Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21510 | 04 Sep 2025
Klinis : pasien perempuan umur 44 tahun dengan keluhan batuk dan sesak 1 minggu ini disertai dengan bab darah segar tadi malam. mual muntah dan badan lemas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, Ibu. Baik, saya akan membantu Anda memberikan analisa yang lengkap dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan pandangan dengan nada yang akademis dan profesional.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu batuk, sesak napas, bab darah segar, mual, muntah, dan badan lemas, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya penumpukan sekret pada saluran napas yang menyebabkan pasien mengalami batuk dan sesak napas.
2. Intoleransi Aktivitas
Intoleransi aktivitas ditandai dengan adanya kelemahan fisik yang menyebabkan pasien merasa lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3. Resiko Perdarahan
Resiko perdarahan ditandai dengan adanya bab darah segar yang mengindikasikan kemungkinan adanya perdarahan dari saluran pencernaan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif, tidak mengalami sesak napas, dan mampu bernapas dengan normal.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa merasa lemas atau kelelahan.
3. Tidak Terjadi Perdarahan
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan tidak terjadi perdarahan lagi dari saluran pencernaan pasien.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
a. Monitor tanda-tanda vital (terutama frekuensi napas dan oksigenasi)
b. Auskultasi suara napas, identifikasi adanya suara napas tambahan
c. Atur posisi semi Fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
d. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
e. Berikan terapi inhalasi (bronkodilator, mukolitik) sesuai indikasi
f. Latih teknik batuk efektif dan pembersihan jalan napas
2. Intoleransi Aktivitas:
a. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah aktivitas
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan aktivitas yang aman
d. Atur lingkungan yang mendukung aktivitas pasien
e. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen energi
3. Resiko Perdarahan:
a. Monitor tanda-tanda vital (terutama tekanan darah dan frekuensi nadi)
b. Pantau adanya tanda-tanda perdarahan, seperti bab darah, muntah darah, atau perdarahan lainnya
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan yang sesuai
d. Berikan dukungan emosional dan informasi kepada pasien dan keluarga
e. Siapkan peralatan untuk tindakan darurat jika terjadi perdarahan
Semoga penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien. Jika Ibu memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 21511 | 04 Sep 2025
Klinis : tensi tinggi, ckd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan (tekanan darah tinggi, penyakit ginjal kronis, dengan nada akademis dan persona pakar), berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Hipertensi (00904)
Definisi: Tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang lebih tinggi dari normal.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Kode: HD-006
b. Judul: Hipertensi
c. Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang lebih tinggi dari normal.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kode: LS-013
b. Judul: Kontrol Tekanan Darah
c. Definisi: Kemampuan individu untuk mengatur atau mengendalikan tekanan darah dalam batas normal.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kode: IP-064
b. Judul: Manajemen Hipertensi
c. Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang diberikan untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Hipertensi" mengacu pada peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang lebih tinggi dari normal. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) memiliki kode HD-006 dengan judul "Hipertensi" dan definisi yang sama dengan diagnosa keperawatan. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) memiliki kode LS-013 dengan judul "Kontrol Tekanan Darah" dan definisi kemampuan individu untuk mengatur atau mengendalikan tekanan darah dalam batas normal. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) memiliki kode IP-064 dengan judul "Manajemen Hipertensi" dan definisi serangkaian tindakan keperawatan yang diberikan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. -
Article No. 21512 | 04 Sep 2025
Klinis : luka terbuka punggung
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur medis terkait kondisi luka terbuka punggung:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S21.0
- Deskripsi: Luka terbuka dinding depan toraks
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridemen luka terbuka, kompleks
Penjelasan:
Untuk kondisi luka terbuka punggung, kode ICD-10 yang sesuai adalah S21.0, yang menggambarkan luka terbuka pada dinding depan toraks. Ini termasuk dalam kategori luka terbuka pada dinding toraks, yang melibatkan area punggung.
Dalam hal tindakan medis, kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 86.22, yang merujuk pada debridemen luka terbuka yang kompleks. Debridemen adalah prosedur pembersihan dan penghilangan jaringan nekrotik atau mati dari luka untuk memfasilitasi proses penyembuhan.
