Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14895 | 28 Mar 2025
Klinis : Sakit perut,demam,tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (sakit perut, demam)
Penjelasan:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Etiologi: Proses penyakit.
- Karakteristik: Laporan pasien tentang nyeri, ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri, gerakan protektif/pembatasan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada komplikasi.
- Intervensi: Manajemen nyeri, penggunaan analgesik, terapi relaksasi.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen nyeri, dengan aktivitas seperti pemberian analgesik, terapi relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi.
2. Penurunan nafsu makan berhubungan dengan proses penyakit (sakit perut, demam)
Penjelasan:
a. SDKI:
- Definisi: Pengurangan minat atau ketertarikan untuk makan.
- Etiologi: Proses penyakit.
- Karakteristik: Asupan makanan kurang dari kebutuhan, hilangnya keinginan untuk makan, perubahan berat badan.
b. SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan berat badan, mengonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup, tidak ada komplikasi terkait malnutrisi.
- Intervensi: Terapi nutrisi, edukasi gizi, dukungan emosional.
c. SIKI:
- Intervensi: Terapi nutrisi, dengan aktivitas seperti pemberian makanan yang menarik, bantuan saat makan, konseling gizi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, SIKI untuk kondisi sakit perut, demam, dan penurunan nafsu makan. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan penjelasan tambahan. -
Article No. 14896 | 28 Mar 2025
Klinis : lemes, muntah, nyeri ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya untuk kondisi yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan (SDKI):
Mual (00134)
Definisi: Sensasi yang tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau daerah perut yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
SLKI:
Pengelolaan Mual (30007)
Definisi: Serangkaian intervensi yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi tidak nyaman di bagian belakang tenggorokan atau daerah perut yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
SIKI:
1. Manajemen Mual
Definisi: Tindakan perawat untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi tidak nyaman di bagian belakang tenggorokan atau daerah perut yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
Tujuan: Klien melaporkan mual berkurang atau hilang.
2. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan perawat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit yang dirasakan klien.
Tujuan: Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu lemas, muntah, dan nyeri ulu hati, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Mual (00134). Hal ini dikarenakan adanya sensasi tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau daerah perut yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pengelolaan Mual (30007) dan Manajemen Nyeri. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi tidak nyaman akibat mual dan nyeri yang dirasakan oleh klien.
Sebagai perawat, Anda dapat melakukan tindakan-tindakan seperti memantau tanda-tanda vital, memberikan obat-obatan antiemetik, mengatur posisi klien, memberikan kompres hangat atau dingin, dan mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual dan nyeri yang dirasakan oleh klien. -
Article No. 14897 | 28 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak dua hari yang lalu, dan memberat dalam 12 jam terakhir sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengalami demam sejak tiga hari yang lalu. pasien mengalami sesak napas progresif yang semakin berat dalam 12 jam sebelum masuk IGD, dan dibawa ke ICU sejak terdiagnosa CKD Stage 5 dengan sesak yang semakin berat Sistem Pernafasan Pada sistem pernapasan, ditemukan adanya sumbatan sputum putih yang tidak kental. Pasien saat ini menggunakan ventilator dengan mode VC-SIMV, TV 420, RR 12, PEEP 8, dan I:E 1:2. Saturasi oksigen pasien mencapai 98% Irama : irama nafas teratur