Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16512 | 30 Apr 2025
Klinis : TB Paru dan HIV stadium IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi TB Paru dan HIV stadium IV. Saya akan menggunakan kode dan definisi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
3. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
Kode: 10016
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Kode: 10033
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
3. Risiko Infeksi (00004)
Kode: 10004
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Kode: 10017
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pertukaran Gas
Kode: 0402
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat.
2. Toleransi Aktivitas
Kode: 0005
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
3. Kontrol Infeksi
Kode: 1835
Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengendalikan infeksi.
4. Bersihan Jalan Napas
Kode: 0410
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Oksigenasi
Kode: 3320
Definisi: Memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
2. Manajemen Energi
Kode: 0180
Definisi: Membantu klien untuk mengatur energi fisik dan psikologis.
3. Manajemen Infeksi
Kode: 6540
Definisi: Mencegah atau mengendalikan infeksi pada klien.
4. Manajemen Jalan Napas
Kode: 3140
Definisi: Mempertahankan atau meningkatkan ventilasi yang adekuat. -
Article No. 16513 | 30 Apr 2025
Klinis : HIV stadium IV dan TB PARU
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Infeksi Paru Kronik (Kode: 13030) - Keadaan tubuh yang ditandai dengan peradangan pada paru-paru yang berlangsung lama, seperti pada kondisi TB Paru.
2. Risiko Penyakit Kardiovaskular (Kode: 13204) - Kemungkinan terjadi gangguan pada sistem kardiovaskular, yang dapat diakibatkan oleh infeksi HIV dan kondisi kesehatan yang lain.
3. Defisit Perawatan Diri (Kode: 12001) - Keterbatasan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakian, dan sebagainya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Infeksi Paru Kronik (Kode: 13030)
Definisi: Keadaan tubuh yang ditandai dengan peradangan pada paru-paru yang berlangsung lama, seperti pada kondisi TB Paru.
2. Risiko Penyakit Kardiovaskular (Kode: 13204)
Definisi: Kemungkinan terjadi gangguan pada sistem kardiovaskular, yang dapat diakibatkan oleh infeksi HIV dan kondisi kesehatan yang lain.
3. Defisit Perawatan Diri (Kode: 12001)
Definisi: Keterbatasan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakian, dan sebagainya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perbaikan Fungsi Paru (Kode: 11111)
2. Kontrol Risiko Kardiovaskular (Kode: 11310)
3. Peningkatan Kemampuan Perawatan Diri (Kode: 10404)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Ventilasi (Kode: 70601)
2. Manajemen Risiko Kardiovaskular (Kode: 70515)
3. Pelatihan Aktivitas Sehari-hari (Kode: 70107)
Dalam penanganan kondisi HIV stadium IV dan TB Paru, dibutuhkan pendekatan holistik yang mencakup aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Perawat berperan penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, mulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi, hingga evaluasi, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 16387 | 29 Apr 2025
Klinis : kurang kontrol tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis dengan persona sebagai pakar keperawatan:
---
**Diagnosa Keperawatan untuk Kondisi: Kurang Kontrol Tidur**
**Diagnosa Keperawatan (SDKI – Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
**Kode: 00096**
**Judul: Gangguan Pola Tidur**
*Definisi:* Perubahan dalam kuantitas atau kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari.
**Penjelasan Singkat:**
Kondisi "kurang kontrol tidur" dapat diklasifikasikan dalam SDKI sebagai *Gangguan Pola Tidur* (00096), mengacu pada ketidakmampuan pasien dalam mengatur durasi, kualitas, atau konsistensi tidur, yang berdampak pada kesehatan fisik/psikologis.
---
**Luaran Keperawatan (SLKI – Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Kode: 0801**
**Judul: Status Tidur**
*Indikator:*
- Kualitas tidur membaik (skala 1–5).
- Durasi tidur sesuai kebutuhan fisiologis.
- Frekuensi terbangun menurun.
**Penjelasan Singkat:**
SLKI ini mengukur pencapaian perbaikan pola tidur melalui parameter seperti konsolidasi tidur, minimisasi gangguan, dan kesesuaian dengan ritme sirkadian.
