Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14547 | 20 Mar 2025
Klinis : Curah jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi curah jantung.
Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Curah Jantung:
Diagnosis Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
Definisi: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu.
Diagnosis ini sesuai karena pasien dengan kondisi curah jantung mengalami penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan fungsi kontraktilitas jantung, gangguan isi sekuncup, gangguan denyut jantung, atau gangguan volume darah yang kembali ke jantung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
- Kriteria Hasil:
- Tekanan darah dalam batas normal
- Frekuensi nadi dalam batas normal
- Curah jantung dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda perubahan perfusi jaringan
2. Perfusi Jaringan
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah ke seluruh tubuh.
- Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda hipoperfusi (seperti dingin, pucat, sianosis, dan lain-lain)
- Tidak ada tanda-tanda edema
- Tidak ada keluhan seperti nyeri dada, sesak napas, dan lain-lain
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hemodinamik
- Tujuan: Mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
- Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur (tekanan darah, frekuensi nadi, respirasi, suhu)
- Pantau curah jantung dan volume darah
- Berikan terapi cairan dan obat-obatan sesuai indikasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
- Lakukan intervensi untuk mengatasi penyebab penurunan curah jantung (misalnya pemberian oksigen, pemasangan alat bantu jantung, dan lain-lain)
2. Manajemen Perfusi
- Tujuan: Mempertahankan aliran darah yang adekuat ke seluruh tubuh.
- Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda perfusi jaringan (kapiler refill, warna kulit, suhu ekstremitas, dan lain-lain)
- Posisikan pasien untuk meningkatkan aliran darah ke organ vital
- Berikan oksigen sesuai indikasi untuk meningkatkan saturasi oksigen
- Lakukan aktivitas untuk meningkatkan aliran darah (misalnya mobilisasi, latihan pernapasan, dan lain-lain)
Dengan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan dapat membantu dalam mengelola kondisi curah jantung pasien secara komprehensif dan meningkatkan outcome yang diharapkan. -
Article No. 14548 | 20 Mar 2025
Klinis : Bapak J (35 tahun) dirawat di RS dengan keluhan utama demam. Hasil anamnesa didapatkan hasil Bapak Jojo sudah mengalami demam sejak 2 hari yang lalu, demam terus menerus sepanjang hari dan hanya turun beberapa jam setelah diberi parasetamol yang dibeli di apotik. Oleh karena demamnya tidak turun-turun, Bapak Jojo lalu memeriksakan diri ke Puskesmas dan langsung dirujuk ke RS untuk rawat inap dan observasi lebih lanjut. Bapak Jojo juga mengeluh selama sakit, kepalanya sering terasa nyeri, bagian tengkuk leher juga terasa berat, tidak bisa tidur di malam hari atau hanya tidur sekitar 4 jam serta badan terasa lemas/tidak bertenaga. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan data tekanan darah (TD) 145/100 mmHg, nadi 90 kali/menit, suhu tubuh 390 Celcius dan RR 20 kali/menit. Hasil pemeriksaan fisik dan observasi didapatkan data kulit teraba hangat, wajah pasien tampak lesu dan tampak lingkaran mata hitam, pasien tampak tidak banyak bergerak di tempat tidur serta lebih menyukai posisi semi fowler rendah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Bapak Jojo.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan suhu tubuh 39°C, kulit teraba hangat, dan keluhan demam terus-menerus.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala penyakit, ditandai dengan keluhan sulit tidur di malam hari dan hanya tidur sekitar 4 jam.
