Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16948 | 08 May 2025
Klinis : pasien mengatakan pasien jatuh didepan rumah 2 bulan yang lalu tetapi tidak periksa ke dokter saat tangan nyeri tangan kanan pasien hanya beli obat ke apotik,dan setelah itu tangan pasien tampak bengkak dan nyeri lalu pasien dibawa ke igd rsud pada tanggal 5 mei 2025 lalu diagnosis medis pasien adalah fc radius distal dan akan dilakukan operasi pemasangan pen pada tanggal 6 mei 2025
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur medis yang dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S52.50XA
- Deskripsi: Fraktur closed distal radius, initial encounter for closed fracture
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 78.55
- Deskripsi: Open reduction of fracture with internal fixation, radius and ulna
Penjelasan:
Kode ICD-10 S52.50XA menunjukkan diagnosis fraktur tertutup pada bagian distal radius, yang merupakan hasil dari jatuh yang dialami pasien 2 bulan sebelumnya. Pasien tidak segera mendapatkan perawatan medis saat terjadi, sehingga kondisi tangan menjadi bengkak dan nyeri, dan akhirnya pasien dibawa ke IGD pada tanggal 5 Mei 2025.
Berdasarkan informasi, pasien akan menjalani operasi pemasangan pen pada tanggal 6 Mei 2025. Kode ICD-9-CM 78.55 menunjukkan tindakan reduksi terbuka dengan fiksasi internal pada radius dan ulna, yang sesuai dengan prosedur operasi yang akan dilakukan.
Ini merupakan contoh kasus yang cukup umum, di mana pasien mengalami cedera namun tidak segera mendapatkan perawatan medis, sehingga kondisi memburuk dan memerlukan tindakan operatif untuk memperbaiki fraktur yang terjadi. -
Article No. 16949 | 08 May 2025
Klinis : pasien mengatakan pasien jatuh didepan rumah 2 bulan yang lalu tetapi tidak periksa ke dokter saat tangan nyeri tangan kanan pasien hanya beli obat ke apotik,dan setelah itu tangan pasien tampak bengkak dan nyeri lalu pasien dibawa ke igd rsud pada tanggal 5 mei 2025 lalu diagnosis medis pasien adalah fc radius distal dan akan dilakukan operasi pemasangan pen pada tanggal 6 mei 2025
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik Definisi: Melaporkan pengalaman nyeri, Perubahan ekspresi wajah, Gerakan protektif/pembatasan pergerakan, Perilaku distres.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau salah satu atau lebih ekstremitas.
- Karakteristik Definisi: Keterbatasan pada rentang gerak sendi, Penurunan kekuatan otot, Pembatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Karakteristik Definisi: Prosedur pembedahan, Kerusakan integritas kulit.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Definisi: Kemampuan untuk mengatur atau mengurangi rasa sakit.
- Indikator:
- Melaporkan nyeri berkurang
- Melakukan aktivitas rutin tanpa nyeri
- Menggunakan strategi pengendalian nyeri yang efektif
2. Mobilitas
- Definisi: Kemampuan untuk bergerak dengan mudah dan bebas.
- Indikator:
- Mampu beraktivitas dengan keterbatasan minimal
- Mampu melakukan mobilisasi yang direkomendasikan
- Menunjukkan peningkatan pada rentang gerak sendi
3. Bebas Infeksi
- Definisi: Bebas dari tanda dan gejala infeksi.
