Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14577 | 21 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita umur 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk berdahak 3 hari terakhir,dahak susah dikeluarkan,nagas sesak,tidak nafsu makan,rasa mual, berat badan menurun, pernah berobat TBC 5 tahun lalu hasil lab positif tbc,pernafasan 32x/menit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis sebagai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.0
- Deskripsi: Pneumonia pneumokokal
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan batuk berdahak, dahak susah dikeluarkan, sesak napas, penurunan nafsu makan, mual, dan penurunan berat badan, yang merupakan gejala-gejala khas pneumonia.
- Pasien memiliki riwayat tuberkulosis (TBC) yang pernah diobati 5 tahun lalu, dimana infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) dapat menjadi komplikasi.
- Dengan frekuensi napas 32 kali per menit, pasien mengalami napas cepat yang merupakan tanda adanya gangguan pernapasan akibat pneumonia.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian terapi antibiotik intraveneus
Penjelasan:
- Pasien dengan pneumonia pneumokokal memerlukan pemberian terapi antibiotik intraveneus sebagai pengobatan utama untuk mengatasi infeksi.
- Kode ICD-9-CM 99.15 mengindikasikan tindakan pemberian terapi antibiotik secara intravena, yang biasanya dilakukan untuk pasien dengan pneumonia.
Dalam tatalaksana kasus ini, dokter perlu melakukan evaluasi lebih lanjut, seperti pemeriksaan fisik, tes diagnostik (misalnya pemeriksaan sputum, foto toraks, atau CT scan), dan pemantauan tanda-tanda vital untuk memastikan diagnosis dan menentukan penatalaksanaan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 14578 | 21 Mar 2025
Klinis : nyeri ulu hati, riwayat kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci mengenai kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Ulu Hati
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Karakteristik Definisi: Keluhan nyeri di ulu hati, perubahan tanda-tanda vital, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, perilaku protektif terhadap area yang nyeri.
2. Riwayat Kejang
Diagnosa Keperawatan: Risiko Terjadinya Kejang
Definisi: Kerentanan terhadap pola aktivitas listrik otak yang abnormal dan berulang yang dapat menyebabkan perubahan perilaku yang tidak terkontrol.
Karakteristik Definisi: Riwayat kejang, pola tidur yang terganggu, perubahan kesadaran, perubahan pola aktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Ulu Hati
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan perilaku mengatasi nyeri yang efektif, mendemonstrasikan relaksasi.
- Indikator: Tingkat nyeri menurun, pasien menunjukkan ekspresi wajah yang rileks, pasien mampu melakukan teknik relaksasi.
2. Risiko Terjadinya Kejang
- Kriteria Hasil: Pasien tidak mengalami kejang, mendemonstrasikan perilaku yang meminimalkan risiko kejang, menunjukkan pola tidur yang memadai.
- Indikator: Tidak terjadi kejang selama perawatan, pasien mampu mengenali faktor pemicu kejang dan menghindarinya, pasien tidur dengan pola yang teratur.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Ulu Hati
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, intensitas)
- Nilai nyeri menggunakan skala nyeri yang sesuai
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin)
- Pantau tanda-tanda vital untuk mengevaluasi efektivitas intervensi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan penyebab nyeri dan penanganan yang sesuai
2. Risiko Terjadinya Kejang
- Identifikasi faktor-faktor pemicu kejang (stres, kurang tidur, ketidakseimbangan elektrolit, dll.)
- Pantau pola tidur dan bangun pasien
- Ajarkan teknik manajemen stres dan relaksasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antikonvulsan sesuai indikasi
- Ciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah cedera saat terjadi kejang
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanganan kejang
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terencana, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu penurunan nyeri ulu hati dan pencegahan terjadinya kejang. Evaluasi yang berkelanjutan juga diperlukan untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 14579 | 21 Mar 2025
Klinis : hipoglikemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah pemaparan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi hipoglikemia:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi hipoglikemia:
Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi hipoglikemia berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah" (00179). Diagnosa ini menggambarkan adanya potensi penurunan kadar glukosa darah di bawah normal yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan pasien. Kondisi hipoglikemia menandakan bahwa tubuh pasien mengalami penurunan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol, sehingga perlu adanya pengawasan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hipoglikemia dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah (0800): Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal sesuai dengan kebutuhan fisiologisnya.
2. Pengetahuan: Manajemen Hipoglikemia (1860): Pasien dan/atau keluarga memiliki pengetahuan yang memadai tentang penyebab, tanda-tanda, dan tindakan yang harus dilakukan saat terjadi hipoglikemia.
3. Perilaku Perawatan Diri: Manajemen Diabetes (1601): Pasien dan/atau keluarga mampu melakukan perawatan diri yang efektif untuk mencegah dan mengelola hipoglikemia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan hipoglikemia:
1. Pemantauan Glukosa Darah (6650): Melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara berkala untuk mendeteksi adanya penurunan kadar glukosa darah di bawah normal.
2. Manajemen Hipoglikemia (2130): Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencegah, mengenali, dan mengelola episode hipoglikemia, termasuk pemberian karbohidrat sederhana, pengaturan diet, dan edukasi pasien/keluarga.
3. Edukasi Kesehatan: Manajemen Diabetes (5616): Memberikan edukasi kepada pasien dan/atau keluarga mengenai penyebab, tanda-tanda, dan tindakan yang harus dilakukan saat terjadi hipoglikemia, serta pentingnya mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
4. Bimbingan: Perawatan Diri (5520): Memberikan bimbingan dan dukungan kepada pasien dan/atau keluarga dalam melakukan perawatan diri yang efektif untuk mencegah dan mengelola hipoglikemia, seperti pengaturan diet, olahraga, dan pemantauan kadar glukosa darah.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hipoglikemia dapat mencapai stabilitas kadar glukosa darah, memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen hipoglikemia, dan mampu melakukan perawatan diri yang efektif untuk mencegah dan mengelola kondisi tersebut. -
Article No. 14580 | 21 Mar 2025
Klinis : sesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi sesak napas.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida.
Penyebab:
1. Gangguan mekanis pada sistem pernapasan
2. Kelelahan otot pernapasan
3. Kecemasan atau ketakutan
Gejala dan Tanda:
1. Napas dangkal dan cepat
2. Penggunaan otot bantu pernapasan
3. Sianosis
4. Rasa sesak di dada
Rencana Keperawatan:
1. Kaji tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Latihan pernapasan yang tepat
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang disusun oleh PPNI sebagai panduan untuk menentukan diagnosis keperawatan yang tepat. Dalam SDKI, terdapat definisi, penyebab, dan gejala/tanda dari setiap diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang disusun oleh PPNI untuk mengukur hasil atau luaran dari intervensi keperawatan yang diberikan. SLKI mencakup indikator-indikator untuk mengevaluasi keberhasilan suatu intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang disusun oleh PPNI untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan diagnosis keperawatan. SIKI mencakup deskripsi, tujuan, aktivitas, dan rasional dari setiap intervensi keperawatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI ini sangat penting dalam praktik keperawatan untuk memastikan kualitas dan keseragaman asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 14581 | 21 Mar 2025
Klinis : Kesadaran CM , pernafasan dengan nasal kanul 5 lpm, pasien tidak tampak sesak nafas. RR 18-20 x/menit. Saturasi 94-96%. Terpasang IV line no. 20 di vena metacarpal sinistra (info pasien kondisi tangan kiri lebih bengkak sebelum masuk RS), infus NS 0.9% 5 cc/jam. Terpasang DC no. 16 produksi urine kuning jernih. TTV : TD 107/80 mmhg. HR 89x/menit. RR 18 x/menit.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan melihat kondisi pasien yang telah Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Curah Jantung
Pasien menunjukkan penurunan kesadaran, pemasangan alat bantu nafas, dan terdapat edema di ekstremitas. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan curah jantung.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pasien membutuhkan alat bantu pernapasan berupa nasal kanul, namun tidak tampak sesak nafas. Hal ini mengindikasikan adanya potensi gangguan bersihan jalan napas.
3. Risiko Infeksi
Pasien memiliki akses intravena dan kateter urin yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Penurunan Curah Jantung
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada edema ekstremitas
- Perfusi jaringan adekuat
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pola napas dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda pernapasan tidak efektif
- Saturasi oksigen dalam batas normal
3. Bebas Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada akses intravena dan kateter urin
- Tidak ada peningkatan suhu tubuh
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Penurunan Curah Jantung
- Monitoring tanda-tanda vital secara berkala
- Observasi adanya edema ekstremitas
- Pemberian cairan IV sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi yang sesuai
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pemantauan respirasi dan saturasi oksigen
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan pasien
- Latihan batuk efektif
- Informasi kepada pasien tentang pentingnya mobilisasi dini
3. Risiko Infeksi
- Perawatan akses intravena sesuai prosedur
- Perawatan kateter urin secara aseptik
- Observasi tanda-tanda infeksi secara berkala
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik jika diperlukan
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Curah Jantung
Pasien menunjukkan penurunan kesadaran (CM) yang dapat menjadi indikasi adanya gangguan fungsi jantung dan penurunan curah jantung. Selain itu, adanya edema pada ekstremitas juga dapat menjadi tanda penurunan curah jantung. Kondisi ini perlu dikelola secara tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pasien membutuhkan alat bantu pernapasan berupa nasal kanul 5 lpm, namun tidak tampak sesak napas. Hal ini mengindikasikan adanya potensi gangguan bersihan jalan napas yang perlu dievaluasi dan ditangani. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk memastikan bersihan jalan napas efektif.
