Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14744 | 24 Mar 2025
Klinis : persalinan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi persalinan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan proses persalinan.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan selama persalinan.
4. Kecemasan berhubungan dengan antisipasi terhadap proses persalinan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang menjadi acuan dalam menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan gejala dan tanda-tanda yang ditemukan pada pasien. Diagnosa keperawatan tersebut mencakup masalah kesehatan yang dihadapi pasien dan menjadi fokus intervensi keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang menjadi acuan dalam menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan. Luaran keperawatan ini mencakup perubahan kondisi pasien setelah diberikan intervensi keperawatan yang tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang menjadi acuan dalam menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. Intervensi keperawatan ini disesuaikan dengan diagnosa keperawatan dan kondisi pasien.
Sebagai perawat, saya akan berpedoman pada standar-standar tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan kondisi persalinan. -
Article No. 14745 | 24 Mar 2025
Klinis : persalinan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI untuk kondisi persalinan.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Persalinan:
Dalam kondisi persalinan, beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dapat mencakup:
1. Kesiapan Melahirkan Meningkat: Kemampuan ibu untuk berpartisipasi aktif dalam proses persalinan yang sedang berlangsung.
2. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kontraksi uterus selama proses persalinan.
3. Risiko Infeksi: Peningkatan risiko terjadinya infeksi yang disebabkan oleh proses persalinan.
4. Risiko Perdarahan: Peningkatan risiko terjadinya perdarahan sebagai komplikasi dari proses persalinan.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI untuk Kondisi Persalinan:
1. Kesiapan Melahirkan Meningkat:
- Ibu dapat mengidentifikasi tanda-tanda persalinan dengan benar.
- Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dan napas dalam selama kontraksi.
- Ibu dapat menunjukkan partisipasi aktif dalam proses persalinan.
2. Kontrol Nyeri:
- Ibu dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri selama kontraksi.
- Ibu dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
- Ibu dapat mengungkapkan rasa nyaman selama proses persalinan.
3. Tidak Terjadi Infeksi:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area persalinan.
- Tidak ada peningkatan suhu tubuh ibu.
- Ibu dapat melakukan perawatan diri dengan benar selama masa nifas.
4. Tidak Terjadi Perdarahan:
- Tidak ada perdarahan yang berlebihan selama dan setelah proses persalinan.
- Ibu dapat melaporkan jumlah dan karakteristik lochea (darah nifas) dengan benar.
- Ibu dapat melakukan perawatan untuk mencegah perdarahan selama masa nifas.
Intervensi Keperawatan SIKI untuk Mencapai Luaran Kondisi Persalinan:
1. Kesiapan Melahirkan Meningkat:
- Kaji tingkat kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan.
- Identifikasi sumber dukungan yang tersedia bagi ibu.
- Berikan edukasi tentang proses persalinan dan teknik relaksasi.
- Fasilitasi ibu untuk berpartisipasi aktif dalam proses persalinan.
2. Kontrol Nyeri:
- Kaji tingkat nyeri ibu selama kontraksi.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri ibu.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti pijatan, kompres hangat/dingin, dan napas dalam.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik jika diperlukan.
3. Pencegahan Infeksi:
- Lakukan asuhan kebersihan dan perawatan area persalinan dengan benar.
- Pantau tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh dan perubahan pada luka.
- Berikan edukasi kepada ibu tentang perawatan diri selama masa nifas.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antibiotik jika diperlukan.
4. Pencegahan Perdarahan:
- Kaji tanda-tanda perdarahan selama dan setelah proses persalinan.
- Lakukan pemantauan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan.
- Ajarkan ibu tentang teknik massase uterus dan perawatan area persalinan untuk mencegah perdarahan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian oksitosin atau penanganan lain jika diperlukan.
Dengan memahami diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengelola kondisi persalinan dengan baik. -
Article No. 14746 | 24 Mar 2025
Klinis : persalinan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Kondisi Persalinan:
1. Nyeri Akut
- Penjelasan: Nyeri akut yang dialami ibu selama proses persalinan sebagai respons fisiologis normal terhadap kontraksi uterus dan pembukaan serviks.
2. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
- Penjelasan: Adanya potensi gangguan pada suplai oksigen dan nutrisi ke otak ibu atau janin selama proses persalinan, yang dapat menyebabkan komplikasi seperti preeklamsia, perdarahan, atau distres janin.
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- Penjelasan: Potensi terjadinya kerusakan pada kulit dan jaringan ibu selama proses persalinan, seperti akibat luka episiotomi atau laserasi.
4. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas
- Penjelasan: Adanya potensi gangguan pada pola napas ibu selama persalinan, misalnya akibat kelelahan atau nyeri.
5. Risiko Gangguan Termogulasi
- Penjelasan: Potensi terjadinya gangguan pada kemampuan ibu untuk mengatur suhu tubuhnya selama proses persalinan, seperti hipertermia atau hipotermia.
Standar Diagnostik dan Klasifikasi Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI):
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Memberikan kerangka acuan untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan mengklasifikasikan masalah kesehatan yang menjadi fokus intervensi keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Menyediakan daftar luaran keperawatan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Menyediakan panduan bagi perawat dalam merancang dan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI memungkinkan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, terukur, dan berorientasi pada hasil yang diharapkan. -
Article No. 14750 | 24 Mar 2025
Klinis : pasien mengalami gejala keracunan seperti Mual pusing sesak nafas dan iritasi kulit. setelah dilakukan pemeriksaan diketahui bahwa mereka terpapar pestisida yang digunakan untuk menyemprot tanaman
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, berikut adalah analisis kondisi yang Anda kemukakan dan rencana asuhan keperawatan yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Intoksikasi Pestisida (00238)
Definisi: Paparan dan penyerapan pestisida ke dalam tubuh yang menimbulkan gejala seperti mual, pusing, sesak nafas, dan iritasi kulit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital (0802)
- Indikator: Frekuensi napas, denyut nadi, tekanan darah, dan suhu tubuh dalam batas normal.
2. Kontrol Gejala (1608)
- Indikator: Pasien dapat mengenali dan meminimalkan gejala intoksikasi seperti mual, pusing, sesak napas, dan iritasi kulit.
3. Perilaku Pencegahan Penyakit (1864)
- Indikator: Pasien dapat menghindari dan melindungi diri dari paparan pestisida di masa mendatang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (6680)
- Monitor tanda-tanda vital secara rutin untuk mendeteksi perubahan dan memberikan intervensi tepat waktu.
2. Manajemen Intoksikasi (6520)
- Lakukan dekontaminasi kulit dan mata jika perlu, berikan oksigen, antiemetik, dan antidotum sesuai kondisi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang gejala intoksikasi, bahaya pestisida, dan pentingnya perlindungan diri.
3. Edukasi Kesehatan (5510)
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang penggunaan pestisida yang aman, penanganan bahan kimia berbahaya, dan pentingnya penggunaan alat pelindung diri.
4. Manajemen Lingkungan: Pencegahan Infeksi (6540)
- Sarankan pasien untuk menghindari atau membatasi paparan terhadap pestisida di lingkungan sekitar.
- Berikan saran tentang cara membersihkan diri dan pakaian setelah terpapar pestisida.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Intoksikasi Pestisida" dipilih karena pasien menunjukkan gejala-gejala yang sesuai dengan keracunan pestisida, yaitu mual, pusing, sesak napas, dan iritasi kulit. Diagnosa ini menggambarkan paparan dan penyerapan pestisida ke dalam tubuh yang dapat menimbulkan efek toksik.
Luaran yang diharapkan mencakup stabilitas tanda-tanda vital, kontrol gejala, dan perilaku pencegahan penyakit. Hal ini bertujuan untuk memastikan kondisi pasien stabil, mengurangi gejala, serta membekali pasien dan keluarga dengan pengetahuan untuk mencegah paparan pestisida di masa mendatang.
Intervensi keperawatan yang direkomendasikan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen intoksikasi, edukasi kesehatan, dan manajemen lingkungan. Tujuannya adalah untuk menstabilkan kondisi pasien, memberikan penanganan yang sesuai, serta meningkatkan pemahaman dan kemampuan pasien dan keluarga dalam mencegah paparan pestisida di masa depan.