3. Nyeri akut berhubungan dengan gejala penyakit, ditandai dengan keluhan nyeri kepala dan rasa berat di tengkuk leher.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan pasien tampak tidak banyak bergerak di tempat tidur dan lebih menyukai posisi semi fowler rendah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Hipertermia:
- Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C)
- Tidak ada tanda dan gejala hipertermia
- Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan umum
2. Pola Tidur:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per malam
- Pasien melaporkan merasa segar setelah bangun tidur
- Pasien dapat beristirahat dengan baik
3. Nyeri:
- Nyeri berkurang atau hilang
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa rasa nyeri
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
4. Toleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
- Pasien dapat berpartisipasi dalam program rehabilitasi
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan dan energi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Hipertermia:
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Berikan terapi penurun demam (misalnya parasetamol)
- Berikan kompres dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Anjurkan pasien minum banyak cairan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia
2. Gangguan Pola Tidur:
- Evaluasi faktor-faktor yang mengganggu tidur
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Anjurkan teknik relaksasi (misalnya napas dalam, visualisasi)
- Atur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang
- Berikan edukasi tentang pentingnya pola tidur yang baik
3. Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab nyeri
- Berikan kenyamanan dan dukungan emosional
4. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital saat aktivitas
- Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kapasitasnya
- Berikan aktivitas yang sesuai dengan toleransi dan kemampuan pasien
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk program latihan
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi Bapak Jojo secara komprehensif. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 14549 | 20 Mar 2025
Klinis : Bapak Jojo (35 tahun) dirawat di RS dengan keluhan utama demam. Hasil anamnesa didapatkan hasil Bapak Jojo sudah mengalami demam sejak 2 hari yang lalu, demam terus menerus sepanjang hari dan hanya turun beberapa jam setelah diberi parasetamol yang dibeli di apotik. Oleh karena demamnya tidak turun-turun, Bapak Jojo lalu memeriksakan diri ke Puskesmas dan langsung dirujuk ke RS untuk rawat inap dan observasi lebih lanjut. Bapak Jojo juga mengeluh selama sakit, kepalanya sering terasa nyeri, bagian tengkuk leher juga terasa berat, tidak bisa tidur di malam hari atau hanya tidur sekitar 4 jam serta badan terasa lemas/tidak bertenaga. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan data tekanan darah (TD) 145/100 mmHg, nadi 90 kali/menit, suhu tubuh 390 Celcius dan RR 20 kali/menit. Hasil pemeriksaan fisik dan observasi didapatkan data kulit teraba hangat, wajah pasien tampak lesu dan tampak lingkaran mata hitam, pasien tampak tidak banyak bergerak di tempat tidur serta lebih menyukai posisi semi fowler rendah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi terkait kondisi Bapak Jojo berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, sebagaimana tampak pada kasus Bapak Jojo yang mengalami demam terus-menerus dengan suhu tubuh 39°C. Tanda dan gejala yang muncul meliputi peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, dan rasa tidak nyaman.
2. Gangguan Pola Tidur
Gangguan Pola Tidur ditandai dengan perubahan kuantitas dan kualitas tidur, sebagaimana dialami Bapak Jojo yang hanya tidur sekitar 4 jam per malam dan sulit untuk tidur.
3. Intoleransi Aktivitas
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari akibat keterbatasan energi, sebagaimana dialami Bapak Jojo yang merasa lemas dan tidak bertenaga.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia
- Suhu tubuh kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Gangguan Pola Tidur
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per malam
- Pasien merasa segar saat bangun tidur
3. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa kelelahan
- Pasien memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia
- Monitoring tanda-tanda vital secara rutin
- Memberikan obat antipiretik sesuai instruksi dokter
- Mengompres hangat pada pasien untuk menurunkan suhu
- Menjaga asupan cairan yang adekuat
- Mengevaluasi penyebab infeksi dan memberikan penanganan yang sesuai
2. Gangguan Pola Tidur
- Mengkaji pola tidur pasien
- Memberikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Mengatur pemberian obat dan nutrisi yang dapat membantu tidur
- Melakukan relaksasi dan terapi komplementer untuk meningkatkan kualitas tidur
3. Intoleransi Aktivitas
- Mengkaji tingkat aktivitas dan kemampuan pasien
- Menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien
- Memberikan bantuan dan alat bantu jika diperlukan
- Melakukan latihan fisik yang teratur untuk meningkatkan kapasitas fisik
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 14434 | 19 Mar 2025
Klinis : pasien hhd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami retensi cairan dan elektrolit yang melebihi kebutuhan tubuh.
- Tanda dan gejala: Edema, peningkatan berat badan, dispnea, takikardia.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau melakukan aktivitas sehari-hari.
- Tanda dan gejala: Kelelahan, kelemahan, dispnea saat beraktivitas.
3. Risiko Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Berisiko mengalami hambatan dalam pembersihan sekret atau obstruksi jalan napas.
