Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14695 | 23 Mar 2025
Klinis : Seorang Anak laki laki An D usia 9 tahun datang ke IGD RS Ahmad Yani Metro 30 Agustus 2024 diantar keluarganya dengan keluhan deman dan gelisah yang dirasakan dari 2 hari sebelumnya, sejak tadi pagi sebelum di bawa ke IGD gusi berdarah, kedua kaki merah, nafsu makan tambah menurun, tampak semakin lemah. Saat dilakukan anamnesa ibu klien mengatakan masih demam, tidak mau makan dan anak mengeluh sakit di bagian perut disertai sesak, anak mengeluh sakit dan menangis saat BAK. Perawat selanjutnya memeriksa TTV, TD : 89/71, Suhu, 37,6 C, Nadi 132x/mnit tidak teratur, RR ; 34 x per menit, GCS : 15, SP02 : 95%. Ibu mengatakan anak tidak ada riwayat sakit sebelumnya dan tidak pernah di rawat di rs sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada obat obatan yang di minum sebelum ke rumah sakit. Sebelum sakit ini juga anak tidak ada riwayat operasi. Ibu mengatakan anak tidak ada alergi dan tidak pernah ada kecelakan. Ibu mengatakan tidak ada penyakit yang sama sebelumnya di keluarga. An D merupakan anak kedua dari 3 bersaudara laki laki. Ibu mengatakan An. D memiliki riwayat imunisasi lengkap. Ibu mengatakan sebelum sakit An D meruapana anak yang seperti anak lainnya yang dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman teman sebayanya namun setelah sakit anak hanya lemas tidur di kasur. Ibu mengatakan sebelum sakit anak makan 3 kali sehari dengan nasi sekitar 2 centongdan lauk bias telur, tempe atau ayam namun jarang. Setelah sakit naka hanya makan 1-2 sendok makan. Ibu mengatakan sebelum sakit anak bisa minum 6-8 gelas ukuran sedang setiap harinya. Setelah sakit anak hanya menghabiskan 1 gelas/hari. Ibu mengatakan anak sebelum sakit biasa tidur jam 21.00 wib dan bagun jam 06.30 Wib tanpa tidur siang. Namun setelah sakit anak hanya tidur malam hanya 4-5 jam/hari sering terbangun malam hari dan siang hanya tidur 1-2 jam sehari dans ering terbangun karena anak mengeluh sakit perutnya. Ibu mengatakan sebelum sakit anak mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari dan keramas setiap hari. Setelah sakit anak hanya di lap saja dengan air hangat. Ibu mengatakan sebelum sakit anak biasanya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, warna kuning kecoklatan. Setelah sakit, bab wana kecoklatan bercampur darah. Ibu mengatakan sebelum sakit anak D BAK 5-6 kali sehari bewarna kuning, setelah frekuesni BAK semakin berkurang dan setiap BAK menangis karena sakit. Perawat memeriksa TB : 103 cm, BB : 16 Kg, sebelum sakit 23Kg. urin 2000 cc, feses 350 cc, muntah 273 cc. pemeriksaan fisik lengkap kemudian dilakukan perawat mulai dari kepala tampak simestrisn rambut merata, warna hitam, kulit kepala bersih sedikit berminyak, tidak ada lesi maupun tonjolan. Tidak ada nyeri saat palpasi. Wajah tampak pucat namu merah berbintik. Mata berebntuk simetris, sklera putih, konjungtiva pucat, tidak ada lesi maupun tonjolan, tidak ada nyeri tekan. Hidung tampak simetris, tidak ada secret, tidak ada perdarahan hidung, tidak ada nyeri tekan. Mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil tidak ada nyeri tekan. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri tekan. Telinga simetris, tidak ada serumen bersih pendengaaran baik. Tidak ada nyeri tekan. Bentuk dada simetris, nafas dangkal, tampak simestris, terdapat retraksi dinding dada, terdapat suara tambahan ronkhi, suara paru pekak dan didapatkan sura napas vesikular. Abdomen simetris, tampak membuncit, adanya nyeri tekan, pembesaran hati, terdengar redup, bising usus 2 bising per menit. Adanya petekie/bintik bintik merah kulit spontan, turgor kulit kembali 10 detik. Genetalia bentuk normal, bersih, sakit saat BAK. Adanya edema bagian tengan dan kaki akral hangat adanya nyeri otot/sendi serta tulang kaku, terdapat sianosis Anak D juga diperiksa rontgen abdomen dengan hasil : tak tampak disensi sistema usus, tak tampak batu opaq diproyeksi traktus urinarius, sistema tulang intak. Hasil Ro Trorax : bronkopneumonia, sugestif efusi pleura dexstra, besar cor normal. Hasil USG abdomen : asietes, efusi pluera bilateral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang digambarkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko syok (SDKI)
- Definisi: Keadaan yang menunjukkan penurunan dalam volume sirkulasi yang mengancam fungsi vital organ.
- Faktor Risiko: Perdarahan, demam, diare, dehidrasi.
2. Nyeri akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Penyebab: Proses penyakit, prosedur diagnostik/terapeutik.
3. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, seperti yang telah diatur sebelumnya.
- Penyebab: Kelemahan, penurunan energi.
4. Kekurangan volume cairan (SDKI)
- Definisi: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Penyebab: Kehilangan cairan berlebihan, gangguan intake cairan.
5. Gangguan tidur (SDKI)
- Definisi: Gangguan dalam jumlah, kualitas, atau pola tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Penyebab: Nyeri, demam, perubahan lingkungan.
6. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI)
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, mual, muntah.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien yang menjadi fokus intervensi keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Standar ini ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai acuan bagi perawat dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 14696 | 23 Mar 2025
Klinis : Seorang Anak laki laki An D usia 9 tahun datang ke IGD RS Ahmad Yani Metro 30 Agustus 2024 diantar keluarganya dengan keluhan deman dan gelisah yang dirasakan dari 2 hari sebelumnya, sejak tadi pagi sebelum di bawa ke IGD gusi berdarah, kedua kaki merah, nafsu makan tambah menurun, tampak semakin lemah. Saat dilakukan anamnesa ibu klien mengatakan masih demam, tidak mau makan dan anak mengeluh sakit di bagian perut disertai sesak, anak mengeluh sakit dan menangis saat BAK. Perawat selanjutnya memeriksa TTV, TD : 89/71, Suhu, 37,6 C, Nadi 132x/mnit tidak teratur, RR ; 34 x per menit, GCS : 15, SP02 : 95%. Ibu mengatakan anak tidak ada riwayat sakit sebelumnya dan tidak pernah di rawat di rs sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada obat obatan yang di minum sebelum ke rumah sakit. Sebelum sakit ini juga anak tidak ada riwayat operasi. Ibu mengatakan anak tidak ada alergi dan tidak pernah ada kecelakan. Ibu mengatakan tidak ada penyakit yang sama sebelumnya di keluarga. An D merupakan anak kedua dari 3 bersaudara laki laki. Ibu mengatakan An. D memiliki riwayat imunisasi lengkap. Ibu mengatakan sebelum sakit An D meruapana anak yang seperti anak lainnya yang dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman teman sebayanya namun setelah sakit anak hanya lemas tidur di kasur. Ibu mengatakan sebelum sakit anak makan 3 kali sehari dengan nasi sekitar 2 centongdan lauk bias telur, tempe atau ayam namun jarang. Setelah sakit naka hanya makan 1-2 sendok makan. Ibu mengatakan sebelum sakit anak bisa minum 6-8 gelas ukuran sedang setiap harinya. Setelah sakit anak hanya menghabiskan 1 gelas/hari. Ibu mengatakan anak sebelum sakit biasa tidur jam 21.00 wib dan bagun jam 06.30 Wib tanpa tidur siang. Namun setelah sakit anak hanya tidur malam hanya 4-5 jam/hari sering terbangun malam hari dan siang hanya tidur 1-2 jam sehari dans ering terbangun karena anak mengeluh sakit perutnya. Ibu mengatakan sebelum sakit anak mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari dan keramas setiap hari. Setelah sakit anak hanya di lap saja dengan air hangat. Ibu mengatakan sebelum sakit anak biasanya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, warna kuning kecoklatan. Setelah sakit, bab wana kecoklatan bercampur darah. Ibu mengatakan sebelum sakit anak D BAK 5-6 kali sehari bewarna kuning, setelah frekuesni BAK semakin berkurang dan setiap BAK menangis karena sakit. Perawat memeriksa TB : 103 cm, BB : 16 Kg, sebelum sakit 23Kg. urin 2000 cc, feses 350 cc, muntah 273 cc. pemeriksaan fisik lengkap kemudian dilakukan perawat mulai dari kepala tampak simestrisn rambut merata, warna hitam, kulit kepala bersih sedikit berminyak, tidak ada lesi maupun tonjolan. Tidak ada nyeri saat palpasi. Wajah tampak pucat namu merah berbintik. Mata berebntuk simetris, sklera putih, konjungtiva pucat, tidak ada lesi maupun tonjolan, tidak ada nyeri tekan. Hidung tampak simetris, tidak ada secret, tidak ada perdarahan hidung, tidak ada nyeri tekan. Mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil tidak ada nyeri tekan. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri tekan. Telinga simetris, tidak ada serumen bersih pendengaaran baik. Tidak ada nyeri tekan. Bentuk dada simetris, nafas dangkal, tampak simestris, terdapat retraksi dinding dada, terdapat suara tambahan ronkhi, suara paru pekak dan didapatkan sura napas vesikular. Abdomen simetris, tampak membuncit, adanya nyeri tekan, pembesaran hati, terdengar redup, bising usus 2 bising per menit. Adanya petekie/bintik bintik merah kulit spontan, turgor kulit kembali 10 detik. Genetalia bentuk normal, bersih, sakit saat BAK. Adanya edema bagian tengan dan kaki akral hangat adanya nyeri otot/sendi serta tulang kaku, terdapat sianosis Anak D juga diperiksa rontgen abdomen dengan hasil : tak tampak disensi sistema usus, tak tampak batu opaq diproyeksi traktus urinarius, sistema tulang intak. Hasil Ro Trorax : bronkopneumonia, sugestif efusi pleura dexstra, besar cor normal. Hasil USG abdomen : asietes, efusi pluera bilateral
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh di atas 37,6°C.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan keluhan nyeri pada perut dan saat berkemih.
3. Penurunan berat badan berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan asupan nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan penurunan berat badan dari 23 kg menjadi 16 kg.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit melalui muntah, diare, dan penurunan asupan cairan ditandai dengan gejala dehidrasi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan akibat proses penyakit ditandai dengan anak tampak semakin lemah dan hanya berbaring di tempat tidur.
6. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan peradangan dan infeksi ditandai dengan adanya tanda-tanda kulit kemerahan pada kaki.
7. Perubahan proses keluaran urin berhubungan dengan peradangan pada saluran kemih ditandai dengan keluhan sakit saat berkemih.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C).
2. Anak melaporkan nyeri berkurang atau tidak ada.
3. Berat badan kembali ke berat badan sebelum sakit.
4. Cairan dan elektrolit dalam rentang normal.
5. Anak mampu melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
6. Perfusi jaringan perifer membaik, ditandai dengan hilangnya tanda-tanda kemerahan pada kulit.
7. Pola berkemih normal, tidak ada keluhan sakit saat berkemih.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertermia:
- Observasi suhu tubuh secara berkala.
- Pemberian obat penurun panas sesuai indikasi.
- Kompres hangat pada area yang demam.
- Edukasi keluarga tentang manajemen demam.
2. Manajemen Nyeri:
- Observasi tanda-tanda nyeri.
- Pemberian analgesik sesuai indikasi.
- Teknik distraksi dan relaksasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan nyeri.
3. Manajemen Nutrisi:
- Observasi asupan nutrisi dan cairan.
- Pemberian nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan nutrisi.
- Edukasi keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
4. Manajemen Cairan dan Elektrolit:
- Observasi status cairan dan elektrolit.
- Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
- Pemantauan intake-output cairan.
- Edukasi keluarga tentang pentingnya hidrasi yang adekuat.
5. Manajemen Aktivitas:
- Observasi toleransi aktivitas.
- Perencanaan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan anak.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
- Edukasi keluarga tentang manajemen aktivitas anak.
6. Manajemen Perfusi Perifer:
- Observasi tanda-tanda perfusi perifer.
- Pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi.
- Elevasi ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi.
- Edukasi keluarga tentang pentingnya pemantauan perfusi perifer.
7. Manajemen Berkemih:
- Observasi pola berkemih dan tanda-tanda infeksi saluran kemih.
- Pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan infeksi saluran kemih.
- Edukasi keluarga tentang pentingnya pemantauan pola berkemih.
Semoga informasi ini bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada kasus yang diberikan. -
Article No. 14697 | 23 Mar 2025
Klinis : Seorang Anak laki laki An D usia 9 tahun datang ke IGD RS Ahmad Yani Metro 30 Agustus 2024 diantar keluarganya dengan keluhan deman dan gelisah yang dirasakan dari 2 hari sebelumnya, sejak tadi pagi sebelum di bawa ke IGD gusi berdarah, kedua kaki merah, nafsu makan tambah menurun, tampak semakin lemah. Saat dilakukan anamnesa ibu klien mengatakan masih demam, tidak mau makan dan anak mengeluh sakit di bagian perut disertai sesak, anak mengeluh sakit dan menangis saat BAK. Perawat selanjutnya memeriksa TTV, TD : 89/71, Suhu, 37,6 C, Nadi 132x/mnit tidak teratur, RR ; 34 x per menit, GCS : 15, SP02 : 95%. Ibu mengatakan anak tidak ada riwayat sakit sebelumnya dan tidak pernah di rawat di rs sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada obat obatan yang di minum sebelum ke rumah sakit. Sebelum sakit ini juga anak tidak ada riwayat operasi. Ibu mengatakan anak tidak ada alergi dan tidak pernah ada kecelakan. Ibu mengatakan tidak ada penyakit yang sama sebelumnya di keluarga. An D merupakan anak kedua dari 3 bersaudara laki laki. Ibu mengatakan An. D memiliki riwayat imunisasi lengkap. Ibu mengatakan sebelum sakit An D meruapana anak yang seperti anak lainnya yang dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman teman sebayanya namun setelah sakit anak hanya lemas tidur di kasur. Ibu mengatakan sebelum sakit anak makan 3 kali sehari dengan nasi sekitar 2 centongdan lauk bias telur, tempe atau ayam namun jarang. Setelah sakit naka hanya makan 1-2 sendok makan. Ibu mengatakan sebelum sakit anak bisa minum 6-8 gelas ukuran sedang setiap harinya. Setelah sakit anak hanya menghabiskan 1 gelas/hari. Ibu mengatakan anak sebelum sakit biasa tidur jam 21.00 wib dan bagun jam 06.30 Wib tanpa tidur siang. Namun setelah sakit anak hanya tidur malam hanya 4-5 jam/hari sering terbangun malam hari dan siang hanya tidur 1-2 jam sehari dans ering terbangun karena anak mengeluh sakit perutnya. Ibu mengatakan sebelum sakit anak mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari dan keramas setiap hari. Setelah sakit anak hanya di lap saja dengan air hangat. Ibu mengatakan sebelum sakit anak biasanya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, warna kuning kecoklatan. Setelah sakit, bab wana kecoklatan bercampur darah. Ibu mengatakan sebelum sakit anak D BAK 5-6 kali sehari bewarna kuning, setelah frekuesni BAK semakin berkurang dan setiap BAK menangis karena sakit. Perawat memeriksa TB : 103 cm, BB : 16 Kg, sebelum sakit 23Kg. urin 2000 cc, feses 350 cc, muntah 273 cc. pemeriksaan fisik lengkap kemudian dilakukan perawat mulai dari kepala tampak simestrisn rambut merata, warna hitam, kulit kepala bersih sedikit berminyak, tidak ada lesi maupun tonjolan. Tidak ada nyeri saat palpasi. Wajah tampak pucat namu merah berbintik. Mata berebntuk simetris, sklera putih, konjungtiva pucat, tidak ada lesi maupun tonjolan, tidak ada nyeri tekan. Hidung tampak simetris, tidak ada secret, tidak ada perdarahan hidung, tidak ada nyeri tekan. Mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil tidak ada nyeri tekan. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri tekan. Telinga simetris, tidak ada serumen bersih pendengaaran baik. Tidak ada nyeri tekan. Bentuk dada simetris, nafas dangkal, tampak simestris, terdapat retraksi dinding dada, terdapat suara tambahan ronkhi, suara paru pekak dan didapatkan sura napas vesikular. Abdomen simetris, tampak membuncit, adanya nyeri tekan, pembesaran hati, terdengar redup, bising usus 2 bising per menit. Adanya petekie/bintik bintik merah kulit spontan, turgor kulit kembali 10 detik. Genetalia bentuk normal, bersih, sakit saat BAK. Adanya edema bagian tengan dan kaki akral hangat adanya nyeri otot/sendi serta tulang kaku, terdapat sianosis Anak D juga diperiksa rontgen abdomen dengan hasil : tak tampak disensi sistema usus, tak tampak batu opaq diproyeksi traktus urinarius, sistema tulang intak. Hasil Ro Trorax : bronkopneumonia, sugestif efusi pleura dexstra, besar cor normal. Hasil USG abdomen : asietes, efusi pluera bilateral
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang dapat dikodekan adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A41.9
- Deskripsi: Sepsis, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Anak D menunjukkan gejala-gejala yang sesuai dengan diagnosis sepsis, termasuk demam, penurunan nafsu makan, kelemahan, perdarahan gusi, dan perubahan pada kulit dan sistem pencernaan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena. Anak D memerlukan rehidrasi dan penanganan cairan yang adekuat untuk mengatasi kondisi dehidrasi dan gangguan tanda vital.
- Kode: 99.75
- Deskripsi: Pemberian terapi oksigen. Anak D menunjukkan gejala sesak napas, sehingga perlu diberikan terapi oksigen untuk membantu pernafasannya.
- Kode: 88.76
- Deskripsi: Ultrasonografi abdomen. Pemeriksaan USG abdomen dilakukan untuk mengevaluasi kondisi abdomen, termasuk adanya efusi pleura dan asites.
- Kode: 87.49
- Deskripsi: Pemeriksaan radiologi lain pada abdomen. Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bronkopneumonia dan efusi pleura.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala dan temuan klinis yang disajikan, anak D didiagnosis dengan sepsis, yang ditandai dengan demam, penurunan nafsu makan, kelemahan, perdarahan gusi, perubahan pada kulit dan sistem pencernaan. Selain itu, ditemukan juga adanya bronkopneumonia, efusi pleura, dan asites yang memerlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut. Untuk penanganan, anak D memerlukan pemberian cairan intravena, terapi oksigen, dan pemantauan yang ketat. -
Article No. 14698 | 23 Mar 2025
Klinis : Seorang Anak laki laki An D usia 9 tahun datang ke IGD RS Ahmad Yani Metro 30 Agustus 2024 diantar keluarganya dengan keluhan deman dan gelisah yang dirasakan dari 2 hari sebelumnya, sejak tadi pagi sebelum di bawa ke IGD gusi berdarah, kedua kaki merah, nafsu makan tambah menurun, tampak semakin lemah. Saat dilakukan anamnesa ibu klien mengatakan masih demam, tidak mau makan dan anak mengeluh sakit di bagian perut disertai sesak, anak mengeluh sakit dan menangis saat BAK. Perawat selanjutnya memeriksa TTV, TD : 89/71, Suhu, 37,6 C, Nadi 132x/mnit tidak teratur, RR ; 34 x per menit, GCS : 15, SP02 : 95%. Ibu mengatakan anak tidak ada riwayat sakit sebelumnya dan tidak pernah di rawat di rs sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada obat obatan yang di minum sebelum ke rumah sakit. Sebelum sakit ini juga anak tidak ada riwayat operasi. Ibu mengatakan anak tidak ada alergi dan tidak pernah ada kecelakan. Ibu mengatakan tidak ada penyakit yang sama sebelumnya di keluarga. An D merupakan anak kedua dari 3 bersaudara laki laki. Ibu mengatakan An. D memiliki riwayat imunisasi lengkap. Ibu mengatakan sebelum sakit An D meruapana anak yang seperti anak lainnya yang dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman teman sebayanya namun setelah sakit anak hanya lemas tidur di kasur. Ibu mengatakan sebelum sakit anak makan 3 kali sehari dengan nasi sekitar 2 centongdan lauk bias telur, tempe atau ayam namun jarang. Setelah sakit naka hanya makan 1-2 sendok makan. Ibu mengatakan sebelum sakit anak bisa minum 6-8 gelas ukuran sedang setiap harinya. Setelah sakit anak hanya menghabiskan 1 gelas/hari. Ibu mengatakan anak sebelum sakit biasa tidur jam 21.00 wib dan bagun jam 06.30 Wib tanpa tidur siang. Namun setelah sakit anak hanya tidur malam hanya 4-5 jam/hari sering terbangun malam hari dan siang hanya tidur 1-2 jam sehari dans ering terbangun karena anak mengeluh sakit perutnya. Ibu mengatakan sebelum sakit anak mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari dan keramas setiap hari. Setelah sakit anak hanya di lap saja dengan air hangat. Ibu mengatakan sebelum sakit anak biasanya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, warna kuning kecoklatan. Setelah sakit, bab wana kecoklatan bercampur darah. Ibu mengatakan sebelum sakit anak D BAK 5-6 kali sehari bewarna kuning, setelah frekuesni BAK semakin berkurang dan setiap BAK menangis karena sakit. Perawat memeriksa TB : 103 cm, BB : 16 Kg, sebelum sakit 23Kg. urin 2000 cc, feses 350 cc, muntah 273 cc. pemeriksaan fisik lengkap kemudian dilakukan perawat mulai dari kepala tampak simestrisn rambut merata, warna hitam, kulit kepala bersih sedikit berminyak, tidak ada lesi maupun tonjolan. Tidak ada nyeri saat palpasi. Wajah tampak pucat namu merah berbintik. Mata berebntuk simetris, sklera putih, konjungtiva pucat, tidak ada lesi maupun tonjolan, tidak ada nyeri tekan. Hidung tampak simetris, tidak ada secret, tidak ada perdarahan hidung, tidak ada nyeri tekan. Mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil tidak ada nyeri tekan. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri tekan. Telinga simetris, tidak ada serumen bersih pendengaaran baik. Tidak ada nyeri tekan. Bentuk dada simetris, nafas dangkal, tampak simestris, terdapat retraksi dinding dada, terdapat suara tambahan ronkhi, suara paru pekak dan didapatkan sura napas vesikular. Abdomen simetris, tampak membuncit, adanya nyeri tekan, pembesaran hati, terdengar redup, bising usus 2 bising per menit. Adanya petekie/bintik bintik merah kulit spontan, turgor kulit kembali 10 detik. Genetalia bentuk normal, bersih, sakit saat BAK. Adanya edema bagian tengan dan kaki akral hangat adanya nyeri otot/sendi serta tulang kaku, terdapat sianosis Anak D juga diperiksa rontgen abdomen dengan hasil : tak tampak disensi sistema usus, tak tampak batu opaq diproyeksi traktus urinarius, sistema tulang intak. Hasil Ro Trorax : bronkopneumonia, sugestif efusi pleura dexstra, besar cor normal. Hasil USG abdomen : asietes, efusi pluera bilateral
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan suhu tubuh >37,6°C.
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan asupan cairan, diare, dan muntah.
3. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi dan peradangan pada abdomen dan saluran kemih, ditandai dengan keluhan nyeri pada perut dan saat BAK.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan gejala demam, gelisah, dan perubahan tanda-tanda vital.
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
6. Gangguan Pola Eliminasi Urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih, ditandai dengan frekuensi BAK berkurang dan rasa sakit saat BAK.
7. Gangguan Pola Eliminasi Fekal berhubungan dengan diare, ditandai dengan perubahan konsistensi dan frekuensi BAB.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Hipertermia:
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Keseimbangan Cairan:
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Intake dan output cairan seimbang
- Tekanan darah, nadi, dan laju pernapasan dalam batas normal
3. Kontrol Nyeri:
- Nyeri berkurang
- Anak dapat melaporkan nyeri dengan akurat
- Anak dapat menggunakan metode nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
4. Kontrol Risiko Infeksi:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi baru
- Tidak ada peningkatan suhu tubuh
- Tidak ada peningkatan jumlah leukosit
5. Kemampuan Beraktivitas:
- Anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
- Anak dapat berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan belajar
6. Pola Eliminasi Urin:
- Frekuensi BAK dalam batas normal
- Anak tidak mengeluh sakit saat BAK
- Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih
7. Pola Eliminasi Fekal:
- Frekuensi dan konsistensi BAB dalam batas normal
- Tidak ada darah dalam feses
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Hipertermia:
- Monitoring tanda-tanda vital secara berkala
- Pemberian kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Manajemen lingkungan yang nyaman dan sejuk
- Edukasi kepada keluarga tentang pengelolaan hipertermia
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan:
- Monitoring intake dan output cairan
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Pemberian antiemetik dan antidiare jika diperlukan
- Edukasi kepada keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat
3. Nyeri Akut:
- Pengkajian nyeri secara komprehensif
- Pemberian analgesik sesuai indikasi
- Terapi non-farmakologis (distraksi, terapi bermain)
- Edukasi kepada anak dan keluarga tentang manajemen nyeri
4. Risiko Infeksi:
- Monitoring tanda-tanda infeksi secara berkala
- Pemberian antibiotik sesuai indikasi
- Perawatan luka dan kebersihan diri yang baik
- Edukasi kepada keluarga tentang pencegahan infeksi
5. Intoleransi Aktivitas:
- Pengkajian kemampuan aktivitas anak
- Perencanaan aktivitas dan latihan fisik yang bertahap
- Pemberian dukungan emosional dan motivasi
- Edukasi kepada anak dan keluarga tentang manajemen aktivitas
6. Gangguan Pola Eliminasi Urin:
- Monitoring pola eliminasi urin
- Pemberian cairan yang adekuat dan antibiotik sesuai indikasi
- Perawatan genetalia yang baik
- Edukasi kepada anak dan keluarga tentang manajemen infeksi saluran kemih
7. Gangguan Pola Eliminasi Fekal:
- Monitoring pola eliminasi fekal
- Pemberian obat antidiare sesuai indikasi
- Peningkatan asupan cairan dan serat
- Edukasi kepada anak dan keluarga tentang manajemen diare
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi anak secara holistik, melibatkan keluarga, dan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal bagi anak. -
Article No. 14699 | 23 Mar 2025
Klinis : Manajemen Halusinasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Manajemen Halusinasi dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Halusinasi
Definisi:
Halusinasi adalah persepsi sensori yang timbul tanpa adanya stimulus eksternal yang sesuai.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita eksternal dan terjadi tanpa adanya rangsangan sensorik yang sesuai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari manajemen halusinasi adalah klien dapat mengenali dan mengontrol halusinasi, serta dapat beradaptasi dengan efektif terhadap pengalaman halusinasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk manajemen halusinasi antara lain:
1. Asesmen halusinasi: mengidentifikasi karakteristik, frekuensi, dan respon klien terhadap halusinasi.
2. Intervensi farmakologis: pemberian obat-obatan sesuai dengan indikasi medis untuk mengurangi gejala halusinasi.
3. Intervensi nonfarmakologis: teknik relaksasi, distraksi, dan realitas orientasi untuk membantu klien mengenali dan mengontrol halusinasi.
4. Edukasi dan konseling: memberikan informasi mengenai halusinasi serta strategi manajemen yang efektif.
5. Dukungan keluarga: melibatkan keluarga dalam proses perawatan dan manajemen halusinasi.
Dengan pendekatan komprehensif yang mencakup asesmen, intervensi farmakologis dan nonfarmakologis, serta edukasi dan dukungan, diharapkan klien dapat mengelola halusinasi secara efektif dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 14700 | 23 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun dirawat di ruang perawatan intensif dengan diagnosis pneumonia berat dan perdarahan saluran cerna atas akibat gastritis erosif. Pasien mengalami batuk berdahak yang kental dan berwarna kekuningan sejak tiga hari terakhir serta mengeluhkan sesak napas yang semakin memburuk, terutama saat berbaring. Selain itu, pasien juga mengalami penurunan kesadaran ringan akibat hipoksia, sehingga dokter memutuskan untuk memasang Nasogastric Tube (NGT) guna mencegah aspirasi dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Pasien memiliki riwayat hematemesis sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Untuk evaluasi perdarahan lebih lanjut, dokter merencanakan tindakan bilas lambung menggunakan NGT untuk membersihkan isi lambung dari darah yang dapat memperberat kondisi pasien. Saat dilakukan aspirasi melalui NGT, ditemukan residu lambung berwarna merah tua dalam jumlah banyak. Saat pemeriksaan fisik, pasien tampak lemah dengan frekuensi napas 28 kali per menit, penggunaan otot bantu napas, serta terdengar ronki pada kedua paru saat auskultasi. Saturasi oksigen pasien 90% dengan nasal kanul 3 L/menit. Pemeriksaan sputum menunjukkan adanya infeksi bakteri, sementara hasil aspirasi lambung melalui NGT menunjukkan adanya residu darah yang masih tersisa. Perawat mengobservasi bahwa pasien mengalami kesulitan mengeluarkan dahak akibat lendir yang kental, menyebabkan napas berbunyi dan tidak efektif. Pasien juga beberapa kali mengalami refleks muntah selama proses bilas lambung, yang semakin meningkatkan risiko aspirasi dan memperberat gangguan jalan napas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan dan tidak efektif, ditandai dengan batuk berdahak kental, sesak napas, dan penggunaan otot bantu napas.
2. Risiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran, refluks gastrik, dan proses bilas lambung melalui NGT.
3. Perdarahan Gastrointestinal berhubungan dengan gastritis erosif, ditandai dengan hematemesis.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- SLKI: Pasien mampu mempertahankan jalan napas yang paten dengan mengeluarkan sekret secara efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pengisapan lendir, terapi oksigen, fisioterapi dada, dan edukasi teknik batuk efektif.
2. Risiko Aspirasi
- SDKI: Rentan terjadi masuknya cairan, makanan, sekret, atau benda asing ke dalam saluran napas.
- SLKI: Pasien tidak mengalami aspirasi cairan, makanan, sekret, atau benda asing ke dalam saluran napas.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemasangan NGT, elevasi kepala tempat tidur, pemantauan refluks, dan edukasi teknik makan dan minum yang aman.
3. Perdarahan Gastrointestinal
- SDKI: Kehilangan darah dari saluran pencernaan.
- SLKI: Pasien tidak mengalami perdarahan gastrointestinal lebih lanjut.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda perdarahan, pemberian obat-obatan, dan bilas lambung menggunakan NGT.
Secara keseluruhan, perawat perlu melakukan observasi yang ketat, implementasi intervensi yang tepat, serta kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. -
Article No. 14701 | 23 Mar 2025
Klinis : Ny. B masuk rumah sakit dengan keluhan merasakan nyeri pinggang sejak 1 hari SMRS. Nyeri pinggang hilang timbul, namun tidak kunjung membaik. Selain itu pasien mengatakan BAK nyeri, nyeri yang dirasakan seperti melilit. Pasien memiliki kebiasaan minum-minuman bersoda dan jarang meminum air putih serta tidak diimbangi dengan kegiatan olah raga rutin. Pengkajian pre operasi: Pasien mengeluh nyeri pinggang kiri, kolik dan disertai hematuria, nyeri dirasakan menjalar hingga ke bagian depan. Pasien juga mengatakan BAK sering tidak tuntas, anyang-anyang, BAK nyeri. Pasien direncanakan untuk tindakan PCNL yang akan dijadwalkan 2 hari mendatang. Pasien sedikit cemas karena akan dilakukan operasi. Ini merupakan operasi yang pertama pasien. Pasien mengatakan mual muntah (+), konjungtiva tidak anemis sklera tidak ikterik. Pasien masih mampu melakukan aktivitas seperti ke kamar mandi meskipun kadang harus menahan nyeri pinggang. Pengkajian post operasi hari pertama pasien mengeluh nyeri hilang timbul, nyeri pinggang kiri, bertambah saat digerakkan, rasa seperti di tusuk-tusuk, skala 4-5 selama 5-10 menit. Terdapat luka post operasi di area PCNL di pinggang kiri yang tertutup verban. Pasien merupakan ibu rumah tangga dengan 2 orang anak. Ketika sakit peran sebagai ibu sedikit terhambat, namun keluarga memberi support penuh untuk kesembuhan klien. Pasien kooperatif saat perawat dan dokter melakukan perawatan dan mendukung tindakan medis dan keperawatan untuk kesembuhan. Hasil pemeriksaan TTV: TD 140/70 mmHg, N 72 x/menit nadi teraba kuat dan teratur, RR 18 x/menit, irama nafas teratur, vesikuler ki =ka. Pemeriksaan Penunjang Pre-Op: Hasil urinalisa (21/6/17): Albumin: +2, kristal kalsium oksalat +. Hasil CT Scan abdomen hidronefrosis grade IV kiri dan hidroureter proximal sampai distal e.c. batu ureter distal ukuran ± 1,26 x 1,79 x 4,21 Hasil laboratotium → Hb = 10 gr/dl, Ht 30%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan untuk Ny. B, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah terkait dengan kerusakan tersebut.
SLKI:
- Indikator Hasil: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, pasien menunjukkan perilaku yang menunjukkan nyeri terkontrol.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien menunjukkan ekspresi wajah rileks, pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
SIKI:
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap nyeri serta memfasilitasi pemulihan dan kenyamanan.
- Teknik Relaksasi: Tindakan untuk membantu pasien mencapai keadaan tenang dan terkendali melalui teknik pernapasan, visualisasi, atau distraksi.
2. Gangguan Eliminasi Urin
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, jumlah, penampilan, atau kemampuan untuk berkemih yang dianggap tidak normal.
SLKI:
- Indikator Hasil: Pasien melaporkan BAK lancar, pasien menunjukkan eliminasi urin yang adekuat.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan BAK normal, pasien menunjukkan pola berkemih normal, pasien menunjukkan output urin dalam batas normal.
SIKI:
- Manajemen Eliminasi Urin: Tindakan untuk memfasilitasi, mengatur, dan mempertahankan eliminasi urin yang adekuat.
- Edukasi Kesehatan: Tindakan untuk memberikan informasi yang terstruktur dan terencana tentang kesehatan dan perawatan kesehatan.
3. Kecemasan
Definisi: Perasaan tak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya atau stressor, baik yang realistis maupun yang dibayangkan.
SLKI:
- Indikator Hasil: Pasien melaporkan cemas terkontrol, pasien menunjukkan perilaku yang tenang.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan cemas berkurang, pasien menunjukkan wajah rileks, pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
SIKI:
- Terapi Relaksasi: Tindakan untuk membantu pasien mencapai keadaan tenang dan terkendali melalui teknik pernapasan, visualisasi, atau distraksi.
- Dukungan Emosional: Tindakan untuk memberikan empati, perhatian, dan kepedulian terhadap perasaan pasien.
Penjelasan singkat:
Ny. B mengalami nyeri pinggang, gangguan eliminasi urin, dan kecemasan terkait dengan rencana operasi PCNL yang akan dilakukan. Diagnosa keperawatan dan intervensi yang diberikan bertujuan untuk mengatasi nyeri, memfasilitasi eliminasi urin yang adekuat, dan mengurangi kecemasan pasien. -
Article No. 14592 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien post incisi drain pada mandibula, ROSC dengan RJP 2 siklus dan epinefrin 2 ampule, sepsis, post trakeostomi CITO Pasien terpasang ventilator mode CPAP dengan FiO2 60%, PEEP 5, Timax 1.5, Psupp 7, VT 483 ml; frekuensi napas 22 x/menit; saturasi oksigen 99%; tidak tampak adanya pernapasan cuping hidung; terlihat adanya retraksi dinding dada; irama napas teratur; dan tidak tampak adanya sianosis Nadi radialis teraba kuat dan dangkal, irama nadi teratur, frekuensi nadi 106 x/menit, tekanan darah 148/83 mmHg, CRT < 2 detik pada ekstremitas atas dan 2 detik pada ekstremitas bawah, akral teraba hangat, turgor kulit kembali dengan cepat, kulit lembap, terlihat adanya kemerahan pada area leher sekitar trakeostomi, dan terdapat perdarahan merembes dari trakeostomi Suhu pasien 36 C, terdapat memar pada area leher sekitar trakeostomi, terdapat luka insisi pada leher dengan ± 2-3 cm, terpasang trakeostomi dengan jahitan pada sisi kanan, kiri, dan bawah Keadaan umum pasien lemah, pasien tersedasi dengan pemberian midazolam melalui syringe pump 1 cc/jam, terpasang ventilator mode CPAP. Saat pengkajian pasien terpasang infus perifer pada kaki kiri; terpasang infuse pump untuk nutrisi (smofkabiven peripheral) dengan kecepatan 83 cc/jam; terpasang syringe pump untuk pemberian nicardipine dengan kecepatan 5 cc/jam dan midazolam dengan kecepatan 1 cc/jam; terpasang NGT; dan terpasang kateter urine. Hasil laboratorium terakhir menunjukkan kadar hemoglobin 12 g/dL, hematokrit 37.6%, eritrosit 3.97 10^6/uL, leukosit 24.5 10^3/uL, pH 7.491, PCO2 33.1, HCO3- 25 balance cairan pasien negatif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gambaran kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan serta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosis Keperawatan: Risiko Perdarahan Terkait Tindakan Trakeostomi
- SDKI: Perdarahan
- SLKI: Kontrol Perdarahan
- SIKI: Perawatan Trakeostomi
Penjelasan:
Pasien berisiko mengalami perdarahan terkait tindakan trakeostomi yang telah dilakukan. Perlu adanya pengkajian dan pemantauan tanda-tanda perdarahan serta intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan perdarahan yang mungkin terjadi.
2. Diagnosis Keperawatan: Gangguan Pertukaran Gas Terkait Cedera Saluran Napas
- SDKI: Gangguan Pertukaran Gas
- SLKI: Keefektifan Ventilasi
- SIKI: Manajemen Ventilasi Mekanis
Penjelasan:
Pasien mengalami gangguan pertukaran gas terkait cedera saluran napas, yang ditandai dengan adanya retraksi dinding dada dan penggunaan ventilator mode CPAP. Perlu dilakukan pengkajian dan intervensi keperawatan yang tepat untuk menjaga oksigenasi dan ventilasi yang efektif.
3. Diagnosis Keperawatan: Risiko Infeksi Terkait Prosedur Invasif
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Kontrol Infeksi
- SIKI: Perawatan Luka Trakeostomi
Penjelasan:
Pasien berisiko mengalami infeksi terkait prosedur invasif yang dilakukan, seperti tindakan trakeostomi dan pemasangan infus. Perlu adanya pengkajian dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan infeksi yang mungkin terjadi.
4. Diagnosis Keperawatan: Hipertermia Terkait Proses Infeksi
- SDKI: Hipertermia
- SLKI: Termoregulasi
- SIKI: Manajemen Suhu Tubuh
Penjelasan:
Pasien mengalami hipertermia yang kemungkinan terkait dengan proses infeksi yang sedang terjadi. Perlu dilakukan pengkajian dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengendalikan suhu tubuh pasien.
Secara umum, standar SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan kerangka konseptual dan praktis bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi. Pendekatan ini membantu perawat dalam mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, merencanakan intervensi yang tepat, dan mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 14593 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien post incisi drain pada mandibula, ROSC dengan RJP 2 siklus dan epinefrin 2 ampule, sepsis, post trakeostomi CITO, hasil hitung balance cairan harian diketahui bahwa balance cairan pasien negatif, teraba benjolan pada leher bagian kiri, Pasien terpasang ventilator mode CPAP dengan FiO2 60%, PEEP 5, Timax 1.5, Psupp 7, VT 483 ml; frekuensi napas 22 x/menit; saturasi oksigen 99%; tidak tampak adanya pernapasan cuping hidung; terlihat adanya retraksi dinding dada; irama napas teratur; dan tidak tampak adanya sianosis Nadi radialis teraba kuat dan dangkal, irama nadi teratur, frekuensi nadi 106 x/menit, tekanan darah 148/83 mmHg, CRT < 2 detik pada ekstremitas atas dan 2 detik pada ekstremitas bawah, akral teraba hangat, turgor kulit kembali dengan cepat, kulit lembap, terlihat adanya kemerahan pada area leher sekitar trakeostomi, dan terdapat perdarahan merembes dari trakeostomi Suhu pasien 36 C, terdapat memar pada area leher sekitar trakeostomi, terdapat luka insisi pada leher dengan ± 2-3 cm, terpasang trakeostomi dengan jahitan pada sisi kanan, kiri, dan bawah Keadaan umum pasien lemah, pasien tersedasi dengan pemberian midazolam melalui syringe pump 1 cc/jam, terpasang ventilator mode CPAP. Saat pengkajian pasien terpasang infus perifer pada kaki kiri; terpasang infuse pump untuk nutrisi (smofkabiven peripheral) dengan kecepatan 83 cc/jam; terpasang syringe pump untuk pemberian nicardipine dengan kecepatan 5 cc/jam dan midazolam dengan kecepatan 1 cc/jam; terpasang NGT; dan terpasang kateter urine. Hasil laboratorium terakhir menunjukkan kadar hemoglobin 12 g/dL, hematokrit 37.6%, eritrosit 3.97 10^6/uL, leukosit 24.5 10^3/uL, pH 7.491, PCO2 33.1, HCO3- 25
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan uraian kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perdarahan
- SDKI: Perdarahan
- SLKI: Pertahankan hemodinamik
- SIKI: Manajemen Perdarahan
Penjelasan:
Pasien memiliki risiko perdarahan yang ditandai dengan adanya perdarahan merembes dari trakeostomi, benjolan pada leher, dan memar pada area sekitar trakeostomi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda perdarahan, mengontrol perdarahan, dan menghentikan perdarahan.
2. Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan
- SDKI: Kekurangan Volume Cairan
- SLKI: Pertahankan Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan:
Pasien mengalami kekurangan volume cairan yang ditandai dengan balance cairan harian yang negatif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menghitung kebutuhan cairan pasien, memantau intake dan output cairan, serta menjaga keseimbangan cairan.
3. Diagnosa Keperawatan: Resiko Infeksi
- SDKI: Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan:
Pasien memiliki risiko infeksi yang ditandai dengan adanya sepsis, kemerahan dan perdarahan pada area trakeostomi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan dan sterilitas, serta memberikan perawatan luka yang tepat.
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Napas
- SDKI: Gangguan Pola Napas
- SLKI: Perbaikan Pola Napas
- SIKI: Manajemen Ventilasi
Penjelasan:
Pasien mengalami gangguan pola napas yang ditandai dengan adanya retraksi dinding dada, tidak tampak adanya pernapasan cuping hidung, dan membutuhkan bantuan ventilator. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau status pernapasan, mempertahankan fungsi pernafasan, dan memberikan perawatan ventilator yang tepat.
Catatan: Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat di atas disusun berdasarkan informasi yang Anda berikan. Dalam praktik keperawatan, evaluasi dan analisis yang lebih detail diperlukan untuk menentukan diagnosa dan intervensi yang tepat bagi pasien. -
Article No. 14594 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien post incisi drain pada mandibula, ROSC dengan RJP 2 siklus dan epinefrin 2 ampule, sepsis, post trakeostomi CITO, hasil hitung balance cairan harian diketahui bahwa balance cairan pasien negatif, teraba benjolan pada leher bagian kiri, Pasien terpasang ventilator mode CPAP dengan FiO2 60%, PEEP 5, Timax 1.5, Psupp 7, VT 483 ml; frekuensi napas 22 x/menit; saturasi oksigen 99%; tidak tampak adanya pernapasan cuping hidung; terlihat adanya retraksi dinding dada; irama napas teratur; dan tidak tampak adanya sianosis Nadi radialis teraba kuat dan dangkal, irama nadi teratur, frekuensi nadi 106 x/menit, tekanan darah 148/83 mmHg, CRT < 2 detik pada ekstremitas atas dan 2 detik pada ekstremitas bawah, akral teraba hangat, turgor kulit kembali dengan cepat, kulit lembap, terlihat adanya kemerahan pada area leher sekitar trakeostomi, dan terdapat perdarahan merembes dari trakeostomi Suhu pasien 36 C, terdapat memar pada area leher sekitar trakeostomi, terdapat luka insisi pada leher dengan ± 2-3 cm, terpasang trakeostomi dengan jahitan pada sisi kanan, kiri, dan bawah Keadaan umum pasien lemah, pasien tersedasi dengan pemberian midazolam melalui syringe pump 1 cc/jam, terpasang ventilator mode CPAP. Saat pengkajian pasien terpasang infus perifer pada kaki kiri; terpasang infuse pump untuk nutrisi (smofkabiven peripheral) dengan kecepatan 83 cc/jam; terpasang syringe pump untuk pemberian nicardipine dengan kecepatan 5 cc/jam dan midazolam dengan kecepatan 1 cc/jam; terpasang NGT; dan terpasang kateter urine. Hasil laboratorium terakhir menunjukkan kadar hemoglobin 12 g/dL, hematokrit 37.6%, eritrosit 3.97 10^6/uL, leukosit 24.5 10^3/uL, pH 7.491, PCO2 33.1, HCO3- 25
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dipaparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Perdarahan Aktif Terkait Prosedur Pembedahan
- SDKI: Perdarahan Aktif
- SLKI: Pengendalian Perdarahan
- SIKI: Perawatan Luka Pembedahan
Penjelasan:
Pasien menunjukkan adanya perdarahan merembes dari area trakeostomi, yang merupakan tindakan pembedahan. Risiko perdarahan aktif perlu segera diatasi untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.
2. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Terkait Trauma pada Leher
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SLKI: Perbaikan Pernapasan
- SIKI: Perawatan Jalan Napas
Penjelasan:
Pasien memiliki tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif, seperti retraksi dinding dada dan tidak adanya pernapasan cuping hidung. Hal ini dapat disebabkan oleh trauma pada leher akibat tindakan pembedahan.
3. Diagnosa Keperawatan: Hipovolemia Terkait Kehilangan Cairan
- SDKI: Hipovolemia
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Perawatan Keseimbangan Cairan
Penjelasan:
Hasil hitung balance cairan harian menunjukkan adanya defisit cairan, yang dapat menyebabkan hipovolemia. Hal ini perlu segera diatasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
4. Diagnosa Keperawatan: Infeksi Terkait Prosedur Pembedahan
- SDKI: Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Perawatan Luka Pembedahan
Penjelasan:
Adanya tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan dan perdarahan pada area trakeostomi, menunjukkan risiko infeksi akibat tindakan pembedahan. Intervensi keperawatan diperlukan untuk mencegah dan menangani infeksi.
5. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut Terkait Trauma pada Leher
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Perawatan Nyeri
Penjelasan:
Pasien memiliki trauma pada leher, yang dapat menyebabkan nyeri akut. Intervensi keperawatan diperlukan untuk mengelola nyeri dan memberikan kenyamanan bagi pasien.
Secara keseluruhan, diagnosa-diagnosa keperawatan di atas menggambarkan kondisi pasien pasca tindakan pembedahan pada leher, dengan focus pada penanganan perdarahan, manajemen jalan napas, keseimbangan cairan, pencegahan infeksi, dan pengelolaan nyeri. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk memulihkan kondisi pasien secara komprehensif.