Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14615 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang anak Perempuan usia 7 tahun dibawa ke poli kulit karena keluhan bercak, ruam-ruam dan bengkak pada kulit wajah dan sikunya. Ibu mengatakan bahwa anak tidak mau pergi ke sekolah karena teman temannya selalu mengejek wajahnya sejak dua hari terakhir. Anak mengatakan akan sekolah kembali apabila wajah nya sudah tidak terlalu kemerahan dan iritasi. Hasil anamnesis pada ibu ditemukan bahwa ibu telah membawa anak berobat ke klinik umum sebelumnya selama 6 bulan terakhir. Pengobatan yang diberikan adalah emolien dan pelembab serta krim hidrokortison. Namun karena obat yang kurang efektif dan kurangnya kepatuhan ibu dan anak, ibu kemudian menghentikan penggunaan obat tersebut yang digantikan dengan salep Tacrolimus 0.03%. Saat ini anak menggunakan salep tacrolimus 0.03%, namun ruam dan bengkak pada kulit anak semakin parah dan anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. Ibu menyatakan bahwa anak tidak konsisten mematuhi tentang aturan pengobatan topikalnya karena terkait rasa terbakar yang terkait dengan penggunaan obat tersebut. Gambaran pada kasus: • Bercak, ruam, dan pembengkakan pada kulit wajah dan sikut. • Anak tidak mau pergi ke sekolah karena diejek oleh teman temannya mengenai kondisi wajahnya. • Telah berobat di klinik umum selama 6 bulan dengan pengobatan emolien, pelembab, dan krim hidrokortison yang tidak efektif. 7 • Penggunaan salep Tacrolimus 0.03% menggantikan pengobatan sebelumnya, namun menyebabkan ruam dan bengkak semakin parah. • Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. • Anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. • Anak mengeluhkan rasa terbakar saat menggunakan obat topical
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang dirasakan.
- Ditandai dengan: anak menolak pergi ke sekolah karena takut diejek teman-temannya.
2. Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang dirasakan.
- Ditandai dengan: anak merasa malu dan tidak nyaman dengan kondisi kulit wajah dan sikunya.
3. Gangguan integritas kulit (00046) berhubungan dengan reaksi inflamasi pada kulit.
- Ditandai dengan: bercak, ruam, dan pembengkakan pada kulit wajah dan sikut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Citra tubuh (1200):
- Indikator: Penerimaan diri terhadap penampilan fisik (120005), Ekspresi kepuasan terhadap penampilan fisik (120006).
- Target: Skor meningkat dari saat ini.
2. Toleransi aktivitas (0005):
- Indikator: Partisipasi dalam aktivitas sehari-hari (000501), Kemampuan melakukan aktivitas (000502).
- Target: Skor meningkat dari saat ini.
3. Integritas kulit (1101):
- Indikator: Penyembuhan luka (110105), Peradangan (110107).
- Target: Skor meningkat dari saat ini.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Peningkatan Citra Tubuh (4860):
- Bantu anak untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh.
- Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan persepsinya tentang penampilan fisik.
- Libatkan keluarga dalam membantu anak meningkatkan penerimaan diri.
2. Manajemen Aktivitas (0200):
- Identifikasi hambatan anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas sekolah.
- Kolaborasi dengan keluarga dan sekolah untuk menyusun rencana intervensi yang sesuai.
- Bantu anak untuk merencanakan dan melakukan aktivitas secara bertahap.
3. Perawatan Luka (3660):
- Lakukan pengkajian kulit secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai dan aman.
- Ajarkan teknik perawatan kulit yang tepat kepada anak dan keluarga.
- Pantau perkembangan kondisi kulit anak secara berkala.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, penting untuk mempertimbangkan kekhawatiran ibu terkait penggunaan steroid pada anak. Kolaborasi dengan dokter dan melibatkan keluarga dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan yang holistik sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 14616 | 22 Mar 2025
Klinis : pasang pen pada jempol kaki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi pemasangan pen pada jempol kaki, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S91.131A
- Deskripsi: Luka terbuka pada jempol kaki, kanan, pertemuan awal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 84.11
- Deskripsi: Operasi pada tulang dan sendi jari kaki, termasuk amputasi sebagian atau seluruh jari kaki.
Penjelasan:
Untuk kode ICD-10, diagnosis yang sesuai adalah "Luka terbuka pada jempol kaki, kanan, pertemuan awal" (S91.131A). Hal ini menggambarkan kondisi pasien yang mengalami luka terbuka pada jempol kaki kanan. Kode ini digunakan untuk mencatat diagnosis awal saat pasien pertama kali diperiksa atau dirawat.
Sementara itu, kode ICD-9-CM Procedure 84.11 menggambarkan operasi pada tulang dan sendi jari kaki, termasuk amputasi sebagian atau seluruh jari kaki. Ini mungkin sesuai jika tindakan medis yang dilakukan adalah pemasangan pen pada jempol kaki, yang merupakan bagian dari prosedur operatif pada jari kaki.