Pengkodean yang tepat sangat penting dalam dokumentasi medis, karena kode-kode ini digunakan untuk tujuan penagihan, analisis epidemiologi, dan penelitian medis. Selain itu, dokumentasi yang akurat juga membantu dalam perawatan pasien yang berkelanjutan dan koordinasi antar penyedia layanan kesehatan. -
Article No. 21513 | 04 Sep 2025
Klinis : penyerangan dengan air panas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait penyerangan dengan air panas dalam format yang anda minta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T29.0
- Deskripsi: Burn of multiple regions, unspecified degree
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.35
- Deskripsi: Application of dressing to burn
Penjelasan detail:
Kode ICD-10 T29.0 digunakan untuk mengkodekan cedera karena penyerangan dengan air panas, di mana terjadi luka bakar pada beberapa bagian tubuh dengan tingkat keparahan yang tidak ditentukan. Ini mencakup segala jenis luka bakar akibat paparan air panas, tanpa membedakan derajat keparahannya.
Sementara itu, kode ICD-9-CM 93.35 mengindikasikan prosedur pemberian balutan atau dressing pada luka bakar. Tindakan ini dilakukan untuk melindungi luka, mencegah infeksi, dan mempromosikan penyembuhan.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan memilih kode-kode ini berdasarkan informasi yang tersedia dalam dokumentasi medis pasien, seperti riwayat penyakit, temuan pemeriksaan fisik, dan tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 21514 | 04 Sep 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 62 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan merasa lemas dan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas bertambah sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas hilang timbul dipengaruhi aktivitas. Hasil pengkajian: Frekuensi nafas 26 kali/menit, nafas cepat dan dangkal. Sesak nafas semakin berat pada posisi berbaring. Terdapat bunyi nafas ronkhi. Pasien batuk dengan sputum berwarna putih, berbusa Pasien merasa dada berdebar cepat, frekuensi nadi 118 kali/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, SaO2 95 %, Distensi vena jugularis, Kulit pucat, dingin dan berkeringat Pasien mengeluh pusing dan terlihat gelisah. Terdapat edema pada ekstremitas bawah Hasil EKG: Rate 106, Gel P sulit diidentifikasi, PR interval didak dapat dihitung, Komplek QRS tidak teratur. Atrial Fibrilation Diagnosa medis: gagal jantung dekompensasi akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI dengan kodenya:
1. Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif (00032)
SDKI:
Kode: 00032
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
SLKI:
Kode: 70017
Definisi: Kemampuan pasien untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
SIKI:
Kode: N0202
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
2. Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Jantung (0061)
SDKI:
Kode: 00061
Definisi: Ketidakmampuan sirkulasi darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan jantung.
SLKI:
Kode: 70110
Definisi: Kemampuan pasien untuk mempertahankan perfusi jaringan jantung yang efektif.
SIKI:
Kode: C0202
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi perfusi jaringan jantung yang adekuat.
3. Diagnosa Keperawatan:
Kelebihan Volume Cairan (00026)
SDKI:
Kode: 00026
Definisi: Kelebihan cairan intravaskular, interstisial, atau intraselular.
SLKI:
Kode: 70027
Definisi: Kemampuan pasien untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
SIKI:
Kode: C0203
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi keseimbangan cairan yang adekuat.
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami sesak napas, gangguan perfusi jantung, dan kelebihan volume cairan, maka diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan adalah Pola Napas Tidak Efektif, Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Jantung, dan Kelebihan Volume Cairan. Definisi dan kode SDKI, SLKI, dan SIKI di atas menjelaskan masing-masing diagnosa tersebut secara singkat. -
Article No. 21515 | 04 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? • Darah rutin: normal. ? • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data kasus yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Tn. A mengalami diagnosa keperawatan Dermatitis. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang terkait dengan kondisi ini:
Diagnosa Keperawatan:
Kode: 00013
Judul: Dermatitis
Definisi: Peradangan kulit yang disertai rasa gatal, kemerahan, pembentukan papul, vesikel, dan eksudasi.
