Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21515 | 04 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? • Darah rutin: normal. ? • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data kasus yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Tn. A mengalami diagnosa keperawatan Dermatitis. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang terkait dengan kondisi ini:
Diagnosa Keperawatan:
Kode: 00013
Judul: Dermatitis
Definisi: Peradangan kulit yang disertai rasa gatal, kemerahan, pembentukan papul, vesikel, dan eksudasi.
SDKI:
Kode: 10024
Judul: Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau lapisan kulit lainnya.
SLKI:
Kode: 10008
Judul: Integritas Kulit Membaik
Definisi: Kondisi di mana struktur dan fungsi kulit kembali normal.
SIKI:
Kode: 10023
Judul: Perawatan Luka
Definisi: Serangkaian tindakan dalam mengelola luka untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Kode: 10025
Judul: Terapi Kulit
Definisi: Serangkaian tindakan dalam memberikan terapi untuk mengatasi gangguan pada kulit.
Kode: 10026
Judul: Manajemen Gejala
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengontrol atau mengurangi gejala yang dialami pasien.
Dengan demikian, perawat dapat menetapkan diagnosa keperawatan Dermatitis pada pasien Tn. A, serta menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada pemulihan integritas kulit, pengurangan gejala, dan pencegahan komplikasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 21516 | 04 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? • Darah rutin: normal. ? • IgE serum: sedikit meningkat. buatkan 3 diagnosa prioritas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah perawat profesional yang berpengalaman dalam bidang keperawatan. Berdasarkan informasi yang diberikan, saya akan memberikan 3 diagnosa keperawatan prioritas untuk kasus dermatitis pada Tn. A, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi terhadap semen
- SDKI: Gangguan integritas kulit
- Kode: 00046
- Definisi: Kerusakan atau perubahan pada epidermis, dermis, atau jaringan subkutan.
- SLKI: Pemulihan kesehatan kulit
- Kode: 1316
- Definisi: Kemampuan individu untuk memelihara dan memulihkan kondisi kulit yang sehat.
- SIKI: Perawatan kulit
- Kode: I0150
- Definisi: Tindakan untuk memelihara dan meningkatkan integritas kulit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal dan rasa panas di kulit
- SDKI: Gangguan pola tidur
- Kode: 00198
- Definisi: Gangguan durasi dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Tidur yang efektif
- Kode: 0004
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat dan berkualitas.
- SIKI: Manajemen nyeri
- Kode: I0326
- Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan.
3. Cemas berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
- SDKI: Kecemasan
- Kode: 00146
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau tegang yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- SLKI: Manajemen kecemasan
- Kode: 1211
- Definisi: Kemampuan untuk mengenali, mengatasi, dan mengelola perasaan cemas.
- SIKI: Terapi relaksasi
- Kode: I0390
- Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi relaksasi fisik dan mental untuk mengurangi kecemasan.
Demikian diagnosa keperawatan prioritas yang saya berikan, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI. Saya harap informasi ini dapat membantu dalam mengelola kasus dermatitis pada Tn. A. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. -
Article No. 21517 | 04 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? • Darah rutin: normal. ? • IgE serum: sedikit meningkat. buatkan 3 diagnosa prioritas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA KASUS DERMATITIS KONTAK\b0\fs24
\par Berdasarkan analisis data pada Tn. A, usia 35 tahun, dengan dermatitis kontak iritan akibat paparan semen, berikut tiga diagnosa keperawatan prioritas beserta penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
\par \b Diagnosa 1: Gatal berhubungan dengan proses inflamasi kulit\b0
\par \b Kode SDKI:\b0 B.3.1.1 (Gatal)
\par \b SLKI:\b0 1601 (Kontrol gatal) - \i Kriteria hasil:\i0 Gatal berkurang, frekuensi menggaruk menurun, kulit tidak mengalami ekskoriasi lebih lanjut
\par \b SIKI:\b0 3210 (Manajemen gatal) - \i Intervensi:\i0 Ajarkan teknik menghindari garukan, berikan kompres dingin, kolaborasi pemberian farmakoterapi antipruritus
\par \b Rasional:\b0 Data menunjukkan keluhan gatal utama dengan ekskoriasi akibat garukan, diperburuk oleh keringat dan debu semen. Peningkatan IgE serum mengindikasikan respons imun yang memperkuat diagnosis proses inflamasi sebagai etiologi gatal.