Kedalaman : kedalaman nafas dalam Sistem kardiovaskuler : Sirkulasi perifer Pemeriksaan sistem kardiovaskular menunjukkan nadi pasien 110 kali per menit, tekanan darah 105/65 mmHg, pulsasi kuat, dengan akral yang dingin dan kulit kemerahan Kardiomegali : terdapat kardiomegali Irama jantung : Teratur Sistem Saraf Pusat Kesadaran : Koma GCS : E1M1V1 Kekuatan otot : 1111/1111 1111/1111 Penilaian nyeri : tidak ada nyeri Penilaian sedasi : Sedasi sangat berat nilai 6 Keterangan : 1 : Agitasi Berat (pasien sangat gelisah, agresif, atau tidak dapat dikendalikan) 2 : Agitasi sedang (pasien gelisah, dapat diatasi dengan pengawasan) 3 : Sedasi ringan (pasien tenang tetapi mudah terbangun) 4 : Sedasi sedang (pasien tidur, mudah terbangun, respon terhadap perintah) 5 : Sedasi berat (pasien tidur, dapat terbangun dengan rangsangan fisik) 6 : Sedasi sangat berat (pasien tidur dan tidak terbangun meskipun diberikan rangsangan fisik secara keras). Sistem Gastrointestinal Pada sistem gastrointestinal, peristaltik usus pasien terdengar sebanyak 8 kali per menit, tidak ditemukan adanya distensi, dan pasien belum mengalami defekasi sejak pagi. Sistem Perkemihan Dalam sistem urogenital, urine pasien berwarna kuning tanpa adanya distensi kandung kemih. Pasien telah dipasang kateter urine dengan produksi urine hanya 10 cc per jam. IWL tercatat sebanyak 33 cc, intake cairan 220.6 cc, output cairan 119 cc, dengan keseimbangan cairan +101 cc Obstetri & Ginekologi Hamil : pasien tidak hamil Keluhan : - Sistem Hematologi Perdarahan : tidak ditemukan perdarahan Sistem Integumen dan Muskuloceletal Turgor kulit : Kulit elastis Terdapat luka : tidak ada luka Fraktur : Tidak ada fraktur Kesulitan bergerak : pasien kesulitan bergerak Skala aktivitas : 5 ( sangat ketergantungan oranglain) Skala otot : 1111/1111 1111/1111 Skoring tekanan kulit : braden skor <12 (resiko tinggi) Penggunaan alat bantu : pasien tirah baring j. Alat invasif yang digunakan IV Line : Terpasang NGT : Terpasang Kateter urine : Terpasang 3. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL a. Psikososial Dikarenakan pasien dalam kondisi koma, komunikasi langsung dengan pasien tidak dapat dilakukan. Hingga saat ini, keluarga pasien belum datang untuk mendapatkan edukasi mengenai kondisi pasien. Dari sisi spiritual, keluarga pasien memiliki kebiasaan berdoa untuk kesembuhan pasien. Selain itu, pasien mengalami hambatan dalam pembelajaran akibat kondisinya yang tidak sadar. b. Spiritual • Kebiasaan keluarga/pasien untuk mengatasi stress dari sisi spiritual : bersholawat dan berdoa. 4. KEBUTUHAN EDUKASI a. Terdapat hambatan dalam pembelajaran : Hambatan :pasien tidak sadar dan tidak ada keluarga pasien saat pengkajian Dibutuhkan penerjemah : tidak di perlukan Kebutuhan edukasi : Diagnosa dan manajemen penyakit : Bersedia untuk dikunjungi : Bersedia : pasien bersedia dikunjungi keluarga, keraat, dan rohaniawan Pemeriksaan Hasil HEMATOLOGI Hemoglobin 10.2 Leukosit 20.6 Eritrosit 3.54 Hematokrit 29.7 Trombosit 296 RDW-CV 13.8 MCV, MCH, MCHC MCV 83.9 MCH 28.8 MCHC 34.3 HITUNG JENIS Neutrophil% 86.9 Limfosit % 5.8 MID% 4,6 Neutrophil# 17.92 Limfosit# 1.20 MID# 0,6 KIMIA GINJAL Ureum 175 Kreatinin 11.12 ELEKTROLIT Natrium 136 Kalium 4.2 Chlorida 108 GAS DARAH Suhu 36,8 pH 7,397 PCO2 25.3 TCO2 16.0 PO2 109.0 HCO3 15.6 O2 Saturasi 98.0 Base Excess (BE) -9.0 %FIO2 70 URINE Lekosit 10-15 Eritrosit 0-3
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.9
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.70
- Deskripsi: Ventilasi mekanik, tidak dispesifikasi lainnya
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami keluhan sesak napas progresif yang semakin berat dalam 12 jam sebelum masuk IGD. Pasien juga memiliki riwayat Chronic Kidney Disease (CKD) Stage 5. Pada pemeriksaan sistem pernapasan, ditemukan adanya sumbatan sputum putih yang tidak kental. Pasien saat ini menggunakan ventilator dengan mode VC-SIMV. Dengan demikian, kode ICD-10 yang sesuai adalah J44.9 untuk Penyakit paru obstruktif kronik, tidak dispesifikasi.
