Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14386 | 18 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 35 tahun, didiagnosis Ca Paru Stadium 2 oleh dokter. Hasil pengkajian: saat mendapatkan informasi tersebut, pasien syok sambil memukul meja dan berteriak “tidak mungkin”. Pasien tampak tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya dan menangis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan reaksi terhadap diagnosis penyakit, yang ditandai dengan syok, tidak percaya, dan menangis.
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kecemasan adalah respon emosional dan psikofiologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan tidak spesifik.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang terkontrol, mampu mengenali dan mengungkapkan kecemasan, serta dapat menerapkan strategi koping yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, memfasilitasi pengungkapan perasaan, mengajarkan teknik relaksasi, serta melibatkan keluarga dalam proses penyembuhan.
Sebagai perawat, saya akan berfokus pada upaya membantu pasien mengatasi kecemasan yang dialaminya. Hal ini penting dilakukan agar pasien dapat menerima kondisinya dan berkolaborasi dengan tim kesehatan untuk menjalani proses pengobatan yang optimal. -
Article No. 14387 | 18 Mar 2025
Klinis : Ny. K (55 tahun) dibawa ke RS karena keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk RS. Batuk-batuk ada tapi tidak berdahak, Sesak dirasakan sudah 1 bulan yang lalu disertai bengkak, terutama di kaki dan perut. Pasien sudah pernah dirawat 1 bulan yang lalu di RS dengan keluhan yang sama. Saat itu pasien sudah disarankan untuk melakukan cuci darah tapi pasien menolak. 1 bulan berikutnya, pasien masuk kembali ke RS dengan keluhan sesak napas, dan kedua ekstremitas bengkak. Pasien masuk ke IGD TD pasien mencapai 205/110 mmHg dan mendapatkan drip perdipin 2 amp/titrasi. Hasil analisa gas darah di IGD menunjukkan asidosis metabolik pH; 7,242 pCO2: 27,5 pO2: 155,3 HCO3-: 11,6. Saat itu pasien diberikan koreksi biknat 200 meq. Di IGD pasien juga diberikan drip cedocard 1 mg/jam dan lasix 5 mg/jam. Pasien juga diberikan terapi oksigen nasal canul 5 lpm. Pasien dengan riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu, dan juga menderita DM sejak 5 tahun yang lalu. Saat dilakukan pengkajian pasien sudah berada diruangan rawat inap. Tingkat kesadaran pasien composmentis E4M6V5. Perawat mencoba melakukan anamnesa kepada pasien kenapa pasien menolak tindaka hemodialisis yang telah dianjurkan 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan menolak melakukan tindakan hemodialisis dikarenakan pasien tidak mau nasibnya sama seperti tetangga nya yang meninggal setelah menjalani hemodialisis. Namun, setelah diberikan penjelasan kepada pasien oleh tenaga kesehatan akhirnya pasien bersedia untuk dilakukan tindakan hemodialisis. Pasien akan direncanakan untuk tindakan hemodialisis besok hari. Pasien mengatakan nafsu makan sejak 1 bulan belakangan menurun. BB= TB IMT 20,1 kg/m2. Keluhan mual (+), muntah (-). Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, membran mukosa bibir kering. Diet: diet RG 1500 kkal/kgBB/hari, protein 1 gr/hari. Saat ini semua kebutuhan dibantu perawat, pasien hanya bisa beraktivitas di tempat tidur dengan bantuan parsial dari perawat dan keluarga. Pasien masih tampak sulit untuk melakukan kegiatan. Pasien mengatakan sudah mencoba untuk beraktivitas namun setiap kali turun dari tempat tirud pasien mengeluh pusing dan sesak semakin berat. Pasien saat ini terpasang CDL di subclavia dextra, terpasang kateter dan edema pada ekstremitas atas dan bawah, pitting edema grade 2. Keluhan badan terasa lemas dan letih (+). Pasien terpasang folley kateter, produksi urine kuning jernih dengan jumlah 900ml/24 jam. Pasien terpasang lasix 5 mg/jam. BAB tidak masalah. Balance cairan/24 jam→intake cairan 500 ml, output cairan: 1500 ml, BC: -1000 ml. Pasien mengeluh sering terbangun akibat sesak yang masih yang masih dirasakannya. Pasien harus tidur dengan 2 bantal, pasien mengatakan tidur hanya ± 5 jam setiap malamnya. Personal hygiene pasien cukup baik, kulit kering. Pasien merupakan seorang istri dan seorang ibu. Pasien sehari-hari menjalani peranya sebagai ibu rumah tangga. Terkait peran di rumah tangga semenjak sakit 1 bulan terakhir terdapat perubahan yang dirasakan oleh pasien, pasien tidak dapat beraktivitas berat karena akan memicu timbulnya sesak napas. Pasien seorang ibu rumah tangga. Selama perawatan suami pasien yang bertanggung jawab terhadap segala kebutuhan pasien. Pasien mengatakan orang yang terdekat selama perawatan adalah suaminya. Suamninya dengan setia menunggui dan memberikan support untuk kesembuhan pasien. Hasil pemeriksaan fisik di ruangan di dapatkan TD 182/85 mmHg HR 84 x/menit, nadi teraba kuat dan reguler, suhu 36,80C, akral teraba hangat, CRT < 3 detik. Pemeriksaan fisik paru: RR 24x/menit, irama nafas irreguler dan teratur terpasang nasal canul 5 liter per menit. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb = 8,8 g/dl, Ht = 27%, leukosit= 9,7 ribu/ul, trombosit = 307ribu/ul, eritrosit = 3,22 juta/u, albumin = 2,5 mg/dl, natrium : 145 mmol/l, kalium 5,33 mmol/l, chlorida 118 mmol/l. Hasil pemeriksaan laboratorium pre HD: ureum : 152 mg/dl, kreatinin : 7 mg/dl. Hasil pemeriksaan laboratorium post HD: ureum: 101 mg/dl, kreatinin: 5 mg/dl. Hasil rontgen thoraks kardiomegali dengan edema paru + efusi bilateral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh Ny. K, dapat ditegakkan Diagnosa Keperawatan sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan secret/mucus dari saluran pernapasan dengan efektif.
- Tanda dan Gejala: Pasien mengalami sesak napas, pernapasan iregular, sputum berlebih.
- Penyebab: Edema paru, kegagalan jantung, efusi pleura.
2. Kelebihan Volume Cairan
- Definisi: Kelebihan cairan isotonis yang terkumpul di dalam kompartemen intra dan/atau ekstra seluler.
- Tanda dan Gejala: Edema, sesak napas, distensi vena leher, berat badan meningkat.
- Penyebab: Kegagalan ginjal, intake cairan melebihi output, retensi natrium dan air.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Tanda dan Gejala: Lemah, mudah lelah, sesak napas saat beraktivitas.
- Penyebab: Kelemahan otot, penurunan curah jantung, gangguan respirasi.
4. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, nafsu makan menurun, mukosa kering.
- Penyebab: Anoreksia, malabsorpsi, peningkatan kebutuhan metabolik.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu proses asuhan keperawatan. Penjelasan singkat dari masing-masing standar adalah sebagai berikut:
1. SDKI: Memberikan definisi, batasan karakteristik, faktor berhubungan, dan faktor risiko dari setiap diagnosis keperawatan.
2. SLKI: Menetapkan luaran atau kriteria hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk setiap diagnosis keperawatan.
3. SIKI: Menetapkan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan, termasuk aktivitas dan rasional pelaksanaannya.
