Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19649 | 14 Jul 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri dibagian lambung kanan. Diagnosis medis adalah batu empedu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Berdasarkan kondisi pasien pria, usia 45 tahun, dengan keluhan nyeri di bagian lambung kanan dan diagnosis medis batu empedu, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Tanda dan gejala: Pasien mengeluhkan nyeri di bagian lambung kanan, skala nyeri meningkat, perubahan tanda-tanda vital (peningkatan tekanan darah, nadi, dan pernapasan).
b. Gangguan rasa nyaman: Nyeri
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Tanda dan gejala: Pasien mengeluhkan nyeri di bagian lambung kanan, perubahan ekspresi wajah, gelisah, ketidakmampuan untuk beristirahat.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri.
Kriteria Hasil:
1) Pasien dapat menyatakan nyeri berkurang.
2) Pasien dapat mengenali tanda dan gejala nyeri.
3) Pasien dapat menerapkan teknik-teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
4) Pasien dapat mendeskripsikan strategi manajemen nyeri yang efektif.
b. Kenyamanan: Tidak Terganggu
Definisi: Keadaan subjektif dan unik dari kenyamanan, yang dicirikan oleh perasaan tenang, damai, dan sejahtera.
Kriteria Hasil:
1) Pasien dapat menunjukkan ekspresi wajah yang rileks.
2) Pasien dapat menjelaskan strategi untuk mengatasi ketidaknyamanan.
3) Pasien dapat mempertahankan istirahat yang adekuat.
4) Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Nyeri
1) Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan/intensitas, dan faktor pencetus.
2) Observasi tanda-tanda vital dan respons nonverbal terhadap nyeri.
3) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep.
4) Ajarkan teknik-teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
5) Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
b. Peningkatan Kenyamanan
1) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan pasien.
2) Fasilitasi lingkungan yang tenang dan nyaman.
3) Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengurangi ketidaknyamanan.
4) Ajarkan teknik-teknik relaksasi dan manajemen stres.
5) Libatkan keluarga dalam upaya meningkatkan kenyamanan pasien.
6) Evaluasi efektivitas intervensi dalam meningkatkan kenyamanan pasien.
Dengan penerapan Diagnosa Keperawatan, Luaran/Output, dan Intervensi Keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol nyeri yang baik dan kenyamanan yang optimal selama proses perawatan. -
Article No. 19555 | 13 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri dada, tekanna darah cenderung tinggi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri dada dan tekanan darah yang cenderung tinggi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah "Nyeri Akut" yang ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri dada. Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri dalam skala 0-10, dari skala awal menjadi skala yang lebih rendah.
2. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dengan tekanan darah dalam rentang normal.
3. Pasien akan mampu mengenali dan mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
4. Pasien akan mendemonstrasikan penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif.
5. Pasien akan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas sesuai toleransi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, apoteker) untuk pemberian terapi analgesik yang sesuai.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, dan teknik pernafasan.
4. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, terutama tekanan darah.
5. Identifikasi dan atasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, seperti stres, pola makan, aktivitas fisik, dan kepatuhan minum obat.
6. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan manajemen nyeri serta hipertensi.
7. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan, seperti pemeriksaan jantung.
8. Bantu pasien dalam merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan toleransi, serta memantau respons pasien terhadap aktivitas.
9. Lakukan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas intervensi yang diberikan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang dapat diterapkan untuk menangani kondisi pasien dengan keluhan nyeri dada dan tekanan darah yang cenderung tinggi. Harapannya, informasi ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 19556 | 13 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri dada, tekanna darah cenderung tinggi 170/90mmHg dengan nicardipin 1mg/jam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengeluhkan nyeri dada dan memiliki tekanan darah cenderung tinggi (170/90 mmHg) dengan pemberian nicardipin 1 mg/jam, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut (Acute Pain)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kriteria Hasil:
a. Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
c. Pasien menunjukkan perilaku yang sesuai untuk mengatasi nyeri.
d. Pasien melaporkan kemampuan untuk beristirahat dan tidur.
