Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14605 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah dialami sejak 1 minggu yang lalu dan 2 hari terakhir terasa nyeri juga seperti kolik bilier diperut kanan atas dengan skala nyeri 7 (nyeri berat). Pasien mengatakan merasa mual dan muntah 3 kali selama hari ini, perut terasa begah setelah makan gorengan dan sakit semakin terasa jika bergerak. Tampak ekspresi wajah pasien meringis kesakitan saat bergerak, urin pasien tampak gelap, feses pucat dan kulit sekali-kali terasa gatal. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 130/80 mmHg, P: 24 x/m, S: 38,8°C, N: 98x/m, BB: 90 kg dan TB: 155 cm. Hasil pemeriksaan Fisik didapatkan Nyeri tekan di titik McBurney (+), rebound tenderness (+), rovsing's sign (+), psoas sign (+), Murphy's sign (+) dan sclera tampak sedikit ikterik. Hasil pemeriksaan Laboratorium didapatkan Leukosit: 16.000/mm³, LDL: 320 mg/dL. Pasien memiliki kebiasaan makan-makanan berlemak dan sering mengalami konstipasi. Dokter menginstrusikan untuk segera dilakukan pemeriksaan USG abdomen. Ners melakukan pengkajian berdasarkan pola Gordon, menetapkan diagnose keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kami dapat menetapkan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis pada organ dalam (Appendicitis)
2. Mual dan muntah berhubungan dengan gangguan fungsi gastrointestinal
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri abdomen
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis pada organ dalam (Appendicitis):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan potensial atau aktual pada area perut bagian kanan bawah.
- Faktor yang berhubungan: Proses patologis pada organ dalam (Appendicitis)
- Karakteristik: Keluhan nyeri pada perut kanan bawah, nyeri seperti kolik di perut kanan atas, mual, muntah, nyeri saat bergerak.
2. Mual dan muntah berhubungan dengan gangguan fungsi gastrointestinal:
- Definisi: Perasaan tidak nyaman di epigastrium yang disertai keinginan untuk memuntahkan isi lambung.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan fungsi gastrointestinal
- Karakteristik: Mual dan muntah, perut terasa begah setelah makan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri abdomen:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan akibat kurangnya energi.
- Faktor yang berhubungan: Nyeri abdomen
- Karakteristik: Ekspresi wajah meringis kesakitan saat bergerak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengendalian Nyeri
2. Pengendalian Mual dan Muntah
3. Toleransi Aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Manajemen Mual dan Muntah
3. Manajemen Aktivitas
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 14606 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah dialami sejak 1 minggu yang lalu dan 2 hari terakhir terasa nyeri juga seperti kolik bilier diperut kanan atas dengan skala nyeri 7 (nyeri berat). Pasien mengatakan merasa mual dan muntah 3 kali selama hari ini, perut terasa begah setelah makan gorengan dan sakit semakin terasa jika bergerak. Tampak ekspresi wajah pasien meringis kesakitan saat bergerak, urin pasien tampak gelap, feses pucat dan kulit sekali-kali terasa gatal. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 130/80 mmHg, P: 24 x/m, S: 38,8°C, N: 98x/m, BB: 90 kg dan TB: 155 cm. Hasil pemeriksaan Fisik didapatkan Nyeri tekan di titik McBurney (+), rebound tenderness (+), rovsing's sign (+), psoas sign (+), Murphy's sign (+) dan sclera tampak sedikit ikterik. Hasil pemeriksaan Laboratorium didapatkan Leukosit: 16.000/mm³, LDL: 320 mg/dL. Pasien memiliki kebiasaan makan-makanan berlemak dan sering mengalami konstipasi. Dokter menginstrusikan untuk segera dilakukan pemeriksaan USG abdomen. Ners melakukan pengkajian berdasarkan pola Gordon, menetapkan diagnose keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan untuk pasien tersebut adalah:
1. Nyeri akut
- SDKI: Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik: Pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah yang dirasakan sejak 1 minggu lalu dan semakin terasa nyeri seperti kolik bilier di perut kanan atas dengan skala nyeri 7 (nyeri berat).
2. Mual dan muntah
- SDKI: Mual
- Definisi: Perasaan tidak nyaman yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
- Karakteristik: Pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 3 kali selama hari ini.
3. Gangguan eliminasi
- SDKI: Konstipasi
- Definisi: Penurunan frekuensi, inkonsistensi, atau kesulitan dalam eliminasi feses.
- Karakteristik: Pasien memiliki kebiasaan sering mengalami konstipasi.
4. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
- Karakteristik: Pasien mengeluh perut terasa begah setelah makan gorengan dan sakit semakin terasa jika bergerak.
5. Perubahan perfusi perifer
- SDKI: Perubahan perfusi perifer
- Definisi: Perubahan aliran darah yang tidak efektif ke perifer.
- Karakteristik: Pasien tampak sedikit ikterik pada sklera.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menetapkan diagnosis keperawatan berdasarkan respon pasien terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menetapkan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Standar-standar ini ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai panduan bagi perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 14607 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah dialami sejak 1 minggu yang lalu dan 2 hari terakhir terasa nyeri juga seperti kolik bilier diperut kanan atas dengan skala nyeri 7 (nyeri berat). Pasien mengatakan merasa mual dan muntah 3 kali selama hari ini, perut terasa begah setelah makan gorengan dan sakit semakin terasa jika bergerak. Tampak ekspresi wajah pasien meringis kesakitan saat bergerak, urin pasien tampak gelap, feses pucat dan kulit sekali-kali terasa gatal. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 130/80 mmHg, P: 24 x/m, S: 38,8°C, N: 98x/m, BB: 90 kg dan TB: 155 cm. Hasil pemeriksaan Fisik didapatkan Nyeri tekan di titik McBurney (+), rebound tenderness (+), rovsing's sign (+), psoas sign (+), Murphy's sign (+) dan sclera tampak sedikit ikterik. Hasil pemeriksaan Laboratorium didapatkan Leukosit: 16.000/mm³, LDL: 320 mg/dL. Pasien memiliki kebiasaan makan-makanan berlemak dan sering mengalami konstipasi. Dokter menginstrusikan untuk segera dilakukan pemeriksaan USG abdomen. Ners melakukan pengkajian berdasarkan pola Gordon, menetapkan diagnose keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klinis yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut
- Penyebab: Agen cedera biologis (infeksi/inflamasi)
- Gejala dan tanda Mayor: Perubahan ekspresi wajah, gaya berjalan yang protektif, menghindari aktivitas, skala nyeri tinggi
2. Risiko konstipasi (SDKI)
- Definisi: Berisiko mengalami hambatan pembuangan feses yang berlangsung lebih dari 3 hari
- Faktor risiko: Pola makan yang tidak adekuat, kurang aktivitas
3. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan baik fisik maupun psikologis
- Penyebab: Nyeri, gejala penyakit
Rencana Asuhan Keperawatan berdasarkan SLKI dan SIKI:
1. Manajemen Nyeri
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Memberikan intervensi untuk mengurangi nyeri (farmakologi dan non-farmakologi)
- Mengevaluasi efektivitas intervensi
2. Manajemen Konstipasi
- Mengkaji pola eliminasi pasien
- Memberikan intervensi untuk meningkatkan motilitas usus (diet tinggi serat, cairan, aktivitas)
- Memantau pola defekasi
3. Manajemen Intoleransi Aktivitas
- Mengkaji kemampuan fungsional pasien
- Merencanakan aktivitas yang dapat ditoleransi pasien
- Memantau respons pasien terhadap aktivitas
Penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI dan SIKI akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan tepat sasaran untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 14608 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah dialami sejak 1 minggu yang lalu dan 2 hari terakhir terasa nyeri juga seperti kolik bilier diperut kanan atas dengan skala nyeri 7 (nyeri berat). Pasien mengatakan merasa mual dan muntah 3 kali selama hari ini, perut terasa begah setelah makan gorengan dan sakit semakin terasa jika bergerak. Tampak ekspresi wajah pasien meringis kesakitan saat bergerak, urin pasien tampak gelap, feses pucat dan kulit sekali-kali terasa gatal. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 130/80 mmHg, P: 24 x/m, S: 38,8°C, N: 98x/m, BB: 90 kg dan TB: 155 cm. Hasil pemeriksaan Fisik didapatkan Nyeri tekan di titik McBurney (+), rebound tenderness (+), rovsing's sign (+), psoas sign (+), Murphy's sign (+) dan sclera tampak sedikit ikterik. Hasil pemeriksaan Laboratorium didapatkan Leukosit: 16.000/mm³, LDL: 320 mg/dL. Pasien memiliki kebiasaan makan-makanan berlemak dan sering mengalami konstipasi. Dokter menginstrusikan untuk segera dilakukan pemeriksaan USG abdomen. Ners melakukan pengkajian berdasarkan pola Gordon, menetapkan diagnose keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi kandung empedu ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan bawah dan kanan atas, mual, muntah, dan gerakan tubuh yang terbatas.
2. Intoleransi makan berhubungan dengan disfungsi saluran cerna akibat penyakit kandung empedu, ditandai dengan keluhan mual, muntah, dan perut begah setelah makan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan paparan patogen sekunder akibat kerusakan jaringan, ditandai dengan peningkatan jumlah leukosit.
4. Gangguan eliminasi berhubungan dengan obstruksi saluran empedu, ditandai dengan urin gelap dan feses pucat.
5. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan peningkatan kadar LDL, ditandai dengan kulit gatal.
Luaran/Output SLKI:
1. Kontrol Nyeri: Pasien melaporkan penurunan nyeri dari skala 7 menjadi skala 3 dalam waktu 2 hari.
2. Peningkatan Intake Nutrisi: Pasien dapat mengonsumsi makanan secara bertahap tanpa disertai mual atau muntah.
3. Bebas Infeksi: Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan jumlah leukosit menjadi normal dalam waktu 3 hari.
4. Keseimbangan Cairan: Warna urin kembali normal dan feses tidak pucat lagi dalam waktu 2 hari.
5. Perfusi Jaringan: Kulit pasien tidak lagi terasa gatal dalam waktu 1 minggu.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan analgesik sesuai instruksi dokter.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi dan distraksi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan modifikasi terapi nyeri.
2. Manajemen Nutrisi:
a. Kaji pola makan dan makanan yang ditoleransi pasien.
b. Berikan makanan rendah lemak dan mudah dicerna.
c. Atur jadwal pemberian makan dan monitoring tanda-tanda intoleransi makan.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
3. Manajemen Infeksi:
a. Kaji tanda dan gejala infeksi secara berkala.
b. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
c. Berikan antibiotik sesuai instruksi dokter.
d. Ajarkan pasien dan keluarga terkait pencegahan infeksi.
4. Manajemen Cairan dan Elektrolit:
a. Kaji input dan output cairan pasien.
b. Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
c. Pantau warna urin dan feses pasien.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi terapi cairan dan elektrolit.
5. Manajemen Perfusi Jaringan:
a. Kaji tanda-tanda perubahan perfusi jaringan.
b. Berikan terapi farmakologis sesuai instruksi dokter.
c. Ajarkan pasien dan keluarga tentang gaya hidup yang mendukung perfusi jaringan.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan modifikasi terapi.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin sudah disajikan. Saya harap informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan bertanya. -
Article No. 14609 | 22 Mar 2025
Klinis : cacingan cacing kremi di pantat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan kondisi cacingan cacing kremi di pantat:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B80
- Deskripsi: Enterobiasis (cacingan cacing kremi)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.31
- Deskripsi: Pemberian obat antihelmintik (obat pembasmi cacing)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 B80 (Enterobiasis) digunakan untuk mendiagnosis infeksi oleh cacing kremi (Enterobius vermicularis), yang menyebabkan gejala gatal di sekitar anus.
2. Kode ICD-9-CM 99.31 (Pemberian obat antihelmintik) dapat digunakan untuk mencatat prosedur pengobatan yang dilakukan, seperti pemberian obat-obatan untuk menghilangkan infeksi cacing kremi. Obat-obatan yang umum digunakan untuk pengobatan enterobiasis termasuk albendazole, mebendazole, atau pyrantel pamoate.
Penatalaksanaan enterobiasis biasanya melibatkan pengobatan pasien dan anggota keluarga yang tinggal serumah, serta menjaga kebersihan dan sanitasi yang baik untuk mencegah reinfeksi. Tindakan lain yang mungkin dilakukan antara lain pemeriksaan laboratorium untuk mengonfirmasi diagnosis dan memonitor respons pengobatan. -
Article No. 14610 | 22 Mar 2025
Klinis : diagnosa thypoid
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi typhoid dari perspektif keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Typhoid:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat typhoid.
Penjelasan: Pada kondisi typhoid, pasien mengalami penurunan sistem imun yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder. Diagnosa ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mencegah terjadinya infeksi yang mungkin timbul.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan diare akibat typhoid.
Penjelasan: Typhoid sering disertai dengan gejala seperti anoreksia, mual, dan diare yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi pada pasien. Diagnosa ini bertujuan untuk memantau dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan demam dan sakit kepala akibat typhoid.
Penjelasan: Pasien typhoid seringkali mengalami demam tinggi dan sakit kepala yang dapat menimbulkan nyeri akut. Diagnosa ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelola nyeri yang dialami pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi Terkendali
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sekunder yang muncul.
- Pasien dapat melakukan perawatan diri dan hygiene dengan baik.
2. Status Nutrisi Membaik
- Berat badan pasien stabil atau meningkat.
- Pasien mampu mengonsumsi makanan dan cairan yang cukup.
- Hasil laboratorium menunjukkan perbaikan profil nutrisi.
3. Nyeri Terkontrol
- Pasien dapat mengungkapkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Risiko Infeksi Terkendali:
- Monitor tanda-tanda vital secara rutin.
- Identifikasi faktor risiko infeksi.
- Berikan edukasi dan anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik dan terapi lainnya.
- Pantau respons pasien terhadap pengobatan.
2. Intervensi untuk Status Nutrisi Membaik:
- Kaji status nutrisi pasien (asupan, output, berat badan).
- Berikan makanan dan cairan yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang tepat.
- Berikan suplementasi nutrisi jika diperlukan.
- Pantau parameter laboratorium terkait status nutrisi.
3. Intervensi untuk Nyeri Terkontrol:
- Kaji karakteristik dan tingkat nyeri pasien.
- Berikan tindakan farmakologis sesuai dengan anjuran medis.
- Terapkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (kompres hangat, relaksasi, distraksi).
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian pengobatan.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien sangat penting dalam penanganan kondisi typhoid. Dengan melakukan intervensi yang tepat, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 14611 | 22 Mar 2025
Klinis : etiologi thypoid
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi etiologi typhoid, dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi etiologi typhoid:
1. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat berkompromi dengan sistem pertahanan tubuh.
- Etiologi: Kondisi etiologi typhoid memenuhi kriteria ini karena typhoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, yang dapat mengkompromikan sistem pertahanan tubuh.
2. Defisiensi Pengetahuan
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
- Etiologi: Pasien dengan etiologi typhoid mungkin memiliki defisiensi pengetahuan terkait penyakit, pengobatan, dan manajemen diri yang efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi
- Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
- Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan pemahaman tentang proses infeksi dan pencegahannya.
b. Berpartisipasi dalam prosedur pencegahan infeksi.
c. Menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Pengetahuan: Manajemen Penyakit
- Definisi: Pemahaman individu tentang proses penyakit dan pengobatannya.
- Kriteria Hasil:
a. Menjelaskan etiologi, gejala, dan prognosis penyakit.
b. Menjelaskan tujuan dan regimen pengobatan.
c. Menjelaskan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
- Definisi: Memfasilitasi pengobatan dan pemulihan dari infeksi.
- Aktivitas:
a. Kaji tanda dan gejala infeksi.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antibiotik yang tepat.
c. Pantau respons pasien terhadap pengobatan.
d. Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
2. Edukasi Kesehatan
- Definisi: Memberikan informasi yang terstruktur untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait kesehatan.
- Aktivitas:
a. Identifikasi kesenjangan pengetahuan pasien.
b. Berikan informasi tentang etiologi, gejala, dan pengobatan typhoid.
c. Ajarkan pasien tentang pencegahan komplikasi dan manajemen diri yang efektif.
d. Evaluasi pemahaman pasien dan berikan umpan balik.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk pasien dengan etiologi typhoid. -
Article No. 14612 | 22 Mar 2025
Klinis : diagnosa thypoid
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Typhoid:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi typhoid berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Infeksi". Kondisi typhoid merupakan penyakit infeksi bakterial yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, sehingga pasien dengan typhoid memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi lebih lanjut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan typhoid dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Infeksi Efektif
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien tidak mengalami komplikasi infeksi, seperti perdarahan, perforasi usus, atau sepsis.
- Pasien mendemonstrasikan perilaku pencegahan infeksi yang tepat, seperti cuci tangan yang benar.
2. Pengetahuan Manajemen Penyakit Meningkat
- Pasien dapat menjelaskan penyebab, gejala, dan komplikasi typhoid dengan benar.
- Pasien dapat menjelaskan tatalaksana pengobatan dan perawatan yang diperlukan.
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor risiko dan tindakan pencegahan untuk mencegah penularan.
3. Perilaku Perawatan Diri Memadai
- Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri, seperti menjaga kebersihan diri dan konsumsi makanan bergizi.
- Pasien dapat mengelola gejala dan komplikasi penyakit dengan tepat.
- Pasien dapat mematuhi program pengobatan yang diberikan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan typhoid, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien.
- Monitor tanda dan gejala infeksi, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik yang tepat.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, teknik aseptik, dan isolasi.
2. Edukasi Kesehatan
- Berikan informasi tentang penyakit typhoid, meliputi penyebab, gejala, dan komplikasi.
- Jelaskan tatalaksana pengobatan dan perawatan yang diperlukan.
- Identifikasi faktor risiko dan tindakan pencegahan untuk mencegah penularan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan edukasi tentang diet yang tepat.
3. Perawatan Diri
- Bantu pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri, seperti menjaga kebersihan diri dan konsumsi makanan bergizi.
- Ajarkan pasien teknik pengelolaan gejala dan komplikasi penyakit.
- Motivasi pasien untuk mematuhi program pengobatan yang diberikan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan kepatuhan pasien terhadap terapi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dengan typhoid dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol infeksi yang efektif, peningkatan pengetahuan tentang manajemen penyakit, serta perilaku perawatan diri yang memadai. -
Article No. 14613 | 22 Mar 2025
Klinis : PUSING MENCRET MUNTAH DIARE 1 KALI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta penjelasan detail untuk kondisi yang Anda sebutkan: PUSING, MENCRET, MUNTAH, DIARE 1 KALI.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual dan muntah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.19
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kondisi yang Anda sebutkan, yaitu PUSING, MENCRET, MUNTAH, DIARE 1 KALI, dapat diklasifikasikan sebagai gangguan gastrointestinal akut. Dalam ICD-10, kode R11.0 (Mual dan muntah) dapat digunakan untuk menggambarkan gejala muntah yang Anda alami.
Untuk tindakan medis yang mungkin dilakukan, jika pasien mengalami dehidrasi akibat muntah dan diare, pemberian cairan intravena (kode ICD-9-CM 96.19) dapat menjadi salah satu intervensi yang dilakukan untuk mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit.
Penting untuk dicatat bahwa diagnosis dan tindakan medis yang tepat harus ditentukan oleh dokter atau petugas kesehatan yang menangani langsung setelah melakukan pemeriksaan dan evaluasi yang komprehensif. Kode-kode yang saya berikan hanya sebagai referensi awal dan tidak dapat menggantikan penilaian profesional tenaga kesehatan yang berwenang. -
Article No. 14614 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang anak Perempuan usia 7 tahun dibawa ke poli kulit karena keluhan bercak, ruam-ruam dan bengkak pada kulit wajah dan sikunya. Ibu mengatakan bahwa anak tidak mau pergi ke sekolah karena teman temannya selalu mengejek wajahnya sejak dua hari terakhir. Anak mengatakan akan sekolah kembali apabila wajah nya sudah tidak terlalu kemerahan dan iritasi. Hasil anamnesis pada ibu ditemukan bahwa ibu telah membawa anak berobat ke klinik umum sebelumnya selama 6 bulan terakhir. Pengobatan yang diberikan adalah emolien dan pelembab serta krim hidrokortison. Namun karena obat yang kurang efektif dan kurangnya kepatuhan ibu dan anak, ibu kemudian menghentikan penggunaan obat tersebut yang digantikan dengan salep Tacrolimus 0.03%. Saat ini anak menggunakan salep tacrolimus 0.03%, namun ruam dan bengkak pada kulit anak semakin parah dan anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. Ibu menyatakan bahwa anak tidak konsisten mematuhi tentang aturan pengobatan topikalnya karena terkait rasa terbakar yang terkait dengan penggunaan obat tersebut. Gambaran pada kasus: • Bercak, ruam, dan pembengkakan pada kulit wajah dan sikut. • Anak tidak mau pergi ke sekolah karena diejek oleh teman temannya mengenai kondisi wajahnya. • Telah berobat di klinik umum selama 6 bulan dengan pengobatan emolien, pelembab, dan krim hidrokortison yang tidak efektif. 7 • Penggunaan salep Tacrolimus 0.03% menggantikan pengobatan sebelumnya, namun menyebabkan ruam dan bengkak semakin parah. • Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. • Anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. • Anak mengeluhkan rasa terbakar saat menggunakan obat topical
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan reaksi alergi dan iritan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Integritas Kulit didefinisikan sebagai kerusakan pada permukaan kulit dan membran mukosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Integritas Kulit Membaik, dengan kriteria hasil:
- Luka/ruam/bercak pada kulit berkurang
- Rasa terbakar/gatal berkurang
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Manajemen Kulit: Luka/Dermatitis
- Terapi Topikal
- Edukasi Kesehatan Kulit
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Penjelasan:
SDKI:
Gangguan Citra Tubuh didefinisikan sebagai persepsi negatif terhadap penampilan atau fungsi tubuh.
SLKI:
Luaran yang diharapkan adalah Citra Tubuh Membaik, dengan kriteria hasil:
- Ekspresi positif tentang penampilan fisik
- Penerimaan terhadap perubahan penampilan fisik
- Aktif berpartisipasi dalam aktivitas sosial
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Konseling Citra Tubuh
- Terapi Bermain
- Terapi Kelompok
Dengan pendekatan keperawatan yang komprehensif, diharapkan kondisi kulit anak dapat membaik dan menunjang peningkatan citra tubuhnya, sehingga anak dapat kembali bersekolah dan berinteraksi dengan teman-temannya.