- Indikator:
- Tidak ada tanda dan gejala infeksi
- Hasil pemeriksaan laboratorium normal
- Tidak ada komplikasi infeksi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Kontrol Nyeri:
- Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Terapi Aktivitas
- Kaji kemampuan fisik pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai kemampuan
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai rencana
2. Untuk Mobilitas:
- Terapi Latihan
- Kaji kemampuan rentang gerak sendi dan kekuatan otot
- Rancang program latihan berdasarkan kondisi pasien
- Lakukan latihan secara bertahap untuk meningkatkan mobilitas
- Perawatan Ekstremitas
- Lakukan perawatan ekstremitas yang terkena cedera
- Berikan alat bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik mobilisasi yang aman
3. Untuk Bebas Infeksi:
- Perawatan Luka
- Kaji luka secara berkala
- Lakukan perawatan luka sesuai indikasi
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik perawatan luka yang benar
- Pencegahan Infeksi
- Lakukan tindakan pencegahan infeksi rumah sakit
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika perlu
- Pantau tanda dan gejala infeksi secara berkala
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami cedera di tangan kanan setelah jatuh, serta adanya pembengkakan dan nyeri yang dialami, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut, Gangguan Mobilitas Fisik, dan Risiko Infeksi. Nyeri Akut karena pasien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Gangguan Mobilitas Fisik karena adanya keterbatasan pada pergerakan fisik tangan kanan pasien. Risiko Infeksi karena adanya kerusakan integritas kulit yang dapat menyebabkan invasi dan multiplikasi organisme patogen.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Untuk mengatasi diagnosa keperawatan tersebut, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Nyeri, Mobilitas, dan Bebas Infeksi. Kontrol Nyeri agar pasien mampu mengatur atau mengurangi rasa sakit yang dialami. Mobilitas agar pasien dapat bergerak dengan mudah dan bebas, terutama dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Bebas Infeksi agar pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi, sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI): Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Nyeri dan Terapi Aktivitas untuk Kontrol Nyeri, Terapi Latihan dan Perawatan Ekstremitas untuk Mobilitas, serta Perawatan Luka dan Pencegahan Infeksi untuk Bebas Infeksi. Intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk mengkaji, mengelola, dan mengajarkan pasien serta keluarga tentang strategi pengendalian nyeri, peningkatan mobilitas, dan pencegahan infeksi secara komprehensif. -
Article No. 16950 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan luka bakar
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi luka bakar.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan luka bakar adalah "Kerusakan integritas kulit". Kerusakan integritas kulit didefinisikan sebagai perubahan struktur dan fungsi kulit yang dapat menyebabkan permasalahan kesehatan. Dalam kasus luka bakar, kerusakan integritas kulit dapat disebabkan oleh paparan panas, api, atau zat kimia yang dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penyembuhan luka: Pasien akan menunjukkan penyembuhan luka yang progresif, dengan pengurangan tanda-tanda infeksi, peningkatan granulasi jaringan, dan penurunan eksudat.
2. Manajemen rasa nyeri: Pasien akan melaporkan penurunan rasa nyeri pada area luka bakar.
3. Pemeliharaan fungsi integritas kulit: Pasien akan menunjukkan peningkatan integritas kulit, dengan pengurangan kerusakan pada lapisan kulit dan pemulihan fungsi protektif kulit.
4. Pencegahan komplikasi: Pasien akan terhindar dari komplikasi yang dapat terjadi akibat luka bakar, seperti infeksi, gangguan cairan dan elektrolit, serta gangguan fungsi organ.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan luka: Melakukan pembersihan, debridement, dan aplikasi balutan yang sesuai untuk mencapai penyembuhan luka yang optimal.
2. Manajemen rasa nyeri: Memberikan analgesik, terapi dingin/hangat, dan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Perawatan kulit: Melakukan perawatan kulit dengan moisturisasi, perlindungan dari paparan bahan iritan, dan pencegahan komplikasi seperti kontraktur.
4. Pemantauan tanda vital dan status cairan: Memantau tanda-tanda vital, intake-output, dan keseimbangan cairan untuk mencegah komplikasi.
