Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14632 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien dengan diagnosa medis dbd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Pasien dengan Diagnosis Medis DBD:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Berhubungan dengan Peningkatan Kehilangan Cairan
- Penjelasan: Pasien dengan DBD mengalami peningkatan kehilangan cairan melalui demam, muntah, dan diare, sehingga berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan.
2. Nyeri Berhubungan dengan Peradangan dan Sakit Kepala
- Penjelasan: Pasien dengan DBD seringkali mengalami nyeri yang disebabkan oleh peradangan dan sakit kepala akibat demam.
3. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Trombositopenia
- Penjelasan: Pasien dengan DBD memiliki risiko perdarahan yang tinggi akibat penurunan jumlah trombosit.
4. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Perubahan Sistem Imun
- Penjelasan: Pasien dengan DBD memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi karena perubahan sistem imun akibat virus dengue.
5. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelelahan dan Kelemahan
- Penjelasan: Pasien dengan DBD cenderung mengalami kelelahan dan kelemahan, sehingga memiliki intoleransi terhadap aktivitas.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk pasien dengan diagnosis medis DBD adalah sebagai berikut:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan Terpelihara
- SIKI: Pemantauan Cairan, Manajemen Cairan, Terapi Cairan
2. Nyeri
- SLKI: Nyeri Terkontrol
- SIKI: Manajemen Nyeri, Relaksasi
3. Risiko Perdarahan
- SLKI: Tidak Ada Perdarahan
- SIKI: Pemantauan Tanda Perdarahan, Perawatan Luka, Manajemen Hemoragik
4. Risiko Infeksi
- SLKI: Tidak Ada Infeksi
- SIKI: Pencegahan Infeksi, Manajemen Demam, Perawatan Luka
5. Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Toleransi Aktivitas Meningkat
- SIKI: Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas Bertahap
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk pasien dengan diagnosis medis DBD. -
Article No. 14633 | 22 Mar 2025
Klinis : Ny. M.Z. adalah seorang janda berusia 89 tahun dengan riwayat disuria selama 4 hari, nyeri suprapubik, inkontinensia, dan tinja encer. Tanda-tanda vital (Vital Sign) terkininya adalah TD 118/60, HR 88, RR 18, Temp 99,4° F (37,4° C). Dipasang kateter urin, yang menghasilkan 100 mL urin keruh yang berbau menyengat, dan beberapa tes laboratorium saat masuk. Hasilnya adalah sebagai berikut: Hasil Tes Laboratorium Panel metabolik lengkap (CMP): BUN 25 mg/dL Sodium 131 mEq/L Kalium 3,2 mEq/L Jumlah sel darah putih 11.000/mm3 Urinalisis Penampilan Keruh Bau Busuk pH 6,9 Protein Negatif Nitrit Positif Kristal Negatif WBC 6 per bidang pandang daya rendah RBC 3 Hasil kultur urin dan sensitivitas masih menunggu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. M.Z:
1. Risiko infeksi saluran kemih berhubungan dengan pemasangan kateter urin, urin keruh berbau, dan hasil laboratorium positif nitrit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Tidak terjadi infeksi saluran kemih yang ditandai dengan:
- Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C)
- Hasil urinanalisis normal (penampilan jernih, bau normal, pH 5-8, negatif nitrit, dan leukosit esterase)
- Jumlah sel darah putih dalam batas normal (4.000-10.000/mm³)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Observasi tanda-tanda infeksi saluran kemih (demam, nyeri suprapubik, disuria, inkontinensia)
b. Atur posisi tubuh untuk memfasilitasi drainase urin
c. Berikan perawatan kateter urin secara aseptik
d. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai hasil kultur dan sensitivitas
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kateter urin dan pencegahan infeksi saluran kemih
Penjelasan:
Ny. M.Z. mengalami gejala-gejala infeksi saluran kemih seperti disuria, nyeri suprapubik, inkontinensia, dan hasil laboratorium menunjukkan adanya infeksi (positif nitrit, jumlah leukosit tinggi). Tindakan pemasangan kateter urin juga meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran kemih. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Risiko infeksi saluran kemih" dengan luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi saluran kemih. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah mengobservasi tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan kateter, pemberian antibiotik sesuai hasil kultur, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 14634 | 22 Mar 2025
Klinis : Ny. M.Z. adalah seorang janda berusia 89 tahun dengan riwayat disuria selama 4 hari, nyeri suprapubik, inkontinensia, dan tinja encer. Tanda-tanda vital (Vital Sign) terkininya adalah TD 118/60, HR 88, RR 18, Temp 99,4° F (37,4° C). Dipasang kateter urin, yang menghasilkan 100 mL urin keruh yang berbau menyengat, dan beberapa tes laboratorium saat masuk. Hasilnya adalah sebagai berikut: Hasil Tes Laboratorium Panel metabolik lengkap (CMP): BUN 25 mg/dL Sodium 131 mEq/L Kalium 3,2 mEq/L Jumlah sel darah putih 11.000/mm3 Urinalisis Penampilan Keruh Bau Busuk pH 6,9 Protein Negatif Nitrit Positif Kristal Negatif WBC 6 per bidang pandang daya rendah RBC 3 Hasil kultur urin dan sensitivitas masih menunggu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus Ny. M.Z. adalah:
1. Infeksi Saluran Kemih (SDKI: Risiko Infeksi)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor risiko: Usia lanjut, kateterisasi, inkontinensia, dan tanda-tanda infeksi (disuria, nyeri suprapubik, urin keruh, bau, dan positif nitrit).
2. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI: Ketidakseimbangan Cairan)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang sesuai.
Faktor risiko: Peningkatan kebutuhan cairan akibat infeksi, serta elektrolit abnormal (hiponatremia dan hipokalemia).
3. Gangguan Eliminasi Urin (SDKI: Inkontinensia Urin)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin secara sukarela.
Faktor risiko: Usia lanjut, infeksi saluran kemih, dan penggunaan kateter urin.
Penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah daftar diagnosa keperawatan yang baku dan terstandarisasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah daftar luaran (hasil) keperawatan yang diharapkan tercapai.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah daftar intervensi keperawatan yang digunakan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan sesuai dengan praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 14635 | 22 Mar 2025
Klinis : Ny. M, umur 45 tahun, datang ke IGD RS Dr. Oen Solo Baru pada tanggal 18 Maret 2025 pukul 14.00 WIB dengan keluhan nyeri perut bagian atas yang semakin parah setelah makan dengan skala nyeri 7, disertai mual dan muntah sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga tampak lemas dan meringis. Pasien juga mengaku perutnya terasa kembung, sering bersendawa, sulit tidur, dan tidak nafsu makan dengan tanda-tanda vital: TD 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 37,2°C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk Ny. M adalah:
1. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Tanda dan gejala: Nyeri perut bagian atas yang semakin parah setelah makan, skala nyeri 7, meringis.
Faktor yang berhubungan: Penyakit gastrointestinal.
2. Mual dan muntah
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang mengarah pada keinginan untuk memuntahkan isi perut.
Tanda dan gejala: Mual dan muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Faktor yang berhubungan: Penyakit gastrointestinal.
3. Gangguan pola tidur
Definisi: Gangguan dalam jumlah atau kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Tanda dan gejala: Sulit tidur.
Faktor yang berhubungan: Nyeri perut dan gejala gastrointestinal.
4. Penurunan nafsu makan
Definisi: Penurunan keinginan untuk makan.
Tanda dan gejala: Tidak nafsu makan.
Faktor yang berhubungan: Penyakit gastrointestinal.
Penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang berisi definisi, klasifikasi, tanda dan gejala, serta faktor yang berhubungan dengan diagnosis keperawatan.
- Digunakan sebagai acuan dalam menegakkan diagnosis keperawatan pada pasien.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang berisi deskripsi luaran keperawatan dan kriteria hasil yang diharapkan.
- Digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan dalam mencapai luaran yang diharapkan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang berisi deskripsi intervensi keperawatan dan aktivitas yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Digunakan sebagai acuan dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan pemeliharaan standar-standar tersebut di Indonesia. -
Article No. 14589 | 22 Mar 2025
Klinis : intervensi nyeri akut berhubungan dengan agen cendera fisiologi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi "intervensi nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi" adalah Nyeri Akut. Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut (International Federation of Nurse Anesthetists, 2012). Kondisi ini ditandai dengan keluhan rasa nyeri yang tiba-tiba dan intens, yang disebabkan oleh adanya cedera fisiologis pada tubuh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Tingkat Nyeri Terkontrol: Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri sampai pada tingkat yang dapat ditoleransi.
2. Pengendalian Nyeri: Pasien dapat menunjukkan penggunaan teknik-teknik pengendalian nyeri yang efektif.
3. Kepuasan terhadap Penanganan Nyeri: Pasien dapat menyatakan kepuasan terhadap penanganan nyeri yang diberikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis yang sesuai.
- Ajarkan teknik-teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, atau teknik lainnya sesuai preferensi pasien.