- Tanda dan gejala: Dispnea, produksi sekret yang berlebihan, perubahan bunyi napas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan panduan resmi yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk standarisasi diagnosis keperawatan di Indonesia. Setiap diagnosis keperawatan memiliki definisi, batasan karakteristik, faktor berhubungan/risiko, dan intervensi keperawatan yang terstandar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah panduan yang berisi luaran (hasil) keperawatan yang diharapkan tercapai setelah intervensi keperawatan dilakukan. Luaran keperawatan ini disusun secara terstruktur dan terstandar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah panduan yang berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. Intervensi keperawatan disusun secara terstruktur dan terstandar.
Dengan adanya SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien secara komprehensif dan terstandar. -
Article No. 14435 | 19 Mar 2025
Klinis : pasien hhd
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien hemodialisis (HHD):
Berdasarkan kondisi pasien yang menjalani hemodialisis (HHD), diagnosa keperawatan yang sesuai mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Gangguan Keseimbangan Cairan: Penurunan Volume Cairan Terkait dengan Proses Dialisis.
Kondisi ini terjadi karena pasien HHD mengalami kehilangan cairan yang signifikan selama proses dialisis, sehingga perlu diidentifikasi dan ditangani dengan tepat.
b. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Terkait dengan Penurunan Volume Cairan.
Pasien HHD berisiko mengalami penurunan perfusi jaringan perifer akibat perubahan volume cairan, yang dapat berdampak pada fungsi organ.
c. Intoleransi Aktivitas Terkait dengan Penurunan Energi.
Pasien HHD seringkali mengalami kelelahan dan penurunan energi sebagai akibat dari proses dialisis, sehingga memerlukan intervensi keperawatan yang tepat.
Penjelasan rinci: Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi diatas merupakan kondisi umum yang sering ditemui pada pasien HHD. Masing-masing diagnosa memiliki karakteristik spesifik yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan dan implementasi asuhan keperawatan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Keseimbangan Cairan Terpelihara.
Diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal sesuai dengan kondisi individualnya.
b. Perfusi Jaringan Perifer Membaik.
Setelah intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan terjadi peningkatan perfusi jaringan perifer pada pasien HHD.
c. Toleransi Aktivitas Meningkat.
Melalui asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya dan mengurangi kelelahan.
Penjelasan rinci: Luaran/output yang diharapkan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah diidentifikasi. Pencapaian luaran ini akan menunjukkan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien HHD.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Untuk Diagnosa Gangguan Keseimbangan Cairan: Penurunan Volume Cairan Terkait dengan Proses Dialisis:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait dalam menentukan berat badan kering pasien.
- Pemantauan intake dan output cairan secara ketat.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pengaturan asupan cairan.
- Pemberian obat diuretik atau pembatasan cairan sesuai indikasi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi jika diperlukan.
b. Untuk Diagnosa Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Terkait dengan Penurunan Volume Cairan:
- Pemantauan tanda-tanda vital, status sirkulasi, dan perfusi perifer.
- Pengaturan posisi pasien untuk meningkatkan aliran darah.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait dalam pemberian cairan atau obat-obatan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga perfusi jaringan.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi jika diperlukan.
c. Untuk Diagnosa Intoleransi Aktivitas Terkait dengan Penurunan Energi:
- Penilaian tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Perencanaan dan pemberian aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien.
- Pemberian nutrisi dan suplemen yang adekuat.
- Manajemen kelelahan melalui teknik relaksasi dan istirahat yang cukup.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya aktivitas dan manajemen energi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi jika diperlukan.