2. Kriteria Hasil:
a. Pasien melaporkan tekanan darah dalam rentang normal.
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
c. Pasien menunjukkan kekuatan nadi dan perfusi perifer yang adekuat.
d. Pasien melaporkan tidak ada tanda-tanda komplikasi kardiovaskular.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri (Pain Management)
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas).
b. Lakukan intervensi farmakologis sesuai resep (pemberian nicardipin 1 mg/jam).
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (teknik relaksasi, distraksi, dll.).
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk evaluasi dan pengaturan tatalaksana nyeri.
2. Manajemen Hipertensi (Hypertension Management)
a. Kaji tanda dan gejala hipertensi (tekanan darah, kekuatan nadi, dll.).
b. Lakukan intervensi farmakologis sesuai resep (pemberian nicardipin 1 mg/jam).
c. Ajarkan pasien tentang manajemen gaya hidup sehat (diet, aktivitas, dll.).
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk evaluasi dan pengaturan tatalaksana hipertensi.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dan "Manajemen Hipertensi" dipilih karena sesuai dengan kondisi pasien yang mengeluhkan nyeri dada dan memiliki tekanan darah cenderung tinggi. Luaran/output yang diharapkan meliputi penurunan intensitas nyeri, stabilisasi tanda-tanda vital, dan pencegahan komplikasi kardiovaskular. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri melalui farmakoterapi dan teknik nonfarmakologis, serta manajemen hipertensi melalui farmakoterapi, edukasi gaya hidup, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain. -
Article No. 19557 | 13 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan badan pegal-pegal, tekanna darah cenderung tinggi 170/90mmHg dengan nicardipin 1mg/jam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengeluhkan badan pegal-pegal dan tekanan darah cenderung tinggi (170/90 mmHg) dengan terapi nicardipin 1 mg/jam, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Perubahan fisiologis (hipertensi), penggunaan obat-obatan (nicardipin).
Tanda dan Gejala: Pasien mengeluhkan badan pegal-pegal, tekanan darah cenderung tinggi.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Perfusi Jaringan Perifer Membaik
a. Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan pengurangan keluhan badan pegal-pegal
- Tekanan darah pasien dalam batas normal (120-130/80-85 mmHg)
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Manajemen Hipertensi
a. Monitoring tekanan darah secara teratur
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pengaturan terapi antihipertensi
c. Edukasi pasien tentang pentingnya kepatuhan minum obat dan modifikasi gaya hidup
d. Observasi efek samping dan interaksi obat-obatan
2. Manajemen Aktivitas
a. Evaluasi tingkat aktivitas dan toleransi pasien
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
c. Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup
d. Latih pasien dalam melakukan aktivitas fisik yang sesuai
3. Manajemen Nyeri
a. Identifikasi penyebab dan karakteristik nyeri yang dirasakan pasien
b. Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
c. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi keluhan badan pegal-pegal
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu peningkatan perfusi jaringan perifer, penurunan tekanan darah, dan pengurangan keluhan badan pegal-pegal. -
Article No. 19558 | 13 Jul 2025
Klinis : hipoksia diagnosis keperawatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi hipoksia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi hipoksia:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipoksia adalah "Penurunan Perfusi Jaringan Perifer" (SDKI, 2017). Penurunan perfusi jaringan perifer mengacu pada kondisi di mana terjadi penurunan aliran darah ke jaringan-jaringan tubuh, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia merupakan salah satu penyebab utama dari penurunan perfusi jaringan perifer.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan hipoksia dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Perfusi Jaringan: Sirkulasi (SLKI, 2019)
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat, seperti pengisian kapiler yang baik, suhu ekstremitas yang hangat, dan saturasi oksigen yang dalam batas normal.
- Target: Pasien mencapai skor ≥ 4 (dari skala 1-5) untuk kriteria hasil tersebut.
2. Oksigenasi (SLKI, 2019)
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan status oksigenasi yang memadai, seperti nilai saturasi oksigen yang stabil dan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- Target: Pasien mencapai skor ≥ 4 (dari skala 1-5) untuk kriteria hasil tersebut.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk membantu pasien dengan hipoksia mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Oksigen (SIKI, 2018)
- Tujuan: Mempertahankan kadar oksigen dalam darah dan jaringan pada tingkat yang optimal.
- Aktivitas: Memantau status oksigenasi, menyesuaikan terapi oksigen, memantau tanda-tanda vital, dan mengajarkan teknik napas dalam.
2. Manajemen Perfusi (SIKI, 2018)
- Tujuan: Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
- Aktivitas: Memantau tanda-tanda vital, mengatur posisi pasien, memfasilitasi mobilisasi, dan menjaga suhu tubuh.
3. Manajemen Respirasi (SIKI, 2018)
- Tujuan: Mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
- Aktivitas: Memantau pola napas, mengajarkan teknik relaksasi pernapasan, dan menyediakan alat bantu pernapasan jika diperlukan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hipoksia dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat dan status oksigenasi yang optimal. -
Article No. 19559 | 13 Jul 2025
Klinis : hipoksemia diagnosis keperawatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi hipoksemia, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi hipoksemia:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipoksemia berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Pertukaran Gas Terganggu". Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan paru-paru untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat, yang dapat menyebabkan penurunan saturasi oksigen dalam darah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), beberapa luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan hipoksemia adalah:
a. Perfusi Jaringan Efektif: Menunjukkan sirkulasi oksigen dan nutrisi yang adekuat ke seluruh jaringan tubuh.
b. Status Oksigenasi Membaik: Menunjukkan peningkatan saturasi oksigen dalam darah dan status pernapasan yang stabil.
c. Tidak Ada Tanda-Tanda Hipoksemia: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda hipoksemia, seperti sianosis, takipnea, atau kelelahan.
d. Kemampuan Bernapas Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan bernapas secara mandiri.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan hipoksemia, antara lain:
a. Manajemen Oksigen: Memberikan oksigen tambahan dengan alat bantu pernapasan (misalnya nasal kanul, masker oksigen, atau ventilator) untuk meningkatkan saturasi oksigen dalam darah.
b. Pemantauan Respirasi: Melakukan pemantauan yang ketat terhadap status pernapasan pasien, termasuk frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
c. Manajemen Airway: Memastikan jalan napas pasien tetap terbuka dan berfungsi dengan baik, termasuk melakukan suction atau intubasi jika diperlukan.
d. Manajemen Posisi: Mengoptimalkan posisi pasien untuk meningkatkan ventilasi dan perfusi paru-paru, seperti dengan pengaturan posisi semi-fowler atau lateral.
e. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait penggunaan alat bantu pernapasan, latihan pernapasan, dan perawatan diri yang tepat.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan dan mengatasi kondisi hipoksemia pada pasien. -
Article No. 19560 | 13 Jul 2025
Klinis : D.0056 Intoleransi Aktivitas Penyebab : Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen: Ini adalah penyebab utama, karena jantung tidak mampu memompa oksigen yang cukup ke jaringan, terutama saat aktivitas, diperparah dengan kongesti paru. Data Subjektif (DS) - Pasien mengeluh cepat lelah - Pasien mengeluh sesak napas saat berjalan - Pasien mengatakan tidak kuat berjalan jauh karena langsung ngos-ngosan Data Objektif (DO) - Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat: Nadi istirahat Bapak Hasan adalah 125x/menit. - Tekanan darah 150/95 mmHg (meningkat dari nilai normal) - Aritmia - Warna kulit: Sianosis di ujung kuku (akral sianosis). - Terlihat lemah. - Berkeringat saat berbicara. (Juga merupakan indikasi diaforesis dan upaya fisik yang berlebihan). - Kekuatan otot lemah skala (2-5) pada semua ekstremitas.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.1
- Deskripsi: Intoleransi aktivitas
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu cepat lelah, sesak napas saat beraktivitas, dan tidak kuat berjalan jauh karena langsung ngos-ngosan, serta didukung dengan data objektif seperti peningkatan frekuensi jantung, tekanan darah yang meningkat, aritmia, sianosis akral, dan kelemahan otot, maka diagnosis yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas (R53.1) dalam klasifikasi ICD-10.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak terdapat tindakan atau prosedur medis yang dilakukan. Diagnosis Intoleransi Aktivitas (R53.1) dalam ICD-10 lebih merupakan kondisi klinis yang memerlukan evaluasi dan pengelolaan yang sesuai, tanpa adanya tindakan medis spesifik yang tercatat dalam kode ICD-9-CM. -
Article No. 19561 | 13 Jul 2025
Klinis : gangguan aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan aktivitas.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik (10013)
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah dalam lingkungan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
10013 Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah dalam lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
10001 Kemampuan Mobilitas
Definisi: Tingkat kemampuan individu untuk bergerak secara bebas dan mudah di dalam lingkungannya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
10001 Peningkatan Mobilitas
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pergerakan individu yang aman dan efektif di dalam lingkungannya.
Penjelasan singkat:
Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan kemampuan individu untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah di dalam lingkungannya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah muskuloskeletal, neurologis, atau kondisi kesehatan lainnya. Diagnosa keperawatan ini memfokuskan pada intervensi untuk meningkatkan kemampuan mobilitas individu, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup. -
Article No. 19562 | 13 Jul 2025
Klinis : gangguan aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI
Kondisi: Gangguan Aktivitas
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan: Keterbatasan Mobilitas Fisik
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan bebas dari satu atau lebih ekstremitas tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01101
Judul: Mobilitas Fisik
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan terkoordinasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6750
Judul: Peningkatan Mobilitas Fisik
Definisi: Memfasilitasi kemampuan klien untuk bergerak secara bebas dan terkoordinasi.
Penjelasan Singkat:
Keterbatasan Mobilitas Fisik adalah kondisi di mana klien mengalami hambatan dalam melakukan gerakan fisik yang disengaja dan bebas dari satu atau lebih ekstremitas tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi medis, cedera, atau penyakit. Diagnosa ini membutuhkan intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam bergerak secara bebas dan terkoordinasi, sehingga dapat memaksimalkan fungsi fisik dan meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. -
Article No. 19563 | 13 Jul 2025
Klinis : gagal ginjal kronis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi gagal ginjal kronis, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Ginjal (00186)
Definisi: Penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat mengakibatkan disfungsi ginjal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00186
Definisi: Penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat mengakibatkan disfungsi ginjal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0301 Perfusi Ginjal
Definisi: Keadaan sirkulasi darah ke ginjal yang memadai untuk mempertahankan fungsi ginjal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: I0301 Manajemen Perfusi Ginjal
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan aliran darah ke ginjal.
2. Ketidakseimbangan Cairan (00027)
Definisi: Kondisi di mana jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.
SDKI:
Kode: 00027
Definisi: Kondisi di mana jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.
SLKI:
Kode: 0306 Keseimbangan Cairan
Definisi: Keadaan cairan tubuh yang seimbang antara asupan dan pengeluaran.
SIKI:
Kode: I0306 Manajemen Keseimbangan Cairan
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan dan/atau mencapai keseimbangan cairan tubuh.
Dalam kondisi gagal ginjal kronis, diagnosa keperawatan yang relevan adalah Ketidakefektifan Perfusi Ginjal dan Ketidakseimbangan Cairan. Perawat perlu melakukan intervensi untuk mempertahankan perfusi ginjal yang adekuat dan mencapai keseimbangan cairan yang optimal pada pasien.