3. Risiko Infeksi
Pasien memiliki akses intravena dan kateter urin yang dapat meningkatkan risiko infeksi. Perawatan akses intravena dan kateter urin secara aseptik serta pemantauan tanda-tanda infeksi perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Penurunan Curah Jantung
Indikator yang diharapkan adalah stabilnya tanda-tanda vital, tidak adanya edema ekstremitas, dan perfusi jaringan yang adekuat. Tujuan ini dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang tepat, seperti pemantauan tanda-tanda vital, observasi edema, dan pemberian cairan IV sesuai kebutuhan.
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
Luaran yang diharapkan adalah pola napas dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda pernapasan tidak efektif, dan saturasi oksigen dalam batas normal. Intervensi keperawatan seperti pemantauan respirasi, pemberian oksigen, dan latihan batuk efektif dapat membantu mencapai luaran ini.
3. Bebas Infeksi
Indikator yang diharapkan adalah tidak adanya tanda-tanda infeksi pada akses intravena dan kateter urin, serta tidak ada peningkatan suhu tubuh. Perawatan akses intravena dan kateter urin secara aseptik, observasi tanda-tanda infeksi, dan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik (jika diperlukan) dapat membantu mencapai luaran ini.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Penurunan Curah Jantung
- Monitoring tanda-tanda vital secara berkala: Pemantauan tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu tubuh dapat memberikan informasi tentang fungsi jantung dan sirkulasi.
- Observasi adanya edema ekstremitas: Pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi adanya edema dapat membantu mengidentifikasi penurunan curah jantung.
- Pemberian cairan IV sesuai kebutuhan: Pemberian cairan intravena yang adekuat dapat membantu meningkatkan volume darah dan curah jantung.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi yang sesuai: Kerja sama dengan dokter untuk pemberian terapi obat-obatan atau intervensi lain yang dapat membantu meningkatkan curah jantung.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pemantauan respirasi dan saturasi oksigen: Pemeriksaan frekuensi pernapasan, kedalaman, dan irama serta saturasi oksigen dapat membantu mengevaluasi efektivitas bersihan jalan napas.
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan pasien: Pemberian oksigen melalui nasal kanul dapat membantu mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
- Latihan batuk efektif: Mengajarkan pasien teknik batuk efektif dapat membantu membersihkan jalan napas.
- Informasi kepada pasien tentang pentingnya mobilisasi dini: Edukasi kepada pasien tentang manfaat mobilisasi dini untuk memperlancar bersihan jalan napas.
3. Risiko Infeksi
- Perawatan akses intravena sesuai prosedur: Menjaga kebersihan dan keutuhan akses intravena dapat mencegah risiko infeksi.
- Perawatan kateter urin secara aseptik: Melakukan perawatan kateter urin dengan teknik aseptik dapat mencegah infeksi saluran kemih.
- Observasi tanda-tanda infeksi secara berkala: Pemantauan tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, dan produksi urin yang tidak normal dapat membantu mengidentifikasi adanya infeksi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik jika diperlukan: Kerja sama dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik sesuai hasil pemeriksaan dapat mem -
Article No. 14582 | 21 Mar 2025
Klinis : Kesadaran CM , pernafasan dengan nasal kanul 5 lpm, pasien tidak tampak sesak nafas. RR 18-20 x/menit. Saturasi 94-96%. Terpasang IV line no. 20 di vena metacarpal sinistra (info pasien kondisi tangan kiri lebih bengkak sebelum masuk RS), infus NS 0.9% 5 cc/jam. Terpasang DC no. 16 produksi urine kuning jernih. TTV : TD 107/80 mmhg. HR 89x/menit. RR 18 x/menit. diagnosa medis AKI dd/ CKD, vomitus, efusi pleura bilateral, CAD post CABG, HT, DM
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan efusi pleura bilateral.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan vomitus dan gangguan fungsi ginjal.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan terpasangnya IV line dan DC.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat bernafas dengan irama teratur dan mudah.
- Sputum dapat dikeluarkan dengan mudah.