Dengan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif ini, diharapkan dapat membantu pasien pulih dari intoksikasi pestisida dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 14636 | 23 Mar 2025
Klinis : Tujuan dan kriteria hasil dari nyeri kronis berhubungan dengan gangguan Perfusi jaringan perifer ditandai dengan nyeri betis kanan yang semakin memburuk saat berolahraga dan berkurang saat istirahat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk kondisi nyeri kronis berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan perifer, berikut merupakan rincian yang dapat dipertimbangkan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Kronis" berhubungan dengan "Gangguan Perfusi Jaringan Perifer" yang ditandai dengan nyeri betis kanan yang semakin memburuk saat berolahraga dan berkurang saat istirahat.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri kronis betis kanan dari skala awal hingga akhir asuhan keperawatan.
b. Pasien dapat melaporkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasakan nyeri kronis betis kanan.
c. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif untuk mengurangi nyeri kronis betis kanan.
d. Pasien dapat menunjukkan peningkatan perfusi jaringan perifer yang ditandai dengan perbaikan sirkulasi darah di ekstremitas bawah.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, intensitas, dan penyebaran nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai.
- Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengelola nyeri, seperti relaksasi, terapi dingin/panas, dan distraksi.
- Bantu pasien dalam menerapkan strategi manajemen nyeri yang efektif.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
b. Peningkatan Perfusi Jaringan Perifer:
- Lakukan pemeriksaan fisik untuk menilai tanda-tanda gangguan perfusi jaringan perifer, seperti warna kulit, suhu, dan pengisian kapiler.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk menentukan intervensi medis yang sesuai, seperti pengobatan farmakologis atau tindakan revaskularisasi.
- Anjurkan pasien untuk melakukan latihan fisik yang sesuai, seperti jalan kaki atau berenang, untuk meningkatkan sirkulasi darah.
- Edukasikan pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan kaki, seperti menjaga kebersihan, pemeriksaan rutin, dan penanganan lesi.
- Pantau tanda-tanda perbaikan perfusi jaringan perifer, seperti perbaikan warna kulit, suhu, dan pengisian kapiler.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai penurunan nyeri kronis, peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan perbaikan perfusi jaringan perifer sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 14637 | 23 Mar 2025
Klinis : Px mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu, mual,muntah,tidak nafsu makan,nyeri pada abdomen bagian atas,badan terasa lemah dan letih. Isitri px mengatakan bahwa BB px turun 6kg sejak 1 bulan terakhir. DATA OBJEKTIV: Px tampak lemas kulit dan mata tampak berwarna kuning. Keadaan umum: Lemah Kesadaran: Composmentis GCS: 15 T/D: 120/90 RR: 20x/ Menit S: 37 C N: 97x/ Menit P: Semakin parah disaat kelelahan dan konsumsi alcohol. Q: Syeri tumpul. R: Abdomen kanan atas. S: 6 T: Sering muncul. PEMERIKSAAN FISIK: Telapak tangan,wajah dan sklera mata tampak berwarna kuning,mukosa bibir kering. Abdomen • Inspeksi: simetris ke 4 kuadran,tidak ada lesi. • Palpasi: hepar teraba,nyeri tekan dibagian kanan atas. • Perkusi: bunyi timpani. • Auskultasi: bising usus normal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang Anda berikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi yang kemungkinan besar mengarah pada diagnosis keperawatan Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen energi: Mengidentifikasi dan membantu pasien mengelola faktor-faktor yang memengaruhi energi.
2. Peningkatan aktivitas: Membantu pasien untuk meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap.
3. Monitoring tanda-tanda vital: Memantau tanda-tanda vital pasien untuk mendeteksi adanya perubahan yang terkait dengan intoleransi aktivitas.