5. Edukasi dan dukungan psikologis: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka, diet, dan aktivitas, serta memberikan dukungan psikologis untuk meningkatkan koping pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan pasien dengan luka bakar dapat memperoleh perawatan yang komprehensif, mencapai penyembuhan luka yang optimal, dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 16951 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan benjol di kaki sebelah kiri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan keluhan benjol di kaki sebelah kiri, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Kerusakan Integritas Kulit" (SDKI, 2017). Kondisi benjol di kaki sebelah kiri menunjukkan adanya perubahan pada integritas kulit pasien, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti trauma, infeksi, atau kondisi medis lainnya. Diagnosa ini mencakup perubahan pada struktur dan fungsi kulit yang dapat menimbulkan risiko komplikasi, seperti infeksi atau gangguan mobilitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit (SLKI, 2019): Luaran ini menggambarkan proses perbaikan struktur dan fungsi kulit pasien sehingga kembali utuh dan berfungsi normal. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian luaran ini antara lain:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area kulit yang terkena.
b. Kulit kembali utuh dan elastis.
c. Tidak ada nyeri atau sensasi tidak nyaman pada area kulit yang terkena.
d. Tidak ada gangguan mobilitas atau aktivitas sehari-hari akibat kondisi kulit.
2. Mobilitas (SLKI, 2019): Luaran ini menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan. Indikator yang dapat digunakan antara lain:
a. Pasien dapat melakukan pergerakan dan ambulasi tanpa bantuan.
b. Tidak ada keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan saat bergerak.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka (SIKI, 2018): Intervensi ini bertujuan untuk memulihkan integritas kulit yang terganggu. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Melakukan pembersihan luka dengan cairan antiseptik.
b. Memasang balutan atau perban yang sesuai untuk melindungi luka.
c. Memantau tanda-tanda infeksi dan memberikan perawatan yang tepat.
d. Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.
2. Manajemen Nyeri (SIKI, 2018): Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi nyeri atau sensasi tidak nyaman yang dialami pasien akibat kondisi kulit. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Melakukan penilaian nyeri secara teratur.
b. Memberikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
c. Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi.
d. Memantau efektivitas penanganan nyeri dan melakukan modifikasi jika diperlukan.
3. Peningkatan Mobilitas (SIKI, 2018): Intervensi ini bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Melakukan evaluasi kemampuan mobilitas pasien.
b. Memberikan bantuan atau alat bantu jika diperlukan.
c. Menganjurkan latihan gerak sesuai dengan kondisi pasien.
d. Memantau perkembangan kemampuan mobilitas pasien.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan keluhan benjol di kaki sebelah kiri dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan integritas kulit, perbaikan mobilitas, dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 16952 | 08 May 2025
Klinis : Bapak Sigit, seorang pria berusia 36 tahun, datang ke ruang gawat darurat setelah mengalami kecelakaan sepeda motor. Ia terjatuh dari sepeda motor dan menghantam aspal dengan kepala bagian belakang. Bapak Sigit sadar penuh saat tiba di rumah sakit dan mengeluhkan nyeri di kepala, terutama di bagian belakang, serta pusing dan sedikit mual. Tidak ada luka terbuka, tetapi terdapat benjolan pada bagian tengkuk belakang. Pemeriksaan awal menunjukkan tekanan darah 130/85 mmHg, nadi 88 bpm, dan respirasi 16 kali per menit. Pasien tidak kehilangan kesadaran, dan skor Glasgow Coma Scale (GCS) adalah 14. CT scan kepala menunjukkan adanya memar ringan pada otak (contusion) dengan edema yang terbatas di area parietal kiri, tetapi tidak ada perdarahan atau fraktur yang signifikan. Dokter mendiagnosis Bapak Sigit dengan cidera kepala sedang (mild traumatic brain injury), dan memutuskan untuk memantau kondisi pasien lebih lanjut. Pasien dipindahkan ke ruang perawatan untuk observasi selama 24 jam dan diberikan analgetik untuk mengatasi nyeri kepala.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Kode SDKI: 11.02 Gangguan Integritas Selaput Lendir
Definisi: Kerusakan pada selaput lendir atau mukosa yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
2. Diagnosa Keperawatan:
Kode SDKI: 13.01 Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
3. Diagnosa Keperawatan:
Kode SDKI: 15.01 Kelelahan
Definisi: Hilangnya energi dan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
4. Diagnosa Keperawatan:
Kode SDKI: 16.02 Gangguan Fungsi Neurosensori
Definisi: Perubahan fungsi sistem saraf yang menyebabkan penurunan kemampuan sensori.
5. Diagnosa Keperawatan:
Kode SLKI: 1206 Risiko Cedera
Definisi: Berada dalam kondisi yang berpotensi menyebabkan cedera fisik.
6. Diagnosa Keperawatan:
Kode SIKI: I0104 Peningkatan Tekanan Intrakranial
Definisi: Peningkatan tekanan dalam rongga tengkorak yang dapat mengancam fungsi otak.
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Integritas Selaput Lendir: Terdapat benjolan pada bagian tengkuk belakang yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman.
2. Nyeri Akut: Pasien mengeluhkan nyeri di kepala, terutama di bagian belakang, serta pusing dan sedikit mual.
3. Kelelahan: Pasien mengalami cedera kepala sedang yang dapat menyebabkan kelelahan.
4. Gangguan Fungsi Neurosensori: Pasien mengalami gejala yang berkaitan dengan fungsi sistem saraf, seperti pusing dan mual.
5. Risiko Cedera: Pasien berisiko mengalami cedera lebih lanjut akibat kecelakaan sepeda motor.
6. Peningkatan Tekanan Intrakranial: Adanya memar ringan pada otak dengan edema yang terbatas di area parietal kiri dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. -
Article No. 16953 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan luka setelah kecelakaan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan luka setelah kecelakaan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan luka setelah kecelakaan adalah "Kerusakan Integritas Kulit". Diagnosa ini menggambarkan adanya kerusakan pada lapisan kulit, jaringan di bawahnya, atau struktur pendukung sebagai akibat dari trauma fisik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tekanan, gesekan, robekan, atau bahkan luka bakar.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit: Pasien akan menunjukkan perbaikan pada kerusakan integritas kulit yang ditandai dengan kebersihan luka, pengurangan tanda-tanda infeksi, dan adanya proses penyembuhan yang progresif.
2. Kontrol Nyeri: Pasien akan melaporkan pengurangan tingkat nyeri yang dirasakan akibat luka, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan memfasilitasi proses penyembuhan.
3. Peningkatan Mobilitas: Pasien akan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keterbatasan yang disebabkan oleh luka.
4. Manajemen Risiko: Pasien akan mampu mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka, seperti infeksi, nutrisi yang tidak adekuat, atau perawatan luka yang tidak tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka:
- Melakukan debridemen luka untuk membersihkan jaringan nekrotik atau debris.
- Menerapkan teknik perawatan luka yang sesuai, seperti penggunaan balutan yang lembap.
- Memantau tanda-tanda infeksi dan menanganinya sesuai dengan indikasi.
- Mengatur regimen perawatan luka yang efektif untuk mempromosikan penyembuhan.
2. Manajemen Nyeri:
- Menilai karakteristik dan tingkat nyeri yang dialami pasien.
- Memberikan intervensi farmakologis (misalnya analgesik) sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti distraksi, relaksasi, atau terapi panas/dingin.
- Memantau efektivitas intervensi dan menyesuaikannya sesuai dengan respons pasien.
3. Mobilisasi dan Aktivitas:
- Mengevaluasi kemampuan pasien untuk bergerak dan melakukan aktivitas.
- Memberikan latihan dan bantuan sesuai dengan toleransi dan kemampuan pasien.
- Mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang dapat menghambat mobilitas, seperti nyeri atau kelelahan.
- Mengajarkan teknik mobilisasi yang aman dan memfasilitasi kemandirian pasien.
4. Edukasi dan Manajemen Risiko:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka, manajemen nyeri, dan pentingnya mobilisasi.
- Mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat memperlambat penyembuhan luka, seperti riwayat penyakit kronis, nutrisi buruk, atau perawatan luka yang tidak tepat.
- Mengembangkan rencana intervensi yang bertujuan untuk mengatasi faktor-faktor risiko tersebut.
- Memantau perkembangan pasien dan melakukan modifikasi intervensi sesuai kebutuhan.
Dengan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan pasien dengan luka setelah kecelakaan dapat mencapai pemulihan integritas kulit, kontrol nyeri, peningkatan mobilitas, dan manajemen risiko yang efektif, sehingga dapat kembali menjalankan aktivitas sehari-hari dengan optimal. -
Article No. 16954 | 08 May 2025
Klinis : Bapak Sigit, seorang pria berusia 36 tahun, datang ke ruang gawat darurat setelah mengalami kecelakaan sepeda motor. Ia terjatuh dari sepeda motor dan menghantam aspal dengan kepala bagian belakang. Bapak Sigit sadar penuh saat tiba di rumah sakit dan mengeluhkan nyeri di kepala, terutama di bagian belakang, serta pusing dan sedikit mual. Tidak ada luka terbuka, tetapi terdapat benjolan pada bagian tengkuk belakang. Pemeriksaan awal menunjukkan tekanan darah 130/85 mmHg, nadi 88 bpm, dan respirasi 16 kali per menit. Pasien tidak kehilangan kesadaran, dan skor Glasgow Coma Scale (GCS) adalah 14. CT scan kepala menunjukkan adanya memar ringan pada otak (contusion) dengan edema yang terbatas di area parietal kiri, tetapi tidak ada perdarahan atau fraktur yang signifikan. Dokter mendiagnosis Bapak Sigit dengan cidera kepala sedang (mild traumatic brain injury), dan memutuskan untuk memantau kondisi pasien lebih lanjut. Pasien dipindahkan ke ruang perawatan untuk observasi selama 24 jam dan diberikan analgetik untuk mengatasi nyeri kepala.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Bapak Sigit, Diagnosa Keperawatan yang dapat ditetapkan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00201
b. Nama Diagnosa: Gangguan Mobilitas Fisik
c. Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh gangguan muskuloskeletal, neurovaskular, atau aktivitas kehidupan sehari-hari.
2. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00085
b. Nama Diagnosa: Nyeri Akut
c. Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
3. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00010
b. Nama Diagnosa: Risiko Kerusakan Otak
c. Definisi: Risiko terjadinya perubahan struktur dan fungsi otak yang dapat menimbulkan gangguan pada fungsi kognitif, sensori, motorik, perilaku, dan emosi.
4. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SLKI: 2301
b. Nama Diagnosa: Gangguan Peningkatan Tekanan Intrakranial
c. Definisi: Peningkatan tekanan di dalam rongga tengkorak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak.
5. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SIKI: K0127
b. Nama Diagnosa: Risiko Penurunan Kesadaran
c. Definisi: Berisiko mengalami penurunan tingkat kesadaran yang dapat menimbulkan komplikasi.
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik: Bapak Sigit mengalami nyeri di kepala dan pusing yang dapat membatasi mobilitas fisiknya.
2. Nyeri Akut: Bapak Sigit mengeluhkan nyeri di kepala bagian belakang akibat benturan saat kecelakaan.
3. Risiko Kerusakan Otak: Adanya cedera kepala sedang dengan memar ringan pada otak dan edema di area parietal kiri yang berisiko menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut.
4. Gangguan Peningkatan Tekanan Intrakranial: Cedera kepala dan adanya edema di otak dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan menyebabkan komplikasi.
5. Risiko Penurunan Kesadaran: Meskipun Bapak Sigit sadar penuh saat tiba di rumah sakit, cedera kepala yang dialami berisiko menyebabkan penurunan kesadaran. -
Article No. 16955 | 08 May 2025
Klinis : Seorang perempuan, 35 tahun, dirawat di RSJ sejak 10 hari yang lalu. Alasan marah-marah, tidak minum obat sejak 1 bulan sebelum masuk RSJ, berbicara sendiri, sering menyendiri di kamar, tidak mau makan dan membersihkan diri serta tidak bisa tidur. Klien pernah dirawat di RSJ pada tahun 2021 dengan alasan yang sama. Diagnosa Medis Skizofrenia Hebefrenik. Menurut keluarga, pada tahun 2021 lalu klien pernah mengalami kegagalan menikah dan pemutusan hubungan kerja. Ayah klien adalah penjual es keliling, sehingga klien sangat diharapkan keluarga dapat membantu perekonomian keluarga. Pada saat pengkajian, klien mengatakan mendengar suara-suara yang menertawainya dan menyuruhnya untuk bunuh diri. Klien seringkali terganggu dengan suara yang didengarnya, akan tetapi klien tidak kuasa untuk tidak mengikuti perintah suara yang didengarnya. Klien terlihat sering melamun dan menangis. Menolak berinteraksi dengan teman seruangan dan juga perawat. Hanya mau berinteraksi dengan perawat tertentu saja. Klien tampak sering menggaruk-garuk kepala. Obat yang diberikan yaitu: Trihexyphenidyl, Stelosi dan Chlorpromazine.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi klien berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran (SDKI Code: 00023)**
**Penjelasan:**
Klien mengalami halusinasi pendengaran berupa suara yang menertawainya dan menyuruh bunuh diri, sehingga memengaruhi perilaku dan interaksi sosialnya.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Kode 2201:** Klien mampu mengidentifikasi halusinasi.
- **Kode 2202:** Klien mampu mengontrol halusinasi.
- **Kode 2204:** Klien melaporkan penurunan frekuensi halusinasi.
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Kode 4320:** Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas.
- **Kode 4321:** Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.
- **Kode 4323:** Manajemen halusinasi.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Isolasi Sosial: Menarik Diri (SDKI Code: 00052)**
**Penjelasan:**
Klien menolak berinteraksi dengan orang lain, lebih sering menyendiri, dan hanya mau berkomunikasi dengan perawat tertentu, menunjukkan gejala menarik diri.
**SLKI:**
- **Kode 2701:** Klien mau berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
- **Kode 2702:** Klien berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
**SIKI:**
- **Kode 4410:** Terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
- **Kode 4411:** Pendekatan terapeutik untuk meningkatkan interaksi sosial.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pola Tidur (SDKI Code: 00045)**
**Penjelasan:**
Klien mengalami kesulitan tidur, yang dapat memperburuk kondisi psikotiknya.
**SLKI:**
- **Kode 0801:** Klien melaporkan peningkatan kualitas tidur.
- **Kode 0802:** Klien mampu menggunakan teknik relaksasi untuk mempermudah tidur.
**SIKI:**
- **Kode 4120:** Manajemen gangguan tidur.
- **Kode 4121:** Edukasi kebersihan tidur (sleep hygiene).
---
### **4. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Bunuh Diri (SDKI Code: 00156)**
**Penjelasan:**
Klien mendengar suara yang menyuruhnya bunuh diri dan memiliki riwayat stresor psikososial (kegagalan pernikahan dan PHK).
**SLKI:**
- **Kode 2401:** Klien tidak menunjukkan perilaku atau ide bunuh diri.
- **Kode 2402:** Klien mengungkapkan perasaan dan kebutuhan secara adaptif.
**SIKI:**
- **Kode 4330:** Pengawasan ketat risiko bunuh diri.
- **Kode 4331:** Kontrak keselamatan (safety contract).
---
### **5. Diagnosa Keperawatan:**
**Defisit Perawatan Diri: Mandi/Higiene (SDKI Code: 00109)**
**Penjelasan:**
Klien tidak mau membersihkan diri, menunjukkan penurunan kemampuan dalam perawatan diri.
**SLKI:**
- **Kode 1001:** Klien mampu melakukan perawatan diri mandiri.
- **Kode 1002:** Klien menunjukkan peningkatan kebersihan diri.
**SIKI:**
- **Kode 4200:** Bantuan perawatan diri.
- **Kode 4201:** Pelatihan aktivitas hidup sehari-hari (ADL training).
---
### **Kesimpulan:**
Klien dengan skizofrenia hebefrenik memerlukan pendekatan keperawatan holistik yang mencakup manajemen halusinasi, peningkatan interaksi sosial, perbaikan pola tidur, pencegahan bunuh diri, serta bantuan dalam perawatan diri. Intervensi keperawatan harus dilakukan secara terstruktur dengan mempertimbangkan respons klien terhadap terapi farmakologis yang diberikan.
*(Sumber: Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI, Edisi Terkini)* -
Article No. 16956 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan tenggorokan sakit sejak 3 hari yang lalu demam - , batuk berdahak +
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu keluhan tenggorokan sakit sejak 3 hari yang lalu, disertai demam (-) dan batuk berdahak (+), maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif".
Diagnosa ini sesuai karena pasien mengalami masalah pernapasan yang ditandai dengan adanya gejala batuk berdahak, yang menunjukkan adanya sekresi atau mukus yang mengganggu aliran udara dalam saluran pernapasan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefektifan dalam membersihkan jalan napas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk dan bersin secara efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien dapat bernapas dengan mudah tanpa adanya suara napas tambahan (ronki, wheezing, atau stridor).
- Pasien menunjukkan pola napas yang dalam dan teratur.
2. Bebas dari Risiko Komplikasi
- Pasien tidak mengalami komplikasi pernapasan, seperti pneumonia atau atelectasis.
- Tanda-tanda vital pasien stabil dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan beberapa intervensi keperawatan, antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
- Auskultasi dan identifikasi suara napas tambahan.
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika perlu.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
- Dorong pasien untuk melakukan batuk efektif dan senam napas.
2. Manajemen Demam
- Pantau tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh.
- Berikan obat penurun demam sesuai resep.
- Lakukan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, dan skala nyeri yang dirasakan pasien.
- Berikan analgesik sesuai resep untuk mengurangi nyeri tenggorokan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri.
4. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab, tanda, dan gejala infeksi saluran pernapasan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam napas untuk membantu pengeluaran sekret.
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat dan menghindari merokok.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memantau perkembangan kondisi pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif dan bebas dari risiko komplikasi. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 16957 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, batuk, pilek sudah 5 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00030
2. Definisi SDKI:
Ketidakmampuan untuk membersihkan dan mempertahankan saluran napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
3. Definisi SLKI:
Intervensi Keperawatan untuk Meningkatkan Bersihan Jalan Napas
Kode SLKI: 0406
4. Definisi SIKI:
Tindakan Keperawatan untuk Meningkatkan Jalan Napas
Kode SIKI: 11010
Penjelasan Singkat:
Pasien datang dengan keluhan demam, batuk, dan pilek selama 5 hari, yang menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan. Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" mengacu pada ketidakmampuan pasien untuk membersihkan dan mempertahankan saluran napas secara efektif, yang dapat menghambat pertukaran gas.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SLKI adalah "Meningkatkan Bersihan Jalan Napas", yang mencakup tindakan-tindakan untuk memfasilitasi pembersihan dan pemeliharaan saluran napas pasien. Sementara itu, SIKI memberikan definisi tindakan keperawatan yang lebih spesifik, yaitu "Meningkatkan Jalan Napas", yang dapat mencakup aktivitas seperti memberikan oksigen, memantau pola napas, dan melakukan suction bila diperlukan.
Dengan pendekatan akademis dan persona pakar/perawat, perawat dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas yang tidak efektif.