- Pantau efektivitas intervensi yang dilakukan dan lakukan adjustmen jika diperlukan.
2. Manajemen Lingkungan
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dan meminimalkan stimuli yang dapat memperburuk nyeri, seperti suara bising atau pencahayaan yang berlebihan.
- Berikan privasi dan kenyamanan bagi pasien selama proses pengkajian dan intervensi.
3. Edukasi Kesehatan
- Beri edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab nyeri, strategi penanganan, dan peran mereka dalam proses pemulihan.
- Dorong pasien untuk aktif berpartisipasi dalam manajemen nyerinya.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu penurunan intensitas nyeri, penguasaan teknik pengendalian nyeri, serta kepuasan terhadap penanganan nyeri yang diberikan. -
Article No. 14590 | 22 Mar 2025
Klinis : Pasien terpasang ventilator mode CPAP dengan FiO2 60%, PEEP 5, Timax 1.5, Psupp 7, VT 483 ml; frekuensi napas 22 x/menit; saturasi oksigen 99%; tidak tampak adanya pernapasan cuping hidung; terlihat adanya retraksi dinding dada; irama napas teratur; dan tidak tampak adanya sianosis Nadi radialis teraba kuat dan dangkal, irama nadi teratur, frekuensi nadi 106 x/menit, tekanan darah 148/83 mmHg, CRT < 2 detik pada ekstremitas atas dan 2 detik pada ekstremitas bawah, akral teraba hangat, turgor kulit kembali dengan cepat, kulit lembap, terlihat adanya kemerahan pada area leher sekitar trakeostomi, dan terdapat perdarahan merembes dari trakeostomi Suhu pasien 36 C, terdapat memar pada area leher sekitar trakeostomi, terdapat luka insisi pada leher dengan ± 2-3 cm, terpasang trakeostomi dengan jahitan pada sisi kanan, kiri, dan bawah Keadaan umum pasien lemah, pasien tersedasi dengan pemberian midazolam melalui syringe pump 1 cc/jam, terpasang ventilator mode CPAP. Saat pengkajian pasien terpasang infus perifer pada kaki kiri; terpasang infuse pump untuk nutrisi (smofkabiven peripheral) dengan kecepatan 83 cc/jam; terpasang syringe pump untuk pemberian nicardipine dengan kecepatan 5 cc/jam dan midazolam dengan kecepatan 1 cc/jam; terpasang NGT; dan terpasang kateter urine. Hasil laboratorium terakhir menunjukkan kadar hemoglobin 12 g/dL, hematokrit 37.6%, eritrosit 3.97 10^6/uL, leukosit 24.5 10^3/uL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klinis yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, dan rencana tindakan keperawatan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
c. Intoleransi Aktivitas
d. Risiko Infeksi
2. Penjelasan Singkat:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pasien terpasang ventilator dengan mode CPAP, menunjukkan adanya retraksi dinding dada, yang mengindikasikan kesulitan dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
b. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer:
- Kondisi pasien menunjukkan adanya nadi radialis yang teraba kuat dan dangkal, irama nadi teratur, frekuensi nadi 106 x/menit, tekanan darah 148/83 mmHg, CRT > 2 detik pada ekstremitas bawah, akral teraba hangat, dan terdapat perdarahan merembes dari trakeostomi, yang mengindikasikan adanya gangguan perfusi jaringan perifer.
c. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien terlihat lemah dan terpasang ventilator, yang menunjukkan adanya penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas.
d. Risiko Infeksi:
- Terdapat kemerahan pada area leher sekitar trakeostomi, serta memar dan luka insisi pada leher, yang memungkinkan terjadinya infeksi.
