Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14396 | 18 Mar 2025
Klinis : Mrs. Clara, a 60-year-old female with type 2 diabetes, presents to the clinic for a follow-up visit. She reports feeling more thirsty than usual and urinating frequently. She admits that she has not been checking her blood glucose levels regularly. She is fatigued after meals and has difficulty controlling cravings for sweets. Her current blood glucose level is 240 mg/dL, and her A1C is 9.2%. She has not been following her prescribed diet and exercise plan. She has also noted that her weight has increased over the past few months.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Mrs. Clara.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam mengikuti rencana diet.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan setelah makan.
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam pemantauan kadar glukosa darah.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Diagnosa keperawatan yang saya berikan sesuai dengan SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Misalnya, untuk diagnosa "Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh", luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Contoh intervensi untuk diagnosa "Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri" adalah edukasi tentang pentingnya pemantauan kadar glukosa darah secara rutin.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan. -
Article No. 14397 | 18 Mar 2025
Klinis : Mrs. Clara, a 60-year-old female with type 2 diabetes, presents to the clinic for a follow-up visit. She reports feeling more thirsty than usual and urinating frequently. She admits that she has not been checking her blood glucose levels regularly. She is fatigued after meals and has difficulty controlling cravings for sweets. Her current blood glucose level is 240 mg/dL, and her A1C is 9.2%. She has not been following her prescribed diet and exercise plan. She has also noted that her weight has increased over the past few months.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Mari kita bahas mengenai kondisi Mrs. Clara berdasarkan standar Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, dan Luaran Keperawatan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Definisi: Peningkatan/penurunan berat badan, kesulitan mengontrol nafsu makan, dan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Karakteristik Definisi: Kelelahan setelah aktivitas, dan peningkatan kebutuhan istirahat.
3. Kekurangan Pengetahuan
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan suatu masalah kesehatan tertentu.
- Karakteristik Definisi: Pernyataan pasien tentang kurangnya pengetahuan terkait pengelolaan diabetes, dan ketidakteraturan pemantauan glukosa darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Nutrisi: Menunjukkan asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Toleransi Aktivitas: Mampu melakukan aktivitas rutin tanpa kelelahan berlebih.
3. Manajemen Diri Diabetes: Mampu mengelola diabetes secara efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi
- Tujuan: Mempertahankan keseimbangan nutrisi yang adekuat.
- Intervensi: Asesmen nutrisi, Edukasi diet diabetes, Konseling diet, Monitoring intake nutrisi.
2. Manajemen Aktivitas dan Istirahat
- Tujuan: Mempertahankan toleransi aktivitas yang optimal.
- Intervensi: Asesmen toleransi aktivitas, Pengaturan aktivitas dan istirahat, Edukasi manajemen energi.
3. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien dalam mengelola diabetes.
- Intervensi: Asesmen pengetahuan, Edukasi patofisiologi diabetes, Edukasi pemantauan glukosa darah, Edukasi manajemen diabetes.
Dalam kasus Mrs. Clara, pendekatan keperawatan yang komprehensif mencakup manajemen nutrisi, aktivitas, dan edukasi kesehatan diharapkan dapat membantu meningkatkan kontrol glukosa darah, mengurangi kelelahan, dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola diabetes secara mandiri. -
Article No. 14398 | 18 Mar 2025
Klinis : ketidak setabilan kadar glukosa darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ketidakstabilan kadar glukosa darah, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah yang tidak terkendali, baik hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) maupun hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah). Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti pola makan yang tidak teratur, aktivitas fisik yang tidak seimbang, penggunaan obat-obatan, dan gangguan metabolisme.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah adalah stabilnya kadar glukosa darah pasien dalam rentang normal, kemampuan pasien dalam memantau dan mengendalikan kadar glukosa darah, serta tidak terjadi komplikasi akibat hiperglikemia atau hipoglikemia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah meliputi:
a. Pemantauan kadar glukosa darah secara teratur
b. Pemberian edukasi tentang diet dan pola makan yang sesuai
c. Pengaturan aktivitas fisik yang seimbang
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk menentukan terapi yang tepat
e. Monitoring dan manajemen efek samping obat-obatan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah
Dengan menggunakan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan perawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah pada pasien. -
Article No. 14399 | 18 Mar 2025
Klinis : L.09076r-Kontrol Diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Kontrol Diri Tidak Efektif
Penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kontrol Diri Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu untuk mengatur dan/atau mengelola dorongan, keinginan, atau perilaku yang mengganggu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah individu dapat menunjukkan kontrol diri yang efektif, ditandai dengan kemampuan mengendalikan emosi, perilaku, dan proses kognitif sesuai dengan situasi dan standar yang dapat diterima secara sosial.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Asesmen faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri, seperti latar belakang, riwayat, serta kondisi fisik dan psikologis.
2. Identifikasi perilaku yang membutuhkan kontrol diri dan pengembangan strategi pengelolaan.
3. Latihan teknik relaksasi, manajemen stres, dan pengaturan emosi.
4. Edukasi tentang pentingnya kontrol diri dan dampak dari kurangnya kontrol diri.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti psikolog atau psikiater, jika diperlukan.
Tujuan akhir dari intervensi ini adalah individu dapat menerapkan kontrol diri secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. -
Article No. 14400 | 18 Mar 2025
Klinis : Menurut SDKI (2017) berikut adalah beberapa penyebab hipoterma: Kerusakan pada hipotalamus Konsumsi alkohol Berat badan ekstrim Kekurangan lemak subkutan Terpapar suhu lingkungan rendah Malnutrisi Pemakain pakaian tipis Penurunan laju metabolisme Tidak beraktivitas Transfer panas (misalnya konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi) Trauma Proses penuaan Efek agen farmakologis Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia Bagaimana mekanisme tiap penyebab hingga menyebabkan hipotermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi hipotermi berdasarkan informasi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipotermia berhubungan dengan penurunan suhu tubuh akibat terpapar suhu lingkungan yang rendah, malnutrisi, penggunaan pakaian yang tipis, dan proses penuaan.
Penjelasan Singkat:
1. Kerusakan pada hipotalamus: Hipotalamus berperan dalam mengatur suhu tubuh. Kerusakan pada hipotalamus dapat menyebabkan gangguan dalam mengontrol suhu tubuh, sehingga dapat memicu terjadinya hipotermia.
2. Konsumsi alkohol: Alkohol dapat menyebabkan vasodilatasi dan menghambat mekanisme vasokonstriksi, sehingga hilangnya panas tubuh menjadi lebih cepat.
3. Berat badan ekstrim: Individu dengan berat badan ekstrim (sangat rendah atau sangat tinggi) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipotermia karena ketidakefisienan dalam mempertahankan suhu tubuh.
4. Kekurangan lemak subkutan: Lemak subkutan berfungsi sebagai isolator yang membantu mempertahankan suhu tubuh. Kekurangan lemak subkutan dapat meningkatkan risiko hipotermia.
5. Terpapar suhu lingkungan rendah: Terpapar suhu lingkungan yang rendah dapat menyebabkan hilangnya panas tubuh secara berlebihan, sehingga menyebabkan penurunan suhu tubuh.
6. Malnutrisi: Malnutrisi dapat menyebabkan penurunan produksi panas tubuh, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
7. Penggunaan pakaian tipis: Pakaian yang tipis tidak dapat melindungi tubuh dari kehilangan panas, sehingga dapat menyebabkan hipotermia.
8. Penurunan laju metabolisme: Penurunan laju metabolisme dapat mengurangi produksi panas tubuh, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
9. Tidak beraktivitas: Aktivitas fisik dapat membantu memproduksi panas tubuh. Ketidakaktifan dapat menyebabkan penurunan produksi panas, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
10. Transfer panas: Berbagai mekanisme transfer panas, seperti konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi, dapat menyebabkan hilangnya panas tubuh secara berlebihan, sehingga menyebabkan hipotermia.
11. Trauma: Trauma dapat menyebabkan peningkatan kehilangan panas tubuh, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
12. Proses penuaan: Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan kemampuan tubuh dalam mempertahankan suhu tubuh, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
13. Efek agen farmakologis: Beberapa agen farmakologis dapat memengaruhi mekanisme termoregulasi tubuh, sehingga dapat menyebabkan hipotermia.
14. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia: Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pencegahan hipotermia dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi tersebut.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan pedoman yang digunakan oleh perawat di Indonesia untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas. Melalui pemahaman terhadap standar-standar ini, perawat dapat memberikan intervensi yang tepat untuk mengelola kondisi hipotermia secara komprehensif. -
Article No. 14401 | 18 Mar 2025
Klinis : px datang dengan keluhan gatal di wajah dan leher
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan gatal di wajah dan leher adalah "Pruritus" atau Gatal. Pruritus merupakan sensasi tidak nyaman pada kulit yang menyebabkan keinginan kuat untuk menggaruk. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti alergi, iritasi kulit, atau kondisi medis lainnya.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Tanda-tanda vital stabil
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit
3. Pasien melaporkan penurunan sensasi gatal
4. Pasien mampu mengelola gejala gatal secara efektif
5. Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan dan kualitas hidup
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai tujuan luaran di atas, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Observasi tanda-tanda vital dan kondisi kulit secara berkala
2. Identifikasi dan minimalkan faktor pemicu gatal, seperti alergen atau iritasi
3. Berikan terapi topikal sesuai resep, seperti krim atau losion penghilang gatal
4. Ajarkan teknik manajemen gatal, seperti menghindari menggaruk, mengompres dengan air dingin, dan teknik relaksasi
5. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang nyaman dan longgar
6. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyebab, penanganan, dan pencegahan gatal
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika diperlukan, misalnya dokter spesialis kulit
Penjelasan rinci:
1. Observasi tanda-tanda vital dan kondisi kulit secara berkala
- Memantau tanda-tanda vital untuk memastikan stabilitas kondisi pasien
- Mengevaluasi kondisi kulit untuk mendeteksi adanya tanda-tanda infeksi atau komplikasi
2. Identifikasi dan minimalkan faktor pemicu gatal
- Menggali riwayat alergi, riwayat paparan zat iritan, atau kondisi medis yang dapat menyebabkan gatal
- Memberikan rekomendasi untuk menghindari atau meminimalkan paparan terhadap faktor pemicu
3. Berikan terapi topikal sesuai resep
- Mengaplikasikan krim atau losion yang mengandung bahan aktif untuk meredakan gatal, seperti antihistamin atau kortikosteroid
- Memastikan penggunaan sesuai instruksi untuk memperoleh efek yang optimal
4. Ajarkan teknik manajemen gatal
- Mengajarkan pasien untuk tidak menggaruk kulit, karena dapat menyebabkan iritasi dan infeksi
- Melatih teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk mengurangi sensasi gatal
- Memberikan saran untuk mengompres dengan air dingin untuk memberikan rasa sejuk dan rileks
5. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang nyaman dan longgar
- Menghindari pakaian yang dapat memicu iritasi atau rasa tidak nyaman pada kulit
- Memilih bahan pakaian yang lembut dan tidak mengiritasi
6. Edukasi pasien dan keluarga
- Memberikan informasi tentang penyebab, pencegahan, dan penanganan gatal
- Memastikan pasien dan keluarga memahami tindakan yang harus dilakukan untuk mengelola kondisi ini
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Berkoordinasi dengan dokter spesialis kulit jika diperlukan untuk menentukan penyebab dan pengobatan yang tepat
- Melibatkan ahli gizi atau ahli farmasi jika dibutuhkan saran tentang pengobatan atau perawatan tambahan
Semoga penjelasan ini membantu Anda dalam memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan keluhan gatal pada wajah dan leher. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 14402 | 18 Mar 2025
Klinis : px datang dengan keluhan sakit mata sudah 2 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi px dengan keluhan sakit mata selama 2 hari:
1. Gangguan penglihatan (00062) berhubungan dengan infeksi mata (kondisi yang mendasari).
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan ini sesuai karena px mengalami keluhan sakit mata yang merupakan gangguan pada fungsi penglihatan. Gangguan penglihatan ini berhubungan dengan kemungkinan adanya infeksi pada mata yang menyebabkan rasa sakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penglihatan membaik (1623)
- Indikator:
a. Laporkan nyeri/rasa tidak nyaman pada mata berkurang
b. Kemampuan melihat meningkat
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata
Penjelasan:
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah penglihatan px membaik. Indikator-indikator yang menunjukkan hal tersebut adalah px melaporkan nyeri/rasa tidak nyaman pada mata berkurang, kemampuan melihat meningkat, dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen nyeri (1400)
a. Kaji karakteristik nyeri (misalnya, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas)
b. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya, kompres hangat/dingin)
c. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
2. Manajemen Infeksi (6540)
a. Monitor tanda-tanda infeksi (misalnya, kemerahan, bengkak, dan eksudat pada mata)
b. Berikan kompres hangat/dingin sesuai indikasi
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik topikal sesuai indikasi
3. Peningkatan Penglihatan (4430)
a. Kaji fungsi penglihatan (misalnya, ketajaman visual, lapang pandang)
b. Berikan lingkungan yang memudahkan penggunaan penglihatan
c. Ajarkan strategi untuk memaksimalkan penggunaan penglihatan
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yaitu:
1. Manajemen nyeri untuk mengurangi rasa sakit/tidak nyaman pada mata.
2. Manajemen infeksi untuk mengatasi tanda-tanda infeksi pada mata.
3. Peningkatan penglihatan untuk memaksimalkan fungsi penglihatan px.
Intervensi-intervensi tersebut dilakukan secara komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu memulihkan penglihatan px. -
Article No. 14403 | 18 Mar 2025
Klinis : Menurut SDKI (2017) berikut adalah beberapa penyebab hipoterma: Kerusakan pada hipotalamus Konsumsi alkohol Berat badan ekstrim Kekurangan lemak subkutan Terpapar suhu lingkungan rendah Malnutrisi Pemakain pakaian tipis Penurunan laju metabolisme Tidak beraktivitas Transfer panas (misalnya konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi) Trauma Proses penuaan Efek agen farmakologis Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia Bagaimana mekanisme tiap penyebab hingga menyebabkan hipotermia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta mekanisme penyebab hipotermia yang Anda sebutkan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: T68
- Deskripsi: Hipotermia
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.81
- Deskripsi: Pengukuran suhu tubuh
Mekanisme penyebab hipotermia:
Kerusakan pada hipotalamus: Hipotalamus berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Kerusakan pada daerah ini dapat menyebabkan gangguan mekanisme homeostasis suhu, sehingga terjadi penurunan suhu tubuh.
Konsumsi alkohol: Alkohol menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, yang dapat meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi dan konveksi. Selain itu, alkohol juga mengganggu kemampuan tubuh dalam mengatur suhu.
Berat badan ekstrim: Individu dengan berat badan ekstrim, baik over maupun underweight, memiliki lebih sedikit lemak subkutan untuk mempertahankan suhu tubuh saat terpapar suhu lingkungan yang dingin.
Kekurangan lemak subkutan: Lemak subkutan berfungsi sebagai insulator untuk mencegah kehilangan panas tubuh. Kekurangan lemak subkutan menyebabkan penurunan kemampuan tubuh dalam mempertahankan suhu.
Terpapar suhu lingkungan rendah: Paparan suhu lingkungan yang rendah menyebabkan kehilangan panas tubuh melalui mekanisme konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Malnutrisi: Kekurangan nutrisi, terutama protein dan lemak, dapat menurunkan kemampuan tubuh dalam menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu tubuh.
Pemakaian pakaian tipis: Pakaian yang tipis tidak dapat melindungi tubuh dari kehilangan panas akibat paparan suhu lingkungan yang dingin.
Penurunan laju metabolisme: Penurunan aktivitas metabolisme dapat mengurangi produksi panas tubuh, sehingga menyebabkan hipotermia.
Tidak beraktivitas: Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan produksi panas tubuh, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
Transfer panas: Mekanisme transfer panas seperti konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi dapat menyebabkan kehilangan panas tubuh dan menimbulkan hipotermia.
Trauma: Cedera fisik, baik luka terbuka maupun tertutup, dapat mengganggu mekanisme pengaturan suhu tubuh dan menyebabkan hipotermia.
Proses penuaan: Penuaan dapat menurunkan kemampuan tubuh dalam mengatur suhu, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
Efek agen farmakologis: Beberapa obat-obatan dapat mengganggu pengaturan suhu tubuh dan menyebabkan hipotermia.
Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia: Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pencegahan hipotermia dapat menyebabkan individu menjadi rentan terhadap paparan suhu rendah. -
Article No. 14404 | 18 Mar 2025
Klinis : px datang dengan keluhan badan meriang dan mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: px datang dengan keluhan badan meriang dan mual
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu pasien datang dengan keluhan badan meriang dan mual, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal.
Faktor yang berhubungan: Proses infeksi.
Karakteristik Mayor: Peningkatan suhu tubuh.
Penjelasan: Keluhan badan meriang menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh atau hipertermia. Hipertermia merupakan salah satu diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Suhu Tubuh
Kriteria Hasil:
- Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C)
- Tidak ada tanda-tanda hipertermia
- Tidak ada gejala menggigil
Penjelasan: Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien mencapai suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda hipertermia, dan tidak ada gejala menggigil. Hal ini menunjukkan kondisi pasien telah membaik dan bebas dari hipertermia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Demam (6680)
Tujuan:
- Menurunkan suhu tubuh pasien ke dalam rentang normal
Aktivitas:
- Pantau suhu tubuh pasien secara berkala
- Berikan cairan dan elektrolit yang cukup
- Pertahankan lingkungan yang sejuk dan nyaman
- Berikan obat penurun demam jika diperlukan
- Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
Penjelasan: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen demam, yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh pasien ke dalam rentang normal. Aktivitas yang dapat dilakukan mencakup pemantauan suhu tubuh, pemberian cairan dan elektrolit, pengaturan lingkungan, pemberian obat penurun demam, serta anjuran istirahat yang cukup.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda hipertermia, dan tidak ada gejala menggigil. Hal ini akan menunjukkan bahwa kondisi pasien telah membaik setelah diberikan asuhan keperawatan. -
Article No. 14405 | 18 Mar 2025
Klinis : Batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi batuk pilek:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
c. Faktor yang Berhubungan: Peningkatan produksi sekret, edema mukosa, kelemahan batuk.
d. Gejala dan Tanda: Terdapat sekret pada saluran napas, suara napas tambahan, batuk tidak efektif, kesulitan bernapas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Luaran Keperawatan: Bersihan Jalan Napas
b. Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan saluran napas yang terbuka, bebas dari sekresi, dan memfasilitasi pertukaran gas.
c. Indikator:
i. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
ii. Pasien tidak mengalami suara napas tambahan.
iii. Pasien dapat bernapas dengan mudah.
iv. Saturasi oksigen dalam batas normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi Keperawatan: Manajemen Jalan Napas
b. Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi dan oksigenasi.
c. Aktivitas Keperawatan:
i. Monitor status pernapasan pasien, seperti frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
ii. Auskultasi suara napas untuk mendeteksi adanya suara napas tambahan.
iii. Berikan posisi semi-fowler untuk memudahkan pernapasan.
iv. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batuk efektif dan melakukan fisioterapi dada jika perlu.
v. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan, seperti bronkodilator atau mukolitik, jika diperlukan.
vi. Pantau saturasi oksigen dan berikan oksigen tambahan jika diperlukan.
vii. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen jalan napas yang efektif.
Penjelasan Rinci:
Kondisi batuk pilek dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, seperti rhinitis atau sinusitis. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi sekret, edema mukosa, dan kelemahan batuk, sehingga bersihan jalan napas menjadi tidak efektif. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Bersihan Jalan Napas, yang menunjukkan kemampuan pasien untuk mempertahankan saluran napas yang terbuka, bebas dari sekresi, dan memfasilitasi pertukaran gas. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi meliputi pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif, tidak ada suara napas tambahan, pasien dapat bernapas dengan mudah, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah Manajemen Jalan Napas, yang meliputi pemantauan status pernapasan, auskultasi suara napas, pemberian posisi semi-fowler, penggunaan teknik batuk efektif dan fisioterapi dada, pemberian obat-obatan sesuai kolaborasi, pemantauan saturasi oksigen, dan edukasi pasien serta keluarga. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi dan oksigenasi sehingga bersihan jalan napas menjadi efektif.