Penjelasan rinci: Intervensi keperawatan yang diuraikan di atas merupakan contoh intervensi yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien HHD. Intervensi ini harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan dilakukan secara kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 14436 | 19 Mar 2025
Klinis : diagnosis keperawatan A. Data Umum 1. Nama : Anna Padmasari 2. Usia : 24 Tahun 3. Agama : Islam 4. Suku : Jawa/ Indonesia 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Riwayat Pendidikan : S1 7. Pekerjaan : Mahasiswa 8. Status Perkawinan : Belum Menikah B. Dimensi Biofisik 1. Riwayat Penyakit (Dalam 6 Bulan Terakhir) Nn. A mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan selama ini sehat. 2. Riwayat Penyakit Keluargac Nn. A mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular maupun tidak menular. 3. Riwayat Pencegahan Penyakit Nn. A mengatakan apabila mengalami sakit yang bisa ditahan hanya minum obat dan sesekali periksa ke puskesmas. 4. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital - Tekanan Darah : 120/80 mmhg - Nadi : 80x/menit - Suhu : 36o - RR : 18x/menit 5. Riwayat Vaksinasi Nn. A mengatakan sudah melakukan vaksinasi Covid-19 secara lengkap. 6. Skrining Kesehatan yang Dilakukan Nn. A mengatakan tidak ada skrining kesehatan tertentu yang dilakukan. C. Masalah Kesehatan Terkait Status Gizi a. Masalah pada Mulut Hasil pemeriksaan mulut Nn. A tidak terdapat lesi atau luka di rongga mulut, tidak terjadi pembengkakan di area rongga mulut, mulut simetris, bibir lembab, tidak terdapat sariawan, tidak terdapat gusi berdarah, Nn. A tidak menggunakan gigi palsu, tidak tedapat stomatitis, tidak terjadi pembengkakan tonsil, epiglotis normal, mulut tidak berbau. b. Perubahan Berat Badan Nn. A mengalami penyusutan sekitar 7kg dan kenaikan sekitar 5kg. c. Masalah Nutrisi A (Antropometri) BB = 45 kg TB = 157 cm IMT = 18,25 B (Biokimia) Hb= 9.9 g/dl C (Klinis) Conjungtiva tida anemis, turgor kulit elastis, CRT < 2 detik D (Diet) Nn. A makan terkadang 2x-3x sehari yaitu pagi, siang, dan malam. Saat ini Nn. A makan dengan makanan yang disediakan oleh rumah sakit. D. Masalah Kesehatan yang Dialami Saat ini Nn. A mengatakan bahwa sejak mengalami sakit ia sulit untuk beraktivitas, kepala terasa pusing, badan terasa lemah, kulit menjadi pucat serta berat badan turun. E. Obat-Obatan Yang Dikonsumsi Saat ini Nn. A mengonsumsi obat-obatan yaitu: 1. Vitamin B kompleks tab 2. Natrium klorida 0,9% inf 500 ml 3. Difenhidramin inj 10 mg 1/ ml F. Tindakan Spesifik yang Dilakukan Saat ini Nn. A mengatakan biasanya sering menggerakkan kaki dan tangan agar tidak kaku serta sering berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi. G. Status Fungsional (AKS) Indeks kemandirian aktivitas hidup sehari-hari (INDEKS KATS) Nama klien : Nn. A Tanggal Pengkajian : 3 Sept 2022 Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 24 Tahun Hasil analisis: Nn. A masuk dalam kategori ketergantungan yang dapat diartikan bahwa Nn. A memiliki ketergantungan ringan dalam hal makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar kecil, mandi, dan berpakaian. H. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari a. Mobilisasi Nn. A mengatakan mampu melakukan aktivitas seperti jalan, berpindah tempat tidur ke kursi. b. Berpakaian Nn. A mengatakan mampu berpakaian secara mandiri. c. Makan dan Minum Nn. A mengatakan bahwa mampu mengambil makan dan minum secara mandiri. d. Toileting Nn. A mengatakan mampu melakukan aktivitas seperti BAK maupun BAB karena tidak ada kendala terpasang alat apapun. e. Personal Hygiene f. Mandi Nn. A mengatakan bahwa bida mandi sendiri tanpa bantuan orang lain. I. Dimensi Psikolog Berdasarkan hasil pengkajian kognitif dapat disimpulkan bahwa fungsi intelektual pada Nn. A dalam keadan baik dengan jumlah kesalahan 0. 2. Perubahan yang Timbul Terkait Status Kognitif Tidak ada perubahan yang dirasakan oleh Nn. A 3. Dampak yang Timbul Terkait Status Kognitif Tidak ada dampak yang dirasakan oleh Nn. A 4. Keadaan Emosi a. Ansietas b. Perubahan Perilaku Nn. A mengatakan tidak ada perubahan perilaku karena tetap berperilaku sesuai dengan biasanya. c. Mood Nn. A mengatakan ikhlas dengan apa yang dialami sekarang karena musibah tidak ada yang tahu dan menjadi pelajaran untuk selanjutnya agar lebih berhati-hati. K. Dimensi Sosial 1. Hubungan klien dengan Anggota Keluarga Nn. A mengatakan hubungan dengan keluarga baik tidak ada pertengkaran yang berarti. Apabila ada pertengkaran kecil biasanya mencari solusi secara bersama. 