Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14811 | 26 Mar 2025
Klinis : Di desa Sukahati terdapat 3 orang warga yang mengalami penyakit DBD jumlah penduduk + 443 KK, dengan rata-rata KK bekerja sebagai buruh tani. Tindakan fogging telah dilakukan oleh puskesmas namun ternyata tidak efektif, beberapa hari setelah fooging di temukan kembali 2 penderita lagi. 43% warga usia dewasa memiliki penyakit metabolik dengan urutan dari mulai tertinggi sebagai berikut: Hipertensi, kolesterol, asam urat dan DM. Kader mengatakan sudah sering mengadakan penyuluhan namun warga tidak pernah prokattif hadir. tidak ada kegiatan rutin yang dilaksanakan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kesehatan di lingkungan warga.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Penularan Penyakit Infeksi Berhubungan Dengan Lingkungan Yang Kurang Terjaga Kebersihannya
- Ditandai dengan adanya penyakit DBD yang menyerang beberapa warga desa Sukahati, serta masih ditemukan penderita baru setelah tindakan fogging.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Berhubungan Dengan Partisipasi Warga Yang Rendah
- Ditandai dengan rendahnya kehadiran warga dalam kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh kader, serta tidak adanya kegiatan rutin untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan di lingkungan warga.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan Dengan Penyakit Metabolik
- Ditandai dengan prevalensi penyakit metabolik yang tinggi di kalangan warga usia dewasa, seperti hipertensi, kolesterol, asam urat, dan diabetes melitus.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Penularan Penyakit Infeksi Berhubungan Dengan Lingkungan Yang Kurang Terjaga Kebersihannya:
- Perubahan Perilaku: Warga desa Sukahati menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya mencegah penularan penyakit infeksi.
- Kontrol Tanda dan Gejala: Tidak ada lagi kasus baru penyakit DBD di desa Sukahati.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Berhubungan Dengan Partisipasi Warga Yang Rendah:
- Peningkatan Partisipasi: Warga desa Sukahati aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas dan kader.
- Peningkatan Pengetahuan: Warga desa Sukahati memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya menjaga dan meningkatkan kesehatan di lingkungan mereka.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan Dengan Penyakit Metabolik:
- Perbaikan Status Nutrisi: Warga desa Sukahati dengan penyakit metabolik menunjukkan perubahan gaya hidup yang lebih sehat, seperti diet yang seimbang dan aktivitas fisik yang rutin.
- Penurunan Komplikasi: Tidak ada lagi komplikasi yang timbul akibat penyakit metabolik pada warga desa Sukahati.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Penularan Penyakit Infeksi Berhubungan Dengan Lingkungan Yang Kurang Terjaga Kebersihannya:
- Edukasi tentang pencegahan penyakit infeksi melalui perbaikan kebersihan lingkungan.
- Kolaborasi dengan puskesmas untuk melakukan pemantauan dan evaluasi yang lebih efektif terhadap tindakan fogging.
- Pembentukan kelompok kerja yang bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan secara rutin.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Berhubungan Dengan Partisipasi Warga Yang Rendah:
- Peningkatan keterlibatan kader dalam mendorong partisipasi warga dalam kegiatan kesehatan.
- Pengembangan program edukasi kesehatan yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan warga.
- Pembentukan forum diskusi kesehatan yang melibatkan warga secara aktif.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan Dengan Penyakit Metabolik:
- Edukasi tentang gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang rutin.
- Pembentukan kelompok dukungan untuk warga dengan penyakit metabolik, guna saling berbagi pengalaman dan memotivasi satu sama lain.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk memberikan intervensi yang komprehensif bagi warga dengan penyakit metabolik.