---
**Intervensi Keperawatan (SIKI – Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Kode: 6530**
**Judul: Manajemen Tidur**
*Aktivitas:*
- Edukasi kebersihan tidur (*sleep hygiene*).
- Modifikasi lingkungan (pencahayaan, suhu, kebisingan).
- Terapi relaksasi (napas dalam, *guided imagery*).
**Penjelasan Singkat:**
Intervensi ini berfokus pada pendekatan holistik untuk meningkatkan kontrol tidur melalui teknik non-farmakologis dan penyesuaian perilaku.
---
**Catatan Akademis:**
1. **SDKI 00096** harus didukung data subjektif/objektif (misalnya: laporan pasien, observasi kantuk di siang hari).
2. **SLKI 0801** dievaluasi menggunakan skala Likert untuk memantau progres.
3. **SIKI 6530** dapat dikombinasikan dengan intervensi lain (misalnya: *Rest Therapy*/Kode 6480) jika diperlukan.
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 6*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 4*.
---
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan integrasi kode PPNI dan penjelasan berbasis evidence-based practice. Jika diperlukan pendalaman aspek tertentu, dapat ditambahkan literatur tambahan seperti *NANDA-I* atau *Journal of Sleep Research*. -
Article No. 16388 | 29 Apr 2025
Klinis : Pada bulan Agustus 2024, seorang wanita berusia 36 tahun datang untuk evaluasi obesitas (Tipe 1), menstruasi tidak teratur, dan amenore, dan belum pernah menerima perawatan hormonal apa pun. Ia dirujuk dari pusat kesehatan lain, dan datang dengan keluhan amenore, nyeri perut hebat saat menstruasi, lemak intra-abdomen lebih tinggi, dan hiperandrogenisme. Ia tidak memiliki kebiasaan pribadi seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Ia tidak memiliki riwayat keluarga PCOS dan penyakit terkait hormonal apa pun, juga kedua orang tuanya memiliki berat badan normal. Pasien mengalami obesitas dengan tinggi badan 150 cm dan berat badan 80 kg, BMI 32,3 kg/m2, berat badan ideal 50 kg, tekanan darah 140/90, riwayat siklus menstruasi tidak teratur, dan pasien mengonsumsi junk food dan makanan cepat saji dengan gaya hidup yang tidak banyak bergerak yang memperburuk penyakitnya. Sementara pasien tidak menyukai pisang dan minuman berkarbonasi dalam kehidupan sehari-harinya. Kulit pasien kering, berjerawat ringan, mulut kering, mata kekuningan, gigi kuning, bibir coklat tua karena dehidrasi karena asupan air yang kurang dan kuku rapuh terlihat selama penilaian klinis. Kadar hormon luteinisasi dan testosteron serum meningkat, sedangkan kadar hormon perangsang folikel dan estradiol normal. Pasien mengalami sedikit peningkatan glukosa darah puasa sementara ia juga mengalami hiperinsulinemia berat selama pemeriksaan, kadar hemoglobin sangat rendah, H. pylori tinggi serta profil lipid tampak abnormal selama pemeriksaan lab. USG seluruh abdomen menunjukkan; ukuran ovarium kiri- 9,50 x 2,38 x 3,56 cm, ukuran ovarium kanan- 5,75 x 1,99 x 3,21 cm dan perlemakan hati ringan terlihat di pinggiran ovarium wanita, yang menunjukkan ovarium polikistik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**1. Diagnosa Keperawatan:** **Gangguan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Code: B.3.1)**
- **Penjelasan:** Pasien mengalami obesitas (BMI 32,3 kg/m²) dengan pola makan tinggi kalori (junk food, makanan cepat saji) dan gaya hidup sedentari. Kondisi ini berkontribusi pada ketidakseimbangan hormonal dan metabolik.
- **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Kode L.3.1.1:** Klien menunjukkan penurunan berat badan sesuai target.
- **Kode L.3.1.3:** Klien memahami pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang direkomendasikan.
- **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Kode I.3.1.1:** Edukasi nutrisi dan manajemen berat badan.