SDKI:
Kode: 10024
Judul: Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau lapisan kulit lainnya.
SLKI:
Kode: 10008
Judul: Integritas Kulit Membaik
Definisi: Kondisi di mana struktur dan fungsi kulit kembali normal.
SIKI:
Kode: 10023
Judul: Perawatan Luka
Definisi: Serangkaian tindakan dalam mengelola luka untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Kode: 10025
Judul: Terapi Kulit
Definisi: Serangkaian tindakan dalam memberikan terapi untuk mengatasi gangguan pada kulit.
Kode: 10026
Judul: Manajemen Gejala
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengontrol atau mengurangi gejala yang dialami pasien.
Dengan demikian, perawat dapat menetapkan diagnosa keperawatan Dermatitis pada pasien Tn. A, serta menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada pemulihan integritas kulit, pengurangan gejala, dan pencegahan komplikasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 21516 | 04 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? • Darah rutin: normal. ? • IgE serum: sedikit meningkat. buatkan 3 diagnosa prioritas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah perawat profesional yang berpengalaman dalam bidang keperawatan. Berdasarkan informasi yang diberikan, saya akan memberikan 3 diagnosa keperawatan prioritas untuk kasus dermatitis pada Tn. A, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi terhadap semen
- SDKI: Gangguan integritas kulit
- Kode: 00046
- Definisi: Kerusakan atau perubahan pada epidermis, dermis, atau jaringan subkutan.
- SLKI: Pemulihan kesehatan kulit
- Kode: 1316
- Definisi: Kemampuan individu untuk memelihara dan memulihkan kondisi kulit yang sehat.
- SIKI: Perawatan kulit
- Kode: I0150
- Definisi: Tindakan untuk memelihara dan meningkatkan integritas kulit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal dan rasa panas di kulit
- SDKI: Gangguan pola tidur
- Kode: 00198
- Definisi: Gangguan durasi dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Tidur yang efektif
- Kode: 0004
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat dan berkualitas.
- SIKI: Manajemen nyeri
- Kode: I0326
- Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan.
3. Cemas berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
- SDKI: Kecemasan
- Kode: 00146
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau tegang yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- SLKI: Manajemen kecemasan
- Kode: 1211
- Definisi: Kemampuan untuk mengenali, mengatasi, dan mengelola perasaan cemas.
- SIKI: Terapi relaksasi
- Kode: I0390
- Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi relaksasi fisik dan mental untuk mengurangi kecemasan.
Demikian diagnosa keperawatan prioritas yang saya berikan, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI. Saya harap informasi ini dapat membantu dalam mengelola kasus dermatitis pada Tn. A. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. -
Article No. 21517 | 04 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? • Darah rutin: normal. ? • IgE serum: sedikit meningkat. buatkan 3 diagnosa prioritas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA KASUS DERMATITIS KONTAK\b0\fs24
\par Berdasarkan analisis data pada Tn. A, usia 35 tahun, dengan dermatitis kontak iritan akibat paparan semen, berikut tiga diagnosa keperawatan prioritas beserta penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
\par \b Diagnosa 1: Gatal berhubungan dengan proses inflamasi kulit\b0
\par \b Kode SDKI:\b0 B.3.1.1 (Gatal)
\par \b SLKI:\b0 1601 (Kontrol gatal) - \i Kriteria hasil:\i0 Gatal berkurang, frekuensi menggaruk menurun, kulit tidak mengalami ekskoriasi lebih lanjut
\par \b SIKI:\b0 3210 (Manajemen gatal) - \i Intervensi:\i0 Ajarkan teknik menghindari garukan, berikan kompres dingin, kolaborasi pemberian farmakoterapi antipruritus
\par \b Rasional:\b0 Data menunjukkan keluhan gatal utama dengan ekskoriasi akibat garukan, diperburuk oleh keringat dan debu semen. Peningkatan IgE serum mengindikasikan respons imun yang memperkuat diagnosis proses inflamasi sebagai etiologi gatal.