\par \b Diagnosa 2: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor iritan fisik/kimia\b0
\par \b Kode SDKI:\b0 B.1.1.1 (Kerusakan integritas kulit)
\par \b SLKI:\b0 1101 (Penyembuhan luka: tingkat 1) - \i Kriteria hasil:\i0 Lesi kulit menunjukkan epitelisasi, tidak ada tanda infeksi, kulit tetap utuh
\par \b SIKI:\b0 3520 (Perawatan luka) - \i Intervensi:\i0 Lakukan perawatan luka steril, ajarkan perlindungan kulit dari iritan, monitor tanda infeksi
\par \b Rasional:\b0 Temuan fisik eritema difus, papul, ekskoriasi, dan kulit kering mengonfirmasi kerusakan barrier kulit. Patch test positif terhadap semen mengidentifikasi agen iritan spesifik yang menyebabkan kerusakan integritas kulit.
\par \b Diagnosa 3: Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan gatal\b0
\par \b Kode SDKI:\b0 A.2.1.1 (Gangguan pola tidur)
\par \b SLKI:\b0 402 (Kualitas tidur) - \i Kriteria hasil:\b0 Pasien dapat tidur tanpa terbangun, melaporkan peningkatan kualitas tidur
\par \b SIKI:\b0 1850 (Peningkatan tidur) - \i Intervensi:\i0 Ajarkan teknik relaksasi sebelum tidur, atur lingkungan tidur nyaman, kolaborasi pemberian terapi untuk mengurangi gatal nokturnal
\par \b Rasional:\b0 Data subjektif pasien terbangun 2-3 kali malam hari akibat gatal menunjukkan dampak signifikan dermatitis terhadap istirahat, yang dapat memperburuk proses penyembuhan melalui mekanisme stres imunologis.
\par \b Catatan Klinis:\b0 Diagnosa prioritas difokuskan pada manajemen gejala akut (gatal), kerusakan jaringan aktual, dan dampak sistemik (gangguan tidur) yang memerlukan intervensi segera. Aspek edukasi dan manajemen stres termasuk dalam intervensi setiap diagnosa.
} -
Article No. 21518 | 04 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? • Darah rutin: normal. ? • IgE serum: sedikit meningkat. buatkan 3 diagnosa prioritas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. A dengan kasus Dermatitis adalah:
1. Diagnosa Keperawatan Prioritas 1: Intoleransi Aktivitas
- Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang membaik.
2. Pasien dapat mengelola gejala fisik yang membatasi aktivitas.
3. Pasien dapat mempertahankan tingkat energi yang optimal.
- Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas.
2. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi intoleransi aktivitas.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas.
4. Ajarkan teknik manajemen energi dan istirahat yang adekuat.
5. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi.
6. Pantau tanda-tanda vital dan gejala fisik yang timbul selama aktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan Prioritas 2: Gangguan Integritas Kulit
- Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat mempertahankan integritas kulit yang optimal.
2. Pasien dapat mengelola gejala yang muncul pada kulit.
3. Pasien dapat mencegah komplikasi yang dapat terjadi pada kulit.
- Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji keadaan kulit pasien secara komprehensif.
2. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan integritas kulit.
3. Berikan perawatan kulit sesuai kebutuhan, seperti penggunaan pelembab, antipruritus, dan lain-lain.
4. Ajarkan pasien teknik perawatan kulit yang tepat.
5. Dorong pasien untuk menghindari faktor-faktor pencetus gejala.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait dalam penanganan gangguan integritas kulit.
