Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14662 | 23 Mar 2025
Klinis : DS : • Ibu c mengatakan Batuk- batuk, keluar keringat di malam hari, yang ia telah alami telah terjadi selama 1 bulan • Ibu C mengatakan tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan • Ibu C mengatakan mengobatinya hanya membeli obat warung DO : • Saat dibawa ke pelayanan kesehtan kondisi Ibu C tampak memburuk • Keluarga Ibu C tampak tidak memhami masalah kesehatan yang dialami ibu C karena Bapak A mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah klien akan dapat mempertahankan jalan napas yang efektif, ditandai dengan tidak ada sumbatan jalan napas, tidak ada bunyi napas tambahan, dan frekuensi napas dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, pemberian oksigen, terapi inhalasi, dan edukasi kesehatan terkait pemeliharaan bersihan jalan napas.
Dalam kasus ini, Ibu C mengalami gejala batuk-batuk, keringat di malam hari, dan tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Hal ini dapat mengindikasikan adanya masalah pada jalan napas yang tidak efektif. Selain itu, keluarga Ibu C yang tidak memahami masalah kesehatan yang dialami dan kebiasaan merokok di dalam rumah dapat menjadi faktor yang memperburuk kondisi Ibu C. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas. -
Article No. 14663 | 23 Mar 2025
Klinis : DS : • Ibu c mengatakan Batuk- batuk, keluar keringat di malam hari, yang ia telah alami telah terjadi selama 1 bulan • Ibu C mengatakan tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan • Ibu C mengatakan mengobatinya hanya membeli obat warung DO : • Saat dibawa ke pelayanan kesehtan kondisi Ibu C tampak memburuk • Keluarga Ibu C tampak tidak memhami masalah kesehatan yang dialami ibu C karena Bapak A mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk bernafas dengan lancar, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan oksigen dan/atau karbon dioksida. Tanda dan gejala yang muncul antara lain batuk-batuk, keringat malam, dan kondisi yang memburuk saat dibawa ke pelayanan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk diagnosa Pola Napas Tidak Efektif adalah Pola Napas Efektif, dengan indikator-indikator seperti frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, dan tidak ada retraksi dinding dada.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif antara lain Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigenasi, dan Edukasi Kesehatan. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat, mencegah komplikasi, dan meningkatkan pemahaman pasien serta keluarga terhadap kondisi kesehatan.
Dalam kasus ini, penting untuk segera membawa Ibu C ke pelayanan kesehatan, karena kondisinya tampak memburuk. Selain itu, edukasi kepada keluarga, khususnya Bapak A, mengenai pentingnya tidak merokok di dalam rumah juga perlu dilakukan untuk mendukung pemulihan Ibu C. -
Article No. 14664 | 23 Mar 2025
Klinis : DS : • Ibu c mengatakan Batuk- yang ia telah alami telah terjadi selama 1 bulan • Ibu C mengatakan tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan • Ibu C mengatakan mengobatinya hanya membeli obat warung DO : • Saat dibawa ke pelayanan kesehtan kondisi Ibu C tampak memburuk • Keluarga Ibu C tampak tidak memhami masalah kesehatan yang dialami ibu C karena Bapak A mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan masukan terkait kondisi yang dialami oleh Ibu C.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang berhubungan: Perilaku tidak sehat (tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan), polusi udara (kebiasaan merokok Bapak A di dalam rumah).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekresi.
Kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada suara napas tambahan (mengi, wheezing, ronki)
d. Batuk efektif untuk mengeluarkan sekresi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi bersihan jalan napas
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemeriksaan dan tatalaksana masalah pernapasan
c. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya memeriksakan diri dan menghindari paparan asap rokok
2. Manajemen Lingkungan: Pencegahan Infeksi
a. Upayakan lingkungan yang bersih dan bebas dari paparan asap rokok
b. Anjurkan keluarga untuk tidak merokok di dalam rumah
Penjelasan rinci:
Ibu C mengalami batuk yang berlangsung selama 1 bulan, namun ia tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan hanya membeli obat warung. Kondisinya kemudian memburuk saat dibawa ke pelayanan kesehatan. Selain itu, keluarga Ibu C, khususnya Bapak A, memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah, yang dapat memperburuk kondisi Ibu C.
Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, karena adanya perilaku tidak sehat Ibu C dan faktor lingkungan berupa paparan asap rokok yang dapat menghambat kemampuan Ibu C untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekresi.
Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, dengan kriteria hasil seperti frekuensi napas normal, irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan, dan kemampuan batuk efektif untuk mengeluarkan sekresi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Jalan Napas, yang mencakup identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan, edukasi tentang teknik batuk efektif dan latihan napas dalam, serta edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya memeriksakan diri dan menghindari paparan asap rokok. Selain itu, Manajemen Lingkungan: Pencegahan Infeksi juga diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari paparan asap rokok.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. -
Article No. 14665 | 23 Mar 2025
Klinis : DS : • Ibu C mengatakan tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan • Ibu C mengatakan mengobatinya hanya membeli obat warung DO : • Saat dibawa ke pelayanan kesehtan kondisi Ibu C tampak memburuk • Keluarga Ibu C tampak tidak memhami masalah kesehatan yang dialami ibu C karena Bapak A mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Ketidakpatuhan (00079) berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang kondisi kesehatan dan manfaat pemeriksaan kesehatan yang ditandai dengan: (1) Ibu C mengatakan tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, (2) Ibu C mengatakan hanya membeli obat di warung untuk mengobatinya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Sehat (1602)
- Indikator:
a. Menunjukkan perilaku untuk mempertahankan kesehatan
b. Menunjukkan perilaku untuk mencegah komplikasi
c. Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan kesehatan
2. Pengetahuan: Kesehatan dan Penyakit (1803)
- Indikator:
a. Menjelaskan tanda dan gejala kondisi kesehatan
b. Menjelaskan manfaat pemeriksaan kesehatan rutin
c. Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi jika tidak memeriksakan diri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan (6000)
- Aktivitas:
a. Identifikasi pemahaman Ibu C tentang kondisi kesehatannya
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin
c. Dorong Ibu C untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
d. Libatkan keluarga dalam mendukung Ibu C untuk memeriksakan diri
2. Peningkatan Koping (5230)
- Aktivitas:
a. Identifikasi persepsi Ibu C terhadap kondisi kesehatannya
b. Bantu Ibu C mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pemeriksaan kesehatan
c. Dorong Ibu C untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya
d. Berikan dukungan emosional dan motivasi agar Ibu C mau memeriksakan diri
3. Konseling (5240)
- Aktivitas:
a. Diskusikan dengan Ibu C mengenai dampak dari tidak memeriksakan diri
b. Bantu Ibu C menemukan solusi untuk mengatasi hambatan dalam memeriksakan diri
c. Berikan informasi tentang sumber daya dan layanan kesehatan yang tersedia
d. Libatkan keluarga dalam pemberian konseling untuk mendukung Ibu C
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakpatuhan" dipilih karena Ibu C menunjukkan perilaku tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan hanya membeli obat di warung untuk mengobati kondisinya. Hal ini mengindikasikan adanya masalah kepatuhan terhadap perawatan kesehatan yang perlu ditangani.
Luaran yang diharapkan adalah Ibu C dapat menunjukkan perilaku sehat, seperti mau memeriksakan diri secara rutin, memahami tanda-tanda dan gejala kondisi kesehatannya, serta mengetahui manfaat dan komplikasi yang mungkin terjadi jika tidak memeriksakan diri. Hal ini akan mendukung Ibu C untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan kesehatannya.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Kesehatan, Peningkatan Koping, dan Konseling. Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan Ibu C dapat memahami pentingnya pemeriksaan kesehatan, mengatasi hambatan yang mempengaruhi kepatuhannya, dan memperoleh dukungan dari keluarga sehingga ia mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. -
Article No. 14666 | 23 Mar 2025
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut. Nyeri akut memiliki onset mendadak, durasi terbatas, dan intensitas bervariasi dari ringan hingga berat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat mengenali faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, pasien dapat menggunakan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, dan pasien dapat mendemonstrasikan perilaku koping yang adaptif terhadap nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani nyeri akut meliputi:
a. Pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Pemberian analgesik sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan
c. Penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti teknik relaksasi, distraksi, dan terapi komplementer
d. Edukasi pasien dan keluarga mengenai nyeri, faktor-faktor yang memengaruhinya, dan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan pendekatan holistik dalam menangani pasien dengan nyeri akut, dengan mempertimbangkan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Tujuan utama adalah membantu pasien mencapai kenyamanan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 14667 | 23 Mar 2025
Klinis : Keluarga Bapak Y (45 tahun) dan Ibu 7. (40 tahun) memiliki 4 orang anak. Anak pertama A berusia 15 tahun, anak kedua B berusia 12 tahun, anak ketiga C berusia 10 tahun dan anak keempat D berusia 8 tahun, juga tinggal keponakannya yang berusia 25 tahun. Bapak Y bekerja sebagai di pengrajin ikan pindang di pantai utara Karawang. Saat dilakukan pemeriksaan, tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 68x/menit, pernafasan 24x/menit, dan suhu tubuh 37.2°C. Bapak Y mengeluh beberapa minggu terakhir sering sakit kepala dan tengkuk terasa berat, Bapak Y mengatakan selama ini sering mengkonsumsi makanan yang dibelinya di warung langganannya yang menjual aneka gorengan dan menu ikan asin. Selama ini Bapak Y tidak pernah minum obat, hanya mendiamkan saja sakit kepala yang dirasakannya sampai hilang dengan sendirinya. Bapak Y mengatakan selama ini tidak rutin memeriksakan diri ke Puskesmas karena sibuk mengurus usahanya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Intake Lebih
- Bapak Y sering mengkonsumsi makanan yang dibelinya di warung langganannya yang menjual aneka gorengan dan menu ikan asin.
2. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- Bapak Y memiliki tekanan darah tinggi (160/100 mmHg) yang dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
3. Kurang Pengetahuan
- Bapak Y tidak rutin memeriksakan diri ke Puskesmas karena sibuk mengurus usahanya, sehingga menunjukkan kurang pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Berat Badan: Status Gizi Baik
- Bapak Y dapat mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai dengan indeks massa tubuh yang sehat.
2. Tekanan Darah: Terkontrol
- Bapak Y dapat mencapai dan mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
3. Pengetahuan: Perilaku Sehat
- Bapak Y memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin dan pola makan yang sehat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Edukasi tentang pola makan sehat dan pengaturan asupan makanan yang kaya lemak dan garam.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
2. Manajemen Hipertensi
- Pemantauan tekanan darah secara rutin.
- Edukasi tentang hipertensi, faktor risiko, dan pentingnya pengobatan.
- Pemberian obat antihipertensi sesuai resep dokter.
- Edukasi tentang gaya hidup sehat, seperti aktivitas fisik dan manajemen stres.
3. Peningkatan Pengetahuan
- Edukasi tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin.
- Pemberian informasi tentang penyakit yang diderita dan perawatannya.
- Fasilitasi untuk konsultasi dengan tenaga kesehatan terkait.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai didasarkan pada data yang diperoleh dari keluarga Bapak Y. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Intake Lebih dan Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif terkait dengan pola makan dan tekanan darah Bapak Y. Kurang Pengetahuan teridentifikasi dari perilaku Bapak Y yang tidak rutin memeriksakan diri ke Puskesmas.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI) mencakup pencapaian dan pemeliharaan status gizi yang baik, kontrol tekanan darah yang optimal, serta peningkatan pengetahuan Bapak Y tentang perilaku sehat. Intervensi keperawatan (SIKI) yang perlu dilakukan meliputi manajemen nutrisi, manajemen hipertensi, dan peningkatan pengetahuan. Tujuannya adalah membantu Bapak Y mencapai luaran yang diharapkan melalui edukasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan, dan pengaturan pengobatan serta gaya hidup. -
Article No. 14668 | 23 Mar 2025
Klinis : Ibu C (35 tahun) tinggal bersama dengan Bapak A (45 tahun) dengan 2 orang anak, yaitu anak Z 12 tahun dan anak F 6 tahun. Sejak 1 bulan terakhir Ibu C mengeluh batuk-batuk, keluar keringat di malam hari, dan tidak nafsu makan. Ibu C tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan hanya membeli obat batuk warung. Berat badan Ibu C turun drastis dari sebelumnya 60 Kg turun menjadi 45 Kg. Selain tidak nafsu makan, Ibu C juga mengeluh sering mudah lelah. Mahasiswa Horizon University Indonesia merujuk Ibu C ke Puskesmas terdekat, hasil pemeriksaan didapatkan data BTA (+) dan X-Ray pasien terdapat flek pada sepertiga bagian area paru sebelah kiri. Saat diwawancarai oleh dokter, Ibu C mengatakan sudah mengalami batuk berdahak sejak 3 minggu yang lalu, dan suka sesak nafas saat batuk. Hasil pemeriksaan respirasi 28x/menit, ronchi +/+, tampak menggunakan otot bantu pernafasan ketika inspirasi. Suami Ibu C, yaitu Bapak A mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah. Berdasarkan kasus di atas susunlah:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kasus yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional akibat penyakit tuberkulosis paru.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia akibat penyakit tuberkulosis paru.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh akibat penyakit tuberkulosis paru.
4. Koping Keluarga Tidak Efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam merawat pasien tuberkulosis paru.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Klien tidak mengalami peningkatan tanda-tanda vital saat beraktivitas.
- Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Klien dapat mempertahankan berat badan ideal.
- Klien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
- Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sehari-hari.
3. Risiko Infeksi:
- Klien tidak mengalami komplikasi infeksi.
- Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman dan kemampuan dalam mencegah infeksi.
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi pada klien.
4. Koping Keluarga Tidak Efektif:
- Keluarga dapat mengenali tanda dan gejala tuberkulosis paru.
- Keluarga dapat menyediakan perawatan dan dukungan yang dibutuhkan klien.
- Keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam penanganan klien.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Evaluasi toleransi aktivitas klien.
- Rencanakan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi klien.
- Ajarkan teknik menghemat energi dan manajemen aktivitas.
- Berikan dukungan psikologis untuk meningkatkan motivasi klien.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi klien secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
- Pantau asupan dan status nutrisi klien secara berkala.
3. Risiko Infeksi:
- Kaji faktor risiko infeksi pada klien.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pemberian terapi antibiotik.
- Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi yang mungkin terjadi.
4. Koping Keluarga Tidak Efektif:
- Kaji pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
- Berikan edukasi tentang tuberkulosis paru, gejala, dan perawatannya.
- Ajarkan keluarga teknik-teknik perawatan klien di rumah.
- Libatkan keluarga dalam pengambilan keputusan dan perencanaan asuhan keperawatan.
- Berikan dukungan dan motivasi kepada keluarga dalam merawat klien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan dan meningkatkan kualitas hidup klien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 14669 | 23 Mar 2025
Klinis : Ibu C (35 tahun) tinggal bersama dengan Bapak A (45 tahun) dengan 2 orang anak, yaitu anak Z 12 tahun dan anak F 6 tahun. Sejak 1 bulan terakhir Ibu C mengeluh batuk-batuk, keluar keringat di malam hari, dan tidak nafsu makan. Ibu C tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan hanya membeli obat batuk warung. Berat badan Ibu C turun drastis dari sebelumnya 60 Kg turun menjadi 45 Kg. Selain tidak nafsu makan, Ibu C juga mengeluh sering mudah lelah. Mahasiswa Horizon University Indonesia merujuk Ibu C ke Puskesmas terdekat, hasil pemeriksaan didapatkan data BTA (+) dan X-Ray pasien terdapat flek pada sepertiga bagian area paru sebelah kiri. Saat diwawancarai oleh dokter, Ibu C mengatakan sudah mengalami batuk berdahak sejak 3 minggu yang lalu, dan suka sesak nafas saat batuk. Hasil pemeriksaan respirasi 28x/menit, ronchi +/+, tampak menggunakan otot bantu pernafasan ketika inspirasi. Suami Ibu C, yaitu Bapak A mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah. Berdasarkan kasus di atas susunlah:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan penurunan berat badan pada Ibu C.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan intake makanan dan cairan pada Ibu C.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya sputum berlebih dan penggunaan otot bantu pernafasan pada Ibu C.
4. Kesiapan meningkatkan pengetahuan berhubungan dengan keinginan Ibu C untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari akibat kekurangan energi.
2. Kekurangan volume cairan: Penurunan cairan tubuh yang ditandai dengan tanda-tanda dehidrasi.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas.
4. Kesiapan meningkatkan pengetahuan: Motivasi untuk mempelajari informasi atau keterampilan baru.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi aktivitas meningkat, ditandai dengan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Volume cairan seimbang, ditandai dengan tanda-tanda hidrasi yang membaik.
3. Bersihan jalan napas efektif, ditandai dengan tidak adanya sputum berlebih dan penggunaan otot bantu pernapasan.
4. Pengetahuan meningkat, ditandai dengan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi kesehatan dan manajemen pengobatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen energi, latihan aktivitas, dan peningkatan toleransi aktivitas.
2. Manajemen cairan, pemantauan status cairan, dan pemberian suplemen nutrisi.
3. Manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan fisioterapi dada.
4. Edukasi kesehatan, konseling, dan dukungan keluarga. -
Article No. 14670 | 23 Mar 2025
Klinis : Data Subjektif : • Tuan Y mengatakan "pendengaran saya selama di purwokerto ini agak terganggu karena lingkungan yang ramai dan suara kendaraan bermotor" Data objektif : tidak menggunakan alat bantu pendengaran Etiologi :Paparan lingkungan yang bising di Purwokerto. Problem :
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran adalah ketidakmampuan individu untuk menerima, memproses, dan/atau menginterpretasikan stimulus auditori secara akurat.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah Peningkatan Fungsi Pendengaran, di mana individu dapat mengidentifikasi dan mengatasi faktor yang mempengaruhi fungsi pendengaran.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Sensori, di mana perawat dapat membantu klien mengidentifikasi dan mengatasi faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan pendengaran, serta mengajarkan teknik kompensasi.
Pada kasus Tuan Y, etiologi yang teridentifikasi adalah paparan lingkungan yang bising di Purwokerto. Perawat dapat mengintervensi dengan membantu Tuan Y mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan di lingkungannya, memberikan edukasi tentang dampak kebisingan terhadap pendengaran, serta mengajarkan teknik kompensasi, seperti penggunaan alat bantu dengar atau strategi komunikasi. -
Article No. 14671 | 23 Mar 2025
Klinis : Berat badan dari 60 kg turun ke 50 kg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi tersebut dapat dikategorikan sebagai penurunan berat badan. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ini:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko malnutrisi berhubungan dengan penurunan asupan makanan.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko malnutrisi adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami defisiensi gizi, baik kelebihan atau kekurangan gizi, yang dapat mempengaruhi status kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: penurunan asupan makanan, keterbatasan kemampuan makan, keterbatasan pengetahuan tentang nutrisi, dan masalah psikologis.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: berat badan stabil, asupan nutrisi adekuat, dan tidak terjadi komplikasi akibat malnutrisi.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: pemantauan status nutrisi, edukasi tentang nutrisi yang seimbang, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan intervensi nutrisi yang tepat.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada perbaikan status nutrisi pasien serta pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi akibat penurunan berat badan.