Selain itu, pasien juga mendapatkan tindakan ventilasi mekanik, sehingga kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 96.70 untuk Ventilasi mekanik, tidak dispesifikasi lainnya. -
Article No. 14898 | 28 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak dua hari yang lalu, dan memberat dalam 12 jam terakhir sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengalami demam sejak tiga hari yang lalu. pasien mengalami sesak napas progresif yang semakin berat dalam 12 jam sebelum masuk IGD, dan dibawa ke ICU sejak terdiagnosa CKD Stage 5 dengan sesak yang semakin berat Sistem Pernafasan Pada sistem pernapasan, ditemukan adanya sumbatan sputum putih yang tidak kental. Pasien saat ini menggunakan ventilator dengan mode VC-SIMV, TV 420, RR 12, PEEP 8, dan I:E 1:2. Saturasi oksigen pasien mencapai 98% Irama : irama nafas teratur Kedalaman : kedalaman nafas dalam Sistem kardiovaskuler : Sirkulasi perifer Pemeriksaan sistem kardiovaskular menunjukkan nadi pasien 110 kali per menit, tekanan darah 105/65 mmHg, pulsasi kuat, dengan akral yang dingin dan kulit kemerahan Kardiomegali : terdapat kardiomegali Irama jantung : Teratur Sistem Saraf Pusat Kesadaran : Koma GCS : E1M1V1 Kekuatan otot : 1111/1111 1111/1111 Penilaian nyeri : tidak ada nyeri Penilaian sedasi : Sedasi sangat berat nilai 6 Keterangan : 1 : Agitasi Berat (pasien sangat gelisah, agresif, atau tidak dapat dikendalikan) 2 : Agitasi sedang (pasien gelisah, dapat diatasi dengan pengawasan) 3 : Sedasi ringan (pasien tenang tetapi mudah terbangun) 4 : Sedasi sedang (pasien tidur, mudah terbangun, respon terhadap perintah) 5 : Sedasi berat (pasien tidur, dapat terbangun dengan rangsangan fisik) 6 : Sedasi sangat berat (pasien tidur dan tidak terbangun meskipun diberikan rangsangan fisik secara keras). Sistem Gastrointestinal Pada sistem gastrointestinal, peristaltik usus pasien terdengar sebanyak 8 kali per menit, tidak ditemukan adanya distensi, dan pasien belum mengalami defekasi sejak pagi. Sistem Perkemihan Dalam sistem urogenital, urine pasien berwarna kuning tanpa adanya distensi kandung kemih. Pasien telah dipasang kateter urine dengan produksi urine hanya 10 cc per jam. IWL tercatat sebanyak 33 cc, intake cairan 220.6 cc, output cairan 119 cc, dengan keseimbangan cairan +101 cc Obstetri & Ginekologi Hamil : pasien tidak hamil Keluhan : - Sistem Hematologi Perdarahan : tidak ditemukan perdarahan Sistem Integumen dan Muskuloceletal Turgor kulit : Kulit elastis Terdapat luka : tidak ada luka Fraktur : Tidak ada fraktur Kesulitan bergerak : pasien kesulitan bergerak Skala aktivitas : 5 ( sangat ketergantungan oranglain) Skala otot : 1111/1111 1111/1111 Skoring tekanan kulit : braden skor <12 (resiko tinggi) Penggunaan alat bantu : pasien tirah baring j. Alat invasif yang digunakan IV Line : Terpasang NGT : Terpasang Kateter urine : Terpasang 3. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL a. Psikososial Dikarenakan pasien dalam kondisi koma, komunikasi langsung dengan pasien tidak dapat dilakukan. Hingga saat ini, keluarga pasien belum datang untuk mendapatkan edukasi mengenai kondisi pasien. Dari sisi spiritual, keluarga pasien memiliki kebiasaan berdoa untuk kesembuhan pasien. Selain itu, pasien mengalami hambatan dalam pembelajaran akibat kondisinya yang tidak sadar. b. Spiritual • Kebiasaan keluarga/pasien untuk mengatasi stress dari sisi spiritual : bersholawat dan berdoa. 