- **Kode I.3.1.4:** Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet individual.
---
**2. Diagnosa Keperawatan:** **Gangguan Pola Menstruasi (SDKI Code: B.5.2.1)**
- **Penjelasan:** Pasien mengalami amenore dan menstruasi tidak teratur akibat hiperandrogenisme dan PCOS (dikonfirmasi melalui USG dan peningkatan LH/testosteron).
- **SLKI:**
- **Kode L.5.2.1.1:** Klien melaporkan pemahaman tentang penyebab gangguan menstruasi.
- **Kode L.5.2.1.3:** Klien menunjukkan kepatuhan terhadap rencana terapi hormonal (jika diberikan).
- **SIKI:**
- **Kode I.5.2.1.2:** Edukasi tentang manajemen PCOS dan terapi hormonal.
- **Kode I.5.2.1.4:** Pemantauan siklus menstruasi dan respons terapi.
---
**3. Diagnosa Keperawatan:** **Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan (SDKI Code: B.1.1.2)**
- **Penjelasan:** Pasien menunjukkan tanda dehidrasi (mulut kering, bibir gelap, kulit kering) akibat asupan air yang kurang.
- **SLKI:**
- **Kode L.1.1.2.1:** Klien mempertahankan hidrasi adekuat dengan tanda vital stabil.
- **SIKI:**
- **Kode I.1.1.2.1:** Edukasi pentingnya hidrasi dan pemantauan asupan cairan.
---
**4. Diagnosa Keperawatan:** **Intoleransi Aktivitas (SDKI Code: B.4.1.1)**
- **Penjelasan:** Gaya hidup sedentari dan obesitas menyebabkan kelelahan serta keterbatasan mobilitas.
- **SLKI:**
- **Kode L.4.1.1.1:** Klien meningkatkan aktivitas fisik secara bertahap.
- **SIKI:**
- **Kode I.4.1.1.1:** Rencana latihan progresif dan pemantauan respons fisiologis.
---
**5. Diagnosa Keperawatan:** **Gangguan Citra Tubuh (SDKI Code: B.6.1.1)**
- **Penjelasan:** Hiperandrogenisme (jerawat, obesitas) dan perubahan fisik memengaruhi persepsi diri pasien.
- **SLKI:**
- **Kode L.6.1.1.1:** Klien mengungkapkan penerimaan terhadap perubahan tubuh.
- **SIKI:**
- **Kode I.6.1.1.1:** Konseling psikologis dan dukungan emosional.
---
**6. Diagnosa Keperawatan:** **Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SDKI Code: B.2.2.3)**
- **Penjelasan:** Kulit kering dan jerawat meningkatkan risiko iritasi/infeksi.
- **SLKI:**
- **Kode L.2.2.3.1:** Klien mempertahankan integritas kulit dengan perawatan tepat.
- **SIKI:**
- **Kode I.2.2.3.1:** Edukasi perawatan kulit dan penggunaan produk non-komedogenik.
---
**Catatan Tambahan:**
- **Kolaborasi Medis:** Pasien memerlukan evaluasi endokrinologi untuk terapi PCOS (mis: metformin, kontrasepsi oral) dan manajemen hiperinsulinemia.
- **Pendekatan Holistik:** Kombinasi intervensi nutrisi, aktivitas fisik, dan dukungan psikologis esensial untuk keberhasilan terapi.
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 4, 2016*.
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 2, 2017*.
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 2, 2017*.