3. Diagnosa Keperawatan Prioritas 3: Gangguan Pola Tidur
- Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
2. Pasien dapat mengelola faktor-faktor yang mengganggu tidur.
3. Pasien dapat mempertahankan kualitas tidur yang optimal.
- Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji pola tidur dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
2. Identifikasi pemicu gangguan tidur pada pasien.
3. Ajarkan teknik manajemen gejala yang mengganggu tidur, seperti mengatasi rasa gatal.
4. Fasilitasi lingkungan yang nyaman untuk tidur.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait dalam penanganan gangguan pola tidur.
6. Pantau kualitas dan kuantitas tidur pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan Prioritas 1 (Intoleransi Aktivitas) diprioritaskan karena gejala dermatitis yang dialami Tn. A, seperti gatal-gatal, rasa panas, dan kulit kering, dapat membatasi aktivitas sehari-harinya sebagai tukang bangunan. Hal ini perlu dikelola dengan baik agar pasien dapat melakukan aktivitas secara optimal.
Diagnosa Keperawatan Prioritas 2 (Gangguan Integritas Kulit) adalah masalah utama yang dialami pasien, yaitu dermatitis yang menyebabkan kemerahan, papul kecil, ekskoriasi, dan kulit kering. Penanganan yang komprehensif terhadap gangguan integritas kulit ini menjadi fokus utama asuhan keperawatan.
Diagnosa Keperawatan Prioritas 3 (Gangguan Pola Tidur) diprioritaskan karena pasien mengeluhkan sering terbangun 2-3 kali di malam hari akibat gatal dan rasa panas di kulit. Gangguan tidur ini dapat mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup pasien, sehingga perlu dikelola dengan baik.
Luaran (SLKI) dan Intervensi Keperawatan (SIKI) yang dirumuskan bertujuan untuk memfasilitasi pasien dalam mengelola masalah yang dialami, mencegah komplikasi, dan mencapai status kesehatan yang optimal. Intervensi keperawatan yang diberikan bersifat komprehensif, meliputi pengkajian, edukasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta pemantauan yang berkelanjutan. -
Article No. 21519 | 04 Sep 2025
Klinis : DS : Pasien mengeluh nyeri pada gigi belakang kiri. Pasien mengatakan nyeri bertambah saat makan dan ketika mencoba membuka mulut lebar. DO : Tampak meringis saat membuka mulut. Terlihat pembengkakan dan kemerahan pada area gusi sekitar gigi molar. Gerakan membuka mulut terbatas. Nyeri dirasakan tajam, berdenyut, dengan skala nyeri 7/10.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi di atas adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
Karakteristik Definisi:
- Laporan pasien tentang nyeri akut
- Perubahan ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri
- Peningkatan tanda-tanda vital
- Perubahan pola tidur
- Perubahan nafsu makan
Faktor yang Berhubungan:
- Cedera jaringan
- Inflamasi
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat mengendalikan nyeri dengan menggunakan teknik non-farmakologis
- Pasien mengatakan nyeri terkendali
2. Pemulihan Kesehatan Oral
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan oral yang adekuat
- Pasien melaporkan tidak ada keluhan nyeri
- Pasien dapat membuka mulut dengan lebih luas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgesik
- Anjurkan pasien menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, distraksi, relaksasi
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Perawatan Mulut
- Instruksikan pasien untuk melakukan kebersihan mulut secara teratur
- Anjurkan penggunaan obat kumur antiseptik
- Kolaborasi dengan dokter gigi untuk perawatan gigi dan pemberian antibiotik jika diperlukan
- Pantau tanda-tanda inflamasi dan kemajuan penyembuhan
3. Manajemen Aktivitas
- Batasi pergerakan membuka mulut sesuai toleransi pasien
- Anjurkan pasien untuk makan makanan lunak dan tidak keras
- Pantau kemampuan pasien dalam membuka mulut dan makan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri pada gigi belakang kiri dengan karakteristik yang sesuai, yaitu nyeri tajam, berdenyut, dengan skala nyeri 7/10. Faktor yang berhubungan adalah cedera jaringan dan inflamasi pada area gigi dan gusi.
