Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15146 | 09 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan, usia 33 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan selama 3 bulan terakhir, pasien selalu merasa lapar dan makan lebih banyak dari biasanya, tetapi mengalami penurunan BB sebanyak 6,5 kg, tangan gemetar. Pemeriksaan fisik : suhu 38 C, Nadi 110x/mnit, RR: 24x/mnit, TD : 160/85 mmHg. Pada palpasi didapatkan pembesaran kalenjar tiroid. Pemeriksaan lab terjadi peningkatan serum T3 dan serum T4.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
b. Intoleransi aktivitas
2. Penjelasan Singkat:
a. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- Ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan (6,5 kg dalam 3 bulan) dan rasa lapar yang berlebihan meskipun asupan makan lebih banyak dari biasanya.
- Ini dapat disebabkan oleh hipertiroidisme, yang menyebabkan peningkatan metabolisme dan penggunaan energi yang berlebihan.
b. Intoleransi aktivitas
- Ditandai dengan tanda-tanda vital yang abnormal, seperti peningkatan denyut nadi (110x/menit), laju pernapasan (24x/menit), dan tekanan darah tinggi (160/85 mmHg).
- Hal ini dapat terjadi sebagai konsekuensi dari hipertiroidisme, yang menyebabkan peningkatan aktivitas simpatik dan metabolisme tubuh.
3. Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Luaran yang diharapkan untuk diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh adalah Keseimbangan nutrisi terpenuhi.
b. Luaran yang diharapkan untuk diagnosa Intoleransi aktivitas adalah Toleransi aktivitas meningkat.
4. Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Intervensi untuk diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh dapat meliputi Manajemen nutrisi, Peningkatan masukan nutrisi, dan Pemantauan status nutrisi.
b. Intervensi untuk diagnosa Intoleransi aktivitas dapat meliputi Manajemen aktivitas, Manajemen tanda-tanda vital, dan Edukasi aktivitas.
Secara keseluruhan, dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi kondisi hipertiroidisme pada pasien tersebut. -
Article No. 15147 | 09 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan, usia 33 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan selama 3 bulan terakhir, pasien selalu merasa lapar dan makan lebih banyak dari biasanya, tetapi mengalami penurunan BB sebanyak 6,5 kg, tangan gemetar. Pemeriksaan fisik : suhu 38 C, Nadi 110x/mnit, RR: 24x/mnit, TD : 160/85 mmHg. Pada palpasi didapatkan pembesaran kalenjar tiroid. Pemeriksaan lab terjadi peningkatan serum T3 dan serum T4.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis sebagai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E05.0
- Deskripsi: Tirotoksikosis dengan gondok difus
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.71
- Deskripsi: Pemeriksaan fungsi tiroid, termasuk pengukuran kadar hormon tiroid (T3, T4) dan tes stimulasi tiroid.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E05.0 (Tirotoksikosis dengan gondok difus):
- Pasien menunjukkan gejala-gejala khas hipertiroidisme, seperti perasaan selalu lapar, penurunan berat badan, dan tremor tangan.
- Pemeriksaan fisik menunjukkan peningkatan suhu tubuh, nadi cepat, dan pernapasan cepat, serta pembesaran kelenjar tiroid (gondok difus).
- Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar serum T3 dan T4, yang merupakan ciri khas dari tirotoksikosis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 88.71 (Pemeriksaan fungsi tiroid):
- Untuk menegakkan diagnosis tirotoksikosis, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, termasuk pengukuran kadar hormon tiroid (T3 dan T4) dan tes stimulasi tiroid.
- Pemeriksaan ini akan membantu konfirmasi diagnosis dan menentukan penyebab tirotoksikosis, apakah disebabkan oleh penyakit Graves, adenoma toksik, atau kondisi lainnya.
Dengan adanya informasi kliniko-laboratoris yang lengkap, diagnosis tirotoksikosis dengan gondok difus (E05.0) dapat ditegakkan, dan pemeriksaan fungsi tiroid (88.71) dapat dilakukan untuk evaluasi lebih lanjut. -
Article No. 15148 | 09 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk pilek sejak dua hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan batuk pilek sejak dua hari:
Berdasarkan keluhan yang dialami pasien, yaitu batuk pilek sejak dua hari, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Sekresi yang berlebihan, kekuatan batuk yang tidak efektif.
Tanda dan Gejala: Batuk efektif, bunyi napas tambahan, dispnea, sianosis, sputum yang berlebihan.
b. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan, secara mandiri, sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
Penyebab: Sekresi yang berlebihan, kelemahan otot pernapasan.
