Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16754 | 05 May 2025
Klinis : Ny. R, usia 48 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat di perut kanan atas sejak 6 jam yang lalu. Nyeri menjalar ke punggung, disertai mual dan muntah. la memiliki riwayat Omakan berlemak tinggi dan obesitas. Hasil USG menunjukkan adanya batu di kandung empedu. Tanda vital: TD 130/85 mmHg, N 90x/menit, RR 22x/menit, Suhu 37,8°C. Ny. R direncanakan untuk dilakukan kolesistektomi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Ny. R.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan batu di kandung empedu ditandai dengan nyeri hebat di perut kanan atas yang menjalar ke punggung, disertai mual dan muntah.
2. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keluhan nyeri dan mual.
3. Risiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya batu di kandung empedu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien akan melaporkan penurunan nyeri sampai level yang dapat ditoleransi.
- Pasien akan mendemonstrasikan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
- Tanda-tanda vital pasien akan berada dalam rentang normal.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien akan melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien akan melaporkan peningkatan energi.
- Pasien akan mendemonstrasikan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
3. Perfusi Jaringan:
- Tanda-tanda vital pasien akan berada dalam rentang normal.
- Pasien akan melaporkan tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi jaringan.
- Hasil pemeriksaan penunjang (seperti USG) akan menunjukkan perbaikan kondisi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai resep dokter.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat, dan distraksi.
- Monitor tanda-tanda vital secara teratur.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
- Berikan perawatan mandiri yang dibutuhkan selama pemulihan.
- Ajarkan teknik menghemat energi saat melakukan aktivitas.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi.
- Pantau tanda-tanda intoleransi aktivitas.
3. Perfusi Jaringan:
- Lakukan pengkajian perfusi jaringan secara komprehensif.
- Monitor tanda-tanda vital secara teratur.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab gangguan perfusi.
- Berikan perawatan untuk mendukung perbaikan kondisi pasien.
- Pantau hasil pemeriksaan penunjang untuk menilai perkembangan kondisi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi berdasarkan kondisi Ny. R mencakup nyeri akut, risiko intoleransi aktivitas, dan risiko gangguan perfusi jaringan. Luaran yang diharapkan mencakup penurunan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, dan perbaikan perfusi jaringan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian, manajemen nyeri, perawatan mandiri, pemantauan, dan kolaborasi dengan tim medis untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan. -
Article No. 16755 | 05 May 2025
Klinis : Keputusasaan berhubungan dengan faktor social (keluarga dan pertemanan) serta faktor lingkungan (kesulitan adaptasi), dibuktikan dengan perasaan tidak ada harapan, perilaku pasif, dan minimnya kontak mata. SIKI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Keputusasaan (Hopelessness) [00124]
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Keputusasaan adalah suatu kondisi subjektif yang ditandai dengan tidak adanya harapan atau ekspektasi positif tentang diri sendiri dan masa depan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Harapan Terinternalisasi [1304]
Definisi: Kemampuan individu untuk memelihara keyakinan dan ekspektasi positif tentang diri sendiri dan masa depan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Terapi Harapan [6480]
Definisi: Intervensi yang dilakukan untuk membantu individu mengidentifikasi, memobilisasi, dan mempertahankan sumber-sumber harapan.
Kode:
[00124] Keputusasaan
[1304] Harapan Terinternalisasi
[6480] Terapi Harapan
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, saya dapat menjelaskan bahwa keputusasaan adalah kondisi subjektif yang ditandai dengan tidak adanya harapan atau ekspektasi positif tentang diri sendiri dan masa depan. Ini dapat disebabkan oleh faktor sosial seperti keluarga dan pertemanan, serta faktor lingkungan seperti kesulitan beradaptasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi harapan, yaitu membantu individu mengidentifikasi, memobilisasi, dan mempertahankan sumber-sumber harapan, sehingga dapat meningkatkan harapan terinternalisasi yang merupakan kemampuan individu untuk memelihara keyakinan dan ekspektasi positif tentang diri sendiri dan masa depan. -
Article No. 16756 | 05 May 2025
Klinis : Ny. R, usia 48 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat di perut kanan atas sejak 6 jam yang lalu. Nyeri menjalar ke punggung, disertai mual dan muntah. la memiliki riwayat Omakan berlemak tinggi dan obesitas. Hasil USG menunjukkan adanya batu di kandung empedu. Tanda vital: TD 130/85 mmHg, N 90x/menit, RR 22x/menit, Suhu 37,8°C. Ny. R direncanakan untuk dilakukan kolesistektomi. Intervensi sebelum dan sesudahboperasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Ny. R:
1. Nyeri akut berhubungan dengan batu kandung empedu, ditandai dengan nyeri hebat di perut kanan atas yang menjalar ke punggung, serta mual dan muntah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut yang hebat, ditandai dengan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan rencana tindakan pembedahan kolesistektomi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri terkontrol, ditandai dengan pasien dapat mengelola nyeri dengan efektif, skor nyeri menurun, dan tidak ada komplikasi akibat nyeri.
2. Toleransi aktivitas meningkat, ditandai dengan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. Tidak terjadi infeksi, ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi, seperti demam, nyeri, kemerahan, dan pembengkakan pada luka operasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
2. Peningkatan Aktivitas:
- Kaji tingkat keterbatasan aktivitas pasien.
- Berikan latihan mobilisasi bertahap sesuai dengan kondisi pasien.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransinya.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya meningkatkan aktivitas secara bertahap.
3. Pencegahan Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi pada luka operasi.
- Lakukan perawatan luka operasi sesuai dengan prosedur.
- Berikan antibiotik sesuai dengan resep dokter.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, seperti menjaga kebersihan luka, cuci tangan, dan tanda-tanda infeksi.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. R mencakup masalah nyeri akut, intoleransi aktivitas, dan risiko infeksi. Luaran/output yang diharapkan adalah nyeri terkontrol, toleransi aktivitas meningkat, dan tidak terjadi infeksi. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, peningkatan aktivitas, dan pencegahan infeksi. Semua intervensi ini bertujuan untuk membantu Ny. R dalam pemulihan kondisi sebelum dan sesudah operasi kolesistektomi. -
Article No. 16757 | 05 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut tentukan evaluasi SOAP untuk diagnosis Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik dan defisiensi stimulus, dibuktikan dengan tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia dan pertumbuhan fisik terganggu. Pada kasus anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Tumbuh Kembang
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00221
Definisi: Perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan/atau emosional anak yang tidak sesuai dengan tahap usia dan tugas perkembangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01508
Definisi: Tercapainya perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan/atau emosional anak sesuai dengan tahap usia dan tugas perkembangan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: N0901
Definisi: Serangkaian kegiatan untuk memfasilitasi perkembangan anak sesuai tahap usia dan tugas perkembangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
SDKI:
Kode: 00146
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik.
SLKI:
Kode: 01302
Definisi: Tingkat kecemasan individu berada dalam rentang normal.
SIKI:
Kode: N0205
Definisi: Serangkaian kegiatan untuk mengurangi rasa takut, khawatir, dan tegang yang dialami individu.
Evaluasi SOAP:
S (Subjective): Ibu mengamati kepala anak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, sering muntah, perkembangan semakin tertinggal, dan ibu merasa cemas karena anak akan kembali menjalani operasi.
O (Objective): Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel belum menutup, tanda-tanda peningkatan TIK, lingkar kepala 48 cm. Pemeriksaan penunjang menunjukkan pelebaran ventrikel dan dilatasi shunt. Anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional.
A (Assessment): Diagnosa keperawatan: Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik dan defisiensi stimulus, dan Kecemasan berhubungan dengan kondisi anak yang harus menjalani operasi revisi VP shunt.
P (Plan): Intervensi keperawatan untuk mengatasi Gangguan Tumbuh Kembang dan Kecemasan, meliputi pemantauan perkembangan anak, stimulasi perkembangan, edukasi dan konseling pada ibu dan keluarga, serta manajemen kecemasan. -
Article No. 16758 | 05 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala, sakit perut, pusing sampai pitam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit kepala, sakit perut, pusing sampai pitam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (Kode: 00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
2. Pusing (Kode: 00075)
Definisi: Sensasi berputar, tidak stabil, atau melayang yang dialami individu.
3. Intoleransi aktivitas (Kode: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut (Kode: 00132)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
- Faktor yang berhubungan: Agen cedera biologis, Agen cedera fisik, Agen cedera kimiawi.
- Karakteristik mayor: Laporan verbal atau perilaku nonverbal tentang nyeri.
2. Pusing (Kode: 00075)
- Definisi: Sensasi berputar, tidak stabil, atau melayang yang dialami individu.
- Faktor yang berhubungan: Perubahan tekanan darah, Perubahan posisi tubuh.
- Karakteristik mayor: Sensasi tidak stabil atau melayang.
3. Intoleransi aktivitas (Kode: 00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Faktor yang berhubungan: Kurang energi, Perubahan fungsi kardiovaskular.
- Karakteristik mayor: Kelelahan yang tidak sebanding dengan aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri terkontrol (Kode: 1605)
2. Kontrol pusing (Kode: 0822)
3. Toleransi aktivitas (Kode: 0005)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri (Kode: 1400)
2. Manajemen pusing (Kode: 0820)
3. Peningkatan toleransi aktivitas (Kode: 0200) -
Article No. 16759 | 05 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala dan pusing, badan bergetar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat ditetapkan untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala, pusing, dan badan bergetar:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri Akut (00132)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Nyeri Akut (10019)
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kontrol Nyeri (10010)
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol pengalaman nyeri, baik secara mandiri maupun dengan bantuan.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Nyeri (30007)
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengenali dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperburuk nyeri, serta meningkatkan kemampuan pasien untuk mentoleransi nyeri.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan keluhan sakit kepala, pusing, dan badan bergetar mengindikasikan kemungkinan adanya nyeri akut. Diagnosis keperawatan yang tepat adalah Nyeri Akut (00132). Hal ini sesuai dengan definisi SDKI, yaitu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Luaran keperawatan yang diharapkan adalah Kontrol Nyeri (10010), yaitu kemampuan individu untuk mengontrol pengalaman nyeri, baik secara mandiri maupun dengan bantuan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri (30007), yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengenali dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperburuk nyeri, serta meningkatkan kemampuan pasien untuk mentoleransi nyeri. -
Article No. 16760 | 05 May 2025
Klinis : perawatan luka
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan permintaan Anda, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait perawatan luka:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S90.x
- Deskripsi: Luka superfisial pada pergelangan kaki dan kaki
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.57
- Deskripsi: Perawatan luka, perbalutan, atau penjahitan sederhana
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S90.x mencakup luka superfisial pada pergelangan kaki dan kaki, termasuk memar, lecet, dan luka terbuka. Kode ini dapat digunakan untuk berbagai jenis luka yang memerlukan perawatan.
2. Kode ICD-9-CM 93.57 menggambarkan tindakan perawatan luka, seperti penggantian perban, penjahitan sederhana, atau perawatan lainnya yang tidak memerlukan tindakan bedah yang lebih kompleks. Kode ini dapat digunakan untuk mendokumentasikan prosedur perawatan luka yang dilakukan.
Catatan: Penggunaan kode yang tepat tergantung pada penilaian klinis dan dokumentasi yang lengkap dari kondisi pasien dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. -
Article No. 16761 | 05 May 2025
Klinis : perawatan luka
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan sebagai seorang pakar perawat, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi perawatan luka:
Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu (00046)
Penjelasan Singkat:
Keadaan di mana individu mengalami kerusakan pada kulit dan/atau membran mukosa.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00046
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami kerusakan pada kulit dan/atau membran mukosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1101 Integritas Kulit
Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit yang utuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 3420 Perawatan Luka
Definisi: Tindakan untuk menjaga dan memulihkan integritas kulit yang rusak.
Dengan pemahaman ini, seorang perawat dapat melakukan assessment, perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang tepat untuk menangani kondisi perawatan luka pada pasien. -
Article No. 16762 | 05 May 2025
Klinis : perawatan integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi perawatan integritas kulit, sesuai dengan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SDKI: 10-025)
Definisi:
Risiko untuk mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI 10-025: Risiko Kerusakan Integritas Kulit
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI 11-002: Integritas Kulit Membaik
SLKI 11-003: Risiko Kerusakan Integritas Kulit Terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI 11-026: Perawatan Integritas Kulit
SIKI 11-027: Manajemen Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Kode dan Definisi:
SDKI 10-025: Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Risiko untuk mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal.
SLKI 11-002: Integritas Kulit Membaik
Definisi: Pemulihan struktur dan fungsi kulit yang normal.
SLKI 11-003: Risiko Kerusakan Integritas Kulit Terkendali
Definisi: Tingkat risiko untuk mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal terkendali.
SIKI 11-026: Perawatan Integritas Kulit
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan dan memperbaiki struktur dan fungsi kulit yang normal.
SIKI 11-027: Manajemen Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Tindakan untuk mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko terjadinya perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal. -
Article No. 16763 | 05 May 2025
Klinis : nyeri pada mata
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi nyeri pada mata.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri pada mata adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah sedemikian rupa.
Nyeri pada mata dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti iritasi pada mata, infeksi, atau trauma. Nyeri akut pada mata memiliki karakteristik yang khas, seperti lokasi terfokus pada mata, intensitas yang bervariasi, dan dapat disertai gejala lain seperti mata merah, berair, atau sensasi terbakar.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri
- Pasien dapat mengenali faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri sesuai dengan skala nyeri yang disepakati.
- Pasien dapat menerapkan strategi non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
2. Kenyamanan
- Pasien dapat menunjukkan ekspresi wajah dan sikap yang rileks.
- Pasien dapat beristirahat dengan baik.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, intensitas, durasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi.
- Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, atau distraksi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Peningkatan Kenyamanan
- Atur lingkungan yang mendukung istirahat dan relaksasi, seperti pencahayaan yang redup, suhu ruangan yang nyaman, dan mengatur posisi tidur pasien.
- Berikan dukungan emosional dan pujian atas upaya pasien dalam mengatasi nyeri.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola faktor-faktor yang dapat memengaruhi kenyamanan pasien.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri yang optimal dan peningkatan kenyamanan.