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengontrol nyeri, dengan melaporkan nyeri berkurang, dapat menggunakan teknik non-farmakologis, dan nyeri terkendali. Selain itu, diharapkan pasien dapat menunjukkan pemulihan kesehatan oral, dengan tanda-tanda penyembuhan yang adekuat, tidak ada keluhan nyeri, dan dapat membuka mulut lebih luas.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, perawatan mulut, dan manajemen aktivitas. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan memfasilitasi pemulihan fungsi membuka mulut. -
Article No. 21520 | 04 Sep 2025
Klinis : Hb 6.1, bab hitam, muntah darah, lemas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Resiko Penurunan Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan aktif, ditandai dengan Hb 6.1, bab hitam, dan muntah darah.
Penjelasan: Kondisi ini menunjukkan adanya perdarahan aktif yang dapat menyebabkan penurunan volume cairan dalam tubuh. Diagnosa ini berfokus pada risiko terjadinya hipovolemia atau penurunan volume cairan.
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan kadar Hb, ditandai dengan keluhan lemas.
Penjelasan: Anemia yang ditunjukkan dengan penurunan kadar Hb dapat menyebabkan kelelahan pada pasien. Diagnosa ini berfokus pada gejala kelelahan yang dialami.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hidrasi yang Memadai
- Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang baik, seperti mukosa lembab, turgor kulit baik, dan tidak ada penurunan berat badan yang signifikan.
- Pasien mampu mempertahankan volume cairan yang adekuat, ditandai dengan perbaikan nilai laboratorium (Hb, hematokrit, elektrolit).
2. Peningkatan Energi
- Pasien melaporkan peningkatan energi dan penurunan kelelahan.
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipovolemia
- Monitor tanda-tanda vital, input/output cairan, dan laboratorium secara berkala.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk menggantikan kehilangan cairan akibat perdarahan.
- Pantau dan kendalikan perdarahan aktif.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan, transfusi darah, atau tindakan lain yang diperlukan.
2. Manajemen Kelelahan
- Lakukan pengkajian faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kelelahan, seperti anemia, status nutrisi, dan pola istirahat.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya istirahat yang cukup dan manajemen energi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan intervensi nutrisi yang tepat, seperti suplemen besi, vitamin, dan nutrisi tinggi kalori.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik ringan secara bertahap untuk meningkatkan kebugaran.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan kondisi yang Anda deskripsikan. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika memerlukan informasi tambahan. -
Article No. 21521 | 04 Sep 2025
Klinis : Hb: 8.5, pasien riwayat gagal ginjal stadium 5 rutin cuci darah, lemas, ureum: 206 Creatinin: 11.5
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang berhubungan: Penyakit ginjal stadium akhir, prosedur dialisis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, berat badan stabil, tidak ada edema.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, berat badan stabil, dan tidak ada edema.
2. Status Nutrisi: Optimal
- Indikator: Kadar hemoglobin, albumin, dan ureum dalam batas normal.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan kadar hemoglobin, albumin, dan ureum dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Monitor asupan dan output nutrisi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Berikan suplemen nutrisi sesuai kebutuhan (misalnya, suplemen protein, vitamin, dan mineral).
- Pantau kadar hemoglobin, albumin, dan ureum secara berkala.
2. Manajemen Cairan
- Monitor intake dan output cairan.
- Atur pemberian cairan sesuai kebutuhan pasien, mempertimbangkan kondisi ginjal.
- Pantau tanda-tanda vital dan berat badan secara berkala.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya manajemen cairan.
3. Perawatan Dialisis
- Kolaborasi dengan tim medis untuk memastikan pelaksanaan dialisis yang adekuat.
- Pantau komplikasi yang mungkin timbul selama dan setelah prosedur dialisis.
- Berikan dukungan emosional dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai proses dialisis.
Penjelasan rinci:
Pasien dengan riwayat gagal ginjal stadium 5 dan rutin menjalani cuci darah (dialisis) memiliki risiko tinggi terhadap ketidakseimbangan nutrisi. Hal ini disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang mengganggu metabolisme dan homeostasis tubuh. Kadar hemoglobin yang rendah (8,5 g/dL) dan kadar ureum yang tinggi (206 mg/dL) mengindikasikan adanya gangguan dalam keseimbangan nutrisi dan cairan.