Tanda dan Gejala: Dispnea, sianosis, bunyi napas tambahan, sputum yang berlebihan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif
- Pasien tidak mengalami dispnea
- Tidak ada bunyi napas tambahan
- Saturasi oksigen dalam batas normal
b. Pemeliharaan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan dan menjaga bersihan saluran pernapasan.
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat menggunakan teknik batuk efektif
- Pasien dapat melakukan latihan pernapasan
- Pasien tidak mengalami sianosis
- Pasien tidak mengalami sesak napas
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Manajemen Jalan Napas
- Kaji status pernapasan pasien (frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu pernapasan)
- Bantu pasien melakukan teknik batuk efektif
- Berikan humidifikasi oksigen jika diperlukan
- Lakukan fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sekret
b. Manajemen Batuk
- Kaji penyebab, karakteristik, dan durasi batuk
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan obat antitusif atau ekspektoran sesuai indikasi
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
c. Edukasi Kesehatan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyebab, tanda, dan gejala batuk pilek
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
- Berikan informasi tentang pentingnya istirahat dan nutrisi yang adekuat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) jika diperlukan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif dan pemeliharaan jalan napas yang baik. -
Article No. 15149 | 09 Apr 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Perubahan sensori persepsi: nyeri
2. Durasi nyeri: akut
3. Karakteristik nyeri: sesuai dengan kondisi klien
SLKI (Standar luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri menurun
2. Tingkat kecemasan menurun
3. Kemampuan mengontrol nyeri meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Terapi relaksasi
3. Terapi distraksi
Penjelasan Singkat:
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, dengan durasi yang singkat. Dalam penanganannya, perawat perlu melakukan penilaian nyeri, memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis, serta memantau respon klien terhadap intervensi yang diberikan. Tujuan akhirnya adalah menurunkan tingkat nyeri, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kemampuan klien dalam mengontrol nyerinya. -
Article No. 15150 | 09 Apr 2025
Klinis : nyeri akut post tindakan operasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi nyeri akut pasca tindakan operasi:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri akut pasca tindakan operasi adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan. Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, durasi terbatas, dan intensitas bervariasi dari ringan hingga berat.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
4. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.
2. Kaji tanda-tanda vital pasien secara berkala.
3. Berikan analgetik sesuai dengan instruksi medis dan pantau efektivitasnya.
4. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, terapi musik, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
5. Dorong pasien untuk menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
6. Libatkan keluarga dalam upaya manajemen nyeri pasien.
7. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
8. Dokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan dengan lengkap.
Dengan menerapkan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dengan nyeri akut pasca tindakan operasi dapat diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mencapai penurunan nyeri, pemulihan, dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 15151 | 09 Apr 2025
Klinis : nyeri akut post tindakan operasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi nyeri akut post tindakan operasi.
1. Kode ICD-10:
- Kode: G89.18
- Deskripsi: Nyeri akut lainnya pasca-operasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.62
- Deskripsi: Pemberian analgesik, narkotik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 G89.18 digunakan untuk mengkodekan kondisi nyeri akut yang terjadi setelah suatu tindakan operasi. Kode ini menggambarkan jenis nyeri yang muncul dan bersifat sementara, sebagai hasil dari prosedur pembedahan yang dilakukan.
2. Kode ICD-9-CM 99.62 merujuk pada pemberian analgesik atau obat penghilang rasa sakit, terutama jenis narkotik, untuk mengatasi nyeri akut pascaoperasi. Tindakan ini biasanya dilakukan untuk mengelola dan mengendalikan rasa sakit yang dialami pasien setelah menjalani prosedur bedah.
Dalam praktik klinis, penanganan nyeri akut pascaoperasi melibatkan pendekatan yang komprehensif, termasuk pemberian analgesik, terapi fisik, dan intervensi lainnya untuk meminimalkan rasa sakit dan mempercepat pemulihan pasien. Pemantauan yang ketat dan penyesuaian pengobatan sesuai dengan respons pasien merupakan bagian penting dalam manajemen nyeri akut pascaoperasi. -
Article No. 15152 | 09 Apr 2025
Klinis : thalasemia pada anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi thalasemia pada anak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
- Penjelasan: Penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau yang dibutuhkan dari kondisi ini.
2. Keletihan
- Penjelasan: Pengalaman subjektif yang berkelanjutan dari kekurangan energi untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Penjelasan: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
4. Risiko Infeksi
- Penjelasan: Peningkatan risiko terkena penyakit atau organisme patogen.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Membantu menentukan diagnosis keperawatan yang tepat berdasarkan tanda dan gejala yang muncul.