Dengan menggunakan standar-standar tersebut, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan terarah untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 14388 | 18 Mar 2025
Klinis : M.N., usia 40 tahun, dirawat dengan kolesistitis akut. Setelah menjalani kolesistektomi terbuka, ia dirawat di lantai bedah. Dia memiliki selang nasogastrik untuk penyedotan dinding rendah secara terus menerus, infus oneperifer, dan balutan perut yang besar. M.N berkata ia merasakan nyeri skala 7 (dari 1-10), dibagian post operasi rasanya seperti ditusuk tusuk. Intruksi dokter adalah sebagai berikut: Diet rendah lemak sesuai toleransi, D5 ½ NS dengan 40 mEq KCl pada 125 mL/jam. Tekanan darah 148/82 mmHg, Denyut jantung 118 kali/menit, Frekuensi nafas 24 kali/menit, Suhu 101° F (38,3°C), SaO2 88%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi M.N.:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Pengelolaan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan:
M.N. mengalami nyeri skala 7 (dari 1-10) di area post-operasi yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Ini merupakan nyeri akut akibat prosedur pembedahan.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan:
M.N. memiliki selang nasogastrik untuk penyedotan dinding rendah secara terus-menerus dan infus oneperifer. Hal ini menunjukkan adanya risiko ketidakseimbangan cairan akibat prosedur pembedahan.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Mobilitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
Penjelasan:
Setelah menjalani kolesistektomi terbuka, M.N. memerlukan perawatan di lantai bedah, yang menunjukkan adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas.
4. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan:
M.N. memiliki balutan perut yang besar setelah prosedur pembedahan, yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan yang muncul adalah Nyeri Akut, Risiko Ketidakseimbangan Cairan, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Infeksi. Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi kondisi M.N. -
Article No. 14389 | 18 Mar 2025
Klinis : slki dari defisit pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi defisit pengetahuan:
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit pengetahuan didefinisikan sebagai kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu. Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan individu untuk memperoleh, memproses, dan memahami informasi dasar yang diperlukan untuk pengambilan keputusan yang efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan defisit pengetahuan adalah peningkatan pengetahuan pasien, dimana pasien dapat menunjukkan pemahaman yang benar tentang suatu topik atau situasi kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi defisit pengetahuan antara lain pemberian informasi, edukasi kesehatan, dan konseling. Perawat berperan dalam memfasilitasi proses pembelajaran pasien, memastikan pemahaman, dan mendorong keterlibatan aktif pasien dalam perawatannya.
Sebagai seorang pakar perawat, saya menekankan pentingnya pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien dalam menangani defisit pengetahuan. Memahami latar belakang, preferensi, dan kebutuhan unik setiap pasien sangat penting untuk memastikan intervensi yang efektif dan sesuai. Komunikasi yang efektif, pemberian informasi yang jelas, dan kolaborasi yang erat antara perawat dan pasien merupakan kunci keberhasilan dalam mengatasi masalah ini. -
Article No. 14390 | 18 Mar 2025
Klinis : slki dari defisit pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnostik keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi defisit pengetahuan:
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu. Ini dapat disebabkan oleh kurangnya paparan, kurangnya minat, atau kekurangan intelektual.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk Defisit Pengetahuan adalah peningkatan pengetahuan pasien terkait kondisi kesehatan dan/atau manajemen perawatan diri. Pasien dapat mendemonstrasikan pemahaman yang lebih baik tentang penyakitnya, pengobatan, dan tindakan perawatan diri yang diperlukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Defisit Pengetahuan meliputi:
1. Pendidikan Kesehatan: memberikan informasi dan edukasi kepada pasien terkait kondisi kesehatan, pengobatan, dan perawatan diri yang diperlukan.
2. Klarifikasi: mengklarifikasi pemahaman pasien untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan dapat dipahami dengan baik.
3. Bahan Ajar: menyediakan bahan ajar atau media edukasi yang sesuai untuk memfasilitasi pembelajaran pasien.
4. Evaluasi: mengevaluasi tingkat pengetahuan pasien secara berkala untuk menilai efektivitas intervensi.
Dalam konteks ini, sebagai perawat profesional, saya akan berusaha membantu pasien meningkatkan pengetahuannya terkait kondisi kesehatan dan manajemen perawatan dirinya melalui intervensi-intervensi yang sesuai dengan standar PPNI. -
Article No. 14391 | 18 Mar 2025
Klinis : slki dari defisit pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi defisit pengetahuan. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan dalam nada akademis.