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan status nutrisi optimal. Hal ini dapat dicapai melalui manajemen nutrisi yang tepat, termasuk penyusunan rencana diet dan pemberian suplemen sesuai kebutuhan. Selain itu, manajemen cairan yang ketat, termasuk pemantauan intake dan output, serta pengaturan pemberian cairan, sangat penting untuk mencegah komplikasi terkait gangguan cairan.
Perawatan dialisis yang adekuat juga merupakan intervensi kunci untuk membantu menjaga keseimbangan nutrisi dan cairan pada pasien dengan gagal ginjal stadium akhir. Kolaborasi dengan tim medis, pemantauan komplikasi, dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai proses dialisis menjadi bagian integral dari intervensi keperawatan.
Dengan pendekatan komprehensif ini, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan cairan, status nutrisi yang optimal, dan mencegah komplikasi terkait gangguan ginjal. -
Article No. 21522 | 04 Sep 2025
Klinis : Hb: 8.5, pasien riwayat gagal ginjal stadium 5 rutin cuci darah, lemas, ureum: 206 Creatinin: 11.5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN\b0\fs24\par
\par
Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan intervensi yang relevan sesuai dengan standar \i Persatuan Perawat Nasional Indonesia\i0 (PPNI):\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan Utama:\b0\par
\b Kode SDKI 00004: Intoleransi Aktivitas\b0\par
\b Definisi:\b0 Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diperlukan atau yang diinginkan.\par
\b Data Penunjang:\b0\par
- \i Hemoglobin 8,5 g/dL\i0 (anemia berat)\par
- Keluhan lemas\par
- \i Ureum 206 mg/dL\i0 dan \i Kreatinin 11,5 mg/dL\i0 yang menunjukkan toksisitas uremik\par
- Riwayat gagal ginjal stadium 5 dengan cuci darah rutin\par
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\b Kode SIKI 4200: Manajemen Energi\b0\par
\b Tujuan (SLKI):\b0\par
\b Kode SLKI 0401: Toleransi terhadap Aktivitas\b0\par
\b Kriteria Hasil:\b0 Pasien mampu melakukan aktivitas dengan tingkat bantuan yang sesuai dan melaporkan penurunan keluhan lemas.\par
\b Aktivitas Keperawatan:\b0\par
1. \b Kode SIKI 4200A:\b0 Kaji faktor penyebab kelelahan (misalnya: anemia, penumpukan toksin uremik).\par
2. \b Kode SIKI 4200B:\b0 Monitor tanda vital dan respons pasien terhadap aktivitas (denyut nadi, pernapasan, tekanan darah, saturasi oksigen).\par
3. \b Kode SIKI 4200C:\b0 Ajarkan teknik penghematan energi (misalnya: duduk saat melakukan aktivitas, istirahat yang cukup, prioritaskan aktivitas).\par
4. \b Kode SIKI 4200D:\b0 Kolaborasi dengan tim medis untuk optimasi terapi anemia (pemberian \i Erythropoietin\i0 , suplementasi zat besi) dan evaluasi kecukupan dialisis.\par
5. \b Kode SIKI 4200F:\b0 Atur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang.\par
6. \b Kode SIKI 4200G:\b0 Bantu pasien dalam aktivitas sesuai kebutuhan.\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan Pendukung:\b0\par
\b Kode SDKI 00029: Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\b0\par
\b Definisi:\b0 Berisiko mengalami penurunan, peningkatan, atau redistribusi cairan intravaskular, interstisial, atau intraselular.\par
\b Data Penunjang:\b0 Gagal ginjal stadium 5 mengakibatkan gangguan regulasi cairan dan elektrolit.\par
\b Intervensi Utama:\b0 \b Kode SIKI 2080: Manajemen Cairan\b0\par
\b Aktivitas:\b0 Monitor status cairan (balance cairan, berat badan, tanda edema), kolaborasi dalam pembatasan asupan cairan, dan evaluasi ultrafiltrasi selama hemodialisis.\par
\par
\b Catatan Akademis:\b0\par
Anemia pada gagal ginjal (anemia of chronic disease/ACD) terutama disebabkan oleh defisiensi \i erythropoietin\i0 . Toksisitas uremik dari tingginya kadar ureum dan kreatinin secara langsung menekan sumsum tulang dan berkontribusi terhadap kelelahan serta intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan fokus pada manajemen gejala dan kolaborasi untuk menangani penyebab utamanya.\par
} -
Article No. 21523 | 04 Sep 2025
Klinis : Hb: 8.5, pasien riwayat gagal ginjal stadium 5 rutin cuci darah, lemas, ureum: 206 Creatinin: 11.5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, yaitu Hb: 8.5, riwayat gagal ginjal stadium 5 rutin cuci darah, lemas, ureum: 206, dan creatinin: 11.5, maka berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
b. Intoleransi Aktivitas
2. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
a. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas fisik atau fungsional yang dibutuhkan.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Status Nutrisi (1004)
Definisi: Keadaan nutrisi yang dibutuhkan untuk pemeliharaan kesehatan.
