Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15076 | 08 Apr 2025
Klinis : ASMA
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis asma, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait, jika ada. Berikut informasinya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.- (Asma)
- Deskripsi: Asma adalah penyakit paru-paru kronis yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran pernapasan, yang menyebabkan gejala seperti mengi, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk. Kode J45.- mencakup berbagai tipe asma, seperti asma alergi (J45.0), asma non-alergi (J45.1), asma campuran (J45.2), dan asma yang tidak diklasifikasikan di tempat lain (J45.9).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08 (Terapi inhalasi) atau 93.94 (Pemberian obat bronkodilator)
- Deskripsi: Tindakan medis yang umum dilakukan untuk penanganan asma adalah terapi inhalasi, yang melibatkan pemberian obat-obatan melalui inhaler atau nebulizer, serta pemberian obat bronkodilator untuk melebarkan saluran pernapasan. Kode 93.08 dan 93.94 dalam ICD-9-CM mewakili prosedur-prosedur tersebut.
Sebagai seorang dokter atau perekam medis, saya berharap informasi ini dapat membantu dalam mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi asma yang dialami oleh pasien. Kode-kode ini penting untuk keperluan administrasi, penagihan, dan pelaporan medis yang akurat. -
Article No. 15077 | 08 Apr 2025
Klinis : GAGAL GINJAL
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis gagal ginjal, beserta penjelasan detail dengan poin-poin:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N17 - N19
- Deskripsi: Penyakit ginjal gagal akut dan kronik
Penjelasan detail:
- N17 - Gagal ginjal akut:
- Ini mencakup berbagai kondisi yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara cepat, seperti cedera ginjal akut, nekrosis tubular akut, atau gagal ginjal sebagai komplikasi dari penyakit sistemik.
- Contoh kode spesifik: N17.0 - Gagal ginjal akut dengan nekrosis tubular, N17.1 - Gagal ginjal akut dengan nekrosis kortikal, dll.
- N18 - Penyakit ginjal kronik:
- Ini mencakup kondisi di mana terjadi penurunan fungsi ginjal secara progresif dan persisten selama setidaknya 3 bulan.
- Contoh kode spesifik: N18.1 - Penyakit ginjal kronik, stadium 1, N18.2 - Penyakit ginjal kronik, stadium 2, dll.
- N19 - Gagal ginjal, tidak dispesifikasi:
- Kode ini digunakan jika tidak ada informasi yang cukup untuk mengklasifikasikan gagal ginjal sebagai akut atau kronik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Dialisis renal, tidak dispesifikasi
Penjelasan detail:
- Kode 39.95 digunakan untuk prosedur dialisis renal, termasuk hemodialisis, dialisis peritoneal, atau teknik dialisis lainnya.
- Kode ini digunakan jika tidak ada informasi yang cukup untuk mengidentifikasi jenis dialisis yang spesifik.
- Jika jenis dialisis renal yang dilakukan diketahui, dapat digunakan kode yang lebih spesifik, seperti 39.95 (hemodialisis) atau 54.98 (dialisis peritoneal).
Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada pertanyaan atau kebutuhan tambahan. -
Article No. 15078 | 08 Apr 2025
Klinis : OSTEOPOROSIS
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi osteoporosis.
1. Kode ICD-10:
- Kode: M81
- Deskripsi: Osteoporosis tanpa patah tulang
Osteoporosis merupakan kondisi tulang yang ditandai dengan penurunan massa tulang dan kepadatan tulang, sehingga menjadi lebih rentan terhadap patah tulang. Kode ICD-10 M81 digunakan untuk mengkodekan osteoporosis tanpa adanya patah tulang yang terjadi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 92.12
- Deskripsi: Pengukuran densitas tulang, dual-energy X-ray absorptiometry (DXA)
Untuk mendiagnosis dan memantau perkembangan osteoporosis, pemeriksaan densitas tulang dengan dual-energy X-ray absorptiometry (DXA) sering dilakukan. Kode ICD-9-CM 92.12 digunakan untuk mengkodekan prosedur pengukuran densitas tulang menggunakan teknik DXA. -
Article No. 15079 | 08 Apr 2025
Klinis : DECOM CORDIS
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "DECOM CORDIS" yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I51.4
- Deskripsi: Degenerasi miokardium
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 37.34
- Deskripsi: Transplantasi jantung
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I51.4 (Degenerasi miokardium) sesuai dengan kondisi "DECOM CORDIS" yang menggambarkan adanya kerusakan atau degenerasi pada otot jantung (miokardium). Kode ini mencakup kondisi-kondisi seperti kardiomiopati, hipertrofi, dilatasi, dan degenerasi miokardium.
2. Kode ICD-9-CM 37.34 (Transplantasi jantung) adalah prosedur atau tindakan medis yang mungkin diperlukan dalam penanganan kondisi "DECOM CORDIS". Transplantasi jantung dapat menjadi pilihan pengobatan untuk menggantikan jantung yang rusak atau terdegenerasi dengan jantung yang sehat dari donor.
Penggunaan kode ICD yang tepat sangat penting dalam dokumentasi medis untuk mencatat diagnosis dan prosedur/tindakan medis yang dilakukan. Hal ini membantu dalam proses pengkodean, penagihan, pelaporan, dan analisis data kesehatan yang akurat. -
Article No. 15080 | 08 Apr 2025
Klinis : Tn. XJ, 43 tahun, Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi:97 x /menit. RR: 18 x /menit. Pasien didiagnosis menderita Diabetes Mellitus. Tinggi badan: 170 cm, Berat badan: 105 Kg. BMI= 36,3. Pasien mengatakan ada jerawat di muka, lemas, dan mudah marah ke istri. Masalah keperawatan utama sesuai kasus tersebut adalah?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi Tn. XJ, usia 43 tahun dengan diagnosa Diabetes Mellitus, berat badan lebih, dan keluhan kulit berjerawat serta perubahan suasana hati, maka dapat dirumuskan diagnosis keperawatan utama sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan: Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan dengan Diabetes Mellitus.
Penjelasan:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) mencantumkan diagnosis "Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah" sebagai kondisi di mana individu berisiko mengalami fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak terkendali. Hal ini sesuai dengan kondisi Tn. XJ yang menderita Diabetes Mellitus, di mana regulasi kadar glukosa darah menjadi tidak stabil.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) mengidentifikasi luaran yang diharapkan dalam mengatasi diagnosis ini, seperti Kadar Glukosa Darah Terkendali, Pengetahuan Manajemen Diabetes Mellitus Memadai, dan Perilaku Manajemen Diabetes Mellitus Efektif.
Selanjutnya, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi-intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti Pemantauan Kadar Glukosa Darah, Edukasi Manajemen Diabetes Mellitus, dan Manajemen Regimen Terapeutik.
Dengan demikian, diagnosis keperawatan utama yang sesuai pada kasus Tn. XJ adalah Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan dengan Diabetes Mellitus, yang membutuhkan intervensi keperawatan komprehensif untuk menjaga stabilitas kadar glukosa darah dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola penyakitnya. -
Article No. 15081 | 08 Apr 2025
Klinis : Tn. XJ, 43 tahun, Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi:97 x /menit. RR: 18 x /menit. Pasien didiagnosis menderita Diabetes Mellitus. Tinggi badan: 170 cm, Berat badan: 105 Kg. BMI= 36,3. Pasien mengatakan ada jerawat di muka, lemas, dan mudah marah ke istri. Masalah keperawatan utama sesuai kasus tersebut adalah?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin sesuai dengan kasus Tn. XJ.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kasus yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Alasan: Pasien didiagnosis menderita Diabetes Mellitus, yang berisiko menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Kadar Glukosa Darah
Kriteria hasil:
- Kadar glukosa darah puasa dalam rentang normal (70-99 mg/dL)
- Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan dalam rentang normal (< 140 mg/dL)
- Pasien mampu memonitor kadar glukosa darah secara mandiri
- Pasien menunjukkan perilaku yang mendukung kontrol kadar glukosa darah yang optimal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Diabetes
Aktivitas:
- Kaji faktor-faktor yang dapat memengaruhi kadar glukosa darah (misalnya: diet, aktivitas, stres, obat-obatan)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll) untuk menyusun rencana pengelolaan diabetes yang komprehensif
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang diet diabetes, aktivitas fisik, pemantauan kadar glukosa darah, dan penatalaksanaan komplikasi
- Pantau kadar glukosa darah sesuai jadwal
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
2. Manajemen Berat Badan
Aktivitas:
- Kaji berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh (IMT) pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun program penurunan berat badan yang aman dan sesuai dengan kondisi pasien
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang diet sehat, aktivitas fisik, dan cara mempertahankan berat badan yang ideal
- Pantau perubahan berat badan dan evaluasi efektivitas intervensi
- Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk mencapai berat badan yang sehat
3. Manajemen Stres
Aktivitas:
- Kaji tingkat stres dan tanda-tanda stres yang dialami pasien
- Ajarkan teknik manajemen stres, seperti relaksasi, meditasi, atau aktivitas rekreasi
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan mencari dukungan sosial
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (psikolog, konselor, dll) jika diperlukan
- Pantau efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah" dipilih karena pasien didiagnosis menderita Diabetes Mellitus, yang meningkatkan risiko terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa darah. Luaran yang diharapkan adalah Kontrol Kadar Glukosa Darah, dengan kriteria hasil yang mencakup kadar glukosa darah dalam rentang normal, kemampuan pasien dalam memonitor kadar glukosa darah, dan perilaku yang mendukung kontrol kadar glukosa darah yang optimal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Diabetes, Manajemen Berat Badan, dan Manajemen Stres. Manajemen Diabetes bertujuan untuk mengontrol kadar glukosa darah melalui edukasi dan pemantauan. Manajemen Berat Badan bertujuan untuk mencapai berat badan yang sehat, mengingat pasien memiliki BMI yang termasuk dalam kategori obesitas. Manajemen Stres bertujuan untuk membantu pasien mengelola stres yang dialami, yang dapat memengaruhi kontrol kadar glukosa darah. -
Article No. 15082 | 08 Apr 2025
Klinis : Ny. F, 44 tahun. Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi: 98 x /menit. RR: 18 x /menit. Nilai gula darah puasa 50 mg/dL (rentang normal 60 - 100mg/DL). Pasien mengeluh: nyeri perut skala 3 rentang (1-10) sejak 2 bulan yang lalu, pusing saat berdiri, lesu, tidak nafsu makan. Pasien didiagnosis dokter menderita Addison. Masalah keperawatan utama sesuai kasus tersebut adalah?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi Ny. F yang didiagnosis menderita Addison.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan kondisi Ny. F adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh" (00002). Diagnosa ini didasarkan pada gejala yang dialami Ny. F, yaitu penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, dan lesu, yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan kebutuhan tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Indikator Luaran: Berat Badan
- Kriteria Hasil: Berat badan stabil atau meningkat sesuai status gizi normal.
- Target: Berat badan Ny. F mencapai rentang normal sesuai usia dan tinggi badan.
2. Indikator Luaran: Asupan Nutrisi
- Kriteria Hasil: Asupan nutrisi adekuat sesuai kebutuhan.
- Target: Ny. F dapat mengonsumsi makanan dan minuman yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
3. Indikator Luaran: Pengetahuan Manajemen Nutrisi
- Kriteria Hasil: Pasien mendemonstrasikan perilaku yang menunjukkan pemahaman tentang manajemen nutrisi yang tepat.
- Target: Ny. F memahami dan dapat menerapkan manajemen nutrisi yang sesuai dengan kondisinya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengkajian Nutrisi
- Mengkaji riwayat nutrisi, pola makan, dan faktor-faktor yang memengaruhi nutrisi Ny. F.
- Mengevaluasi status nutrisi Ny. F, termasuk berat badan, IMT, dan kadar gula darah.
2. Manajemen Nutrisi
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi Ny. F.
- Edukasi Ny. F dan keluarga tentang pentingnya konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang.
- Anjurkan Ny. F untuk mengonsumsi makanan kecil dan sering, serta meningkatkan asupan kalori dan protein.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian suplementasi nutrisi sesuai kebutuhan.
3. Monitoring dan Evaluasi
- Pantau berat badan, asupan nutrisi, dan kadar gula darah Ny. F secara berkala.
- Evaluasi efektivitas intervensi nutrisi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Berikan dukungan dan motivasi kepada Ny. F dan keluarga untuk mencapai tujuan nutrisi yang optimal.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan Ny. F dapat mencapai status nutrisi yang seimbang, mengatasi masalah terkait penyakit Addison, dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 15083 | 08 Apr 2025
Klinis : Ny. F, 44 tahun. Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi: 98 x /menit. RR: 18 x /menit. Nilai gula darah puasa 50 mg/dL (rentang normal 60 - 100mg/DL). Pasien mengeluh: nyeri perut skala 3 rentang (1-10) sejak 2 bulan yang lalu, pusing saat berdiri, lesu, tidak nafsu makan. Pasien didiagnosis dokter menderita Addison. Masalah keperawatan utama sesuai kasus tersebut adalah?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus Ny. F, 44 tahun yang didiagnosis menderita Addison.
Masalah Keperawatan Utama:
Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan gangguan produksi kortisol akibat penyakit Addison.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Definisi: Kondisi di mana tubuh tidak dapat mempertahankan volume dan komposisi cairan dan elektrolit yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis.
- Penyebab: Gangguan produksi hormon kortisol akibat penyakit Addison.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan
- Definisi: Kondisi di mana volume dan komposisi cairan tubuh berada dalam rentang normal.
- Indikator: Tekanan darah, nadi, RR, dan pemeriksaan laboratorium (gula darah) berada dalam rentang normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Keseimbangan Cairan
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis.
- Intervensi: Pemberian cairan dan elektrolit pengganti, pemantauan tanda-tanda vital, asupan dan output cairan, serta pemeriksaan laboratorium.
Dengan demikian, masalah keperawatan utama yang sesuai dengan kasus Ny. F adalah Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan gangguan produksi kortisol akibat penyakit Addison. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Keseimbangan Cairan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis. -
Article No. 15084 | 08 Apr 2025
Klinis : Data subjektif : Ny. S mengatakan bahwa ia memiliki luka bakar di daerah punggung kaki akibat kecelakaan dan kulit kering dibagian kaki dan perut. Data objektif : Bekas luka Kulit kering di perut problem dan etiologi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi SDKI:
Kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan di bawahnya.
Faktor Etiologi SDKI:
- Luka bakar
- Kekeringan kulit
Kriteria Hasil SLKI:
- Integritas kulit membaik
- Tidak ada tanda infeksi pada luka
- Rasa nyeri berkurang
Intervensi SIKI:
- Perawatan luka bakar
- Pemberian pelembab kulit
- Manajemen nyeri
Penjelasan singkat:
Ny. S mengalami integritas kulit terganggu akibat luka bakar di punggung kaki dan kulit kering di area kaki dan perut. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memulihkan integritas kulit, mencegah komplikasi infeksi, dan mengurangi rasa nyeri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain perawatan luka bakar, pemberian pelembab kulit, dan manajemen nyeri. -
Article No. 15085 | 08 Apr 2025
Klinis : Data subjektif : Ny. S mengatakan bahwa nafsu makannya terkadang menurun akibat kelelahan. Data objektif : - Berat badan menurun - Tampak lemah dan lesu problem dan etiologi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Malnutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan akibat kelelahan.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Malnutrisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan gizi yang dapat menyebabkan perubahan komposisi atau fungsi tubuh.
- Etiologi yang mungkin: Penurunan nafsu makan, kelelahan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien mencapai status gizi yang optimal.
- Indikator: Berat badan meningkat atau stabil, pasien memiliki nafsu makan yang baik.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan Nutrisi: Mengkaji asupan nutrisi pasien, memantau berat badan, dan mengevaluasi perubahan.
2. Manajemen Nutrisi: Menentukan kebutuhan nutrisi pasien, memberikan rekomendasi makanan yang sesuai, dan membantu pasien dalam mengonsumsi makanan.
3. Manajemen Kelelahan: Mengidentifikasi faktor penyebab kelelahan, memberikan intervensi untuk mengurangi kelelahan, dan mengajarkan teknik manajemen kelelahan.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus Ny. S adalah Risiko Malnutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan akibat kelelahan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan nutrisi, manajemen nutrisi, dan manajemen kelelahan untuk membantu pasien mencapai status gizi yang optimal.