Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17091 | 10 May 2025
Klinis : bengkak dileher dan panas badan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi bengkak di leher dan panas badan.
Diagnosa Keperawatan:
D.0154 Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
Definisi: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer yang dapat menyebabkan disfungsi sel.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
D.0154 Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
Kode: D.0154
Definisi: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer yang dapat menyebabkan disfungsi sel.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L.1101 Perfusi Jaringan: Perifer
Kode: L.1101
Definisi: Tingkat sirkulasi darah dan oksigenasi ke jaringan perifer.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I.1608 Manajemen Perfusi Perifer
Kode: I.1608
Definisi: Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan perfusi jaringan perifer.
Berdasarkan kondisi pasien dengan bengkak di leher dan panas badan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (D.0154). Hal ini dikarenakan bengkak di leher dan panas badan dapat menunjukkan adanya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan disfungsi sel. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Perfusi Perifer (I.1608) untuk mempertahankan dan meningkatkan perfusi jaringan perifer. -
Article No. 17092 | 10 May 2025
Klinis : pemasangan gudel di interesnsi diagnosa apa?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pemasangan selang/tube/kateter di mulut (sonde/NGT/OGT):
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Menelan" (Swallowing Disturbance). Kondisi pemasangan selang/tube/kateter di mulut dapat menyebabkan gangguan pada fungsi menelan pasien, sehingga diagnosa ini tepat untuk ditegakkan.
Definisi dari "Gangguan Menelan" berdasarkan SDKI adalah ketidakmampuan untuk menelan makanan, cairan, atau obat-obatan dengan aman dan efektif melalui mulut.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan menelan akibat pemasangan selang/tube/kateter di mulut, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Tingkat Menelan: Pasien dapat menelan dengan aman dan efektif.
b. Status Nutrisi: Pasien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
c. Hidrasi: Pasien menunjukkan status hidrasi yang adekuat.
d. Integritas Mukosa Mulut: Mukosa mulut pasien tetap utuh dan tidak terdapat lesi.
Penjelasan lebih lanjut, luaran ini menggambarkan kemampuan pasien untuk menelan dengan baik, tercukupinya kebutuhan nutrisi dan cairan, serta terjaganya integritas mukosa mulut setelah dilakukan Asuhan Keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan gangguan menelan akibat pemasangan selang/tube/kateter di mulut, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi:
a. Manajemen Jalan Napas
- Pertahankan posisi kepala pasien agar tetap tegak selama pemberian nutrisi/cairan
- Pantau fungsi pernapasan dan oksigenasi pasien
b. Manajemen Nutrisi
- Kaji kemampuan menelan pasien
- Berikan nutrisi enteral sesuai kebutuhan dan toleransi pasien
- Pantau asupan, output, dan status nutrisi pasien
c. Perawatan Mulut
- Lakukan oral hygiene secara rutin untuk menjaga integritas mukosa mulut
- Berikan pelumas pada bibir untuk mencegah kekeringan
d. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan selang/tube/kateter
- Ajarkan cara perawatan selang/tube/kateter dan pencegahan komplikasi
Penjelasan lebih lanjut, intervensi-intervensi ini bertujuan untuk menjaga fungsi menelan, memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan, serta menjaga kebersihan dan integritas mukosa mulut pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga diperlukan untuk mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 17093 | 10 May 2025
Klinis : pemasangan gudel diagnosa apa?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pemasangan sonde gaster (NGT).