2. Hubungan Klien dengan Komunitas Nn. A mengatakan hubungan dengan tetangga dan teman kampusnya baik, selalu menyapa dan berkomunikasi ketika bertemu. 3. Hubungan klien dengan Care Giver Utama Keluarga Nn. A mengatakan hubungan dengan orangtua baik dan komunikasi sangat lancar. 4. Kegiatan Organisasi Sosial Nn. A mengatakan masih aktif mengikuti kegiatan kampusnya dan kegiatan sosail di lingkungan tempat tinggalnya yang dilakukan oleh RT setempat. L. Dimensi Tingkah Laku (Perilaku klien terkait masalah kesehatan yang dialami 1. Pola Makan a. Frekuensi Makan Nn. A mengatakan biasanya makan 3 kali sehari sesuai dengan yang disediakan oleh rumah sakit. b. Porsi Makan Nn. A mengatakan porsi makan sesuai dengan yang diberikan oleh rumah sakit. Lauk pauk yang disediakan sudah lengkap. c. Kesulitan Ketika Makan Nn. A mengatakan tidak ada kesulitan makan atau kesulitan menelan. d. Pola Diet Nn. A mengatakan tidak ada pola diet khusus hanya mengikuti saran dokter untuk makan makanan dari rumah sakit dan mengurangi untuk jajan diluar. e. Kualitas dan Kuantitas Makanan yang Disediakan Nn. A mengatakan makanan yang dikonsumsi sesuai dengan yang disediakan oleh rumah sakit sudah lengkap terdapat nasi, lauk, sayur, buah. 2. Pola Tidur a. Jam Tidur Nn. A biasanya tidur pada pukul 22.30. b. Lama Tidur Nn. A biasanya 5-6 jam per hari. c. Kesulitan Tidur Nn. A mengatakan tidak ada kesulitan saat tidur. d. Pola Tidur Nn. A mengatakan pola tidur sama setiap harinya. e. Kualitas dan Kuantitas Tidur Nn. A mengatakan tidurnya sudah cukup berkualitas dan baik. 3. Pola Eliminasi a. Buang Air Kecil (BAK) Nn. A mengatakan sering sering bolak balik kamar mandi (>8 kali/24 jam) untuk buang air kecil. Setiap kali BAK, kencingnya keluar sedikit-sedikit dan berwarna kuning keruh. b. BAB Nn. A mengatakan BAB lancar dan tidak mengalami gangguan BAB. 4. Kebiasaan Buruk a. Merokok Nn. A mengatakan tidak merokok b. Minum-minuman keras Nn. A mengatakan tidak pernah minum minuman keras karena haram. 5. Penatalaksanaan Pengobatan Nn. A mengatakan selalu mengonsumsi obat-obatan yang diberikan secara rutin. 6. Kegiatan Olahraga Nn. A mengatakan jarang berolahraga selama sakit dan hanya menggerakan kaki dan tangan agar tidak kram. 7. Rekreasi Nn.A mengatakan tidak pernah rekreasi semenjak sakit tetapi dulu biasanya rekreasi sedikit di dekat rumah. 8. Pengambilan Keputusan Nn. A mengatakan dalam pengambilan keputusan selalu melibatkan keluarga. M. Dimensi Sistem Kesehatan 1. Perilaku mencari pelayanan kesehatan Nn. A mengatakan apabila sakit hanya minum obat-obatan warung atau periksa ke puskesmas. 2. Sistem pelayanan kesehatan a. Fasilitas kesehatan yang tersedia Nn.A mengatakan disekitar lingkungan tempat tinggal terdapat puskesmas, klinik dan rumah sakit. b. Jumlah tenaga kesehatan Nn. A mengatakan jumlah tenaga kesehatan cukup. c. Tindakan pencegahan terhadap penyakit Nn. A mengatakan selalu menjaga kesehatan dengan mengikuti nasihat dokter dan minum obat apabila sakit d. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia Nn. A mengatakan terdapat puskesmas, klinik, dan rumah sakit. e. Frekuensi kegiatan pelayanan kesehatan Nn. A mengatakan sangat jarang untuk menuju ke pelayanan kesehatan. O. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL KETERANGAN HEMATOLOGI Hematologi Paket Hemoglobin 9.9 g/dL 11.7-15.5 L Hematokrit 33 % 32-62 Eritrosit 4.49 10^6/uL 4.4-5.9 MCH 22 pg 27-32 L MCV 73.5 fL 76-96 L MCHC 30 g/dL 29-36 Leukosit 111.9 10^3/uL 3.6-11 H (SUDAH CEK MANUAL) Trombosit 293 10^3/uL 150-400 RDW 27.8 % 11.6-14.8 H MPV - fL 4.00-11.00 KIMIA KLINIK Albumin 4.0 g/dL 3.4-5.0 Magnesium 0.7 mmol/L 0.74-0.99 L Calcium 2.1 mmol/L 2.12-2.52 L Elektrolit Natrium 134 mmol/L 136-145 L Kalium 3.8 mmol/L 3.5-5.0 Clorida 98 mmol/L 95-105
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan, ketahanan, dan energi yang ditandai dengan pernyataan klien sulit untuk beraktivitas, kepala terasa pusing, badan terasa lemah, kulit menjadi pucat, serta berat badan turun.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat yang ditandai dengan penurunan berat badan sekitar 7 kg, Hb 9,9 g/dl, dan IMT 18,25.
3. Keletihan berhubungan dengan penurunan kekuatan dan energi yang ditandai dengan pernyataan klien sulit untuk beraktivitas, kepala terasa pusing, dan badan terasa lemah.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
a. Tingkat Aktivitas: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
b. Toleransi Aktivitas: Klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
c. Pemulihan Energi: Klien dapat memulihkan energi setelah aktivitas.
2. Keseimbangan Nutrisi:
a. Asupan Nutrisi: Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
b. Berat Badan: Klien dapat mencapai berat badan ideal.
c. Kadar Hemoglobin: Klien dapat mencapai kadar hemoglobin normal.
3. Manajemen Keletihan:
a. Tingkat Keletihan: Klien dapat mengelola keletihan yang dialami.
b. Pemulihan Energi: Klien dapat memulihkan energi setelah aktivitas.
c. Kemampuan Beraktivitas: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
a. Kaji tingkat toleransi aktivitas klien.
b. Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Lakukan latihan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
d. Ajarkan klien teknik-teknik manajemen energi.
e. Monitoring tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
a. Kaji status nutrisi klien (antropometri, biokimia, klinis, dan riwayat diet).
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang adekuat.
c. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi melalui asupan makanan dan suplemen jika diperlukan.
d. Monitoring berat badan dan kadar hemoglobin secara berkala.
e. Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat.
3. Keletihan:
a. Kaji tingkat keletihan yang dialami klien.
b. Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan tingkat toleransinya.
c. Berikan intervensi untuk meningkatkan pemulihan energi, seperti istirahat yang cukup, manajemen stres, dan aktivitas fisik yang sesuai.
d. Ajarkan teknik-teknik manajemen energi kepada klien.
e. Monitoring tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan dapat membantu klien mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan toleransi aktivitas, keseimbangan nutrisi, dan pengurangan keletihan yang dialami. -
Article No. 14437 | 19 Mar 2025
Klinis : anak dengan kejang demam sederhana
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Resiko Kejang Terkait Peningkatan Suhu Tubuh
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Resiko Kejang Terkait Peningkatan Suhu Tubuh adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami kejang akibat peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien bebas dari kejang, menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dan suhu tubuh dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara rutin
2. Pemberian obat penurun demam sesuai resep
3. Manajemen suhu tubuh (kompres hangat, kipas angin)
4. Edukasi pada orang tua tentang perawatan anak dengan kejang demam
Sebagai seorang perawat dengan persona pakar, saya dapat memberikan penjelasan lebih rinci mengenai diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. Saya dapat menekankan pentingnya pemantauan yang ketat, pemberian pengobatan yang tepat, dan edukasi yang komprehensif bagi orang tua dalam menangani anak dengan kejang demam sederhana. -
Article No. 14438 | 19 Mar 2025
Klinis : anak dengan kejang demam sederhana
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R56.0
- Deskripsi: Kejang demam
Kejang demam sederhana adalah kondisi yang sering terjadi pada anak-anak, ditandai dengan kejang yang terjadi bersamaan dengan demam tinggi. Kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi ini adalah R56.0, yang merujuk pada "Kejang demam". Kejang demam sederhana biasanya terjadi pada anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun, dan disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh yang cepat akibat infeksi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kejang demam sederhana.
- Deskripsi: Pada kasus kejang demam sederhana, umumnya tidak diperlukan tindakan medis invasif. Perawatan utama meliputi penurunan demam, pemberian obat antipiretik, dan pengawasan ketat untuk mencegah komplikasi. Jika terdapat indikasi khusus, mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah atau foto toraks, namun tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara spesifik terkait dengan tatalaksana kejang demam sederhana. -
Article No. 14439 | 19 Mar 2025
Klinis : anak dengan kejang demam sederhana
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anak dengan kejang demam sederhana.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke otak.
- Penyebab: Peningkatan suhu tubuh, kejang.
- Gejala: Perubahan perilaku, penurunan kesadaran, kejang.
2. Ketidakefektifan Termoregulasi
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Penyebab: Infeksi, dehidrasi.
- Gejala: Demam, tremor, menggigil.
3. Risiko Cidera
- Definisi: Berisiko mengalami kerusakan fisik akibat reaksi fisiologis tubuh.
- Penyebab: Kejang.
- Gejala: Trauma kepala, otot kaku, kejang.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan SDKI yang merupakan standar diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SDKI membantu perawat dalam mengidentifikasi masalah kesehatan pasien secara sistematis dan menyeluruh.
- SDKI terdiri dari definisi, penyebab, dan gejala/tanda untuk setiap diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar hasil/luaran asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- SLKI membantu perawat dalam menentukan tujuan/target yang ingin dicapai dalam pemberian asuhan keperawatan.
- SLKI terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan indikator untuk setiap luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI adalah standar tindakan/intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- SIKI membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- SIKI terdiri dari definisi, aktivitas, dan rasional untuk setiap intervensi keperawatan. -
Article No. 14440 | 19 Mar 2025
Klinis : anemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan menyediakan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi anemia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi anemia adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" (00002). Diagnosa ini mencerminkan kondisi dimana asupan nutrisi, khususnya zat besi, tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga menyebabkan anemia.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia adalah:
1. Keseimbangan Nutrisi (0002): Menunjukkan perbaikan status nutrisi dan peningkatan kadar hemoglobin dalam batas normal.
2. Pengetahuan: Gizi (1831): Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang kebutuhan nutrisi untuk mengatasi anemia.
3. Perilaku Kesehatan: Pengaturan Nutrisi (1612): Pasien menunjukkan perilaku yang tepat dalam mengatur asupan nutrisi untuk mengatasi anemia.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan anemia adalah:
1. Manajemen Nutrisi (1120):
a. Identifikasi kebutuhan nutrisi pasien, termasuk kebutuhan zat besi.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat.
c. Edukasi pasien dan keluarga tentang diet yang sesuai untuk mengatasi anemia.
d. Pantau asupan nutrisi dan status nutrisi pasien secara berkala.
2. Peningkatan Pengetahuan: Gizi (5618):
a. Identifikasi pengetahuan awal pasien tentang anemia dan kebutuhan nutrisinya.
b. Berikan edukasi tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan anemia.
c. Dorong pasien untuk aktif dalam mengelola asupan nutrisinya.
d. Evaluasi pemahaman pasien dan berikan umpan balik yang konstruktif.
3. Manajemen Faktor Risiko (6486):
a. Identifikasi faktor risiko yang berkontribusi terhadap anemia, seperti pola makan, riwayat penyakit, atau penggunaan obat-obatan.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola faktor risiko yang teridentifikasi.
c. Edukasi pasien dan keluarga tentang cara mengelola faktor risiko anemia.
d. Pantau perkembangan pasien dan modifikasi intervensi sesuai kebutuhan.
Dengan mengimplementasikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien dengan anemia untuk mencapai status kesehatan yang optimal. Pendekatan yang holistik dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam mengelola kondisi anemia secara efektif.