Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17054 | 09 May 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, sebut saja A, datang ke puskesmas bersama ibunya dengan keluhan utama bahwa hingga usianya saat ini, ia belum dapat berbicara. Menurut sang ibu, anaknya hanya mampu mengeluarkan suara-suara tidak bermakna dan lebih banyak menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi. Meski begitu, anak terlihat mampu memahami instruksi sederhana seperti “ambil mainan” atau “duduk di kursi”. Anak lahir cukup bulan melalui persalinan normal dengan berat lahir 3.100 gram. Riwayat pertumbuhan motorik tergolong normal, di mana ia bisa duduk pada usia 7 bulan, berdiri pada 10 bulan, dan berjalan pada usia 13 bulan. Namun, perkembangan bahasa tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai usianya. Tidak terdapat riwayat kejang, infeksi otak, trauma kepala, atau penyakit lain yang berarti. Pemeriksaan pendengaran dan fisik tidak menunjukkan kelainan. Dalam keluarga, tidak ada anggota yang mengalami gangguan bicara. Anak merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah bekerja sebagai buruh dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dengan kode dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Keterlambatan Perkembangan Komunikasi
SDKI: Keterlambatan Perkembangan Komunikasi (10033)
Definisi: Ketidakmampuan anak untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain sesuai usianya.
SLKI: Peningkatan Kemampuan Komunikasi (10033)
SIKI: Terapi Bermain (I0066)
Definisi: Intervensi untuk meningkatkan komunikasi anak melalui kegiatan bermain yang menyenangkan.
2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Kemampuan Mengurus Diri
SDKI: Kesiapan Peningkatan Kemampuan Mengurus Diri (10028)
Definisi: Kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan usianya yang belum optimal.
SLKI: Peningkatan Kemampuan Mengurus Diri (10028)
SIKI: Pelatihan Kemampuan Mengurus Diri (I0057)
Definisi: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Keterlambatan Perkembangan
SDKI: Risiko Keterlambatan Perkembangan (10035)
Definisi: Kondisi anak yang berisiko mengalami keterlambatan dalam mencapai tahapan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
SLKI: Perkembangan Anak (10035)
SIKI: Stimulasi Perkembangan (I0065)
Definisi: Intervensi untuk meningkatkan perkembangan anak sesuai dengan usianya.
Penjelasan singkat:
Anak A mengalami keterlambatan dalam perkembangan komunikasi, dimana ia belum dapat berbicara dengan baik sesuai usianya. Namun, ia menunjukkan kemampuan memahami instruksi sederhana. Selain itu, terdapat risiko keterlambatan perkembangan lainnya yang perlu diperhatikan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi bermain untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, pelatihan kemampuan mengurus diri, dan stimulasi perkembangan secara menyeluruh. -
Article No. 17055 | 09 May 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, sebut saja A, datang ke puskesmas bersama ibunya dengan keluhan utama bahwa hingga usianya saat ini, ia belum dapat berbicara. Menurut sang ibu, anaknya hanya mampu mengeluarkan suara-suara tidak bermakna dan lebih banyak menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi. Meski begitu, anak terlihat mampu memahami instruksi sederhana seperti “ambil mainan” atau “duduk di kursi”. Anak lahir cukup bulan melalui persalinan normal dengan berat lahir 3.100 gram. Riwayat pertumbuhan motorik tergolong normal, di mana ia bisa duduk pada usia 7 bulan, berdiri pada 10 bulan, dan berjalan pada usia 13 bulan. Namun, perkembangan bahasa tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai usianya. Tidak terdapat riwayat kejang, infeksi otak, trauma kepala, atau penyakit lain yang berarti. Pemeriksaan pendengaran dan fisik tidak menunjukkan kelainan. Dalam keluarga, tidak ada anggota yang mengalami gangguan bicara. Anak merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah bekerja sebagai buruh dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hambatan Komunikasi Verbal
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyampaikan pesan verbal yang efektif.
Faktor yang berhubungan: Gangguan perkembangan bicara.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Komunikasi Efektif
a. Kriteria Hasil:
- Anak dapat menyampaikan kebutuhan dan perasaannya menggunakan bahasa verbal maupun nonverbal yang dapat dipahami.
- Anak menunjukkan peningkatan kemampuan berbahasa sesuai usia.
b. Indikator:
- Anak dapat menyebutkan nama benda sederhana.
- Anak dapat menjawab pertanyaan sederhana.
- Anak dapat mengikuti instruksi sederhana.
- Anak dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Wicara
a. Tujuan: Membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi.
b. Aktivitas:
- Melakukan asesmen kemampuan komunikasi anak.
- Memberikan stimulasi verbal yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
- Melatih anak dalam mengenal dan menyebutkan nama benda, warna, dan lainnya.
- Melatih anak dalam menjawab pertanyaan sederhana dan mengikuti instruksi.
- Melibatkan keluarga dalam proses terapi wicara.
2. Pendidikan Kesehatan
a. Tujuan: Meningkatkan pemahaman orang tua mengenai perkembangan bahasa anak dan pentingnya intervensi.
b. Aktivitas:
- Memberikan edukasi kepada orang tua tentang tahapan perkembangan bahasa anak.
- Mengajarkan orang tua teknik stimulasi bahasa yang dapat dilakukan di rumah.
- Mendorong keterlibatan orang tua dalam proses terapi wicara anak.
- Membantu orang tua mengidentifikasi sumber daya yang dapat mendukung perkembangan bahasa anak.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kasus adalah "Hambatan Komunikasi Verbal" karena anak tersebut mengalami keterlambatan perkembangan bahasa dan kemampuan berbicara yang tidak sesuai dengan usianya. Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah anak dapat berkomunikasi secara efektif, baik secara verbal maupun nonverbal. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah terapi wicara untuk membantu anak mengembangkan kemampuan berbahasa, serta pendidikan kesehatan bagi orang tua agar dapat memberikan stimulasi yang tepat di rumah dan mendukung proses terapi wicara anak. -
Article No. 17056 | 09 May 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, sebut saja A, datang ke puskesmas bersama ibunya dengan keluhan utama bahwa hingga usianya saat ini, ia belum dapat berbicara. Menurut sang ibu, anaknya hanya mampu mengeluarkan suara-suara tidak bermakna dan lebih banyak menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi. Meski begitu, anak terlihat mampu memahami instruksi sederhana seperti “ambil mainan” atau “duduk di kursi”. Anak lahir cukup bulan melalui persalinan normal dengan berat lahir 3.100 gram. Riwayat pertumbuhan motorik tergolong normal, di mana ia bisa duduk pada usia 7 bulan, berdiri pada 10 bulan, dan berjalan pada usia 13 bulan. Namun, perkembangan bahasa tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai usianya. Tidak terdapat riwayat kejang, infeksi otak, trauma kepala, atau penyakit lain yang berarti. Pemeriksaan pendengaran dan fisik tidak menunjukkan kelainan. Dalam keluarga, tidak ada anggota yang mengalami gangguan bicara. Anak merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah bekerja sebagai buruh dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Komunikasi Verbal Terganggu
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyampaikan pesan lisan secara efektif.
Karakteristik Definisi:
- Keterbatasan dalam berbicara
- Menggunakan gestur atau bahasa tubuh untuk berkomunikasi
- Kesulitan dalam memahami atau mengekspresikan informasi verbal
2. Perkembangan Terhambat
Definisi: Perubahan dalam fungsi atau struktur tubuh atau pikiran yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan yang diharapkan.
Karakteristik Definisi:
- Perkembangan motorik dan bahasa yang tidak sesuai dengan usia
- Keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan yang diharapkan
- Kesulitan dalam melakukan tugas sesuai dengan tahap perkembangan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Komunikasi Verbal Membaik
- Anak dapat mengucapkan kata-kata sederhana
- Anak dapat memahami dan mengekspresikan informasi verbal dengan bantuan
- Anak dapat berkomunikasi dengan cara yang lebih efektif
2. Perkembangan Meningkat
- Anak dapat mencapai tahap perkembangan motorik dan bahasa yang sesuai dengan usianya
- Anak dapat melakukan tugas-tugas sesuai dengan tahap perkembangannya
- Anak dapat menunjukkan kemajuan dalam perkembangan secara keseluruhan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Komunikasi Verbal Terganggu
- Identifikasi faktor-faktor yang mungkin memengaruhi komunikasi verbal anak
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin (misalnya terapis wicara, psikolog) untuk mengevaluasi dan memberikan intervensi yang sesuai
- Memberikan stimulasi bahasa dan komunikasi secara teratur (misalnya membaca buku, bernyanyi, bermain permainan yang melatih komunikasi)
- Mengajarkan teknik komunikasi alternatif (misalnya gestural, visual) untuk membantu anak mengekspresikan dirinya
- Melibatkan keluarga dalam proses stimulasi dan intervensi komunikasi anak
2. Perkembangan Terhambat
- Mengevaluasi faktor-faktor yang mungkin memengaruhi perkembangan anak (misalnya kondisi lingkungan, status gizi, riwayat medis)
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin (misalnya fisioterapis, terapis okupasi) untuk memberikan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak
- Memberikan stimulasi perkembangan secara teratur (misalnya aktivitas bermain yang melatih kemampuan motorik dan kognitif)
- Memberikan edukasi dan dukungan kepada keluarga agar dapat mendukung perkembangan anak di rumah
- Memantau perkembangan anak secara berkala dan melakukan tindakan korektif jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Sebagai perawat, saya telah mengidentifikasi dua diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan kondisi anak laki-laki berusia 6 tahun, A, yaitu Komunikasi Verbal Terganggu dan Perkembangan Terhambat. Kedua diagnosa ini mencerminkan permasalahan yang dialami A, yaitu keterbatasan dalam berbicara dan perkembangan yang tidak sesuai dengan usianya.
Untuk Komunikasi Verbal Terganggu, anak A menunjukkan karakteristik seperti keterbatasan dalam berbicara, penggunaan gestur atau bahasa tubuh untuk berkomunikasi, serta kesulitan dalam memahami atau mengekspresikan informasi verbal. Tujuan luaran yang diharapkan adalah Komunikasi Verbal Membaik, di mana anak dapat mengucapkan kata-kata sederhana, memahami dan mengekspresikan informasi verbal dengan bantuan, serta berkomunikasi dengan cara yang lebih efektif.
Sementara itu, untuk Perkembangan Terhambat, anak A menunjukkan perkembangan motorik dan bahasa yang tidak sesuai dengan usianya, keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan yang diharapkan, serta kesulitan dalam melakukan tugas sesuai dengan tahap perkembangannya. Tujuan luaran yang diharapkan adalah Perkembangan Meningkat, di mana anak dapat mencapai tahap perkembangan motorik dan bahasa yang sesuai dengan usianya, dapat melakukan tugas-tugas sesuai dengan tahap perkembangannya, serta menunjukkan kemajuan dalam perkembangan secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi, kolaborasi dengan tim multidisiplin, pemberian stimulasi yang sesuai, pengajaran teknik komunikasi alternatif, serta pelibatan keluarga dalam proses intervensi. Pemantauan perkembangan secara berkala dan tindakan korektif jika diperlukan juga merupakan bagian penting dari intervensi keperawatan.
Melalui intervensi yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan anak A dapat meningkatkan kemampuan komunikasi verbalnya serta mencapai perkembangan yang sesuai dengan usianya. Peran perawat dalam kasus ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang berpusat pada anak dan keluarga, serta berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 17057 | 09 May 2025
Klinis : pasien dengan diagnosa medis NSTEMI (Non-ST-elevation Myocardial Infarction) dengan edema paru akut, ADHF, Dislipidemia, DM, Hiperglikemia. mengeluh sesak nafas, nadi 67 x/menit, spo2 96%, RR 22 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Jantung
SDKI: D.0036
Definisi: Penurunan suplai oksigen ke otot jantung yang dapat mengakibatkan kerusakan sel jantung.
SLKI: P.0030
Definisi: Intervensi yang ditujukan untuk meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung.
SIKI: O.0036
Definisi: Tindakan untuk mengatasi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung.
2. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
SDKI: D.0044
Definisi: Keadaan di mana terdapat peningkatan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular.
SLKI: P.0037
Definisi: Intervensi yang ditujukan untuk mengatasi kelebihan volume cairan.
SIKI: O.0044
Definisi: Tindakan untuk mengatasi kelebihan volume cairan.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
SDKI: D.0019
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI: P.0018
Definisi: Intervensi yang ditujukan untuk memulihkan toleransi aktivitas.
SIKI: O.0019
Definisi: Tindakan untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Hiperglikemia
SDKI: D.0226
Definisi: Peningkatan kadar glukosa dalam darah di atas batas normal.
SLKI: P.0195
Definisi: Intervensi yang ditujukan untuk mencegah dan mengatasi hiperglikemia.
SIKI: O.0226
Definisi: Tindakan untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
Catatan: Kode-kode di atas sesuai dengan Sistem Dokumentasi Keperawatan Indonesia (SDKI), Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 17058 | 09 May 2025
Klinis : pasien dengan diagnosa medis NSTEMI (Non-ST-elevation Myocardial Infarction) dengan edema paru akut, ADHF, Dislipidemia, DM, Hiperglikemia. mengeluh sesak nafas, nadi 67 x/menit, spo2 96%, RR 22 x/menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan edema paru akut, ADHF, dan hiperglikemia, ditandai dengan sesak napas, peningkatan frekuensi napas, dan penurunan saturasi oksigen.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung, keterbatasan perfusi jaringan, dan kelelahan, ditandai dengan sesak napas saat beraktivitas dan peningkatan tanda-tanda vital.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan disfungsi gastrointestinal, ditandai dengan penurunan berat badan dan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol.
4. Risiko Perfusi Serebral Terganggu berhubungan dengan gangguan hemodinamik, hipoglikemia, dan hipertensi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif: Pasien dapat mempertahankan frekuensi napas 12-20 kali per menit, kedalaman napas yang adekuat, dan saturasi oksigen ≥ 96%.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri dan aktivitas ringan tanpa mengalami sesak napas atau tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik.
3. Status Nutrisi Membaik: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang stabil dan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
4. Perfusi Serebral Membaik: Pasien tidak mengalami gejala-gejala gangguan perfusi serebral, seperti penurunan kesadaran, sakit kepala, atau gangguan fungsi motorik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intervensi terkait Ketidakefektifan Pola Napas:
- Monitor tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan pernapasan diafragma.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diuretik dan vasodilator sesuai indikasi.
2. Intervensi terkait Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
- Berikan aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan fisik yang aman.
3. Intervensi terkait Ketidakseimbangan Nutrisi:
- Monitor asupan dan keluaran cairan, serta kadar glukosa darah.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai.
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan kaya nutrisi.
- Ajarkan manajemen diet dan kontrol glukosa darah.
4. Intervensi terkait Risiko Perfusi Serebral Terganggu:
- Monitor tanda-tanda vital, status neurologi, dan kadar glukosa darah.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk stabilisasi hemodinamik dan kontrol glukosa darah.
- Berikan posisi semi-Fowler untuk meningkatkan aliran darah ke otak.
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda-tanda gangguan perfusi serebral.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang erat dengan tim medis, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan dan memperoleh perawatan yang optimal. -
Article No. 16923 | 08 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Kode SDKI: 00031
- Kode SLKI: KN01
- Kode SIKI: KB001
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Kode SDKI: 00092
- Kode SLKI: KK01
- Kode SIKI: KB002
3. Risiko Infeksi (00004)
- Definisi: Peningkatan risiko terpapar oleh agen patogen.
- Kode SDKI: 00004
- Kode SLKI: KK02
- Kode SIKI: KB003
Penjelasan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
Pasien mengalami batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas, yang menunjukkan adanya obstruksi jalan napas. Kondisi ini dapat menyebabkan pasien kesulitan membersihkan sekresi dan mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Intoleransi Aktivitas:
Pasien mengalami gejala seperti demam dan kehilangan nafsu makan, yang dapat menyebabkan penurunan energi dan menurunkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Infeksi:
Diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru, yang merupakan penyakit infeksi yang dapat meningkatkan risiko infeksi pada pasien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 16924 | 08 May 2025
Klinis : . Defisit pengetahuan b/d Kurang terpapar informasi (D.0111)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi yang anda berikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Defisit Pengetahuan
Definisi: Keterbatasan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Penyebab: Kurang terpapar informasi.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
a. Peningkatan Pengetahuan
- Pasien dapat menjelaskan kondisi kesehatan dan pengobatan yang diperlukan.
- Pasien dapat menyebutkan sumber informasi yang dapat diakses terkait kondisi kesehatannya.
- Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku yang sesuai untuk mengelola kondisi kesehatannya.
b. Partisipasi dalam Perawatan Kesehatan
- Pasien aktif terlibat dalam pengambilan keputusan terkait perawatan kesehatannya.
- Pasien mematuhi rencana perawatan yang disepakati.
- Pasien mampu mengidentifikasi dan mengatasi hambatan dalam pelaksanaan rencana perawatan.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
a. Manajemen Informasi
- Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien terkait kondisi kesehatannya.
- Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien dalam bahasa yang mudah dipahami.
- Memastikan pasien memahami informasi yang diberikan dengan meminta umpan balik.
- Mengidentifikasi sumber informasi yang dapat diakses pasien.
- Mendorong pasien untuk aktif mencari informasi dari sumber yang tepercaya.
b. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi tentang kondisi kesehatan, pengobatan, dan manajemen perawatan.
- Membantu pasien mengembangkan ketrampilan untuk mengelola kondisi kesehatannya.
- Melibatkan keluarga atau significant other dalam proses edukasi.
- Mengevaluasi pemahaman pasien dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
c. Dukungan Pengambilan Keputusan
- Mendorong pasien untuk aktif terlibat dalam pengambilan keputusan terkait perawatannya.
- Memberikan informasi yang objektif dan komprehensif agar pasien dapat membuat keputusan yang tepat.
- Mengidentifikasi dan mendiskusikan dengan pasien terkait hambatan dalam pelaksanaan rencana perawatan.
- Membantu pasien mengembangkan strategi untuk mengatasi hambatan yang teridentifikasi.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi defisit pengetahuan yang disebabkan oleh kurang terpapar informasi. Pendekatan ini berfokus pada peningkatan pengetahuan, partisipasi pasien dalam perawatan, dan pengembangan kemampuan pasien untuk mengelola kondisi kesehatannya. -
Article No. 16925 | 08 May 2025
Klinis : . SLKI Defisit pengetahuan b/d Kurang terpapar informasi (D.0111)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosis Keperawatan yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah "Defisit Pengetahuan" (D.0111) berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai "Keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik yang spesifik".
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah pemberian Asuhan Keperawatan adalah "Peningkatan Pengetahuan" (L.0110) berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Peningkatan Pengetahuan didefinisikan sebagai "Bertambahnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik yang spesifik".
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran "Peningkatan Pengetahuan" adalah:
1. Manajemen Pengetahuan (I.0110): Mengidentifikasi, mengumpulkan, memverifikasi, dan mendiseminasikan informasi yang dibutuhkan pasien.
2. Edukasi Kesehatan (I.0603): Memberikan informasi dan pembelajaran kepada pasien terkait kondisi kesehatan, perawatan, dan pencegahan komplikasi.
3. Bimbingan: Memberikan panduan dan arahan kepada pasien untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait kondisi kesehatan.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Defisit Pengetahuan" (D.0111) menunjukkan bahwa pasien memiliki keterbatasan informasi kognitif mengenai topik yang spesifik. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya paparan informasi yang diterima oleh pasien.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah "Peningkatan Pengetahuan" (L.0110), yang berarti bahwa setelah diberikan intervensi keperawatan, diharapkan pasien memiliki peningkatan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik spesifik yang sebelumnya kurang dipahami.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran "Peningkatan Pengetahuan" meliputi:
a. Manajemen Pengetahuan (I.0110): Perawat mengidentifikasi, mengumpulkan, memverifikasi, dan mendiseminasikan informasi yang dibutuhkan pasien untuk meningkatkan pengetahuannya.
b. Edukasi Kesehatan (I.0603): Perawat memberikan informasi dan pembelajaran kepada pasien terkait kondisi kesehatan, perawatan, dan pencegahan komplikasi, sehingga pasien memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan.
c. Bimbingan: Perawat memberikan panduan dan arahan kepada pasien untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait kondisi kesehatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran "Peningkatan Pengetahuan" sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan pengelolaan kondisi kesehatannya. -
Article No. 16926 | 08 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi berdasarkan kasus yang Anda sampaikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Pasien mengalami batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas, yang mengindikasikan adanya gangguan pada bersihan jalan napas.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Pasien mengalami kehilangan nafsu makan, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi.
c. Hipertermia
Pasien mengalami demam, yang menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Setelah diberikan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan suara napas normal, tidak ada sesak napas, dan tidak ada akumulasi sekret.
b. Keseimbangan Nutrisi
Setelah diberikan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan keseimbangan nutrisi yang adekuat, ditandai dengan peningkatan nafsu makan, peningkatan berat badan, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
c. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal
Setelah diberikan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal, yaitu 36,5-37,5°C.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Observasi tanda-tanda vital dan status pernapasan
- Atur posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Lakukan terapi oksigen sesuai indikasi
- Berikan nebulizer atau bronkodilator sesuai resep
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
b. Untuk Keseimbangan Nutrisi:
- Kaji status nutrisi dan riwayat diet pasien
- Berikan diet sesuai kebutuhan, tinggi protein dan kalori
- Pantau asupan dan keluaran cairan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan intervensi nutrisi
c. Untuk Suhu Tubuh dalam Rentang Normal:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
- Pertahankan lingkungan yang nyaman dan suhu ruangan yang optimal
- Lakukan tindakan penurunan suhu seperti kompres dingin jika perlu
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Wallahu a'lam. -
Article No. 16927 | 08 May 2025
Klinis : E. Pengkajian Fungsi Tubuh 1. Fungsi Mental a. Orientasi Kesadaran Ny. H Compos Mentis (GCS 15). Klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat, dan orang. Hal ini ditandai dengan klien dapat menjawab dengan benar ketika perawat menanyakan jam, tempat dan nama orang. b. Intelektual Ny. H dapat menulis dan membaca serta berhitung. Klien mengalami sedikit kesulitan dalam menulis dan membaca karena tidak memiliki kaca mata. Nilai MMSE 20 (Probable gangguan kognitif). Form MMSE terlampir. c. Tidur Ny. H tidur siang dari jam 12.00 – 14.30 dan tidur malam dari jam 09.00 – 05.00. Klien tidak mengalami insomnia maupun tidak mengalami mudah terbangun saat tidur. d. Perhatian Ny. H mampu berkonsentrasi jika diajak bercerta dengan perawat dan mampu menjawab pertanyaan perawat dengan baik. e. Memori Ny. H sulit mengingat hal jangka pendek, namun mampu mengingat hal-hal atau kejadian masa lalunya dengan baik. Saat pengkajian, klien mampu mengingat dan menyebutkan kembali 3 benda (apel, meja, koin) dengan benar. f. Fungsi persepsi Ny. H mampu menangkap objek dengan benar, seperti saat perawat menunjukkan buku, klien dapat mengatakan itu buku. Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran maupun penglihatan. g. Bahasa Bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia. Dalam berkomunikasi bahasa tidak mengalami hambatan. 2. Fungsi Sensori dan Nyeri a. Penglihatan DS: - Klien mengatakan sulit melihat jarak jauh maupun dekat - Klien mengatakan memakai kaca mata namun sudah tidak ada lagi DO: - Lensa kiri tampak keruh - Palpebral tidak enema, konjungtiva merah muda - Sclera tidak ikterik, reaksi pupil pada cahaya (+/+) - Visus mata kanan: 3/60, kiri 2/60 b. Pendengaran Klien tidak dapat mendengar dengan baik. Kemampuan mendengar telinga kanan lebih baik dari telinga kiri. c. Keseimbangan DS: - Klien mengatakan tidak bisa berdiri tanpa bantuan/ berpegangan - Klien mengatakan riwayat jatuh di kamar mandi 1 tahun yang lalu DO: - Klien mampu berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dengan bergangan - Klien berjalan dengan menggunakan gursi/ pegangan di kursi saat di dalam kamar - Klien menggunakan kursi roda jika ingin ke tujuan yang lebih jauh - Postur tubuh klien Kifosis - Kekuatan Otot 5 5 4 4 d. Nyeri Ny. H mengatakan tidak merasakan nyeri pada tubuhnya Masalah Keperawatan: 3. Fungsi Kardiovaskuler, Hematologic, Imunologi & Respiratori a. Jantung Ny. H tidak memiliki riwayat sakit jantung. Batas atas jantung pada ICS 2 mid klavikula kiri, batas kanan atas jantung pada ICS 2 Para Sternalis kanan. Tidak terjadi pembesaran jantung. Bunyi jantung S1 – S2, tidak ada bunyi jantung tambahan. b. Tekanan Darah Tekanan Darah : 140/80 mmHg MAP : (140 + 2 x 80) : 3 = 100 mmHg Kesimpulan: MAP normal c. Alergi Ny. H tidak memiliki riwayat alergi makanan dan obat-obatan d. Pernapasan Frekuensi napas 18x/ menit. Bentuk dada simetris, postur tubuh kifosis, batas paru hepar ICS 4 – 5. Bunyi napas vesikuler, tidak ada suara napas tambahan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. H yang diberikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Berikut adalah penjelasannya:
1. Diagnosis Keperawatan: Gangguan Penglihatan
Kode SDKI: 00025
Definisi: Ketidakmampuan untuk melihat atau mengamati secara jelas dan benar.
Kode SLKI: AC-1
Definisi: Kemampuan individu untuk menjaga dan meningkatkan fungsi penglihatan.
Kode SIKI: D0805
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan individu.
2. Diagnosis Keperawatan: Gangguan Pendengaran
Kode SDKI: 00013
Definisi: Ketidakmampuan untuk mendengar atau menerima stimulasi auditori secara normal.
Kode SLKI: AC-2
Definisi: Kemampuan individu untuk menjaga dan meningkatkan fungsi pendengaran.
Kode SIKI: D0806
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi pendengaran individu.
3. Diagnosis Keperawatan: Risiko Jatuh
Kode SDKI: 00155
Definisi: Peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan cidera fisik.
Kode SLKI: SF-1
Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah jatuh dan cedera akibat jatuh.
Kode SIKI: D1305
Definisi: Tindakan untuk membantu individu mencegah jatuh dan cedera akibat jatuh.
4. Diagnosis Keperawatan: Penurunan Daya Ingat
Kode SDKI: 00041
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengingat atau mengenali informasi atau pengalaman yang dibutuhkan.
Kode SLKI: KG-1
Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi kognitif.
Kode SIKI: D0811
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi kognitif individu.
Harap diperhatikan bahwa penjelasan singkat di atas hanya mencakup diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang diberikan. Masih mungkin terdapat diagnosis keperawatan lain yang dapat diterapkan, tergantung pada hasil pengkajian secara keseluruhan.