*(Format RTF tersedia sesuai permintaan.)* -
Article No. 16389 | 29 Apr 2025
Klinis : Seorang ibu umur 35 th, G2P1AO usia kehamilan 37 mgg datang ke RS dengan keluhan merasa kenceng-kenceng namun jarang, belum keluar cairan, dari hasil pengkajian perawat didapatkan data sebagai berikut: TD 135/85 mmiig, Nadi B3x/menit, pembukaan 3 cm, klien sudah tampak keletihan, kurang bertenaga (kurang semangat), fase laten memanjang 14 jam, kontraksi setiap 7 menit "wa"aI'd 1 Jel, KontaksI setiap 7 serviks kaku, Pemeriksaan fisik : secara head to toe dilkukan, TB 157cm, BB 60kg, leopold I sebelah kanan teraba bagian kecil janin , leopold lll kepala belum turun dan masil bisa digoyangkan, leopold IV kepala belum masuk PAP. DJJ 152x/menit. His: kontraksi intermiten sampai regular yang kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit. Skala nyeri klien adalah 9, durasi dan mulainya nyeri yang dialami klien setiap 7 menit sekali saat kontraksi dan berakhir setelah kontraksi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI: 00032)** terkait dengan proses persalinan fase laten memanjang dan kontraksi uterus.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) – Kode 00032: Nyeri Akut**
- **Definisi:** Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat.
- **Faktor yang Berhubungan:** Kontraksi uterus, pembukaan serviks 3 cm, fase laten memanjang (14 jam), dan skala nyeri 9.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) – Kode 2101: Tingkat Nyeri**
- **Kriteria Luaran:**
- Nyeri berkurang (skala nyeri menurun).
- Klien mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Ekspresi wajah lebih rileks.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) – Kode 2250: Manajemen Nyeri**
- **Intervensi:**
- Ajarkan teknik pernapasan dalam (latihan napas lambat).
- Berikan posisi nyaman (misalnya, posisi lateral atau semi-Fowler).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai protokol jika diperlukan.
- Lakukan distraksi (misalnya, musik relaksasi atau guided imagery).
---
**Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Keletihan (SDKI: 00093)** terkait dengan proses persalinan yang memanjang dan kurangnya istirahat.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI – Kode 00093: Keletihan**
- **Definisi:** Perasaan lelah secara fisik dan mental yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
- **Faktor yang Berhubungan:** Fase laten memanjang (14 jam), kontraksi intermiten, dan ekspresi klien yang tampak kurang bertenaga.
2. **SLKI – Kode 0201: Tingkat Energi**
- **Kriteria Luaran:**
- Klien melaporkan peningkatan energi.
- Tampak lebih segar dan kooperatif selama persalinan.
3. **SIKI – Kode 4120: Dukungan Istirahat**
- **Intervensi:**
- Anjurkan istirahat di antara kontraksi.
- Bantu posisi tidur nyaman (misalnya, miring ke kiri untuk meningkatkan sirkulasi plasenta).
- Batasi pengunjung untuk mengurangi stimulasi berlebihan.
---
**Catatan:**
- Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda distress janin (DJJ 152x/menit) dan perkembangan persalinan diperlukan.
- Jika fase laten terus memanjang atau terjadi tanda-tanda gawat janin, diperlukan evaluasi lebih lanjut oleh dokter/bidan.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan.
*(Ditulis dalam format RTF, sesuai permintaan.)* -
Article No. 16390 | 29 Apr 2025
Klinis : DS : 1.Klien menyatakan ingin kembali dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, menyisir rambut, dan berpakaian. 2.Klien menyadari bahwa kondisinya membutuhkan latihan rutin, tetapi mengaku belum memahami cara melakukan latihan pasca stroke. 3.Klien merasa termotivasi untuk belajar, namun kadang merasa frustrasi. 4.Klien mengeluh mudah lelah dan masih merasa pusing. 5. Keluarga Klien menyatakan belum mengetahui cara melakukan latihan pasca stroke dan ingin mendapat pengetahuan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakmampuan Merawat Diri (Self-Care Deficit)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
2. Defisit Pengetahuan (Knowledge Deficit)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang dibutuhkan terkait kondisi kesehatan, pengobatan, prosedur, dan rehabilitasi.
3. Kelelahan (Fatigue)
Definisi: Perasaan kelelahan dan berkurangnya kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakmampuan Merawat Diri (Self-Care Deficit):
- Klien dapat melakukan aktivitas makan, menyisir rambut, dan berpakaian secara mandiri.
- Klien dapat mempertahankan kebersihan dan kerapihan diri.
2. Defisit Pengetahuan (Knowledge Deficit):
- Klien dapat menjelaskan proses pemulihan dan rehabilitasi pasca stroke.