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pemasangan sonde gaster (NGT) adalah "Risiko Aspirasi". Risiko Aspirasi didefinisikan sebagai "Rentan terhadap masuknya cairan/benda asing ke dalam saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan komplikasi". Kondisi pemasangan sonde gaster (NGT) meningkatkan risiko aspirasi karena adanya benda asing (selang NGT) yang masuk ke dalam saluran pencernaan dan dapat menyebabkan masuknya cairan atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Risiko Aspirasi Terkendali: Pasien tidak mengalami episode aspirasi selama pemasangan sonde gaster (NGT).
b. Tanda-Tanda Vital Stabil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) selama pemasangan sonde gaster (NGT).
c. Tidak Terjadi Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi akibat pemasangan sonde gaster (NGT), seperti perdarahan, luka, atau perforasi esofagus.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Monitoring Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital pasien secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
b. Pengaturan Posisi Pasien: Memposisikan pasien pada posisi semi-fowler atau fowler untuk mengurangi risiko aspirasi.
c. Observasi Tanda-Tanda Aspirasi: Mengamati tanda-tanda aspirasi, seperti batuk, sesak napas, perubahan warna kulit, dan suara napas yang tidak normal.
d. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang risiko aspirasi, tanda-tanda aspirasi, dan tindakan pencegahan yang harus dilakukan.
e. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan: Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter dan ahli gizi, untuk memastikan pemasangan sonde gaster (NGT) yang aman dan penanganan nutrisi yang tepat.
f. Dokumentasi yang Komprehensif: Melakukan dokumentasi yang lengkap dan akurat mengenai tindakan keperawatan, respons pasien, dan evaluasi hasil asuhan keperawatan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mengendalikan risiko aspirasi, menjaga stabilitas tanda-tanda vital, dan mencegah terjadinya komplikasi akibat pemasangan sonde gaster (NGT). Perawat harus senantiasa memantau pasien secara ketat, melakukan tindakan pencegahan yang tepat, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 17094 | 10 May 2025
Klinis : Ny. S usia 62 tahun DPJP : dr. Salman Paris Harahap, Sp.PD-KHOM. Masuk rawat inap tanggal 5 Mei 2025, sudah rawatan hari ke-1 dengan diagnosa Retensi urin, DM, HT, Neuropati. Pasien mengatakan lemas sejak 5 hari post rawat inap di ruang An-Nisa 2. Mengeluh BAK hanya sedikit dan badan terasa gemetar. Pasien memiliki Riwayat penyakit DM dan HT. Pasien mendapatkan terapi injeksi RL/12 jam, Omeprazole 1x40 mg, b12 3x1, As folat 1x3, CaCo3 3x1, Ceftazidine 3x1. Pasien terpasang DC Kesadaran composmentis, TD : 135/75 mmHg, N : 110 x/menit, RR : 22 x/menit, Suhu 36,7, Spo2 98%. Hasil Lab Hb 8,8 (L), Leu 12.8 (H), Hematokrit 27 (L), Trombo 312, Creatinine 6.46 (H), Natrium 135 (L).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Retensi Urin
Kode: 00023
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara penuh.
2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
3. Diagnosa Keperawatan: Nyeri
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
4. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Kode: 00024
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi yang sesuai untuk metabolisme jaringan.
5. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Kode: 00004
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) terkait dengan diagnosa-diagnosa tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
SLKI:
- Pemulihan Buang Air Kecil
- Mobilitas
- Manajemen Nyeri
- Perfusi Jaringan
- Kontrol Infeksi
SIKI:
- Manajemen Retensi Urin
- Peningkatan Aktivitas
- Manajemen Nyeri
- Peningkatan Perfusi Jaringan
- Pencegahan Infeksi
Secara singkat, penanganan yang dapat dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi adalah:
1. Memantau dan mengelola retensi urin, termasuk pemasangan kateter dan edukasi kepada pasien.
2. Meningkatkan aktivitas dan mobilitas pasien untuk mencegah komplikasi.
3. Mengelola nyeri yang dirasakan pasien.
4. Memantau dan meningkatkan perfusi jaringan, seperti monitoring tanda-tanda vital.
5. Melakukan pencegahan infeksi, termasuk menjaga kebersihan dan perawatan kateter. -
Article No. 17095 | 10 May 2025
Klinis : Suku Atoni Meto, yang mendiami wilayah tengah dan barat Pulau Timor di Nusa Tenggara Timur, memiliki tradisi sunat yang dikenal sebagai Sifon. Berbeda dengan praktik sunat pada umumnya, Sifon dilakukan pada pria dewasa, biasanya setelah usia 17 tahun, dan melibatkan serangkaian ritual khusus. Proses sunat Sifon dilakukan oleh seorang Ahelet (dukun sunat) menggunakan alat tradisional berupa sembilu (bambu tajam). Setelah prosesi sunat, pria yang telah disunat diwajibkan untuk melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan yang bukan istrinya, biasanya seorang janda atau perempuan yang telah memiliki anak. Kepercayaan lokal menyatakan bahwa cairan vagina perempuan dapat membantu mempercepat penyembuhan luka sunat dan menghilangkan "panas" dalam tubuh pria.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI yang relevan dengan konteks tradisi *Sifon* pada Suku Atoni Meto, sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX. 00030: Risiko Infeksi** *(berhubungan dengan prosedur sunat menggunakan alat tradisional yang tidak steril dan praktik seksual pasca-sunat)*
#### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
- **Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- **Faktor Risiko:** Penggunaan sembilu (bambu tajam) sebagai alat sunat yang tidak steril, serta praktik hubungan seksual pasca-sunat dengan risiko kontaminasi luka terbuka.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode LO. 1902: Status Infeksi**
- **Indikator:**
- Luka sunat menunjukkan tanda-tanda penyembuhan tanpa eritema, edema, atau pus.
- Tidak ada demam atau gejala sistemik infeksi.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode IE. 1900: Manajemen Infeksi**
- **Intervensi:**
- Edukasi tentang perawatan luka sunat yang higienis.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lokal untuk menyediakan alat steril atau alternatif prosedur yang lebih aman.
- Pemantauan tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, functio laesa).
---
### **Diagnosa Tambahan**
**Kode DX. 00146: Konflik Keputusan** *(berhubungan dengan ketidaksesuaian antara nilai budaya dan risiko kesehatan)*
#### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI**
- **Definisi:** Kondisi ketidakpastian atau pertentangan dalam pengambilan keputusan terkait tindakan kesehatan.
- **Faktor Risiko:** Tekanan budaya untuk menjalani *Sifon* vs. kesadaran akan risiko infeksi dan penyebaran penyakit menular seksual (PMS).
2. **SLKI**
- **Kode LO. 1606: Pengambilan Keputusan**
- **Indikator:**
- Klien mampu mengidentifikasi konsekuensi dari pilihan tindakan.
- Menunjukkan kesiapan untuk berdiskusi dengan pemangku adat atau tenaga kesehatan.
3. **SIKI**
- **Kode IE. 5250: Konseling**
- **Intervensi:**
- Fasilitasi dialog antara tokoh adat (*Ahelet*), klien, dan petugas kesehatan.
- Sosiokultural assessment untuk memahami kepercayaan lokal dan mencari solusi kompromi.
---
### **Catatan Akademis**
- **Aspek Budaya:** Perlu pendekatan *cultural competence* dengan menghormati nilai tradisi sambil mengintegrasikan prinsip kesehatan modern.
- **Risiko Kesehatan:** Praktik *Sifon* berpotensi menimbulkan infeksi, trauma psikologis, dan penularan HIV/IMS jika tidak dikelola dengan tepat.
- **Peran Perawat:** Sebagai edukator dan mediator antara sistem kesehatan dan kepercayaan lokal.