Diagnosis Keperawatan SDKI untuk Kondisi Defisit Pengetahuan:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi defisit pengetahuan adalah "Defisit Pengetahuan" (SDKI 2018). Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai "Kurangnya atau terbatasnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu". Dalam kondisi ini, pasien menunjukkan keterbatasan pengetahuan tentang suatu topik atau kondisi kesehatan tertentu, yang dapat memengaruhi kemampuannya dalam perawatan diri, pengambilan keputusan, dan pencegahan komplikasi.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran berikut:
1. Peningkatan Pengetahuan (SLKI 2019): Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman yang optimal tentang topik atau kondisi kesehatannya.
2. Keterlibatan dalam Pembelajaran (SLKI 2019): Pasien terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan menggunakan strategi yang efektif untuk meningkatkan pengetahuannya.
3. Kemampuan Mengingat (SLKI 2019): Pasien mampu mengingat dan menjelaskan kembali informasi yang diberikan terkait topik atau kondisi kesehatannya.
4. Kepuasan terhadap Edukasi (SLKI 2019): Pasien menunjukkan kepuasan terhadap proses edukasi yang diberikan dan merasa bahwa informasi yang diterima bermanfaat bagi dirinya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat diterapkan:
1. Asesmen Pengetahuan (SIKI 2018): Melakukan asesmen komprehensif untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien terkait topik atau kondisi kesehatannya saat ini.
2. Edukasi Kesehatan (SIKI 2018): Memberikan edukasi kesehatan yang terstruktur dan terperinci mengenai topik atau kondisi kesehatan yang dialami pasien, dengan menggunakan media edukasi yang sesuai.
3. Fasilitasi Pembelajaran (SIKI 2018): Memfasilitasi proses pembelajaran pasien dengan cara mendorong keterlibatan aktif, memberikan umpan balik, dan menggunakan strategi pembelajaran yang efektif.
4. Manajemen Memori (SIKI 2018): Memberikan dukungan dan rekomendasi untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengingat informasi penting terkait topik atau kondisi kesehatannya.
5. Evaluasi Edukasi (SIKI 2018): Melakukan evaluasi secara berkala untuk menilai efektivitas proses edukasi yang telah diberikan dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
Penerapan intervensi-intervensi tersebut secara komprehensif akan membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan pengetahuan, keterlibatan dalam pembelajaran, kemampuan mengingat, dan kepuasan terhadap edukasi yang diberikan. -
Article No. 14392 | 18 Mar 2025
Klinis : M.N., usia 40 tahun, dirawat dengan kolesistitis akut. Setelah menjalani kolesistektomi terbuka, ia dirawat di lantai bedah. Dia memiliki selang nasogastrik untuk penyedotan dinding rendah secara terus menerus, infus oneperifer, dan balutan perut yang besar. M.N berkata ia merasakan nyeri skala 7 (dari 1-10), dibagian post operasi rasanya seperti ditusuk tusuk. Intruksi dokter adalah sebagai berikut: Diet rendah lemak sesuai toleransi, D5 ½ NS dengan 40 mEq KCl pada 125 mL/jam. Tekanan darah 148/82 mmHg, Denyut jantung 118 kali/menit, Frekuensi nafas 24 kali/menit, Suhu 101° F (38,3°C), SaO2 88%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut (NYRIA) berhubungan dengan prosedur pembedahan (kolesistektomi terbuka)
- Ditandai dengan pernyataan pasien mengenai nyeri skala 7 (dari 1-10) di area post operasi yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk.
2. Intoleransi aktivitas (INTAKT) berhubungan dengan penurunan kapasitas fisiologis akibat pembedahan
- Ditandai dengan adanya selang nasogastrik untuk penyedotan dinding rendah secara terus-menerus, infus one-perifer, dan balutan perut yang besar.
3. Risiko perfusi jaringan tidak efektif (RPJTE) berhubungan dengan efek anestesi dan prosedur pembedahan
- Ditandai dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil, yaitu tekanan darah 148/82 mmHg, denyut jantung 118 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu 101°F (38,3°C), dan SaO2 88%.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut (NYRIA)
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri dari skala 7 menjadi skala 3 atau kurang.
- Pasien mendemonstrasikan teknik-teknik pengendalian nyeri yang efektif.
2. Intoleransi Aktivitas (INTAKT)
- Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara bertahap dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat mempertahankan toleransi aktivitas tanpa tanda-tanda kelelahan yang berlebihan.
3. Perfusi Jaringan Tidak Efektif (RPJTE)
- Tanda-tanda vital pasien stabil dalam rentang normal.
- Pasien menunjukkan perbaikan perfusi jaringan yang ditandai dengan peningkatan saturasi oksigen (SaO2) dan perbaikan status hemodinamik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut (NYRIA)
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk optimalisasi penanganan nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas (INTAKT)
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Buat rencana peningkatan aktivitas secara bertahap.
- Berikan bantuan dan alat bantu sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang sesuai.
3. Perfusi Jaringan Tidak Efektif (RPJTE)
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan cairan intravena sesuai instruksi dokter.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk optimalisasi pengobatan dan pemantauan status hemodinamik.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14393 | 18 Mar 2025
Klinis : SEORANG PEREMPUAN BERUSIA 18 TAHUN, MAHASISWI KEPERAWATAN, SUDAH HAMPIR 30 HARI (SEBULAN) TIDAK BISA, TIDAK SUKA MAKAN, SELALU MERASA CEMAS, KETIKA KONSULTASI DENGAN PEMBIMBING IA SELALU KARENA SEPERTI BUNTUH PIKIRANNYA, SEHINGGA DOSENNYA MARAHA-MARAH SEHINGGA PULANG DARI KAMPUS. IA MALAS UNTUK MELAKUKAN SEGALA AKTIFITAS MISALNYA MAKAN, DETAK JANTUNG DAN TEKANAN DARAH MENINGKAT, MULUT KERING, GELISAH, SUSAH BAB. SAAT INI IA SUDAH BERADA DI KAMPUS IA NAMPAK MONDAR-MANDIR DI KAMPUS PERUT MULES, SUDAH BANYAK BUKU IA BACA, IA BERTANYA "APAKAH SAYA BISA MENJAWAB PERTANYAAN PEMBIMBING NANTI?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan Cemas (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya atau masalah.
2. Anoreksia (00002)
Definisi: Kurangnya minat untuk makan yang mengarah ke penurunan berat badan yang signifikan.
3. Gangguan Tidur (00198)
Definisi: Perubahan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali (1402)
- Indikator: Ekspresi wajah tenang, Nada suara tenang, Mampu mengidentifikasi pemicu kecemasan, Melaporkan perasaan cemas menurun.
2. Intake Nutrisi Adekuat (1008)
- Indikator: Berat badan meningkat, Asupan makanan meningkat, Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3. Pola Tidur Terjaga (0004)
- Indikator: Durasi tidur meningkat, Kualitas tidur membaik, Merasa segar setelah bangun tidur.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan (5820)
- Identifikasi penyebab dan faktor pencetus kecemasan
- Kembangkan hubungan saling percaya
- Berikan informasi yang realistis untuk mengurangi ketakutan
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dsb.)
2. Manajemen Nutrisi (1100)
- Kaji kebutuhan nutrisi dan preferensi makanan
- Monitor asupan makanan dan cairan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet
- Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk makan
3. Manajemen Tidur (1850)
- Kaji pola tidur dan faktor yang mempengaruhi
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
- Monitor kualitas dan kuantitas tidur
Penjelasan rinci:
Pasien mengalami gangguan cemas, anoreksia, dan gangguan tidur yang berdampak pada aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk manajemen kecemasan, manajemen nutrisi, dan manajemen tidur. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan kecemasan, meningkatkan asupan nutrisi, dan memperoleh pola tidur yang baik. Perawat harus melakukan pengkajian yang mendalam, menyusun rencana asuhan keperawatan, dan memantau kemajuan pasien secara berkala untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 14394 | 18 Mar 2025
Klinis : • Seorang perempuan berusia 18 tahun, mahasiswi keperawatan, sudah hamper 30 hari (sebulan) tidak bisa , tidak suka makan, selalu merasa cemas, Ketika konsultassi dengan dosen pembimbing ia selalau diam krn seperti buntu pikirannya, sehingga dosennya marah- marah.sehingga pulang dari kampus,, ia malas untuk melakukan segala aktifitas misalnya makan, detak jantung dan tekanan darah yang meningkat, mulut kering, gelisah, serta sulit buang air besar dll, • Saat ini: ia sudah berada di kampus, ia nampak mondar-mandir di kampus, perut mules, sudah banyak buku yang ia baca. Ia bertanya, “Apakah saya biasa menjawab pertanyaan pembimbing nanti?”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan
Penjelasan SDKI:
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber kecemasan yang dirasakan, yang dapat mempengaruhi fisiologis, kognitif, perilaku, dan aspek spiritual/eksistensial.
- Karakteristik Definisi: Gelisah, merasa terancam, sulit konsentrasi, detak jantung meningkat, mulut kering, susah tidur, dll.
Penjelasan SLKI:
- Tujuan Keperawatan: Klien menunjukkan penurunan tingkat kecemasan.
- Kriteria Hasil: Klien menunjukkan tanda-tanda vital normal, dapat berpartisipasi dalam aktivitas harian, dan mampu mengungkapkan perasaan cemas.
Penjelasan SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Identifikasi penyebab kecemasan, berikan informasi yang akurat, anjurkan klien mengemukakan perasaan, ajarkan teknik relaksasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan.
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, klien mengalami kecemasan yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan, seperti tidak nafsu makan, sulit buang air besar, dan masalah pada interaksi dengan dosen pembimbing. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan, memberikan informasi yang akurat, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya, mengajarkan teknik relaksasi, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan. -
Article No. 14395 | 18 Mar 2025
Klinis : D.0098 Penyangkalan Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi D.0098 Penyangkalan Tidak Efektif.
Diagnosa Keperawatan:
D.0098 Penyangkalan Tidak Efektif
Definisi:
Kegagalan untuk mengakui atau menerima informasi atau realitas yang jelas.
Karakteristik Definisi:
1. Menolak menerima informasi yang jelas.
2. Tidak mau mengakui adanya masalah kesehatan.
3. Menolak melakukan tindakan yang dianjurkan.
4. Mencari penjelasan atau alasan untuk membenarkan perilaku negatif.
Faktor yang Berhubungan:
1. Adanya ancaman terhadap konsep diri.
2. Kurangnya pemahaman tentang kondisi kesehatan.
3. Ketidaksiapan menerima perubahan.
4. Upaya mempertahankan kontrol.
Rencana Intervensi Keperawatan:
1. Bangun hubungan terapeutik yang saling percaya.
2. Identifikasi alasan penyangkalan klien.
3. Berikan informasi secara bertahap dan berulang.
4. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan persepsinya.
5. Libatkan keluarga dalam proses penerimaan.
6. Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk perubahan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan panduan standar diagnosis keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI. Diagnosa D.0098 Penyangkalan Tidak Efektif termasuk dalam domain Fungsi Kognitif, dengan kelas Pemrosesan Informasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah panduan standar luaran keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI. Luaran yang diharapkan untuk kasus Penyangkalan Tidak Efektif antara lain Penerimaan Kondisi Kesehatan, Manajemen Diri, dan Perilaku Patuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah panduan standar intervensi keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Penyangkalan Tidak Efektif antara lain Bina Hubungan Saling Percaya, Edukasi Kesehatan, Terapi Kognitif, dan Dukungan Emosional.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, SIKI untuk kasus Penyangkalan Tidak Efektif. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.