- Tidak ada tanda-tanda sesak napas.
2. Keseimbangan Cairan
- Pasien tidak mengalami kelebihan atau kekurangan cairan.
- Intake dan output cairan seimbang.
- Tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan tidak ditemukan.
3. Tidak Terjadi Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tempat pemasangan IV line dan DC.
- Tidak ada peningkatan tanda-tanda infeksi sistemik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Monitor pola napas, irama, dan kedalaman.
- Auskultasi suara napas.
- Bantu batuk dan ekspektorasi sputum.
- Anjurkan minum air hangat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan efusi pleura.
2. Keseimbangan Cairan
- Monitor intake dan output cairan.
- Pantau tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan cairan.
- Anjurkan istirahat yang cukup.
3. Pencegahan Infeksi
- Monitor tanda-tanda infeksi pada tempat pemasangan IV line dan DC.
- Lakukan perawatan tempat pemasangan secara aseptik.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik jika diperlukan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Efusi pleura bilateral dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas dan kesulitan dalam membersihkan jalan napas.
- Risiko Ketidakseimbangan Cairan: Vomitus dan gangguan fungsi ginjal (AKI) dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan.
- Risiko Infeksi: Pemasangan IV line dan DC meningkatkan risiko infeksi.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Bersihan Jalan Napas Efektif: Pasien dapat bernafas dengan mudah, mengeluarkan sputum, dan tidak ada tanda-tanda sesak napas.
- Keseimbangan Cairan: Pasien tidak mengalami kelebihan atau kekurangan cairan, intake dan output cairan seimbang, dan tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan.
- Tidak Terjadi Infeksi: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tempat pemasangan IV line dan DC, serta tidak ada peningkatan tanda-tanda infeksi sistemik.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Bersihan Jalan Napas Efektif: Monitor pola napas, auskultasi suara napas, bantu batuk dan ekspektorasi sputum, anjurkan minum air hangat, kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan efusi pleura.
- Keseimbangan Cairan: Monitor intake dan output cairan, pantau tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan, kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan cairan, anjurkan istirahat yang cukup.
- Pencegahan Infeksi: Monitor tanda-tanda infeksi pada tempat pemasangan IV line dan DC, lakukan perawatan tempat pemasangan secara aseptik, kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik jika diperlukan, edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
Saya harap penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai kondisi pasien dan penanganan keperawatannya. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 14583 | 21 Mar 2025
Klinis : gerd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko aspirasi berhubungan dengan refluks gastroesofageal (GERD)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko aspirasi adalah keadaan di mana individu rentan terhadap masuknya cairan, makanan, zat padat, atau mikroorganisme ke dalam saluran pernapasan.
Dalam kasus GERD, refluks asam lambung dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada esofagus, sehingga meningkatkan risiko aspirasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tidak terjadi aspirasi
2. Tidak ada tanda-tanda aspirasi
3. Pasien mampu menggunakan teknik pencegahan aspirasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Posisikan pasien setengah duduk atau miring kiri
2. Batasi asupan makanan dan cairan sesuai toleransi pasien
3. Berikan obat antasida atau penghambat pompa proton sesuai resep
4. Ajarkan teknik menelan yang benar
5. Pantau tanda-tanda aspirasi seperti batuk, suara napas wheezing, atau perubahan warna kulit
Sebagai perawat, saya akan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengelola risiko aspirasi pada pasien dengan GERD, dengan tujuan mencegah komplikasi yang berbahaya. -
Article No. 14584 | 21 Mar 2025
Klinis : Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal (D.0033)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal (D.0033)
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI adalah sistem klasifikasi diagnosa keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Diagnosa "Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal (D.0033)" merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang terdapat dalam SDKI.
- Diagnosa ini menggambarkan adanya risiko terjadinya gangguan atau perubahan pada proses motilitas gastrointestinal, seperti penurunan, peningkatan, atau perubahan pola motilitas.
2. Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi risiko disfungsi motilitas gastrointestinal dapat meliputi pemberian nutrisi enteral, manajemen obat-obatan, edukasi terkait diet dan gaya hidup, serta intervensi lain yang bertujuan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi motilitas gastrointestinal.
3. Sistem Klasifikasi Hasil Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI adalah sistem klasifikasi hasil keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Hasil keperawatan yang diharapkan dari intervensi untuk mengatasi risiko disfungsi motilitas gastrointestinal dapat meliputi pemulihan fungsi gastrointestinal, peningkatan toleransi terhadap makanan, dan stabilitas hemodinamik.