4. KEBUTUHAN EDUKASI a. Terdapat hambatan dalam pembelajaran : Hambatan :pasien tidak sadar dan tidak ada keluarga pasien saat pengkajian Dibutuhkan penerjemah : tidak di perlukan Kebutuhan edukasi : Diagnosa dan manajemen penyakit : Bersedia untuk dikunjungi : Bersedia : pasien bersedia dikunjungi keluarga, keraat, dan rohaniawan Pemeriksaan Hasil HEMATOLOGI Hemoglobin 10.2 Leukosit 20.6 Eritrosit 3.54 Hematokrit 29.7 Trombosit 296 RDW-CV 13.8 MCV, MCH, MCHC MCV 83.9 MCH 28.8 MCHC 34.3 HITUNG JENIS Neutrophil% 86.9 Limfosit % 5.8 MID% 4,6 Neutrophil# 17.92 Limfosit# 1.20 MID# 0,6 KIMIA GINJAL Ureum 175 Kreatinin 11.12 ELEKTROLIT Natrium 136 Kalium 4.2 Chlorida 108 GAS DARAH Suhu 36,8 pH 7,397 PCO2 25.3 TCO2 16.0 PO2 109.0 HCO3 15.6 O2 Saturasi 98.0 Base Excess (BE) -9.0 %FIO2 70 URINE Lekosit 10-15 Eritrosit 0-3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami kondisi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan sumbatan jalan napas sekunder terhadap CKD Stage 5 dengan penyulit sesak napas.
2. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder terhadap gangguan pernapasan dan cardiomegali.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot dan ketergantungan tinggi.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
1. Ketidakefektifan Pola Napas:
- SDKI: Pola napas tidak dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen ventilasi mekanis, dan oksigenasi.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau pola napas, memberikan oksigen, dan mengatur ventilasi mekanis.
2. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- SDKI: Berisiko mengalami pengurangan aliran darah ke jaringan yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen kardiovaskular dan manajemen sirkulasi.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, mengelola cairan intravena, dan memantau fungsi kardiovaskular.
3. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Keterbatasan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas dan mobilisasi.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah menilai kemampuan fisik, memfasilitasi aktivitas, dan memantau respons terhadap aktivitas.
Kesimpulan, pasien ini membutuhkan manajemen keperawatan yang fokus pada pengelolaan pola napas, perfusi jaringan, dan mobilisasi untuk mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 14899 | 28 Mar 2025
Klinis : diagnosa persalinan normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, Selamat pagi. Saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi diagnosa persalinan normal.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (Acute Pain)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
Karakteristik: Pasien mengeluh nyeri, ekspresi wajah menunjukkan kesakitan, perubahan tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan.
2. Risiko Infeksi (Risk for Infection)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan perbanyakan kuman pada saluran genitalia, yang dapat mengganggu kesehatan.
Karakteristik: Adanya luka pada jalan lahir, riwayat infeksi, dan penurunan sistem imun.
3. Intoleransi Aktifitas (Activity Intolerance)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Karakteristik: Kelelahan, kelemahan, dan gangguan mobilisasi.
4. Gangguan Proses Keluarga (Impaired Family Processes)
Definisi: Ketidakmampuan keluarga untuk melakukan fungsi dan tugas-tugas keluarga secara efektif.
Karakteristik: Perubahan peran dan tanggung jawab dalam keluarga, stres emosional, dan komunikasi yang tidak efektif.
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) merupakan acuan baku dalam menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan, sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) mencakup daftar intervensi yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kondisi persalinan normal, beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah nyeri akut, risiko infeksi, intoleransi aktivitas, dan gangguan proses keluarga. Perawat dapat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat dalam mengatasi masalah-masalah tersebut dan mencapai luaran yang diharapkan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 14900 | 28 Mar 2025
Klinis : diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa darah, apa intervensi tersebut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: E16.2
- Deskripsi: Hipoglikemia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.21
- Deskripsi: Monitoring kadar glukosa darah
Penjelasan:
Diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa darah dapat diwakili oleh kode ICD-10 E16.2, yang merujuk pada hipoglikemia (kadar glukosa darah yang rendah) yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengobatan diabetes, asupan makanan yang tidak memadai, atau gangguan endokrin lainnya.
Intervensi yang mungkin dilakukan untuk menangani kondisi ini termasuk pemantauan kadar glukosa darah, yang dapat dikodekan menggunakan kode ICD-9-CM 99.21. Prosedur ini melibatkan pengukuran dan pemantauan kadar glukosa darah secara berkala untuk memastikan stabilitas dan pengendalian yang tepat. Tindakan lain yang mungkin dilakukan adalah pemberian obat-obatan untuk mengoreksi ketidakstabilan kadar glukosa, penyesuaian pengobatan diabetes, atau modifikasi asupan makanan.
Sebagai dokter atau perekam medis, penting untuk memastikan pengkodean yang akurat dan lengkap untuk kondisi ini, serta mencatat intervensi yang dilakukan untuk mengelola dan menstabilkan kadar glukosa darah pasien. -
Article No. 14901 | 28 Mar 2025
Klinis : diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa darah, apa intervensi tersebut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi ketidakstabilan kadar glukosa darah.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah "Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah". Diagnosis ini menggambarkan adanya fluktuasi atau ketidakstabilann kadar glukosa darah, baik hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) maupun hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah).
Intervensi Keperawatan:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosis "Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah" antara lain:
1. Pemantauan Kadar Glukosa Darah: Melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara rutin dan berkala untuk mendeteksi perubahan kadar glukosa.
2. Manajemen Insulin: Mengatur pemberian insulin sesuai dengan kebutuhan untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
3. Edukasi Gizi: Memberikan edukasi tentang diet yang sesuai untuk mengontrol kadar glukosa darah.
4. Aktivitas Fisik: Merencanakan dan memantau aktivitas fisik yang sesuai untuk membantu stabilisasi kadar glukosa darah.
5. Manajemen Stres: Mengajarkan teknik manajemen stres untuk membantu menjaga stabilitas kadar glukosa darah.
6. Monitoring Tanda dan Gejala: Memantau tanda dan gejala hiperglikemia maupun hipoglikemia untuk deteksi dini dan intervensi yang tepat.
Luaran/Hasil yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Kadar Glukosa Darah Terkendali: Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
2. Tidak Terjadi Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi akibat ketidakstabilan kadar glukosa darah, seperti ketoasidosis diabetik atau hipoglikemia berat.
3. Kemampuan Manajemen Diri: Pasien dan keluarga mampu melakukan manajemen diri yang efektif dalam mengontrol kadar glukosa darah.
4. Tingkat Kecemasan Menurun: Pasien menunjukkan penurunan kecemasan terkait dengan fluktuasi kadar glukosa darah.
5. Kualitas Hidup Meningkat: Pasien menunjukkan peningkatan kualitas hidup akibat terkendalinya kadar glukosa darah.
Intervensi Keperawatan untuk Mencapai Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, perawat dapat melakukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Pemantauan Kadar Glukosa Darah: Melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara rutin, baik melalui pemeriksaan laboratorium maupun penggunaan alat monitor glukosa darah.
2. Pemberian Insulin: Mengatur pemberian insulin sesuai dengan kebutuhan pasien, memantau respons, dan melakukan penyesuaian dosis yang diperlukan.
3. Edukasi Gizi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang diet yang sesuai untuk mengontrol kadar glukosa darah, termasuk jenis makanan, porsi, dan jadwal makan.