\par \b Diagnosa 2: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor iritan fisik/kimia\b0
\par \b Kode SDKI:\b0 B.1.1.1 (Kerusakan integritas kulit)
\par \b SLKI:\b0 1101 (Penyembuhan luka: tingkat 1) - \i Kriteria hasil:\i0 Lesi kulit menunjukkan epitelisasi, tidak ada tanda infeksi, kulit tetap utuh
\par \b SIKI:\b0 3520 (Perawatan luka) - \i Intervensi:\i0 Lakukan perawatan luka steril, ajarkan perlindungan kulit dari iritan, monitor tanda infeksi
\par \b Rasional:\b0 Temuan fisik eritema difus, papul, ekskoriasi, dan kulit kering mengonfirmasi kerusakan barrier kulit. Patch test positif terhadap semen mengidentifikasi agen iritan spesifik yang menyebabkan kerusakan integritas kulit.
\par \b Diagnosa 3: Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan gatal\b0
\par \b Kode SDKI:\b0 A.2.1.1 (Gangguan pola tidur)
\par \b SLKI:\b0 402 (Kualitas tidur) - \i Kriteria hasil:\b0 Pasien dapat tidur tanpa terbangun, melaporkan peningkatan kualitas tidur
\par \b SIKI:\b0 1850 (Peningkatan tidur) - \i Intervensi:\i0 Ajarkan teknik relaksasi sebelum tidur, atur lingkungan tidur nyaman, kolaborasi pemberian terapi untuk mengurangi gatal nokturnal
\par \b Rasional:\b0 Data subjektif pasien terbangun 2-3 kali malam hari akibat gatal menunjukkan dampak signifikan dermatitis terhadap istirahat, yang dapat memperburuk proses penyembuhan melalui mekanisme stres imunologis.
\par \b Catatan Klinis:\b0 Diagnosa prioritas difokuskan pada manajemen gejala akut (gatal), kerusakan jaringan aktual, dan dampak sistemik (gangguan tidur) yang memerlukan intervensi segera. Aspek edukasi dan manajemen stres termasuk dalam intervensi setiap diagnosa.
} -
Article No. 21518 | 04 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? • Darah rutin: normal. ? • IgE serum: sedikit meningkat. buatkan 3 diagnosa prioritas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. A dengan kasus Dermatitis adalah:
1. Diagnosa Keperawatan Prioritas 1: Intoleransi Aktivitas
- Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang membaik.
2. Pasien dapat mengelola gejala fisik yang membatasi aktivitas.
3. Pasien dapat mempertahankan tingkat energi yang optimal.
- Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas.
2. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi intoleransi aktivitas.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas.
4. Ajarkan teknik manajemen energi dan istirahat yang adekuat.
5. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi.
6. Pantau tanda-tanda vital dan gejala fisik yang timbul selama aktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan Prioritas 2: Gangguan Integritas Kulit
- Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat mempertahankan integritas kulit yang optimal.
2. Pasien dapat mengelola gejala yang muncul pada kulit.
3. Pasien dapat mencegah komplikasi yang dapat terjadi pada kulit.
- Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji keadaan kulit pasien secara komprehensif.
2. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan integritas kulit.
3. Berikan perawatan kulit sesuai kebutuhan, seperti penggunaan pelembab, antipruritus, dan lain-lain.
4. Ajarkan pasien teknik perawatan kulit yang tepat.
5. Dorong pasien untuk menghindari faktor-faktor pencetus gejala.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait dalam penanganan gangguan integritas kulit.
3. Diagnosa Keperawatan Prioritas 3: Gangguan Pola Tidur
- Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
2. Pasien dapat mengelola faktor-faktor yang mengganggu tidur.
3. Pasien dapat mempertahankan kualitas tidur yang optimal.
- Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji pola tidur dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
2. Identifikasi pemicu gangguan tidur pada pasien.
3. Ajarkan teknik manajemen gejala yang mengganggu tidur, seperti mengatasi rasa gatal.
4. Fasilitasi lingkungan yang nyaman untuk tidur.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait dalam penanganan gangguan pola tidur.
6. Pantau kualitas dan kuantitas tidur pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan Prioritas 1 (Intoleransi Aktivitas) diprioritaskan karena gejala dermatitis yang dialami Tn. A, seperti gatal-gatal, rasa panas, dan kulit kering, dapat membatasi aktivitas sehari-harinya sebagai tukang bangunan. Hal ini perlu dikelola dengan baik agar pasien dapat melakukan aktivitas secara optimal.
Diagnosa Keperawatan Prioritas 2 (Gangguan Integritas Kulit) adalah masalah utama yang dialami pasien, yaitu dermatitis yang menyebabkan kemerahan, papul kecil, ekskoriasi, dan kulit kering. Penanganan yang komprehensif terhadap gangguan integritas kulit ini menjadi fokus utama asuhan keperawatan.
Diagnosa Keperawatan Prioritas 3 (Gangguan Pola Tidur) diprioritaskan karena pasien mengeluhkan sering terbangun 2-3 kali di malam hari akibat gatal dan rasa panas di kulit. Gangguan tidur ini dapat mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup pasien, sehingga perlu dikelola dengan baik.
Luaran (SLKI) dan Intervensi Keperawatan (SIKI) yang dirumuskan bertujuan untuk memfasilitasi pasien dalam mengelola masalah yang dialami, mencegah komplikasi, dan mencapai status kesehatan yang optimal. Intervensi keperawatan yang diberikan bersifat komprehensif, meliputi pengkajian, edukasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta pemantauan yang berkelanjutan. -
Article No. 21519 | 04 Sep 2025
Klinis : DS : Pasien mengeluh nyeri pada gigi belakang kiri. Pasien mengatakan nyeri bertambah saat makan dan ketika mencoba membuka mulut lebar. DO : Tampak meringis saat membuka mulut. Terlihat pembengkakan dan kemerahan pada area gusi sekitar gigi molar. Gerakan membuka mulut terbatas. Nyeri dirasakan tajam, berdenyut, dengan skala nyeri 7/10.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi di atas adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
Karakteristik Definisi:
- Laporan pasien tentang nyeri akut
- Perubahan ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri
- Peningkatan tanda-tanda vital
- Perubahan pola tidur
- Perubahan nafsu makan
Faktor yang Berhubungan:
- Cedera jaringan
- Inflamasi
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat mengendalikan nyeri dengan menggunakan teknik non-farmakologis
- Pasien mengatakan nyeri terkendali
2. Pemulihan Kesehatan Oral
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan oral yang adekuat
- Pasien melaporkan tidak ada keluhan nyeri
- Pasien dapat membuka mulut dengan lebih luas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgesik
- Anjurkan pasien menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, distraksi, relaksasi
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Perawatan Mulut
- Instruksikan pasien untuk melakukan kebersihan mulut secara teratur
- Anjurkan penggunaan obat kumur antiseptik
- Kolaborasi dengan dokter gigi untuk perawatan gigi dan pemberian antibiotik jika diperlukan
- Pantau tanda-tanda inflamasi dan kemajuan penyembuhan
3. Manajemen Aktivitas
- Batasi pergerakan membuka mulut sesuai toleransi pasien
- Anjurkan pasien untuk makan makanan lunak dan tidak keras
- Pantau kemampuan pasien dalam membuka mulut dan makan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri pada gigi belakang kiri dengan karakteristik yang sesuai, yaitu nyeri tajam, berdenyut, dengan skala nyeri 7/10. Faktor yang berhubungan adalah cedera jaringan dan inflamasi pada area gigi dan gusi.
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengontrol nyeri, dengan melaporkan nyeri berkurang, dapat menggunakan teknik non-farmakologis, dan nyeri terkendali. Selain itu, diharapkan pasien dapat menunjukkan pemulihan kesehatan oral, dengan tanda-tanda penyembuhan yang adekuat, tidak ada keluhan nyeri, dan dapat membuka mulut lebih luas.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, perawatan mulut, dan manajemen aktivitas. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan memfasilitasi pemulihan fungsi membuka mulut.