Dalam praktik keperawatan, penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi membantu perawat dalam mengidentifikasi masalah keperawatan, merencanakan intervensi yang tepat, dan mengevaluasi hasil perawatan secara terukur dan terstandar. -
Article No. 14585 | 21 Mar 2025
Klinis : Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal (D.0033)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal (D.0033).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal (D.0033)
Definisi:
Risiko perubahan dalam fungsi usus yang dapat menimbulkan gejala seperti mual, muntah, diare, konstipasi, dan distensi abdomen.
Faktor Risiko:
1. Penyakit neurologi (contoh: stroke, Parkinson)
2. Penyakit metabolik (contoh: diabetes melitus)
3. Penyakit gastrointestinal (contoh: obstruksi usus, sindrom usus iritabel)
4. Cedera spinal
5. Penggunaan obat-obatan tertentu (contoh: opioid, antidepresan, antasida)
6. Penurunan asupan cairan dan nutrisi
7. Aktivitas fisik yang kurang
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kemampuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan masalah kesehatan klien berdasarkan data yang dikumpulkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Klien tidak mengalami gangguan motilitas gastrointestinal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan asupan dan output cairan
2. Pemantauan status nutrisi
3. Pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
4. Pemberian obat-obatan sesuai resep
5. Edukasi tentang pola makan dan aktivitas fisik yang tepat
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis) untuk mengelola kondisi terkait.
Dengan pendekatan ini, diharapkan risiko disfungsi motilitas gastrointestinal pada pasien dapat diminimalkan dan kesejahteraan pasien dapat ditingkatkan. -
Article No. 14586 | 21 Mar 2025
Klinis : Nn. S berusia 19 tahun datang ke Poliklinik RS didampingi oleh orang tuanya karena akan melakukan kontrol pada bekas luka apendektomi yang dilakukan 3 hari yang lalu. Saat dilakukan pengkajian Nn. S mengeluh nyeri pada luka operasinya, wajah tampak meringis serta perban tampak lembab. Berdasarkan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 106 kali/menit, frekuensi pernafasan 23 kali/menit, suhu 37,4 oC, dan skala nyeri 6. Perawat melakukan anamnesa tentang bagaimana aktivitas sehari-hari Nn.S yang bisa berdampak pada penyembuhan operasinya. Nn S menyampaikan tidak mengikuti discharge planning yang disampaikan saat meninggalkan RS seperti asupan nutrisi dan aktivitas yang dianjurkan. Selain itu perawat juga melakukan allo anamnesa pada keluarga klien untuk memvalidasi jawaban dari Nn.S. Perawat melakukan pengkajian pada luka Nn.S dan hasil observasi yaitu terdapat nanah dan rubor pada sekitar bekas luka dengan panjang ±5 cm. Perawat akan melakukan perawatan luka Nn.S. Selanjutnya perawat berkolaborasi dengan dokter terkait pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan pada pasien dan melakukan pemberian tatalaksana yang tepat pada klien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Nn. S:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional yang ditandai dengan keluhan nyeri luka operasi, adanya peningkatan tanda-tanda vital, dan ketidakpatuhan terhadap discharge planning.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Toleransi Aktivitas: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
b. Kontrol Nyeri: Klien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan.
c. Perilaku Kesehatan: Klien menunjukkan perilaku sesuai discharge planning untuk mempercepat penyembuhan luka.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Aktivitas: Mengkaji kapasitas aktivitas klien, merencanakan aktivitas yang sesuai dengan kondisi klien, dan memantau respon klien terhadap aktivitas.
b. Manajemen Nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, dan berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik yang tepat.
c. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga terkait pentingnya mematuhi discharge planning, seperti asupan nutrisi dan aktivitas yang dianjurkan untuk mempercepat penyembuhan luka.
d. Perawatan Luka: Melakukan pengkajian luka, melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik, dan berkolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan penunjang dan pemberian tatalaksana yang tepat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan "Intoleransi Aktivitas" dipilih karena adanya keluhan nyeri pada luka operasi, peningkatan tanda-tanda vital, dan ketidakpatuhan terhadap discharge planning yang dapat menghambat pemulihan klien. Luaran yang diharapkan mencakup peningkatan toleransi aktivitas, kontrol nyeri, dan perilaku kesehatan yang sesuai untuk mempercepat penyembuhan luka. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen aktivitas, manajemen nyeri, edukasi kesehatan, dan perawatan luka secara komprehensif. Perawat berperan penting dalam memantau kondisi klien, mengevaluasi respons terhadap intervensi, dan berkolaborasi dengan dokter untuk memastikan penyembuhan luka yang optimal.