Sebagai perekam medis atau dokter, penggunaan kode-kode ini sangat penting untuk memastikan dokumentasi yang akurat dan lengkap pada rekam medis pasien. Kode-kode ini membantu dalam pengkodean diagnosis dan prosedur, serta memfasilitasi proses tagihan, analisis data epidemiologi, dan penelitian medis. -
Article No. 14617 | 22 Mar 2025
Klinis : pasang pen
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "pasang pen":
1. Kode ICD-10:
- Kode: T84.2
- Deskripsi: Komplikasi mekanis akibat pemasangan internal ortopedik lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 78.50
- Deskripsi: Pemasangan fiksasi internal pada tulang, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kode ICD-10 T84.2 digunakan untuk menggambarkan komplikasi mekanis yang terjadi akibat pemasangan perangkat internal ortopedik, seperti pen, sekrup, atau plat. Komplikasi ini dapat mencakup gesekan, perpindahan, pecah, atau kerusakan pada perangkat tersebut.
Kode ICD-9-CM 78.50 merujuk pada prosedur pemasangan fiksasi internal pada tulang, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Ini dapat mencakup prosedur seperti pemasangan pen, sekrup, atau plat untuk stabilisasi dan penyembuhan fraktur atau cedera tulang. -
Article No. 14618 | 22 Mar 2025
Klinis : fraktur tertutup pada jempol kaki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi fraktur tertutup pada jempol kaki:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S92.51
- Deskripsi: Fraktur tertutup jempol kaki
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.54
- Deskripsi: Pemasangan Alat Imobilisasi, Jari Kaki
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S92.51 menggambarkan kondisi fraktur tertutup pada jempol kaki. Hal ini sesuai dengan deskripsi diagnosis pada kode tersebut.
2. Kode ICD-9-CM 93.54 menjelaskan tindakan pemasangan alat imobilisasi pada jari kaki, yang mungkin dilakukan sebagai bagian dari penanganan fraktur tertutup pada jempol kaki. Alat imobilisasi berfungsi untuk mencegah pergerakan dan membantu proses penyembuhan.
Sebagai dokter atau perekam medis, saya akan mencatat kode-kode tersebut dalam dokumen medis pasien untuk memastikan dokumentasi yang akurat dan lengkap mengenai kondisi dan tindakan yang dilakukan. -
Article No. 14619 | 22 Mar 2025
Klinis : kejang, kaku kuduk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang dan kaku kuduk.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular
Penjelasan:
Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular adalah kondisi di mana klien berisiko mengalami perubahan pada fungsi neurologis dan vaskular, yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kejang dan kaku kuduk. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma kepala, infeksi, atau gangguan metabolik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan pada fungsi neurologis dan vaskular.
- Karakteristik Definisi: Perubahan tingkat kesadaran, perubahan tanda-tanda vital, perubahan refleks, perubahan pergerakan, perubahan sensasi, perubahan perfusi jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Stabilitas neurovaskular terjaga.
- Indikator Luaran: Kesadaran membaik, tanda-tanda vital stabil, reflek normal, pergerakan normal, sensasi normal, perfusi jaringan adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pengkajian fungsi neurologis dan vaskular, manajemen tanda vital, manajemen pemberian obat, edukasi pasien dan keluarga.
Dengan demikian, pada kondisi kejang dan kaku kuduk, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular, yang memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk menjaga stabilitas neurovaskular klien. -
Article No. 14620 | 22 Mar 2025
Klinis : kejang, kaku kuduk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang dan kaku kuduk dalam tone akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan disfungsi neuromuskular, ditandai dengan kejang dan kaku kuduk.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dari satu posisi ke posisi lain pada satu atau lebih ekstremitas. Kondisi kejang dan kaku kuduk dapat menyebabkan gangguan pada mobilitas fisik pasien.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas fisik yang optimal sesuai kondisi. Indikator keberhasilannya dapat dilihat dari kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan sendi dan fungsi motorik yang normal.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik akibat kejang dan kaku kuduk antara lain:
1. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala
2. Manajemen nyeri untuk mengurangi kejang dan kekakuan
3. Terapi fisik untuk mempertahankan dan meningkatkan rentang gerak sendi
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya latihan fisik untuk meningkatkan mobilitas.
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas fisiknya sesuai kondisi. -
Article No. 14621 | 22 Mar 2025
Klinis : kejang, kaku kuduk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi kejang dan kaku kuduk.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kejang dan kaku kuduk adalah:
1. Risiko Kejang (Convulsive) berhubungan dengan gangguan fungsi otak.
Definisi: Ketidakmampuan individu untuk mengendalikan aktivitas motorik yang tidak terkontrol dan berulang-ulang, yang disebabkan oleh gangguan fungsi otak.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Kontrol Kejang Meningkat
Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol atau meminimalkan frekuensi dan durasi episode kejang.
Indikator:
a. Frekuensi episode kejang berkurang
b. Durasi episode kejang berkurang
c. Dapat mengidentifikasi faktor pencetus kejang
d. Menggunakan teknik non-farmakologis untuk mencegah atau mengatasi kejang
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Manajemen Kejang
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mencegah, mengendalikan, dan meminimalkan aktivitas kejang.
Aktivitas:
a. Kaji tanda dan gejala kejang, seperti gerakan otot yang tidak terkontrol, hilangnya kesadaran, dan inkontinensia.
b. Identifikasi faktor pencetus kejang, seperti kurang tidur, stres, atau perubahan kadar elektrolit.
c. Posisikan pasien dalam posisi aman untuk mencegah cedera saat kejang.
d. Berikan oksigen, jika diperlukan.
e. Berikan obat antikonvulsan, sesuai resep.
f. Pantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap pengobatan.
g. Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen kejang, termasuk identifikasi faktor pencetus dan penggunaan teknik non-farmakologis.
2. Manajemen Nyeri
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mencegah, mengendalikan, dan meminimalkan pengalaman nyeri.
Aktivitas:
a. Kaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor pencetus nyeri.
b. Identifikasi skala nyeri pasien.
c. Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti pemberian analgesik dan teknik relaksasi.
d. Pantau efektivitas intervensi nyeri dan respons pasien.
e. Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengontrol kejang, meminimalkan nyeri, dan mencapai hasil kesehatan yang optimal. -
Article No. 14622 | 22 Mar 2025
Klinis : SIKI ketidakstabilan kadar glukosa darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakstabilan kadar glukosa darah.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah didefinisikan sebagai kondisi di mana terjadi fluktuasi kadar glukosa darah di atas atau di bawah rentang normal yang dapat mengancam kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah adalah klien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah antara lain:
1. Pemantauan kadar glukosa darah secara teratur
2. Pemberian insulin atau obat antidiabetes sesuai resep
3. Edukasi terkait diet, aktivitas fisik, dan manajemen stres
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengobatan dan pemantauan yang komprehensif
Secara garis besar, pengelolaan Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain. -
Article No. 14623 | 22 Mar 2025
Klinis : prolaps uteri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis prolaps uteri dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N81
- Deskripsi: Prolaps organ genitalia wanita
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 70.50-70.55
- Deskripsi: Operasi rekonstruksi prolaps organ genitalia wanita, termasuk perbaikan prolapus uteri, vagina, dan serviks.
Penjelasan:
Kode ICD-10 N81 mencakup berbagai jenis prolaps organ genitalia wanita, termasuk prolapsus uteri (rahim turun), prolapus vagina, dan prolapus serviks. Kondisi ini dapat terjadi akibat melemahnya atau rusaknya struktur penopang organ-organ tersebut, seperti otot-otot panggul dan ligamen.
Prosedur medis yang biasanya dilakukan untuk mengatasi prolaps organ genitalia wanita adalah operasi rekonstruktif, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 70.50-70.55. Tindakan ini bertujuan untuk mengembalikan posisi organ-organ ke tempat yang seharusnya dan memperkuat struktur penopangnya, sehingga dapat mengurangi atau mengatasi gejala prolaps.
Pemilihan prosedur spesifik akan bergantung pada tingkat keparahan prolaps, jenis prolaps yang terjadi, serta kondisi kesehatan dan preferensi pasien. Dokter akan menentukan rencana penatalaksanaan yang sesuai setelah melakukan evaluasi dan pemeriksaan yang komprehensif. -
Article No. 14624 | 22 Mar 2025
Klinis : prolaps uteri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menyediakan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi prolaps uteri.
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Urin
- Penjelasan singkat: Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan mengendalikan aliran urin, yang dapat disebabkan oleh prolaps uteri.
2. Gangguan Citra Tubuh
- Penjelasan singkat: Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif individu terhadap tubuhnya, yang dapat terjadi akibat perubahan fisik yang disebabkan oleh prolaps uteri.
3. Rasa Tidak Nyaman
- Penjelasan singkat: Rasa tidak nyaman adalah perasaan tidak menyenangkan yang dirasakan oleh individu, yang dapat disebabkan oleh prolaps uteri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Inkontinensia Urin
2. Citra Tubuh Positif
3. Kenyamanan Fisik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Inkontinensia Urin
- Intervensi keperawatan untuk membantu mencegah atau mengatasi inkontinensia urin yang disebabkan oleh prolaps uteri.
2. Terapi Perilaku
- Intervensi keperawatan untuk membantu pasien beradaptasi dengan perubahan fisik akibat prolaps uteri dan mempertahankan citra tubuh yang positif.
3. Manajemen Kenyamanan
- Intervensi keperawatan untuk membantu pasien mencapai kenyamanan fisik dan psikologis dalam menghadapi kondisi prolaps uteri.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Silakan tanyakan jika ada hal lain yang ingin Anda ketahui.