Selain itu, diagnosis keperawatan lain yang mungkin juga muncul adalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Nutrisi: Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
2. Peningkatan Intake Nutrisi: Memotivasi pasien untuk meningkatkan asupan makanan dan cairan.
3. Edukasi Gizi: Memberikan edukasi terkait kebutuhan nutrisi yang tepat. -
Article No. 14638 | 23 Mar 2025
Klinis : Tn. S.P. adalah seorang pensiunan pelukis berusia 68 tahun yang mengalami nyeri betis kaki kanan. Rasa sakitnya dimulai sekitar 2 tahun yang lalu tetapi telah menjadi jauh lebih buruk dalam 4 bulan terakhir. Rasa sakitnya bertambah parah saat berolahraga dan berkurang dengan istirahat. Dua tahun yang lalu, Tn. S.P. dapat berjalan sejauh dua blok kota sebelum harus berhenti karena nyeri kaki. Sekarang, dia hampir tidak bisa berjalan melintasi halaman. S.P. telah merokok dua hingga tiga bungkus rokok per hari (PPD) selama 45 tahun terakhir. Dia memiliki riwayat penyakit arteri koroner (CAD), hipertensi (HTN), penyakit pembuluh darah perifer (PVD), dan osteoartritis. Riwayat bedah termasuk cangkok bypass arteri koroner empat kali lipat (CABG × 4) 3 tahun yang lalu. Sejak saat itu, ia tidak lagi mengalami gejala penyakit kardiopulmoner, meskipun ia tidak patuh terhadap program olahraga yang diresepkan oleh ahli jantungnya, ia terus makan apa pun yang ia inginkan, dan terus merokok dua hingga tiga batang per hari. Riwayat bedah lainnya termasuk fiksasi internal reduksi terbuka pada fraktur femur kanan 20 tahun yang lalu. SP berada di klinik hari ini untuk janji temu tindak lanjut rutin setengah tahunan dengan dokter utamanya. Saat Anda mengukur tanda-tanda vitalnya, dia memberitahu Anda bahwa, selain nyeri betis, dia mengalami nyeri pinggul kanan yang memburuk saat berolahraga, rasa sakitnya tidak segera hilang dengan istirahat, beberapa hari lebih buruk dari yang lain, dan kondisinya tidak terpengaruh oleh posisi istirahat. Pemeriksaan Umum: Berat badan 118 kg. Tinggi badan 178cm. Tekanan darah 163/91 mmHg. Denyut nadi 82 kali/menit. Laju pernapasan 16 kali/menit. Temperatur 98,4° F (36. 9° C). Pengujian Laboratorium (Puasa): Kolesterol 239 mg/dL, Trigliserida 150 mg/dL, HDL 28 mg/dL, LDL 181 mg/dL. Pengobatan saat ini: Lisinopril (Zestril) 20 mg / hari Metoprolol (Lopressor) 25 mg dua kali sehari Aspirin 325 mg / hari Simvastatin (Zocor) 20 mg / hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi Tn. S.P.:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit arteri perifer, osteoartritis, dan riwayat fraktur femur.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penyakit kardiovaskular, penyakit arteri perifer, dan kelebihan berat badan.
3. Ketidakpatuhan berhubungan dengan gaya hidup tidak sehat (merokok, pola makan buruk, kurang olahraga).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Kronis:
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beradaptasi dengan nyeri kronis dan tetap aktif.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas fisik secara bertahap.
- Pasien dapat menyelesaikan aktivitas harian dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat memperbaiki status fungsional dan kebugaran fisik.
3. Ketidakpatuhan:
- Pasien dapat mengikuti regimen pengobatan yang direkomendasikan.
- Pasien dapat memodifikasi gaya hidup yang tidak sehat menjadi lebih sehat.
- Pasien dapat mempertahankan perilaku sehat dalam jangka panjang.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Kronis:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin).
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk manajemen farmakologis nyeri.
- Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
- Kembangkan rencana peningkatan aktivitas secara bertahap.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan pengaturan aktivitas.
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk program latihan fisik yang sesuai.
3. Ketidakpatuhan:
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan pasien.
- Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya kepatuhan.
- Dukung pasien untuk membuat komitmen dan rencana dalam modifikasi gaya hidup.
- Libatkan keluarga dalam mendukung kepatuhan pasien.
- Lakukan pemantauan berkala dan berikan umpan balik positif atas kemajuan pasien.
Dengan pendekatan komprehensif yang melibatkan pengkajian, intervensi, dan kolaborasi dengan tim kesehatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 14639 | 23 Mar 2025
Klinis : sesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang cukup untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang adekuat untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari penanganan Pola Napas Tidak Efektif adalah Pola Napas Efektif, yang ditandai dengan frekuensi napas, kedalaman napas, dan irama napas yang normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, latihan pernapasan, dan edukasi pasien.
Kondisi sesak dapat dikategorikan sebagai Pola Napas Tidak Efektif, yang memerlukan penanganan keperawatan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 14640 | 23 Mar 2025
Klinis : Tn. S.P. adalah seorang pensiunan pelukis berusia 68 tahun yang mengalami nyeri betis kaki kanan. Rasa sakitnya dimulai sekitar 2 tahun yang lalu tetapi telah menjadi jauh lebih buruk dalam 4 bulan terakhir. Rasa sakitnya bertambah parah saat berolahraga dan berkurang dengan istirahat. Dua tahun yang lalu, Tn. S.P. dapat berjalan sejauh dua blok kota sebelum harus berhenti karena nyeri kaki. Sekarang, dia hampir tidak bisa berjalan melintasi halaman. S.P. telah merokok dua hingga tiga bungkus rokok per hari (PPD) selama 45 tahun terakhir. Dia memiliki riwayat penyakit arteri koroner (CAD), hipertensi (HTN), penyakit pembuluh darah perifer (PVD), dan osteoartritis. Riwayat bedah termasuk cangkok bypass arteri koroner empat kali lipat (CABG × 4) 3 tahun yang lalu. Sejak saat itu, ia tidak lagi mengalami gejala penyakit kardiopulmoner, meskipun ia tidak patuh terhadap program olahraga yang diresepkan oleh ahli jantungnya, ia terus makan apa pun yang ia inginkan, dan terus merokok dua hingga tiga batang per hari. Riwayat bedah lainnya termasuk fiksasi internal reduksi terbuka pada fraktur femur kanan 20 tahun yang lalu. SP berada di klinik hari ini untuk janji temu tindak lanjut rutin setengah tahunan dengan dokter utamanya. Saat Anda mengukur tanda-tanda vitalnya, dia memberitahu Anda bahwa, selain nyeri betis, dia mengalami nyeri pinggul kanan yang memburuk saat berolahraga, rasa sakitnya tidak segera hilang dengan istirahat, beberapa hari lebih buruk dari yang lain, dan kondisinya tidak terpengaruh oleh posisi istirahat. Pemeriksaan Umum: Berat badan 118 kg. Tinggi badan 178cm. Tekanan darah 163/91 mmHg. Denyut nadi 82 kali/menit. Laju pernapasan 16 kali/menit. Temperatur 98,4° F (36. 9° C). Pengujian Laboratorium (Puasa): Kolesterol 239 mg/dL, Trigliserida 150 mg/dL, HDL 28 mg/dL, LDL 181 mg/dL. Pengobatan saat ini: Lisinopril (Zestril) 20 mg / hari Metoprolol (Lopressor) 25 mg dua kali sehari Aspirin 325 mg / hari Simvastatin (Zocor) 20 mg / hari Dalam rencana tindakan keperawatan nya apa seperti rasionalnya apa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kronik
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari tiga bulan.
Penyebab: Penyakit pembuluh darah perifer, osteoartritis, dan gaya hidup yang tidak sehat (merokok)
2. Mobilitas Fisik Terganggu
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja dan mandiri, yang menyebabkan seseorang membatasi kegiatan aktivitas sehari-hari.
Penyebab: Nyeri betis dan pinggul, fraktur femur yang sebelumnya, dan gaya hidup sedentari
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Kronik
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri hingga tingkat yang dapat ditoleransi
- Pasien dapat mengenali dan melakukan strategi pengelolaan nyeri yang efektif
- Pasien dapat mempertahankan fungsi fisik yang optimal
2. Mobilitas Fisik Terganggu
- Pasien dapat melakukan aktivitas mobilisasi secara mandiri atau dengan alat bantu
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan, rentang gerak, dan koordinasi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Kronik
- Mengevaluasi karakteristik dan intensitas nyeri pasien
- Mengajarkan teknik pengurangan nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan aplikasi panas/dingin
- Mengoptimalkan regimen pengobatan nyeri pasien
- Memfasilitasi edukasi gaya hidup yang sehat, seperti berhenti merokok dan aktivitas olahraga yang teratur
2. Mobilitas Fisik Terganggu
- Mengevaluasi kemampuan mobilisasi pasien dan identifikasi faktor-faktor penghambat
- Menyusun rencana latihan dan aktivitas yang aman dan bertahap untuk meningkatkan mobilitas
- Mengajarkan teknik mobilisasi yang tepat dan penggunaan alat bantu yang sesuai
- Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari
Rasional:
Diagnosa keperawatan yang dipilih sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami nyeri kronik di betis dan pinggul serta mobilitas fisik yang terganggu. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengelola nyeri, meningkatkan mobilitas, dan memfasilitasi perubahan gaya hidup yang sehat. Luaran yang diharapkan adalah penurunan intensitas nyeri, peningkatan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, dan pemeliharaan fungsi fisik yang optimal. -
Article No. 14641 | 23 Mar 2025
Klinis : 1. Nyeri Kronis : -Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri. -Pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif. -Pasien dapat beradaptasi dengan nyeri kronis dan tetap aktif. 2. Intoleransi Aktivitas : - Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas fisik secara bertahap. - Pasien dapat menyelesaikan aktivitas harian dengan bantuan minimal. - Pasien dapat memperbaiki status fungsional dan kebugaran fisik. 3. Ketidakpatuhan: - Pasien dapat mengikuti regimen pengobatan yang direkomendasikan. - Pasien dapat memodifikasi gaya hidup yang tidak sehat menjadi lebih sehat. - Pasien dapat mempertahankan perilaku sehat dalam jangka panjang. Dari diagnosa ini rasionalmua apa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang diberikan, beserta luaran/output yang diharapkan dan intervensi keperawatan yang diperlukan.
1. Nyeri Kronis
Diagnosa Keperawatan SDKI: Nyeri Kronis
Rasional:
Diagnosa ini sesuai karena pasien mengalami nyeri yang berlangsung lama (kronis) dan memerlukan penanganan yang komprehensif.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
2. Pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat beradaptasi dengan nyeri kronis dan tetap aktif.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor yang mempengaruhi).
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll) untuk pemberian terapi farmakologis dan non-farmakologis yang sesuai.
3. Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri seperti relaksasi, distraksi, terapi panas/dingin, dan lain-lain.
4. Dorong pasien untuk tetap aktif dan beradaptasi dengan nyeri kronis.
5. Berikan dukungan emosional dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait nyeri kronis.
2. Intoleransi Aktivitas
Diagnosa Keperawatan SDKI: Intoleransi Aktivitas
Rasional:
Diagnosa ini sesuai karena pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik akibat kondisi kesehatannya.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas fisik secara bertahap.
2. Pasien dapat menyelesaikan aktivitas harian dengan bantuan minimal.
3. Pasien dapat memperbaiki status fungsional dan kebugaran fisik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian status fungsional dan aktivitas sehari-hari pasien.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk menyusun program latihan fisik yang sesuai.
3. Ajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti pengaturan aktivitas, manajemen energi, dan latihan fisik yang bertahap.
4. Libatkan keluarga dalam proses peningkatan toleransi aktivitas pasien.
5. Berikan dukungan, motivasi, dan edukasi kepada pasien untuk meningkatkan status fungsional dan kebugaran fisik.
3. Ketidakpatuhan
Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakpatuhan
Rasional:
Diagnosa ini sesuai karena pasien memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan regimen perawatan yang direkomendasikan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat mengikuti regimen pengobatan yang direkomendasikan.
2. Pasien dapat memodifikasi gaya hidup yang tidak sehat menjadi lebih sehat.
3. Pasien dapat mempertahankan perilaku sehat dalam jangka panjang.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian terhadap faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan pasien (pengetahuan, motivasi, dukungan sosial, dll).
2. Berikan edukasi yang komprehensif kepada pasien dan keluarga terkait pentingnya kepatuhan dalam perawatan.
3. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait regimen perawatan untuk meningkatkan rasa kepemilikan.
4. Bantu pasien untuk memodifikasi gaya hidup yang tidak sehat menjadi lebih sehat (diet, aktivitas fisik, manajemen stres, dll).
5. Berikan dukungan, motivasi, dan reinforcement positif untuk mempertahankan perilaku sehat dalam jangka panjang.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll) untuk memastikan regimen perawatan yang sesuai.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya.