidur (sleep hygiene), seperti menjaga lingkungan yang nyaman, menghindari caffeine, dan mempertahankan jadwal tidur yang teratur.
b. Manajemen Kenyamanan
- Memberikan posisi yang nyaman saat tidur, seperti menggunakan bantal atau guling di bawah perut.
- Mengajarkan pasien melakukan peregangan atau latihan ringan untuk mengurangi ketegangan pada perut.
- Memberikan kompres hangat atau dingin pada perut untuk mengurangi rasa kencang dan kaku.
c. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien tentang perubahan bentuk perut pasca kehamilan dan perawatannya.
- Mengajarkan pasien teknik-teknik untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa kencang pada perut.
- Memberikan saran dan rekomendasi terkait penggunaan pakaian atau alat bantu yang dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan pada perut.
Dengan diberikannya Intervensi Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup pasca kehamilan. -
Article No. 14408 | 18 Mar 2025
Klinis : batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah: Pasien akan mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal, ditandai dengan pasien dapat batuk efektif, pasien memiliki suara napas, irama napas dan kedalaman napas yang normal, serta tidak ada tanda-tanda sesak napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Atur posisi tidur pasien
2. Berikan terapi oksigen jika diperlukan
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Berikan obat sesuai resep
5. Pantau tanda-tanda vital pasien
6. Ajarkan teknik batuk efektif
Sebagai perawat, saya akan melakukan assessment menyeluruh pada pasien, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, dan merancang intervensi yang komprehensif untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. Saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memastikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 14409 | 18 Mar 2025
Klinis : batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi batuk.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitoring status pernapasan
2. Mengatur posisi untuk memaksimalkan ventilasi
3. Memberikan tindakan batuk efektif
4. Memberikan mukolitik dan bronkodilator sesuai indikasi
5. Melakukan suction untuk mengeluarkan sekret
Secara akademis, diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif merupakan kondisi di mana pasien mengalami kesulitan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas, sehingga memerlukan intervensi keperawatan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari hambatan. -
Article No. 14410 | 18 Mar 2025
Klinis : batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Batuk
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Batuk merupakan diagnosis keperawatan yang dapat didefinisikan sebagai "respons tubuh untuk membersihkan jalan napas dengan mengeluarkan udara dengan kuat secara tiba-tiba".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam penanganan pasien dengan batuk adalah pasien dapat menunjukkan jalan napas yang bebas dari sputum, pasien dapat menunjukkan pola napas yang normal, dan pasien dapat menunjukkan oksigenasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien dengan batuk meliputi:
1. Manajemen Jalan Napas: Mempertahankan jalan napas yang bebas dari sputum, menggunakan teknik batuk efektif, dan melakukan suction jika diperlukan.
2. Manajemen Oksigenasi: Memantau status oksigenasi pasien, memberikan oksigen tambahan jika diperlukan, dan mengajarkan teknik pernapasan yang benar.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor penyebab batuk, gejala, dan penanganan yang tepat.
Dalam konteks akademis, sebagai seorang pakar keperawatan, saya dapat menjelaskan bahwa batuk merupakan salah satu tanda dan gejala yang sering ditemui dalam praktik keperawatan. Penanganan yang tepat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sangat penting untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang optimal dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14411 | 18 Mar 2025
Klinis : preeklamsia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi preeklamsia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan edema, peningkatan berat badan, dan hipertensi.
2. Risiko syok berhubungan dengan penurunan curah jantung dan hipovolemia.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan dan ketidaknyamanan akibat gejala preeklamsia.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Standar diagnosis keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan intervensi yang tepat.
- Dalam kasus preeklamsia, diagnosis keperawatan yang muncul terkait dengan gangguan cairan dan elektrolit, gangguan kardiovaskular, serta gangguan tidur dan istirahat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Standar yang menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Pada pasien dengan preeklamsia, luaran yang diharapkan mencakup stabilitas tanda-tanda vital, tidak terjadi komplikasi, serta tercapainya pola tidur yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Standar yang menggambarkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan pada pasien preeklamsia dapat meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan dan elektrolit secara hati-hati, pengaturan lingkungan untuk mendukung tidur, serta pemberian edukasi dan dukungan psikologis.
Secara akademis, standar-standar ini merupakan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar, khususnya dalam penanganan pasien dengan kondisi preeklamsia. -
Article No. 14412 | 18 Mar 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi demam.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi demam adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, penyakit, atau paparan lingkungan. Pada kondisi ini, terjadi peningkatan suhu tubuh yang melebihi batas normal, yang dapat menimbulkan gejala-gejala seperti rasa tidak nyaman, kelemahan, dan dehidrasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh menurun dan berada dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C).
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.
3. Pasien menunjukkan peningkatan level kesadaran dan aktivitas.
4. Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat, seperti turgor kulit yang baik dan mukosa yang lembab.
5. Pasien melaporkan adanya penurunan rasa tidak nyaman atau gejala yang terkait dengan demam.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Mengukur suhu tubuh pasien secara berkala (misalnya setiap 4 jam) untuk memantau perkembangan suhu.
- Memantau tanda-tanda vital lainnya, seperti nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.
2. Manajemen Demam
- Memberikan kompres hangat atau dingin pada area tubuh pasien untuk membantu menurunkan suhu.
- Memberikan obat penurun demam (antipiretik) sesuai dengan resep dokter.
- Memastikan pasien mengonsumsi cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang akibat demam.
3. Manajemen Kenyamanan
- Membantu pasien untuk beristirahat dan mengurangi aktivitas fisik.
- Memberikan lingkungan yang nyaman, tenang, dan sejuk untuk mendukung penurunan suhu tubuh.
- Memantau tanda-tanda ketidaknyamanan atau gejala lain yang mungkin muncul dan mengelolanya secara efektif.
4. Edukasi dan Dukungan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan manajemen demam.
- Mendorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan dan pemantauan kondisi.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga selama proses pemulihan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan pulih dari kondisi demam secara optimal.