3. Rencana Tindakan Keperawatan:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan suction jalan napas jika diperlukan
- Berikan humidifikasi oksigen yang adekuat
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian pengaturan ventilator
b. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer:
- Monitor tanda-tanda vital secara teratur
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan pengobatan gangguan perfusi
- Lakukan perawatan luka trakeostomi secara aseptik
c. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan mobilisasi pasien secara bertahap sesuai kemampuan
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk intervensi rehabilitasi
d. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan luka trakeostomi secara aseptik
- Monitor tanda-tanda infeksi dan kolaborasi dengan tim medis jika diperlukan
- Pastikan penggunaan alat dan bahan steril saat melakukan tindakan keperawatan
Rencana tindakan keperawatan ini harus disesuaikan dengan kondisi klinis pasien dan kolaborasi dengan tim medis untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 14591 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien post incisi drain pada mandibula, ROSC dengan RJP 2 siklus dan epinefrin 2 ampule, sepsis, post trakeostomi CITO Pasien terpasang ventilator mode CPAP dengan FiO2 60%, PEEP 5, Timax 1.5, Psupp 7, VT 483 ml; frekuensi napas 22 x/menit; saturasi oksigen 99%; tidak tampak adanya pernapasan cuping hidung; terlihat adanya retraksi dinding dada; irama napas teratur; dan tidak tampak adanya sianosis Nadi radialis teraba kuat dan dangkal, irama nadi teratur, frekuensi nadi 106 x/menit, tekanan darah 148/83 mmHg, CRT < 2 detik pada ekstremitas atas dan 2 detik pada ekstremitas bawah, akral teraba hangat, turgor kulit kembali dengan cepat, kulit lembap, terlihat adanya kemerahan pada area leher sekitar trakeostomi, dan terdapat perdarahan merembes dari trakeostomi Suhu pasien 36 C, terdapat memar pada area leher sekitar trakeostomi, terdapat luka insisi pada leher dengan ± 2-3 cm, terpasang trakeostomi dengan jahitan pada sisi kanan, kiri, dan bawah Keadaan umum pasien lemah, pasien tersedasi dengan pemberian midazolam melalui syringe pump 1 cc/jam, terpasang ventilator mode CPAP. Saat pengkajian pasien terpasang infus perifer pada kaki kiri; terpasang infuse pump untuk nutrisi (smofkabiven peripheral) dengan kecepatan 83 cc/jam; terpasang syringe pump untuk pemberian nicardipine dengan kecepatan 5 cc/jam dan midazolam dengan kecepatan 1 cc/jam; terpasang NGT; dan terpasang kateter urine. Hasil laboratorium terakhir menunjukkan kadar hemoglobin 12 g/dL, hematokrit 37.6%, eritrosit 3.97 10^6/uL, leukosit 24.5 10^3/uL, pH 7.491, PCO2 33.1, HCO3- 25
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Prosedur Invasif (Post Incisi Drain pada Mandibula, Post Trakeostomi)
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Pemantauan Perdarahan
- SIKI: Manajemen Perdarahan
Penjelasan Singkat:
Pasien memiliki risiko perdarahan terkait prosedur invasif yang dilakukan, yaitu incisi drain pada mandibula dan trakeostomi. Intervensi keperawatan akan berfokus pada pemantauan tanda-tanda perdarahan dan manajemen perdarahan yang mungkin terjadi.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Trauma pada Saluran Napas (Post Trakeostomi)
- SDKI: Gangguan Pola Napas
- SLKI: Pemantauan Respirasi
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
Penjelasan Singkat:
Pasien memiliki gangguan pola napas akibat trauma pada saluran napas karena tindakan trakeostomi. Intervensi keperawatan akan berfokus pada pemantauan pola napas dan manajemen jalan napas untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
3. Diagnosa Keperawatan: Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Invasif (Post Incisi Drain pada Mandibula, Post Trakeostomi, Sepsis)
- SDKI: Infeksi
- SLKI: Pemantauan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan Singkat:
Pasien memiliki risiko infeksi terkait adanya beberapa prosedur invasif, seperti incisi drain pada mandibula, trakeostomi, dan sepsis. Intervensi keperawatan akan berfokus pada pemantauan tanda-tanda infeksi dan manajemen infeksi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
4. Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Melalui Perdarahan dan Penurunan Asupan
- SDKI: Kekurangan Volume Cairan
- SLKI: Pemantauan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan Singkat:
Pasien memiliki risiko kekurangan volume cairan akibat kehilangan cairan melalui perdarahan dan penurunan asupan. Intervensi keperawatan akan berfokus pada pemantauan status cairan dan manajemen cairan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat.
5. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut Berhubungan dengan Prosedur Invasif (Post Incisi Drain pada Mandibula, Post Trakeostomi)
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Pemantauan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami nyeri akut terkait dengan prosedur invasif yang dilakukan, seperti incisi drain pada mandibula dan trakeostomi. Intervensi keperawatan akan berfokus pada pemantauan nyeri dan manajemen nyeri untuk memberikan kenyamanan bagi pasien.
Catatan: Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat di atas didasarkan pada informasi klinis yang diberikan. Evaluasi dan intervensi keperawatan yang lebih spesifik akan bergantung pada penilaian dan monitoring lebih lanjut oleh perawat yang merawat pasien secara langsung. -
Article No. 14551 | 21 Mar 2025
Klinis : Data Subjektif : Anak klien mengatakan klien sudah lama terbaring lemah sejak ± 1 bulan Data Objektif : • Klien tampak pucat • Konjungtiva anemis • CRT >3 detik • Warna kulit pucat • Akral teraba dingin • Turgor kulit menurun >2 detik • Kadar HB : 3,78 gr%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Penurunan Volume Cairan Tubuh
SDKI: Penurunan Volume Cairan Tubuh adalah keadaan kekurangan cairan, natrium, dan/atau kalium yang mengakibatkan gangguan homeostasis.