4. Perencanaan Aktivitas Fisik: Membantu pasien menyusun rencana aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisinya, memantau pelaksanaannya, dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
5. Intervensi Manajemen Stres: Mengajarkan teknik manajemen stres, seperti relaksasi, deep breathing, atau meditasi, untuk membantu menjaga stabilitas kadar glukosa darah.
6. Edukasi Manajemen Diri: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara-cara melakukan manajemen diri dalam mengontrol kadar glukosa darah, termasuk pemantauan, pemberian insulin, dan pengenalan tanda-tanda komplikasi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilitas kadar glukosa darah, pencegahan komplikasi, peningkatan kemampuan manajemen diri, penurunan kecemasan, dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 14902 | 28 Mar 2025
Klinis : Seorang anak A.G berusia 5 tahun masuk Rumah Sakit sudah 5 hari, ibunya Ny.A mengatakan pasien sudah sering BAB sehari 6x dengan kosistensi cair, pasien mengalami mual dan muntah, nafsu makan menurun, turgor kulit tidak elastis dan pasien tampak lemas. Setelah dilakukan pemeriksaan suhu tubuh pasien meningkat 40°C. Pasien tidak mengalami riwayat alergi, saat ini pasien terpasang infus RL 20/tpm, pasien sering rewel karena merasa tidak nyaman dengan infusnya. Pasien berada di Ruang Bangsal Anak Ruang Kamboja.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Diare akut
Definisi: Perubahan frekuensi, konsistensi, dan volume tinja yang melebihi kebiasaan normal, berlangsung kurang dari 14 hari.
Penyebab: Infeksi bakteri, virus, parasit, malabsorpsi, intoleransi makanan, efek obat-obatan.
2. Penurunan volume cairan
Definisi: Kehilangan cairan tubuh yang melebihi asupan, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan.
Penyebab: Kehilangan cairan melalui diare, muntah, demam, dan kurangnya asupan cairan.
3. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Penyebab: Kelemahan umum, malnutrisi, dan demam.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Turgor kulit elastis
- Mukosa oral lembab
- Asupan cairan adekuat
2. Pemulihan status nutrisi
- Berat badan kembali ke berat badan normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Nafsu makan kembali normal
3. Toleransi aktivitas meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dengan mandiri
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan saat melakukan aktivitas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Diare Akut
- Pantau tanda-tanda vital, intake, output, dan karakteristik feses
- Berikan terapi rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi
- Berikan makanan BLANDAS sesuai toleransi pasien
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diare
2. Manajemen Hidrasi
- Pantau status hidrasi pasien
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan dan kehilangan cairan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi rehidrasi yang tepat
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hidrasi
3. Manajemen Kelelahan
- Monitor tanda-tanda vital saat beraktivitas
- Bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri secara bertahap
- Beri kesempatan pasien beristirahat yang cukup
- Kolaborasi dengan tim terapeutik untuk terapi yang meningkatkan stamina
Penjelasan rinci:
Anak A.G. berusia 5 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan diare, mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan tampak lemas. Pemeriksaan menunjukkan suhu tubuh meningkat 40°C. Hal ini menunjukkan adanya proses infeksi yang menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan dan keseimbangan cairan tubuh.
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah diare akut, penurunan volume cairan, dan intoleransi aktivitas. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memulihkan keseimbangan cairan, status nutrisi, dan toleransi aktivitas pasien.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen diare akut, manajemen hidrasi, dan manajemen kelelahan. Hal ini bertujuan untuk mengatasi kehilangan cairan, memperbaiki status hidrasi, memulihkan nafsu makan dan status nutrisi, serta meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
Perawat perlu melakukan pemantauan ketat, pemberian terapi rehidrasi, pemberian makanan yang sesuai, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Kolaborasi dengan tim medis juga diperlukan untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan tepat. -
Article No. 14903 | 28 Mar 2025
Klinis : Seorang anak A.G berusia 5 tahun masuk Rumah Sakit sudah 5 hari, ibunya Ny.A mengatakan pasien sudah sering BAB sehari 6x dengan kosistensi cair, pasien mengalami mual dan muntah, nafsu makan menurun, turgor kulit tidak elastis dan pasien tampak lemas. Setelah dilakukan pemeriksaan suhu tubuh pasien meningkat 40°C. Pasien tidak mengalami riwayat alergi, saat ini pasien terpasang infus RL 20/tpm, pasien sering rewel karena merasa tidak nyaman dengan infusnya. Pasien berada di Ruang Bangsal Anak Ruang Kamboja. diagnosa keperawatan : hipovelemia, nausea. resiko difisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien A.G:
1. Hipovolemia
Definisi: Kondisi kekurangan volume cairan dalam tubuh.
Penyebab: Kehilangan cairan melalui diare dan muntah.
Tanda dan Gejala: Turgor kulit tidak elastis, nadi cepat, lemah, pasien tampak lemas.
2. Risiko Defisit Nutrisi
Definisi: Risiko mengalami asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Nafsu makan menurun, mual, dan muntah.
Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, turgor kulit tidak elastis, lemas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipovolemia
- Hidrasi yang adekuat
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Turgor kulit elastis
2. Risiko Defisit Nutrisi
- Asupan nutrisi adekuat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Berat badan stabil atau meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipovolemia
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya hidrasi
2. Risiko Defisit Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien
- Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat
Penjelasan rinci:
Pasien A.G. mengalami kondisi hipovolemia dan risiko defisit nutrisi akibat gejala diare, mual, dan muntah yang dialaminya. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah menjaga hidrasi yang adekuat, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan cairan intravena sesuai indikasi. Selain itu, perlu dilakukan pengkajian status nutrisi, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai. Edukasi kepada pasien dan keluarga juga penting untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya hidrasi dan nutrisi yang adekuat. -
Article No. 14904 | 28 Mar 2025
Klinis : Seorang anak A.G berusia 5 tahun masuk Rumah Sakit sudah 5 hari, ibunya Ny.A mengatakan pasien sudah sering BAB sehari 6x dengan kosistensi cair, pasien mengalami mual dan muntah, nafsu makan menurun, turgor kulit tidak elastis dan pasien tampak lemas. Setelah dilakukan pemeriksaan suhu tubuh pasien meningkat 40°C. Pasien tidak mengalami riwayat alergi, saat ini pasien terpasang infus RL 20/tpm, pasien sering rewel karena merasa tidak nyaman dengan infusnya. Pasien berada di Ruang Bangsal Anak Ruang Kamboja. diagnosa keperawatan : hipovelemia, nausea, resiko difisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipovolemia: Kondisi kekurangan volume cairan intravaskular yang dapat disebabkan oleh diare, muntah, dan demam tinggi.
2. Mual: Sensasi tidak nyaman yang mengarah pada dorongan untuk muntah.
3. Risiko defisit nutrisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipovolemia:
- Tanda-tanda vital stabil
- Turgor kulit membaik
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
2. Mual:
- Frekuensi muntah berkurang
- Pasien dapat mempertahankan asupan oral
- Pasien melaporkan rasa mual berkurang
3. Risiko defisit nutrisi:
- Berat badan stabil atau meningkat
- Pasien dapat mempertahankan asupan oral yang adekuat
- Tidak ada tanda-tanda defisit nutrisi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipovolemia:
- Monitor tanda-tanda vital secara rutin
- Pertahankan akses intravena dan berikan cairan pengganti sesuai indikasi
- Pantau intake dan output cairan secara ketat
- Anjurkan pasien untuk minum cukup cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan diagnostik dan terapi yang tepat
2. Mual:
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual
- Berikan antiemetik sesuai indikasi
- Atur lingkungan yang nyaman dan hindari stimulus yang dapat memicu mual
- Berikan makanan dan minuman yang mudah dicerna
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengobatan yang tepat
3. Risiko defisit nutrisi:
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan defisit nutrisi
- Berikan makanan dan minuman yang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Pantau asupan nutrisi dan catat intake harian
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat
- Berikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mengatasi masalah kesehatan pasien dan mencapai luaran yang diharapkan.