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang dipaparkan. -
Article No. 14812 | 26 Mar 2025
Klinis : slki dan siki apa yang bisa digunakan pada kesiapan peningkatan menjadi orangtua dalam konteks merawat angggota keluarga yang sakit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi kesiapan peningkatan menjadi orangtua dalam konteks merawat anggota keluarga yang sakit.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Kesiapan Menjadi Orangtua" (00208). Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Kemampuan yang cukup untuk mengasuh anak secara efektif". Dalam konteks merawat anggota keluarga yang sakit, diagnosa ini mencakup kesiapan orangtua untuk memberikan perawatan yang dibutuhkan bagi anggota keluarga yang sakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kesiapan Menjadi Orangtua (1623)
- Indikator:
a. Memahami peran dan tanggung jawab sebagai orangtua
b. Menunjukkan keyakinan dalam mengasuh anak/anggota keluarga yang sakit
c. Menunjukkan perilaku yang mendukung kesehatan dan perkembangan anak/anggota keluarga yang sakit
d. Mengambil keputusan yang tepat dalam merawat anak/anggota keluarga yang sakit
e. Menunjukkan kemampuan untuk mencari sumber dukungan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pendidikan Kesiapan Menjadi Orangtua (7480)
- Tujuan: Membantu klien dan keluarga mempersiapkan diri menjadi orangtua yang efektif
- Aktivitas:
a. Identifikasi pengetahuan, keyakinan, dan kemampuan klien dalam merawat anak/anggota keluarga yang sakit
b. Berikan informasi tentang peran dan tanggung jawab sebagai orangtua
c. Bantu klien mengembangkan keterampilan merawat anak/anggota keluarga yang sakit
d. Dorong klien untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan
e. Identifikasi sumber dukungan yang tersedia bagi klien dan keluarga
f. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan klien
2. Dukungan Emosional (5270)
- Tujuan: Membantu klien dan keluarga mengatasi stres dan kecemasan terkait peran sebagai orangtua
- Aktivitas:
a. Dengarkan dan validasi perasaan klien
b. Bantu klien mengidentifikasi strategi koping yang efektif
c. Dorong klien untuk mengekspresikan emosi secara aman
d. Berikan pujian atas upaya yang dilakukan klien
e. Libatkan keluarga dan significant others dalam memberikan dukungan emosional
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan kesiapan klien dan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, sehingga dapat memberikan perawatan yang efektif dan meningkatkan kualitas hidup anggota keluarga yang sakit. -
Article No. 14813 | 26 Mar 2025
Klinis : Nn. S berusia 19 tahun datang ke Poliklinik RS didampingi oleh orang tuanya karena akan melakukan kontrol pada bekas luka apendektomi yang dilakukan 3 hari yang lalu. Saat dilakukan pengkajian Nn. S mengeluh nyeri pada luka operasinya, wajah tampak meringis serta perban tampak lembab. Berdasarkan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 106 kali/menit, frekuensi pernafasan 23 kali/menit, suhu 37,4oC, dan skala nyeri 6. Perawat melakukan anamnesa tentang bagaimana aktivitas sehari-hari Nn.S yang bisa berdampak pada penyembuhan operasinya. Nn S menyampaikan tidak mengikuti discharge planning yang disampaikan saat meninggalkan RS seperti asupan nutrisi dan aktivitas yang dianjurkan. Selain itu perawat juga melakukan allo anamnesa pada keluarga klien untuk memvalidasi jawaban dari Nn.S. Perawat melakukan pengkajian pada luka Nn.S dan hasil observasi yaitu terdapat nanah dan rubor pada sekitar bekas luka dengan panjang ±5 cm. Perawat akan melakukan perawatan luka Nn.S. Selanjutnya perawat berkolaborasi dengan dokter terkait pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan pada pasien dan melakukan pemberian tatalaksana yang tepat pada klien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Nn. S:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (IASP, 1994).
Penyebab: Proses penyembuhan luka operasi.
Gejala dan tanda mayor: Klien mengeluh nyeri, ekspresi wajah meringis, tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 106 kali/menit, skala nyeri 6.
2. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor risiko: Perawatan luka operasi yang tidak sesuai discharge planning, tampak nanah dan rubor pada luka.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Klien melaporkan nyeri terkontrol.
- Klien menunjukkan perilaku untuk mengatasi nyeri.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Risiko Infeksi
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada luka operasi.
- Luka operasi memperlihatkan penyembuhan yang progresif.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sistemik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan obat analgesik sesuai kerja sama dengan dokter.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi dan distraksi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengatasi nyeri.
2. Risiko Infeksi
- Lakukan perawatan luka secara aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi pada luka operasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
- Ajarkan Nn. S dan keluarga tentang perawatan luka yang benar sesuai discharge planning.
- Evaluasi perkembangan penyembuhan luka.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dan "Risiko Infeksi" sesuai dengan kondisi Nn. S yang mengeluh nyeri pada luka operasi dan adanya tanda-tanda infeksi, seperti nanah dan rubor. Luaran yang diharapkan adalah klien dapat melaporkan nyeri terkontrol, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi, dan luka operasi memperlihatkan penyembuhan yang progresif. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pengkajian nyeri, pemberian analgesik, teknik nonfarmakologis, perawatan luka secara aseptik, pemantauan tanda-tanda infeksi, dan edukasi perawatan luka yang benar pada Nn. S dan keluarga. Evaluasi dilakukan secara berkala untuk memantau perkembangan kondisi Nn. S. -
Article No. 14814 | 26 Mar 2025
Klinis : pusing berputar
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: pusing berputar
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "pusing berputar" adalah Perubahan Persepsi Sensori: Vertigo. Perubahan Persepsi Sensori: Vertigo didefinisikan sebagai pengalaman subjektif subyektif dari gerakan atau putaran di sekitar atau di dalam diri, yang disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular, visual, atau proprioseptif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dengan kondisi "pusing berputar" dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Stabilitas Hemodinamik: Tanda-tanda vital pasien stabil dan dalam batas normal.
2. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengenali dan mengelola gejala pusing berputar yang dialami.
3. Kendali Rasa Pusing: Pasien dapat mengendalikan dan mengurangi rasa pusing berputar yang dialami.
4. Mobilitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman dan mandiri.
5. Pengetahuan: Pasien memahami penyebab, gejala, dan penatalaksanaan pusing berputar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Memantau tanda-tanda vital pasien secara teratur untuk memastikan stabilitas hemodinamik.
- Mengidentifikasi perubahan tanda-tanda vital yang dapat memengaruhi kondisi pusing berputar.
2. Manajemen Gejala
- Mengajarkan pasien teknik-teknik untuk mengenali dan mengelola gejala pusing berputar, seperti posisi tidur, pergerakan kepala, dan stimulasi sensorik.
- Membantu pasien mengidentifikasi faktor-faktor pencetus pusing berputar.
3. Manajemen Lingkungan
- Menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien untuk mencegah jatuh atau cedera akibat pusing berputar.
- Mengatur pencahayaan, suhu, dan kebisingan di lingkungan pasien.
4. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan pusing berputar.
- Mengajarkan teknik-teknik manajemen gejala dan pencegahan komplikasi.
5. Koordinasi Rujukan
- Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk menentukan penyebab dan memberikan penatalaksanaan yang tepat.
- Memastikan pasien menerima intervensi yang komprehensif untuk mengatasi pusing berputar.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Perubahan Persepsi Sensori: Vertigo"
- Definisi: Pengalaman subjektif subyektif dari gerakan atau putaran di sekitar atau di dalam diri, yang disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular, visual, atau proprioseptif.
- Karakteristik definisi: Pasien mengalami sensasi pusing berputar, rasa tidak seimbang, atau merasa lingkungan sekitar berputar.
- Faktor-faktor terkait: Gangguan pada sistem vestibular (telinga dalam), sistem visual, atau sistem proprioseptif.