b. Toleransi Aktivitas (0005)
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik atau fungsional tanpa menimbulkan gejala yang merugikan.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Nutrisi (1120)
Definisi: Mengatur nutrisi dan asupan cairan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Peningkatan Toleransi Aktivitas (0200)
Definisi: Memfasilitasi peningkatan kemampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik atau fungsional.
Dalam tone akademis dan persona pakar, nurse, penjelasan singkat untuk masing-masing diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
Pasien dengan gagal ginjal stadium 5 yang menjalani hemodialisis sering mengalami masalah nutrisi karena adanya penurunan fungsi ginjal, perubahan metabolisme, dan pembatasan asupan cairan dan elektrolit. Hal ini dapat menyebabkan penurunan berat badan, lemas, dan malnutrisi.
2. Intoleransi Aktivitas:
Pasien dengan gagal ginjal stadium 5 yang menjalani hemodialisis sering mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik dan fungsional. Hal ini disebabkan oleh anemia, uremia, dan perubahan metabolisme yang dapat menyebabkan kelelahan, dyspnea, dan intoleransi terhadap aktivitas. -
Article No. 21524 | 04 Sep 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 62 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan merasa lemas dan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas bertambah sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas hilang timbul dipengaruhi aktivitas. Hasil pengkajian: Frekuensi nafas 26 kali/menit, nafas cepat dan dangkal. Sesak nafas semakin berat pada posisi berbaring. Terdapat bunyi nafas ronkhi. Pasien batuk dengan sputum berwarna putih, berbusa Pasien merasa dada berdebar cepat, frekuensi nadi 118 kali/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, SaO2 95 %, Distensi vena jugularis, Kulit pucat, dingin dan berkeringat Pasien mengeluh pusing dan terlihat gelisah. Terdapat edema pada ekstremitas bawah Hasil EKG: Rate 106, Gel P sulit diidentifikasi, PR interval didak dapat dihitung, Komplek QRS tidak teratur. Atrial Fibrilation Diagnosa medis: gagal jantung dekompensasi akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas (00032)
Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara pernapasan yang memberikan ventilasi yang adekuat.
2. Pola napas tidak efektif (00034)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat.
3. Gangguan perfusi jaringan (00024)
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengganggu kesehatan.
4. Ansietas (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan pola napas (00032)
Kode: K.01.02
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
2. Pola napas tidak efektif (00034)
Kode: K.01.03
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat.
3. Gangguan perfusi jaringan (00024)
Kode: K.04.01
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengganggu kesehatan.
4. Ansietas (00146)
Kode: P.01.01
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola napas
2. Perfusi jaringan
3. Status psikologis
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas
2. Terapi oksigen
3. Terapi cairan
4. Manajemen ansietas
Berdasarkan kondisi yang diberikan, pasien mengalami gagal jantung dekompensasi akut yang menyebabkan ketidakefektifan pola napas, gangguan perfusi jaringan, dan ansietas. Perawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen jalan napas, terapi oksigen, terapi cairan, dan manajemen ansietas untuk memperbaiki kondisi pasien.