Semua kode dan definisi mengacu pada **PPNI (2023)**. Untuk penanganan holistik, kolaborasi dengan antropolog kesehatan atau lembaga adat setempat sangat disarankan.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumen klinis/resmi.)* -
Article No. 17096 | 10 May 2025
Klinis : Suku Atoni Meto, yang mendiami wilayah tengah dan barat Pulau Timor di Nusa Tenggara Timur, memiliki tradisi sunat yang dikenal sebagai Sifon. Berbeda dengan praktik sunat pada umumnya, Sifon dilakukan pada pria dewasa, biasanya setelah usia 17 tahun, dan melibatkan serangkaian ritual khusus. Proses sunat Sifon dilakukan oleh seorang Ahelet (dukun sunat) menggunakan alat tradisional berupa sembilu (bambu tajam). Setelah prosesi sunat, pria yang telah disunat diwajibkan untuk melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan yang bukan istrinya, biasanya seorang janda atau perempuan yang telah memiliki anak. Kepercayaan lokal menyatakan bahwa cairan vagina perempuan dapat membantu mempercepat penyembuhan luka sunat dan menghilangkan "panas" dalam tubuh pria.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Infeksi
- Terkait dengan penggunaan alat tradisional berupa sembilu (bambu tajam) dalam proses sunat Sifon yang berisiko menimbulkan infeksi.
- Terkait dengan adanya hubungan seksual setelah proses sunat, yang dapat meningkatkan risiko infeksi pada luka.
2. Gangguan Integritas Kulit
- Terkait dengan proses sunat Sifon yang melibatkan pemotongan atau luka pada area genital.
3. Nyeri Akut
- Terkait dengan proses sunat Sifon yang melibatkan pemotongan atau luka pada area genital.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi infeksi pada luka sunat.
- Pria yang menjalani sunat Sifon menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka yang baik.
2. Gangguan Integritas Kulit:
- Luka sunat Sifon sembuh dengan baik tanpa komplikasi.
- Pria yang menjalani sunat Sifon tidak mengalami komplikasi, seperti perdarahan atau pembengkakan.
3. Nyeri Akut:
- Pria yang menjalani sunat Sifon melaporkan penurunan tingkat nyeri sesuai dengan target yang ditetapkan.
- Pria yang menjalani sunat Sifon menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tingkat nyeri yang dialami.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Infeksi:
- Identifikasi faktor risiko infeksi, seperti penggunaan alat tradisional, proses sunat, dan aktivitas seksual.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, dokter) untuk memberikan pengobatan dan perawatan yang sesuai.
- Edukasi kepada pria yang menjalani sunat Sifon tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya menjaga kebersihan luka.
- Pantau tanda-tanda infeksi secara teratur dan lakukan intervensi yang tepat jika ditemukan.
2. Gangguan Integritas Kulit:
- Lakukan perawatan luka sunat Sifon sesuai dengan prosedur yang aman dan efektif.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, dokter) untuk memastikan penyembuhan luka yang optimal.
- Edukasi kepada pria yang menjalani sunat Sifon tentang perawatan luka dan aktivitas yang harus dihindari.
- Pantau proses penyembuhan luka secara teratur dan lakukan intervensi yang tepat jika ditemukan komplikasi.
3. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk intensitas, lokasi, durasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi.
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, sesuai dengan karakteristik nyeri yang dialami.
- Edukasi kepada pria yang menjalani sunat Sifon tentang strategi manajemen nyeri yang dapat dilakukan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, dokter) untuk memberikan pengobatan yang sesuai jika diperlukan.
- Pantau efektivitas intervensi untuk mengurangi nyeri dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas disajikan dengan nada akademis dan persona pakar nurse. -
Article No. 17097 | 10 May 2025
Klinis : Suku Atoni Meto, yang mendiami wilayah tengah dan barat Pulau Timor di Nusa Tenggara Timur, memiliki tradisi sunat yang dikenal sebagai Sifon. Berbeda dengan praktik sunat pada umumnya, Sifon dilakukan pada pria dewasa, biasanya setelah usia 17 tahun, dan melibatkan serangkaian ritual khusus. Proses sunat Sifon dilakukan oleh seorang Ahelet (dukun sunat) menggunakan alat tradisional berupa sembilu (bambu tajam). Setelah prosesi sunat, pria yang telah disunat diwajibkan untuk melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan yang bukan istrinya, biasanya seorang janda atau perempuan yang telah memiliki anak. Kepercayaan lokal menyatakan bahwa cairan vagina perempuan dapat membantu mempercepat penyembuhan luka sunat dan menghilangkan "panas" dalam tubuh pria.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang relevan dengan kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (Kode: 00004)
Definisi: Rentan terhadap serangan patogen (bakteri, virus, jamur, parasit) yang dapat mengganggu kesehatan.
Penjelasan: Praktik sunat Sifon yang dilakukan dengan alat tradisional berupa sembilu (bambu tajam) dapat meningkatkan risiko infeksi pada luka sunat.
2. Risiko Perdarahan (Kode: 00206)
Definisi: Rentan terhadap kehilangan darah yang berlebih dari sistem vaskuler.
Penjelasan: Proses sunat Sifon yang dilakukan dengan alat tradisional dapat meningkatkan risiko perdarahan pada luka sunat.
3. Risiko Gangguan Citra Tubuh (Kode: 00225)
Definisi: Rentan terhadap perubahan persepsi dan perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh yang menimbulkan rasa kurang nyaman.
Penjelasan: Praktik sunat Sifon yang dilakukan pada pria dewasa, biasanya setelah usia 17 tahun, dapat mempengaruhi citra tubuh dan persepsi diri pria yang disunat.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 00004 - Risiko Infeksi
2. Kode: 00206 - Risiko Perdarahan
3. Kode: 00225 - Risiko Gangguan Citra Tubuh
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 1804 - Kontrol Infeksi
2. Kode: 0413 - Pemulihan Perdarahan
3. Kode: 1200 - Citra Tubuh
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 6550 - Pengawasan Infeksi
2. Kode: 4010 - Manajemen Perdarahan
3. Kode: 5220 - Peningkatan Citra Tubuh
Sebagai perawat, saya akan memastikan bahwa tindakan sunat Sifon dilakukan dengan prosedur yang aman dan higienis untuk mencegah risiko infeksi dan perdarahan. Selain itu, saya juga akan memberikan dukungan psikologis untuk membantu pria yang disunat dalam menerima dan beradaptasi dengan perubahan citra tubuhnya. -
Article No. 16999 | 09 May 2025
Klinis : Pasien mengatakan sesak nafas yang dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS dan memberat sejak hari ini. Pasien batuk mengeluarkan dahak putih kental namun tidak dapat mengeluarkan secara maksimal. Dari hasil pemeriksaan ttv didapatkan Tekanan darah : 100/60 mmHg, Nadi : 70 kali per menit, Suhu ; 36,5 , Respiration Rate : 35 kali per menit, SPO2 : 94%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang berhubungan: Akumulasi sekret, kelemahan batuk, obstruksi jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal.
- Pasien tidak mengalami sesak napas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Lakukan pengisapan jalan napas jika diperlukan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik batuk dan napas dalam yang efektif.
- Berikan posisi yang nyaman untuk memudahkan drainase sekret.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian bronkodilator atau mukolitik sesuai indikasi.
- Monitor status pernapasan dan saturasi oksigen secara berkala.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami sesak napas, batuk produktif dengan dahak putih kental, serta hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yang menunjukkan peningkatan laju pernapasan. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif, mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal, dan tidak mengalami sesak napas. Intervensi Keperawatan yang diperlukan mencakup pembersihan jalan napas, pemberian oksigen, pelatihan teknik batuk dan napas dalam, serta kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian bronkodilator atau mukolitik jika diperlukan. Pemantauan status pernapasan dan saturasi oksigen secara berkala juga penting untuk mengevaluasi efektivitas intervensi. -
Article No. 17000 | 09 May 2025
Klinis : Pasien mengatakan sesak nafas yang dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS dan memberat sejak hari ini. Pasien batuk mengeluarkan dahak putih kental namun tidak dapat mengeluarkan secara maksimal. Dari hasil pemeriksaan ttv didapatkan Tekanan darah : 100/60 mmHg, Nadi : 70 kali per menit, Suhu ; 36,5 , Respiration Rate : 35 kali per menit, SPO2 : 94%. Tolong buatkan 3 diagnosa keperawatan beserta penjelasannya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang diberikan. Saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi optimal.
Tanda dan gejala: Pasien mengeluhkan sesak nafas, laju pernapasan yang meningkat (35 kali per menit), dan oksigenasi yang terganggu (SpO2 94%).
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Tanda dan gejala: Pasien batuk dengan dahak putih kental namun tidak dapat mengeluarkannya secara maksimal.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
Tanda dan gejala: Pasien mengalami sesak nafas yang memberat saat melakukan aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien dapat mempertahankan SpO2 dalam batas normal (95-100%).
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan secara efektif.
- Pasien tidak mengalami kesulitan batuk atau mengeluarkan dahak.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami sesak nafas yang memberat.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri dan mobilisasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi pernapasan dan oksigenasi.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan SpO2 dalam batas normal.
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik dan pursed-lip breathing untuk meningkatkan ventilasi.
- Posisikan pasien dalam posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret.
- Berikan nebulizer atau terapi inhalasi untuk melembabkan dan melicinkan sekret.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan batuk untuk membantu pasien mengeluarkan sekret.
- Pertahankan posisi pasien yang memfasilitasi drainase sekret.
3. Intoleransi Aktivitas
- Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
- Berikan istirahat yang cukup dan pengaturan aktivitas yang bertahap.
- Ajarkan pasien teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang sesuai dengan kemampuan pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan mengatasi permasalahan kesehatannya secara efektif. -
Article No. 17001 | 09 May 2025
Klinis : Pasien mengatakan sesak nafas yang dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS dan memberat sejak hari ini. Pasien batuk mengeluarkan dahak putih kental namun tidak dapat mengeluarkan secara maksimal. Dari hasil pemeriksaan ttv didapatkan Tekanan darah : 100/60 mmHg, Nadi : 70 kali per menit, Suhu ; 36,5 , Respiration Rate : 35 kali per menit, SPO2 : 94%. Tolong buatkan 3 diagnosa keperawatan beserta penjelasannya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah tiga diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien, beserta penjelasan, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Penjelasan: Pasien mengalami sesak nafas dan kesulitan mengeluarkan dahak secara maksimal, yang dapat menyebabkan penumpukan sekresi di saluran pernapasan. Hal ini dapat mengganggu pertukaran gas dan oksigenasi jaringan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka.
- Pasien dapat mengeluarkan sekresi pernapasan secara efektif.
- Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor status pernapasan pasien, termasuk frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Bantu pasien dalam teknik batuk efektif dan terapi pernapasan, seperti fisioterapi dada, untuk membantu mengeluarkan sekresi.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan pengobatan yang sesuai, seperti bronkodilator atau mukolitik, untuk memperlancar jalan napas.
2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Penjelasan: Pasien mengalami sesak napas yang memberat, yang dapat mengakibatkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransinya.
- Pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal selama aktivitas.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan energi dan kemampuan fungsional.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dan adaptasi fisiologis selama aktivitas.
- Bantu pasien dalam merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan toleransinya, serta istirahat yang cukup di antara aktivitas.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan pengaturan aktivitas untuk meminimalkan kelelahan.
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk memberikan latihan fisik yang sesuai.
3. Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan
Penjelasan: Pasien mengalami sesak napas yang dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan cairan dan gangguan status cairan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat.
- Pasien dapat mempertahankan elektrolit serum dalam batas normal.
- Pasien dapat melaporkan penurunan tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Kaji status hidrasi pasien, termasuk tanda-tanda klinis dan laboratorium.
- Pantau asupan dan pengeluaran cairan pasien secara ketat.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mempertahankan status hidrasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menyesuaikan pengobatan diuretik, jika diperlukan.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan sesak napas. Setiap poin dijelaskan secara rinci dan terperinci, dengan menggunakan tone akademis dan persona pakar/perawat.