SLKI: Tanda dan gejala yang mungkin muncul antara lain kulit kering dan pucat, turgor kulit menurun, akral dingin, dan CRT >3 detik.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda vital, pemeriksaan laboratorium, pemberian dukungan cairan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Penjelasan singkat:
Klien mengalami penurunan volume cairan tubuh yang ditandai dengan gejala klinis seperti kulit pucat, konjungtiva anemis, CRT >3 detik, akral teraba dingin, dan turgor kulit menurun >2 detik. Hal ini disebabkan oleh kondisi anemia yang ditunjukkan dengan kadar Hb yang rendah (3,78 gr%). Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah pemantauan tanda vital, pemeriksaan laboratorium, pemberian dukungan cairan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 14552 | 21 Mar 2025
Klinis : Anak klien mengatakan klien sudah lama terbaring lemah sejak ± 1 bulan. Klien juga mengeluh nyeri dada hilang timbul disertai sesak. Data Objektif : • Klien tampak lemah • Klien tampak sesak • Gambaran EKG : Sinus Takikardi • Nadi 109 x/menit • TD 128/75 mmHg • RR 24 x/menit • Kadar HB : 3,78 gr%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Definisi: Pengurangan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan yang dapat membahayakan kesehatan.
SDKI:
- Tanda & Gejala: Klien tampak lemah, nyeri dada hilang timbul, sesak, Sinus Takikardi, nadi cepat, tekanan darah tinggi, kadar hemoglobin rendah.
SLKI:
- Hasil yang Diharapkan: Klien menunjukkan perfusi jaringan yang efektif.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, oksigenasi, dan kolaborasi pemberian obat-obatan.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SDKI:
- Tanda & Gejala: Klien tampak lemah, sesak.
SLKI:
- Hasil yang Diharapkan: Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen energi, peningkatan mobilitas, dan edukasi.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan utama adalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular, yang menggambarkan adanya gangguan sirkulasi dan oksigenasi ke jaringan. Hal ini ditandai dengan klien yang tampak lemah, nyeri dada hilang timbul, sesak, serta hasil pemeriksaan EKG, tanda vital, dan kadar hemoglobin yang tidak normal.
Selain itu, Intoleransi Aktivitas juga menjadi diagnosa keperawatan yang terkait, karena klien menunjukkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas rutin akibat kondisi kelemahan dan sesak yang dialami.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, oksigenasi, kolaborasi pemberian obat-obatan, manajemen energi, peningkatan mobilitas, dan edukasi. -
Article No. 14553 | 21 Mar 2025
Klinis : Anak klien mengatakan klien tidak bisa menggerakkan tangan kiri dan kedua kakinya. Terasa nyeri jika digerakkan. Klien tidak mampu berjalan, hanya dibantu dengan kursi roda. Klien sudah lama terbaring lemah sejak ± 1 bulan. Kedua tangan dan kaki sedikit bengkak. Data Objektif : • Klien tampak lemah • Kekuatan otot menurun 3 1 1 1 • Ada keluhan nyeri jika digerakkan • Ada keluhan kaku sendi • ADL sepenuhnya dibantu oleh keluarga dan alat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Penurunan Aliran Darah
Penjelasan:
Kondisi klien dengan keluhan tidak dapat menggerakkan tangan kiri dan kedua kakinya, adanya nyeri saat digerakkan, serta kekuatan otot yang menurun menunjukkan adanya gangguan pada perfusi jaringan perifer. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan aliran darah ke jaringan.
2. Mobilitas Fisik Terganggu Berhubungan dengan Penurunan Kekuatan Otot
Penjelasan:
Klien tidak mampu berjalan dan hanya dapat dibantu dengan kursi roda, serta mengalami penurunan kekuatan otot pada ekstremitas, menunjukkan adanya gangguan mobilitas fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan otot.
3. Risiko Gangguan Integritas Kulit Berhubungan dengan Tekanan yang Berkepanjangan
Penjelasan:
Kondisi klien yang sudah lama terbaring lemah selama ± 1 bulan, serta adanya keluhan bengkak pada kedua tangan dan kaki, dapat meningkatkan risiko gangguan integritas kulit akibat tekanan yang berkepanjangan.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia.