Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14761 | 25 Mar 2025
Klinis : Pusing, mual, badan kaku, perut sakit, batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Penjelasan: Pasien mengalami gejala seperti pusing, perut sakit, dan badan kaku yang mengindikasikan adanya nyeri akut. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Gangguan Rasa Nyaman: Mual
Penjelasan: Pasien mengalami mual, yang merupakan sensasi tidak nyaman di bagian atas perut yang disertai keinginan untuk muntah. Gangguan rasa nyaman: mual adalah pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan akibat rangsangan pada pusat muntah di otak.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan: Pasien mengalami gejala batuk dan pilek, yang menunjukkan adanya gangguan pada bersihan jalan napas. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
Penjelasan Singkat Terkait SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan gejala dan tanda yang dialami pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar untuk menentukan luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi perawat yang berperan dalam mengembangkan dan menerapkan standar-standar tersebut di Indonesia. -
Article No. 14762 | 25 Mar 2025
Klinis : Batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi batuk pilek.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Faktor Terkait:
- Sekresi yang berlebihan
- Penurunan refleks batuk
Gejala dan Tanda:
- Sumbatan pada saluran napas
- Perubahan pada suara (misalnya, suara serak, batuk)
- Peningkatan usaha napas
- Sputum yang berlebihan
Rencana Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Batuk
3. Manajemen Sekresi Pernapasan
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
2. Batuk Efektif
3. Pengeluaran Sekret Pernapasan Lancar
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen batuk, dan manajemen sekresi pernapasan. Luaran yang diharapkan adalah bersihan jalan napas efektif, batuk efektif, dan pengeluaran sekret pernapasan lancar. -
Article No. 14763 | 25 Mar 2025
Klinis : gangguan citra tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan citra tubuh.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Citra Tubuh
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Citra Tubuh adalah persepsi individu yang terdistorsi atau negatif terhadap tubuhnya, yang dapat disebabkan oleh perubahan fisik, psikologis, atau sosial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Penerimaan terhadap citra tubuh
2. Kepuasan terhadap citra tubuh
3. Peningkatan harga diri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Fasilitasi penerimaan citra tubuh
2. Bimbingan pengelolaan gangguan citra tubuh
3. Dukungan psikososial untuk gangguan citra tubuh
Sebagai pakar keperawatan, saya dapat menjelaskan bahwa gangguan citra tubuh merupakan kondisi di mana individu memiliki persepsi yang terdistorsi atau negatif terhadap tubuhnya. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan fisik, psikologis, atau sosial. Tujuan utama intervensi keperawatan adalah untuk memfasilitasi penerimaan citra tubuh, membimbing pengelolaan gangguan citra tubuh, dan memberikan dukungan psikososial. Melalui pendekatan yang holistik, perawat dapat membantu pasien dalam meningkatkan penerimaan, kepuasan, dan harga diri terkait citra tubuhnya. -
Article No. 14764 | 25 Mar 2025
Klinis : pasien datang ingin melakukan kontrol ulang pasca op
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien yang datang untuk kontrol ulang pasca operasi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mobilitas Fisik Terganggu
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Aktivitas/Istirahat
- Kelas: Pergerakan
- Kode: 00085
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Mobilitas
- Kode: 0208
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Peningkatan Mobilitas
- Kode: 6760
Penjelasan Singkat:
Pasien pasca operasi sering mengalami keterbatasan dalam pergerakan fisik sebagai dampak prosedur pembedahan. Diagnosa ini mengidentifikasi adanya penurunan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengkajian fungsi gerak, pemberian edukasi mobilisasi dini, serta pemberian terapi latihan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan fleksibilitas otot. -
Article No. 14765 | 25 Mar 2025
Klinis : nausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nausea
Definisi:
Nausea adalah sensasi tidak nyaman di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nausea didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah. Diagnosa ini dapat terkait dengan berbagai kondisi seperti efek samping obat, kehamilan, infeksi, nyeri, dan lain-lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nausea adalah pasien dapat melaporkan berkurangnya atau tidak adanya nausea, dapat menerima nutrisi dan cairan secara adekuat, serta menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi nausea dapat meliputi pemberian antiemetik, manajemen diet dan nutrisi, terapi komplementer seperti akupresur, serta edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai cara mengatasi nausea.
Sebagai seorang perawat, saya memahami bahwa nausea merupakan gejala yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mengatasi masalah ini secara efektif. -
Article No. 14766 | 25 Mar 2025
Klinis : nausea
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi nausea:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Nausea
Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk tindakan medis untuk nausea, karena nausea merupakan gejala klinis yang umumnya ditangani secara konservatif dengan pemberian antiemetik atau perbaikan kondisi yang menyebabkan nausea. Tindakan medis yang mungkin dilakukan tergantung pada penyebab nausea, seperti pemberian cairan intravena, pemasangan sonde nasogastrik, atau pemeriksaan radiologi untuk mengevaluasi penyebab nausea.
Nausea adalah rasa mual yang tidak nyaman yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gastroenteritis, kehamilan, efek samping obat, migrain, atau gangguan metabolik. Pasien dengan nausea perlu dievaluasi secara komprehensif untuk mengidentifikasi dan mengatasi penyebabnya. Penanganan dapat berupa pemberian antiemetik, perbaikan kondisi medis yang mendasari, atau perawatan suportif lainnya. -
Article No. 14767 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 52 tahun, dirawat di Ruang Penyakit Dalam dengan keluhan luka pada kaki kanan yang semakin parah sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Hasil pengkajian: Setahun yang lalu kaki sering kesemutan dan terasa panas pada malam hari seperti terbakar. Pasien mengeluh mudah lapar, haus, dan sering BAK. Pasien tidak rutin memeriksa kadar gula darah, jarang berolahraga, dan sering makan gorengan. Empat bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami lecet pada bagian jempol kanan karena sepatu baru, dan pasien mengeluh pandangan kabur. Kondisi luka pasien: Terdapat ulkus pada plantar pedis dekstra dengan ukuran luka panjang 10 cm, lebar 5 cm, dalam 1 cm, keadaan luka terdapat sloughy. Diet yang diberikan: diet DM 1700 kkal dan ekstra putih telur 4 butir/hari. TB: 160 cm, BB: 45 kg. Hasil pemeriksaan laboratorium: • Hb: 10,7 g/dL • Leukosit: 19.600/uL • LED: 102 mm/jam • Hematokrit: 35% • Trombosit: 195.000/uL • GDS: 413 mg/dL • HbA1c: 10,5% • Ureum: 40 mg/dL • Kreatinin: 1,0 mg/dL • Albumin: 2,3 mg/dL • Na: 128 mEq/dL • K: 3,9 mEq/dL • Cl: 92 mEq/dL • Ca: 7,9 mEq/dL Saat ini pasien mendapatkan terapi Humulin N 1×16 U dan RI 3×10 U serta albumin 20% 100 cc. Sebelum ke rumah sakit, pasien minum obat metformin 3×500 mg dan glibenclamide 2×5 mg. Riwayat sosial: Pasien bekerja sebagai supir angkutan umum, memiliki 3 anak yang masih sekolah, dan istri sebagai ibu rumah tangga. Sejak mengalami luka, pasien jarang berinteraksi dengan tetangga dan tidak lagi terlibat kegiatan di lingkungan rumahnya. Pasien juga tidak pernah lagi ke masjid karena malu dengan kondisi lukanya yang berbau.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan luka yang buruk, status nutrisi buruk, dan kontrol glikemik yang tidak adekuat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Infeksi: Kondisi yang rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Infeksi: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan proses infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Perawatan Luka: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit dan mempromosikan penyembuhan luka.
- Manajemen Diabetes Mellitus: Tindakan untuk membantu individu dalam mengendalikan kondisi diabetes mellitus.
- Terapi Nutrisi: Tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi individu.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat, kontrol glikemik yang buruk, dan status infeksi.
SDKI:
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Kondisi di mana asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI:
- Status Nutrisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
SIKI:
- Terapi Nutrisi: Tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi individu.
- Manajemen Diabetes Mellitus: Tindakan untuk membantu individu dalam mengendalikan kondisi diabetes mellitus.
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat luka pada kaki.
SDKI:
- Gangguan Citra Tubuh: Persepsi negatif individu terhadap penampilan fisiknya.
SLKI:
- Citra Tubuh: Kemampuan individu untuk menerima penampilan fisiknya.
SIKI:
- Peningkatan Citra Tubuh: Tindakan untuk membantu individu dalam menerima penampilan fisiknya.
- Konseling: Tindakan untuk membantu individu dalam mengatasi masalah psikologis.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami luka pada kaki kanan yang semakin parah, disertai tanda-tanda infeksi (peningkatan jumlah leukosit, LED tinggi), kontrol glikemik yang buruk (gula darah tinggi, HbA1c tinggi), dan status nutrisi yang buruk (berat badan rendah, albumin rendah). Kondisi ini meningkatkan risiko infeksi dan mempengaruhi proses penyembuhan luka. Selain itu, pasien juga mengalami gangguan citra tubuh akibat perubahan penampilan fisik karena luka pada kaki. -
Article No. 14768 | 25 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang diberikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Berdasarkan kondisi pasien wanita usia 60 tahun yang mengalami nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin, serta hasil EKG yang menunjukkan infark miokard akut, serta riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan laporan pasien tentang nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan pasien mengalami sesak napas.
c. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2.
d. Risiko perubahan perfusi jaringan kardiovaskular berhubungan dengan infark miokard akut dan riwayat hipertensi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Nyeri akut
- Pasien melaporkan penurunan nyeri dada dari skala 8 menjadi skala 3 atau kurang.
- Pasien mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas tanpa disertai nyeri dada.
b. Ketidakefektifan pola napas
- Pasien menunjukkan peningkatan frekuensi napas dari 28 kali/menit menjadi 16-20 kali/menit.
- Pasien menunjukkan peningkatan kedalaman napas.
- Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
c. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Pasien menunjukkan kadar glukosa darah dalam batas normal (80-120 mg/dL).
- Pasien dan keluarga dapat menjelaskan prinsip manajemen diabetes mellitus.
- Pasien menunjukkan kepatuhan dalam menerapkan manajemen diabetes mellitus.
d. Risiko perubahan perfusi jaringan kardiovaskular
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen dalam batas normal).
- Pasien menunjukkan peningkatan aktivitas dengan tanpa disertai nyeri dada atau gejala lainnya.
- Pasien dan keluarga dapat menjelaskan strategi untuk mencegah komplikasi kardiovaskular.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Nyeri akut
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (karakteristik, lokasi, durasi, kualitas, intensitas, dan faktor presipitasi)
- Berikan analgetik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya relaksasi napas dalam, distraksi)
- Pantau respon pasien terhadap intervensi analgetik dan non-farmakologis
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian penatalaksanaan nyeri
b. Ketidakefektifan pola napas
- Kaji status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, dan irama napas)
- Berikan oksigen sesuai indikasi medis
- Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan pengaturan terapi oksigen
c. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Kaji kadar glukosa darah pasien secara teratur
- Berikan edukasi tentang manajemen diabetes mellitus (diet, aktivitas, pemantauan glukosa, dan pengobatan)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan terapi farmakologis diabetes
d. Risiko perubahan perfusi jaringan kardiovaskular
- Kaji tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, nadi, saturasi oksigen)
- Pantau tanda-tanda perubahan perfusi (warna kulit, suhu ekstremitas, pengisian kapiler)
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang aktivitas yang aman dan strategi pencegahan komplikasi kardiovaskular
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan pengaturan terapi kardiovaskular
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien wanita usia 60 tahun dengan infark miokard akut, hipertensi, dan diabetes melitus tipe 2. Penjelasan ini disajikan dengan tone akademis dan dari perspektif seorang perawat profesional. -
Article No. 14769 | 25 Mar 2025
Klinis : dislokasi sendi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan latar belakang akademis dan sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dislokasi sendi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan fisik akibat dislokasi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak sendi akibat dislokasi.
3. Risiko cedera berhubungan dengan stabilitas sendi yang terganggu.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Gangguan mobilitas fisik: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
3. Risiko cedera: Kerentanan terhadap cedera fisik atau psikologis yang dapat mengganggu integritas fungsi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan nyeri: Kemampuan untuk meminimalkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat stimulus luka.
2. Mobilitas sendi meningkat: Kemampuan untuk melakukan pergerakan sendi secara bebas dan tanpa hambatan.
3. Cedera tidak terjadi: Kondisi di mana tidak terjadi kerusakan fisik atau psikologis yang dapat mengganggu integritas fungsi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: Tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri.
2. Mobilisasi sendi: Tindakan untuk meningkatkan pergerakan dan fungsi sendi.
3. Pencegahan cedera: Tindakan untuk menghindari atau mengurangi risiko terjadinya cedera.
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah yang timbul akibat dislokasi sendi. -
Article No. 14770 | 25 Mar 2025
Klinis : anak kecanduan smartphone
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi anak kecanduan smartphone, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar dan perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi anak kecanduan smartphone adalah "Gangguan Penggunaan Teknologi" (Impaired Technology Use). Diagnosa ini menggambarkan adanya pola penggunaan teknologi yang tidak sehat dan menyebabkan dampak negatif pada kehidupan anak.
Ciri-ciri dari "Gangguan Penggunaan Teknologi" antara lain:
- Anak menggunakan smartphone atau perangkat digital secara berlebihan dan sulit untuk mengontrolnya.
- Anak menunjukkan tanda-tanda ketergantungan, seperti rasa gelisah atau tidak nyaman ketika tidak dapat menggunakan smartphone.
- Penggunaan smartphone atau perangkat digital mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti tidur, makan, dan interaksi sosial.
- Anak mengabaikan tanggung jawab dan kebutuhan lainnya karena terlalu fokus pada penggunaan smartphone.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan anak dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
- Perilaku Penggunaan Teknologi Sehat (Healthy Technology Use Behavior)
- Anak dapat menggunakan smartphone atau perangkat digital dengan durasi yang wajar dan sesuai dengan kebutuhan.
- Anak dapat mengalihkan perhatian dari smartphone ke aktivitas lain yang lebih bermanfaat.
- Anak dapat memenuhi kebutuhan dasar (makan, tidur, interaksi sosial) dengan baik tanpa terganggu oleh penggunaan smartphone.
- Kontrol Diri (Self-Control)
- Anak dapat mengenali tanda-tanda kecanduan smartphone dan berusaha untuk menguranginya.
- Anak dapat mengambil keputusan untuk membatasi penggunaan smartphone dan mengalihkan perhatian ke aktivitas lain.
- Anak dapat mempertahankan perilaku penggunaan smartphone yang sehat dalam jangka waktu yang lebih lama.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
- Edukasi Penggunaan Teknologi Sehat (Healthy Technology Use Education)
- Memberikan edukasi kepada anak dan keluarga tentang dampak negatif kecanduan smartphone dan pentingnya penggunaan teknologi yang sehat.
- Menjelaskan tentang batas waktu penggunaan smartphone yang direkomendasikan berdasarkan usia anak.
- Mengajarkan strategi untuk mengalihkan perhatian dari smartphone, seperti melakukan aktivitas fisik, membaca buku, atau berinteraksi dengan orang lain.
- Pengaturan Lingkungan (Environmental Management)
- Membuat aturan atau batasan penggunaan smartphone di rumah, seperti waktu tertentu untuk menggunakan smartphone dan tempat-tempat yang dilarang untuk menggunakan smartphone.
- Menyediakan alternatif aktivitas yang menarik dan bermanfaat bagi anak, seperti permainan tradisional, olahraga, atau kegiatan seni.
- Memastikan anak mendapatkan waktu yang cukup untuk tidur, makan, dan berinteraksi sosial tanpa gangguan smartphone.
- Konseling (Counseling)
- Melakukan konseling individual untuk membantu anak memahami pola perilaku penggunaan smartphone yang tidak sehat.
- Membantu anak mengidentifikasi pemicu atau situasi yang mendorong penggunaan smartphone berlebihan.
- Mengembangkan rencana atau strategi bersama anak untuk mengurangi penggunaan smartphone dan menggantikannya dengan aktivitas yang lebih positif.
Melalui pendekatan yang komprehensif, mencakup edukasi, pengaturan lingkungan, dan konseling, diharapkan anak dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu perilaku penggunaan teknologi yang sehat dan kontrol diri yang baik dalam penggunaan smartphone.