- Klien dapat mendemonstrasikan latihan yang tepat untuk pemulihan pasca stroke.
- Keluarga dapat menjelaskan cara melakukan latihan pasca stroke.
3. Kelelahan (Fatigue):
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih.
- Klien dapat mengelola gejala pusing yang dialami.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakmampuan Merawat Diri (Self-Care Deficit):
- Latihan Kemandirian Perawatan Diri
- Bantuan Perawatan Diri
- Edukasi Perawatan Diri
2. Defisit Pengetahuan (Knowledge Deficit):
- Asesmen Pengetahuan
- Edukasi Kesehatan
- Pelatihan Keterampilan
- Konseling Kesehatan
3. Kelelahan (Fatigue):
- Manajemen Energi
- Manajemen Gejala
- Edukasi Manajemen Kelelahan
Penjelasan Rinci:
1. Ketidakmampuan Merawat Diri (Self-Care Deficit):
- Klien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari, seperti makan, menyisir rambut, dan berpakaian.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah latihan kemandirian perawatan diri, pemberian bantuan perawatan diri, serta edukasi kepada klien dan keluarga mengenai cara melakukan perawatan diri secara mandiri.
- Tujuan luaran yang diharapkan adalah klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri dan mempertahankan kebersihan serta kerapihan diri.
2. Defisit Pengetahuan (Knowledge Deficit):
- Klien belum memahami cara melakukan latihan rehabilitasi pasca stroke yang tepat.
- Keluarga juga belum mengetahui cara melakukan latihan rehabilitasi pasca stroke.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah asesmen pengetahuan, edukasi kesehatan, pelatihan keterampilan, serta konseling kesehatan kepada klien dan keluarga.
- Tujuan luaran yang diharapkan adalah klien dapat menjelaskan proses pemulihan dan rehabilitasi pasca stroke, klien dapat mendemonstrasikan latihan yang tepat, serta keluarga dapat menjelaskan cara melakukan latihan pasca stroke.
3. Kelelahan (Fatigue):
- Klien mengeluh mudah lelah dan masih merasa pusing, yang dapat menghambat proses pemulihan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen energi, manajemen gejala, serta edukasi manajemen kelelahan.
- Tujuan luaran yang diharapkan adalah klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih dan dapat mengelola gejala pusing yang dialami.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk membantu klien pasca stroke dalam proses pemulihan dan rehabilitasi, serta meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Kolaborasi yang erat antara perawat, klien, dan keluarga sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 16391 | 29 Apr 2025
Klinis : DS : 1.Klien menyatakan ingin kembali dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, menyisir rambut, dan berpakaian. 2.Klien menyadari bahwa kondisinya membutuhkan latihan rutin, tetapi mengaku belum memahami cara melakukan latihan pasca stroke. 3.Klien merasa termotivasi untuk belajar, namun kadang merasa frustrasi. 4.Klien mengeluh mudah lelah dan masih merasa pusing. 5. Keluarga Klien menyatakan belum mengetahui cara melakukan latihan pasca stroke dan ingin mendapat pengetahuan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum. Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi klien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakmampuan Merawat Diri (SIKI Kode 00108)
Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
2. Defisit Pengetahuan (SIKI Kode 00126)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang diperlukan terkait kondisi kesehatan, pengobatan, dan perawatan.
3. Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan (SDKI Kode 00165)
Definisi: Motivasi dan kemampuan yang memadai untuk belajar dan menambah pengetahuan.