2. Luaran/Output SLKI
- Stabilitas Hemodinamik: Tanda-tanda vital pasien (denyut nadi, tekanan darah, suhu, respirasi) berada dalam batas normal, yang menunjukkan stabilitas kondisi pasien.
- Manajemen Gejala: Pasien dapat mengenali dan mengelola gejala pusing berputar yang dialami, seperti menggunakan teknik-teknik khusus untuk mengurangi gejala.
- Kendali Rasa Pusing: Pasien dapat mengendalikan dan mengurangi rasa pusing berputar yang dialami, sehingga mengurangi risiko jatuh dan cedera.
- Mobilitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman dan mandiri, tidak terbatas oleh kondisi pusing berputar.
- Pengetahuan: Pasien memahami penyebab, gejala, dan penatalaksanaan pusing berputar, sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam perawatannya.
3. Intervensi Keperawatan SIKI
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Memantau secara teratur dan mengidentifikasi perubahan pada tanda-tanda vital yang dapat memengaruhi kondisi pusing berputar.
- Manajemen Gejala: Mengajarkan pasien teknik-teknik untuk mengenali dan mengelola gejala pusing berputar, serta membantu mengidentifikasi faktor pencetus.
- Manajemen Lingkungan: Menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mencegah jatuh atau cedera, serta mengatur pencahayaan, suhu, dan kebisingan.
- Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan pusing berputar, serta mengajarkan teknik-teknik manajemen gejala.
- Koordinasi Rujukan: Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan penyebab dan memberikan penatalaksanaan yang tepat, serta memastikan pasien menerima intervensi yang komprehensif.
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan kondisi "pusing berputar", perawat perlu mempertimbangkan berbagai aspek, mulai dari diagnosa, luaran/output yang diharapkan, hingga intervensi keperawatan yang diperlukan. Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, perawat dapat membantu pasien mencapai stabilitas kondisi, mengelola gejala, dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 14815 | 26 Mar 2025
Klinis : Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen, ditandai dengan perut bengkak dan nyeri tekan pada area abdomen bawah. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Mari saya berikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi nyeri akut yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen, ditandai dengan perut bengkak dan nyeri tekan pada area abdomen bawah.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Karakteristik utamanya adalah mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan Umum: Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri sesuai target.
Tujuan Khusus:
1. Pasien dapat mengidentifikasi faktor penyebab dan pemicu nyeri.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri sesuai target.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, faktor pencetus, dan skala nyeri).
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri, seperti distensi abdomen.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
4. Ajarkan pasien teknik non-farmakologis pengelolaan nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
5. Monitoring tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mengatasi penyebab nyeri (distensi abdomen).
Domain Kognitif:
1. Pasien dapat menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri yang dialami.
2. Pasien dapat menyebutkan skala nyeri yang dirasakan.
3. Pasien dapat menjelaskan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
Domain Afektif:
1. Pasien menunjukkan kemauan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan nyeri.
2. Pasien menunjukkan kesiapan untuk melakukan teknik pengelolaan nyeri yang diajarkan.
Domain Psikomotor:
1. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
2. Pasien dapat menerapkan kompres hangat pada area abdomen yang nyeri.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14816 | 26 Mar 2025
Klinis : Kasus 18: Seorang anak laki-laki usia 7 tahun, dirawat dengan meningitis. Klien sudah 2 minggu hanya dapat terbaring di tempat tidur, klien direncanakan untuk dilakukan latihan ROM. Pertanyaan: Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus? b. Intervensi keperawatan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? c. Tuliskan SOP tindakan latihan ROM dan praktikan saat bimbingan laboratorium
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan kasus yang disampaikan, berikut adalah jawaban yang dapat diberikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G00.9
- Deskripsi: Meningitis, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.31
- Deskripsi: Latihan rentang gerak (range of motion exercise)
Diagnosis Keperawatan:
Berdasarkan kasus, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan pada anak laki-laki usia 7 tahun dengan meningitis adalah:
1. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan penyakit meningitis dan periode pemulihan yang lama.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit meningitis yang dapat menyebabkan komplikasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit meningitis.
Intervensi Keperawatan:
Untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada kasus tersebut, beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Latihan rentang gerak (ROM) untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas sendi dan otot.
2. Pemberian obat anti-inflamasi dan analgesik untuk mengurangi nyeri.
3. Perawatan higienis dan penggunaan teknik aseptik untuk mencegah infeksi.
4. Pemantauan tanda-tanda vital dan status neurologi secara teratur.
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit, perawatan, dan upaya pencegahan komplikasi.
SOP Tindakan Latihan ROM:
1. Tujuan: Mempertahankan dan meningkatkan rentang gerak sendi dan otot pada pasien dengan gangguan mobilitas.
2. Persiapan:
a. Pastikan ruangan nyaman dan tenang.
b. Siapkan peralatan yang diperlukan, seperti bantal, selimut, dan peralatan pendukung lainnya.
c. Cuci tangan sesuai prosedur.
3. Prosedur:
a. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada pasien dan keluarga.
b. Posisikan pasien dengan nyaman di tempat tidur.
c. Mulai latihan dengan gerakan pasif, kemudian aktif-asistif, dan aktif sesuai toleransi pasien.
d. Lakukan latihan pada setiap persendian, mulai dari ekstremitas atas, leher, dan ekstremitas bawah.
e. Pertahankan gerakan selama 10-15 detik, lakukan pengulangan sebanyak 10-15 kali.
f. Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien selama latihan.
g. Berikan istirahat yang cukup antara sesi latihan.
h. Dokumentasikan tindakan dan respon pasien.
4. Evaluasi:
a. Pasien menunjukkan peningkatan rentang gerak sendi dan otot.
b. Pasien tidak mengalami keluhan nyeri atau kelelahan yang berlebihan.
Pelaksanaan tindakan latihan ROM dapat dilakukan saat bimbingan laboratorium dengan mempraktikkan langkah-langkah yang telah dijelaskan. -
Article No. 14817 | 26 Mar 2025
Klinis : Kasus 18: Seorang anak laki-laki usia 7 tahun, dirawat dengan meningitis. Klien sudah 2 minggu hanya dapat terbaring di tempat tidur, klien direncanakan untuk dilakukan latihan ROM. Pertanyaan: Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus? b. Intervensi keperawatan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? c. Tuliskan SOP tindakan latihan ROM dan praktikan saat bimbingan laboratorium
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
Penjelasan: Pada kasus anak laki-laki usia 7 tahun dengan meningitis, klien telah terbaring di tempat tidur selama 2 minggu, yang dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot, fleksibilitas, dan rentang gerak (ROM).
2. Risiko Komplikasi Immobilitas
Definisi: Risiko berkembangnya komplikasi yang disebabkan oleh keterbatasan pergerakan.
Penjelasan: Anak dengan meningitis yang terbaring lama di tempat tidur memiliki risiko tinggi untuk mengalami komplikasi akibat imobilitas, seperti kontraktur, dekubitus, dan gangguan sirkulasi.
Intervensi Keperawatan:
1. Intervensi untuk Gangguan Mobilitas Fisik:
- Latihan rentang gerak (Range of Motion/ROM)
- Stimulasi sensasi dan persepsi gerak
- Latihan kekuatan dan ketahanan otot
- Peningkatan aktivitas fungsional
2. Intervensi untuk Risiko Komplikasi Immobilitas:
- Pencegahan dekubitus
- Pencegahan kontraktur
- Pencegahan gangguan sirkulasi
- Perawatan kulit dan ekstremitas
SOP Latihan ROM:
Tujuan: Mempertahankan dan meningkatkan rentang gerak sendi, kekuatan, dan fleksibilitas otot pada klien yang mengalami keterbatasan mobilitas.
Persiapan:
1. Cuci tangan sesuai standar.
2. Jelaskan prosedur dan tujuan latihan ROM kepada klien dan/atau keluarga.
3. Pastikan peralatan yang dibutuhkan tersedia (bantal, guling, selimut, termometer, alat tulis).
Prosedur:
1. Posisikan klien dengan nyaman di tempat tidur atau kursi roda.
2. Mulai latihan ROM secara perlahan-lahan, sesuai dengan toleransi klien.
3. Lakukan gerakan pasif untuk semua sendi ekstremitas atas dan bawah.
4. Perhatikan tanda-tanda klien tidak nyaman atau kesakitan, seperti ekspresi wajah, keluhan nyeri, atau reaksi tubuh.
5. Catat hasil latihan ROM, termasuk derajat pergerakan, kekuatan, dan fleksibilitas otot.
6. Berikan penguatan positif dan dukungan pada klien selama latihan.
7. Lakukan latihan ROM 2-3 kali sehari, sesuai dengan kondisi klien.
Evaluasi:
1. Nilai peningkatan rentang gerak, kekuatan, dan fleksibilitas otot klien.
2. Dokumentasikan hasil latihan ROM dan respon klien. -
Article No. 14818 | 26 Mar 2025
Klinis : Kasus 18: Seorang anak laki-laki usia 7 tahun, dirawat dengan meningitis. Klien sudah 2 minggu hanya dapat terbaring di tempat tidur, klien direncanakan untuk dilakukan latihan ROM. Pertanyaan: Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus? b. Intervensi keperawatan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? c. Tuliskan SOP tindakan latihan ROM dan praktikan saat bimbingan laboratorium
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan.
a. Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Efek Penyakit (Meningitis)
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Peningkatan Mobilitas
- SIKI: Latihan Gerak Sendi
Penjelasan:
Anak laki-laki usia 7 tahun yang dirawat dengan meningitis berisiko mengalami gangguan mobilitas fisik. Hal ini disebabkan oleh efek penyakit yang membuatnya hanya dapat terbaring di tempat tidur selama 2 minggu. Diagnosa keperawatan ini berfokus pada risiko penurunan kemampuan individu untuk melakukan pergerakan yang diinginkan secara mandiri.
b. Intervensi Keperawatan:
1. Latihan Gerak Sendi (ROM)
- Tujuan: Meningkatkan dan mempertahankan rentang gerak sendi.
- Intervensi:
- Evaluasi rentang gerak sendi klien saat ini.
- Lakukan latihan ROM secara bertahap sesuai toleransi klien.
- Pantau tanda-tanda vital dan respons klien selama latihan.
- Edukasi keluarga untuk melanjutkan latihan ROM di rumah.
- Dokumentasikan hasil dan respon klien terhadap latihan.
c. SOP Latihan ROM:
Judul: Prosedur Standar Latihan Rentang Gerak Sendi (ROM)
Tujuan:
Mempertahankan dan meningkatkan rentang gerak sendi pada klien yang mengalami keterbatasan mobilitas.
Persiapan:
1. Cuci tangan sesuai prosedur.
2. Siapkan alat-alat yang diperlukan, seperti sarung tangan, tensimeter, termometer, dan stopwatch.
3. Jelaskan prosedur kepada klien dan keluarga, serta dapatkan persetujuan.
Pelaksanaan:
1. Posisikan klien dengan nyaman di tempat tidur atau di kursi roda.
2. Lakukan pengkajian awal terhadap rentang gerak sendi klien.
3. Mulai latihan ROM secara perlahan-lahan, sesuai toleransi klien.
4. Pantau tanda-tanda vital klien selama latihan.
5. Lakukan latihan secara bertahap, dengan pengulangan 10-15 kali untuk setiap sendi.
6. Berikan umpan balik dan motivasi kepada klien selama latihan.
7. Catat hasil latihan dan respons klien dalam catatan keperawatan.
Evaluasi:
1. Evaluasi rentang gerak sendi klien setelah latihan.
2. Dokumentasikan respons klien dan rencana tindak lanjut.
Catatan:
- Lakukan latihan dengan lembut dan sesuai dengan toleransi klien.
- Selalu perhatikan tanda-tanda vitai dan respons klien selama latihan.
- Lakukan latihan secara teratur sesuai dengan rencana perawatan.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 14819 | 26 Mar 2025
Klinis : Kasus 18: Seorang anak laki-laki usia 7 tahun, dirawat dengan meningitis. Klien sudah 2 minggu hanya dapat terbaring di tempat tidur, klien direncanakan untuk dilakukan latihan ROM. Pertanyaan: Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus? b. Intervensi keperawatan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? c. Tuliskan SOP tindakan latihan ROM dan praktikan saat bimbingan laboratorium
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: a. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan yang tepat untuk anak laki-laki usia 7 tahun dengan kondisi meningitis adalah:
1. Risiko ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kondisi meningitis.
2. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan perawatan di tempat tidur akibat meningitis.
3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan perawatan di tempat tidur akibat meningitis.
b. Intervensi Keperawatan
Untuk mengatasi masalah keperawatan utama, yaitu mobilitas fisik terganggu, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Latihan Rentang Gerak (ROM)
- Tujuan: Mempertahankan dan meningkatkan fungsi sendi dan otot.
- Intervensi: Lakukan latihan ROM pasif, aktif-asistif, dan aktif pada semua ekstremitas sesuai toleransi klien.
2. Perawatan posisi
- Tujuan: Mencegah komplikasi mobilitas terbatas.
- Intervensi: Posisikan klien sesuai toleransi, lakukan perubahan posisi secara berkala, gunakan alat bantu posisi jika diperlukan.
3. Manajemen nyeri
- Tujuan: Mengurangi nyeri yang mungkin timbul akibat latihan atau perawatan posisi.
- Intervensi: Berikan analgesik sesuai resep, gunakan teknik non-farmakologis seperti kompres hangat/dingin, distraksi, dan relaksasi.
c. SOP Latihan Rentang Gerak (ROM)
Standar Operasional Prosedur (SOP) Latihan Rentang Gerak (ROM):
Tujuan:
Mempertahankan dan meningkatkan fungsi sendi dan otot.
Persiapan:
1. Cuci tangan sesuai prosedur.
2. Kumpulkan alat-alat yang dibutuhkan: Tempat tidur yang dapat diatur, bantal, selimut, dan peralatan latihan ROM.
3. Jelaskan prosedur dan manfaat latihan ROM kepada klien dan keluarga.
4. Posisikan klien dengan nyaman di tempat tidur.
Tindakan:
1. Lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas sesuai toleransi klien.
a. Ekstremitas atas: Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi internal dan eksternal.
b. Ekstremitas bawah: Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi internal dan eksternal.
2. Lakukan gerakan perlahan-lahan, dalam rentang gerak normal, tanpa menimbulkan rasa nyeri.
3. Lakukan pengulangan gerakan 10-15 kali pada setiap sendi.
4. Berikan istirahat sesuai toleransi klien.
5. Observasi tanda-tanda vital dan respon klien selama latihan.
6. Dokumentasikan hasil latihan ROM.
Evaluasi:
1. Klien dapat melakukan latihan ROM sesuai toleransi.
2. Tidak terjadi komplikasi selama latihan ROM.
3. Klien menunjukkan peningkatan mobilitas fisik. -
Article No. 14820 | 26 Mar 2025
Klinis : Kasus 18: Seorang anak laki-laki usia 7 tahun, dirawat dengan meningitis. Klien sudah 2 minggu hanya dapat terbaring di tempat tidur, klien direncanakan untuk dilakukan latihan ROM. Pertanyaan: Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus? b. Intervensi keperawatan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? c. Tuliskan SOP tindakan latihan ROM dan praktikan saat bimbingan laboratorium
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda tanyakan mengenai kasus anak laki-laki usia 7 tahun dengan diagnosis meningitis.
a. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Berdasarkan kondisi pasien yang dirawat dengan meningitis, telah terbaring di tempat tidur selama 2 minggu, dan direncanakan untuk dilakukan latihan ROM, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Mobilitas Fisik Terganggu
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah dari satu tempat ke tempat lain.
- Faktor yang Berhubungan: Gangguan neuromuskular, kelemahan otot, penurunan rentang gerak sendi.
2. Risiko Komplikasi Perubahan Posisi Tubuh
- Definisi: Berisiko mengalami komplikasi yang dapat terjadi akibat perubahan posisi tubuh yang tidak tepat.
- Faktor yang Berhubungan: Terbaring lama, penurunan aktivitas.
b. Intervensi Keperawatan untuk Mengatasi Masalah Keperawatan Utama:
1. Mobilitas Fisik Terganggu:
- Intervensi:
- Lakukan ROM aktif dan pasif secara bertahap.
- Latihan pergerakan sendi dan otot secara bertahap.
- Anjurkan partisipasi pasien dalam aktivitas sesuai kemampuan.
- Kolaborasi dengan fisioterapi untuk program latihan.
2. Risiko Komplikasi Perubahan Posisi Tubuh:
- Intervensi:
- Lakukan perubahan posisi tubuh secara berkala.
- Ajarkan keluarga teknik perubahan posisi tubuh yang aman.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemantauan tanda-tanda vital.
- Dokumentasikan tindakan dan respon pasien.
c. SOP Latihan ROM dan Praktik saat Bimbingan Laboratorium:
SOP Latihan ROM (Rentang Gerak Sendi):
1. Persiapan:
- Cuci tangan sesuai prinsip 6 langkah.
- Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
- Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada pasien/keluarga.
- Posisikan pasien dengan nyaman.
2. Pelaksanaan:
- Mulai dengan gerakan pasif, lakukan secara perlahan dan bertahap.
- Latihan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan aduksi sesuai toleransi pasien.
- Perhatikan respon pasien, hentikan jika terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.
- Lakukan latihan selama 10-15 menit, 2-3 kali sehari.
3. Evaluasi dan Dokumentasi:
- Evaluasi respon pasien selama dan setelah latihan.
- Dokumentasikan tindakan, respon pasien, dan rencana selanjutnya.
Praktik Latihan ROM saat Bimbingan Laboratorium:
- Mahasiswa akan mempraktikkan prosedur latihan ROM secara langsung dengan supervisi dosen.
- Mahasiswa akan mendemonstrasikan kemampuan dalam melakukan latihan ROM sesuai SOP.
- Dosen akan memberikan umpan balik dan bimbingan selama praktik.
d. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 minggu, diharapkan pasien dapat melakukan pergerakan sendi dan otot secara mandiri dengan skor minimal 3 (Mobilitas Fisik Terganggu Ringan).
2. Risiko Komplikasi Perubahan Posisi Tubuh: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 minggu, diharapkan pasien tidak mengalami komplikasi akibat perubahan posisi tubuh, dengan skor risiko minimal 2 (Risiko Rendah).
e. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Mobilitas Fisik Terganggu:
- Latihan Rentang Gerak Sendi (ROM)
- Latihan Otot
- Aktivitas Terapi Gerak
- Perawatan Posisi
- Perubahan Posisi
2. Risiko Komplikasi Perubahan Posisi Tubuh:
- Perawatan Posisi
- Perubahan Posisi
- Pemantauan Tanda Vital
- Edukasi Keluarga
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan mobilitas fisik dan meminimalkan risiko komplikasi akibat perubahan posisi tubuh selama perawatan di rumah sakit.
Semoga penjelasan ini dapat membantu dalam memahami dan menyusun asuhan keperawatan yang sesuai untuk kasus anak laki-laki usia 7 tahun dengan diagnosa meningitis. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.