4. Intoleransi Aktivitas (SIKI Kode 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kelelahan.
5. Defisit Perawatan Kesehatan Keluarga (SLKI Kode 00062)
Definisi: Keterbatasan kemampuan anggota keluarga untuk melakukan tindakan dalam mendukung anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) merupakan standar diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar hasil asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Sedangkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar tindakan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
Setiap diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan memiliki kode dan definisi yang jelas, sehingga memudahkan perawat dalam menentukan, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, saya siap membantu. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 16392 | 29 Apr 2025
Klinis : DS. 2.Klien menyadari bahwa kondisinya membutuhkan latihan rutin, tetapi mengaku belum memahami cara melakukan latihan pasca stroke. 3.Klien merasa termotivasi untuk belajar, namun kadang merasa frustrasi. 4.Klien mengeluh mudah lelah dan masih merasa pusing. 5. Keluarga Klien menyatakan belum mengetahui cara melakukan latihan pasca stroke dan ingin mendapat pengetahuan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Defisit Pengetahuan: Latihan Pasca Stroke** *(Kode SDKI: 00182)*
**Penjelasan Singkat:**
Berdasarkan data subjektif dan objektif, klien dan keluarga mengalami ketidaktahuan atau ketidakpahaman terkait latihan pasca stroke, meskipun memiliki motivasi untuk belajar. Hal ini dapat menghambat pemulihan fungsional dan meningkatkan risiko komplikasi.
---
**Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):**
- **Kode SDKI: 00182** – *Defisit Pengetahuan*
- **Definisi:** Ketidakmampuan klien atau keluarga dalam memahami atau menerapkan informasi yang diperlukan untuk pemulihan atau pencegahan komplikasi.
- **Faktor yang Berhubungan:** Kurangnya paparan informasi, keterbatasan kognitif pasca stroke, dan kurangnya dukungan edukasi.
---
**Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
- **Kode SLKI: 1801** – *Pengetahuan: Proses Penyakit*
- **Indikator:**
1. Klien dan keluarga mampu menjelaskan tujuan latihan pasca stroke. *(Skala: 1–5)*
2. Klien dan keluarga mendemonstrasikan teknik latihan dengan benar. *(Skala: 1–5)*
3. Klien melaporkan peningkatan motivasi dan penurunan frustrasi selama latihan. *(Skala: 1–5)*
---
**Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
- **Kode SIKI: 4320** – *Edukasi: Proses Penyakit*
- **Intervensi:**
1. Memberikan penjelasan verbal dan demonstrasi visual tentang latihan pasca stroke.
2. Menggunakan media edukasi (poster/video) untuk mempermudah pemahaman.
3. Melakukan evaluasi berkala terhadap teknik latihan klien.
4. Melibatkan keluarga dalam sesi latihan untuk meningkatkan dukungan sosial.
- **Kode SIKI: 1400** – *Manajemen Kelelahan*
- **Intervensi:**
1. Menyesuaikan intensitas latihan dengan toleransi klien.
2. Mengajarkan teknik penghematan energi.
3. Memantau tanda vital (denyut nadi, tekanan darah) sebelum dan sesudah latihan.
---
**Catatan Akademis:**
1. **Pendekatan Holistik:** Edukasi harus disesuaikan dengan kemampuan kognitif dan fisik klien pasca stroke.
2. **Evaluasi Berkala:** Gunakan skala likert (1–5) pada SLKI untuk mengukur progres pemahaman klien.
3. **Kolaborasi:** Rujuk ke fisioterapis jika diperlukan teknik latihan spesifik.
**Referensi:**
- *PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).*
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan integrasi kode PPNI dan pendekatan evidence-based practice. -
Article No. 16393 | 29 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
Karakteristik Definisi:
- Batuk tidak efektif
- Suara napas bronkial
- Sesak napas
- Sputum berlebihan
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Karakteristik Definisi:
- Mudah lelah
- Napas dangkal dan cepat saat beraktivitas
- Kehilangan nafsu makan
3. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal akibat kegagalan mekanisme regulasi.
Karakteristik Definisi:
- Demam
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Suara napas normal
- Tidak ada sesak napas
- Jumlah sputum minimal
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas rutin tanpa kelelahan yang berlebihan
- Frekuensi napas normal saat beraktivitas
- Nafsu makan membaik
3. Suhu Tubuh Normal
- Suhu tubuh pasien kembali normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan terapi inhalasi untuk melembabkan dan meluruhkan sekret
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
- Berikan posisi semifowler untuk memfasilitasi drainase sekret
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi oksigen dan bronkodilator jika diperlukan
2. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian kemampuan fisik pasien secara komprehensif
- Rencanakan aktivitas dan istirahat yang seimbang
- Ajarkan teknik manajemen energi dalam melakukan aktivitas
- Berikan dukungan nutrisi yang adekuat
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan aktivitas yang terencana
3. Hipertermia:
- Lakukan pengukuran suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh
- Pastikan asupan cairan yang adekuat
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antipiretik jika diperlukan
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan berdasarkan kondisi pasien mencakup masalah pernapasan, aktivitas, dan suhu tubuh. Luaran yang diharapkan setelah intervensi keperawatan adalah memulihkan bersihan jalan napas, meningkatkan toleransi aktivitas, dan menormalkan suhu tubuh pasien. Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi tindakan mandiri perawat seperti terapi inhalasi, latihan batuk dan napas dalam, manajemen aktivitas, serta kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi oksigen, obat-obatan, dan dukungan nutrisi. Tujuan akhir dari asuhan keperawatan ini adalah membantu pasien dalam proses pemulihan dan mencapai kondisi yang optimal. -
Article No. 16394 | 29 Apr 2025
Klinis : Pasien apnea setelah anestesi kemudian akan dilakukan prosedur ECT yaitu kejutan listrik, kemudian pasien dibantu oleh ventilasi mekanik dalam bernapas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien apnea setelah anestesi yang akan menjalani prosedur ECT (Electroconvulsive Therapy) dengan bantuan ventilasi mekanik.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
Definisi: Kekurangan oksigen dan/atau akumulasi karbondioksida dalam darah arterial yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi.
Karakteristik Definisi: Penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan parsial CO2, perubahan frekuensi respirasi, diaphoresis, sianosis.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
1. Ventilasi Efektif (0403)
- Indikator:
a. Mempertahankan frekuensi pernapasan dalam batas normal
b. Mempertahankan irama pernapasan yang teratur
c. Mempertahankan kedalaman inspirasi yang adekuat
d. Mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
- Kriteria Hasil:
a. Frekuensi pernapasan 12-20 x/menit
b. Irama pernapasan teratur
c. Kedalaman inspirasi normal
d. Saturasi oksigen ≥ 95%
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Jalan Napas (6540)
- Aktivitas:
a. Lakukan paten jalan napas dan pertahankan
b. Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan
c. Pantau status pernapasan (frekuensi, kedalaman, dan irama)
d. Lakukan suction jika diperlukan
e. Siapkan alat bantu pernapasan (ventilator) jika pasien mengalami apnea
2. Manajemen Ventilasi Mekanik (3300)
- Aktivitas:
a. Atur parameter ventilasi sesuai dengan kondisi pasien
b. Pantau status vitalitas (tekanan darah, saturasi oksigen, frekuensi jantung)
c. Berikan perawatan pada sistem ventilasi (bersihkan, periksa kebocoran)
d. Fasilitasi periode weaning dari ventilator jika pasien membaik
3. Manajemen Keseimbangan Cairan (4120)
- Aktivitas:
a. Monitor intake dan output cairan
b. Pertahankan status hidrasi yang adekuat
c. Berikan cairan sesuai kebutuhan
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas (00030) dipilih karena pasien mengalami apnea setelah anestesi, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi sehingga menimbulkan kekurangan oksigen dan akumulasi karbondioksida dalam darah.
2. Luaran/Output yang diharapkan adalah Ventilasi Efektif (0403), yang bertujuan untuk mempertahankan frekuensi, irama, kedalaman pernapasan, dan saturasi oksigen dalam batas normal. Hal ini penting untuk memastikan pertukaran gas yang adekuat selama pasien menjalani prosedur ECT dan dibantu ventilasi mekanik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Jalan Napas (6540) untuk menjaga jalan napas tetap terbuka, Manajemen Ventilasi Mekanik (3300) untuk mengatur dan memantau ventilator, serta Manajemen Keseimbangan Cairan (4120) untuk mempertahankan status hidrasi yang adekuat. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mencapai luaran Ventilasi Efektif dan memastikan pasien dapat bernapas dengan baik selama dan setelah prosedur ECT.