- Memberikan panduan dalam pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Membantu dalam memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Memberikan panduan dalam pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Membantu dalam pengambilan keputusan klinis dan perencanaan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar PPNI terkait kondisi thalasemia pada anak. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 15153 | 09 Apr 2025
Klinis : defisit pengetahuan tentang phbs
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan Tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan Tentang PHBS adalah suatu diagnosa keperawatan yang mengacu pada situasi di mana individu, keluarga, atau komunitas memiliki pengetahuan yang kurang atau tidak mencukupi tentang konsep dan praktik PHBS.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah peningkatan pengetahuan tentang PHBS, yang ditandai dengan kemampuan klien untuk menjelaskan komponen-komponen PHBS, menjelaskan manfaat PHBS, dan mendemonstrasikan praktik PHBS yang tepat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi defisit pengetahuan tentang PHBS meliputi:
a. Edukasi tentang konsep dan praktik PHBS yang meliputi cuci tangan pakai sabun, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat, aktivitas fisik, dan perilaku lainnya.
b. Pemberian informasi tentang manfaat dan dampak positif dari PHBS.
c. Pelatihan dan demonstrasi praktik PHBS yang tepat.
d. Penyediaan media informasi dan edukasi tentang PHBS.
e. Pemantauan dan evaluasi kemajuan pengetahuan dan praktik PHBS klien.
Sebagai perawat, saya berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan dan praktik PHBS klien melalui intervensi-intervensi yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya. Hal ini bertujuan untuk mendukung klien dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui penerapan PHBS. -
Article No. 15154 | 09 Apr 2025
Klinis : Nyeri ulu hati, mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosis Keperawatan, Luaran Asuhan Keperawatan, dan Intervensi Keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri ulu hati dan mual.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri ulu hati dan mual adalah "Nyeri Akut" (SDKI, 2017). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (NANDA-I, 2018). Pada kasus nyeri ulu hati dan mual, pasien mengalami nyeri yang bersifat akut dan dirasakan di daerah ulu hati, serta disertai dengan gejala mual.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Nyeri Terkontrol: Pasien dapat mengendalikan nyeri ulu hati yang dirasakan dengan skor nyeri yang menurun dan dapat mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
2. Pengendalian Mual Terkontrol: Pasien dapat mengendalikan gejala mual yang dirasakan dengan frekuensi dan intensitas mual yang menurun.
3. Kenyamanan Meningkat: Pasien merasakan peningkatan kenyamanan secara fisik dan psikologis setelah intervensi keperawatan yang diberikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik-teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
d. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Mual:
a. Lakukan pengkajian mual secara komprehensif, termasuk karakteristik, frekuensi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi mual.
b. Berikan antiemetik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi mual.
c. Ajarkan teknik-teknik nonfarmakologis untuk mengurangi mual, seperti teknik pernapasan dalam, relaksasi, dan distraksi.
d. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat membantu mengurangi mual.
e. Evaluasi efektivitas intervensi mual dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
3. Manajemen Kenyamanan:
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk pasien.
b. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien.
c. Libatkan keluarga dalam proses perawatan untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
d. Evaluasi tingkat kenyamanan pasien secara berkala dan lakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan.
Dengan penerapan Diagnosis Keperawatan, Luaran Asuhan Keperawatan, dan Intervensi Keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan kondisi nyeri ulu hati dan mual dapat memperoleh penanganan yang optimal dan mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 15155 | 09 Apr 2025
Klinis : lemas, keringat dingin, mual, tidak nafsu makan sejak kemarin, hamil 32 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu lemas, keringat dingin, mual, tidak nafsu makan sejak kemarin, dan kondisi kehamilan 32 minggu, kami dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Mual, anoreksia (tidak nafsu makan), kehamilan.
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Definisi: Kondisi di mana asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Mual, anoreksia (tidak nafsu makan), kehamilan.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai usia kehamilan, klien tidak mengalami mual atau muntah, dan klien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan status nutrisi, pemberian informasi tentang nutrisi yang dibutuhkan selama kehamilan, pemberian antiemetik (obat anti mual) sesuai indikasi, dan pengaturan pola makan.
Berdasarkan standar PPNI, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan adalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Perawat akan melakukan intervensi untuk memantau status nutrisi, memberikan informasi tentang nutrisi yang dibutuhkan selama kehamilan, memberikan antiemetik (obat anti mual) sesuai indikasi, dan mengatur pola makan, sehingga diharapkan klien dapat menunjukkan peningkatan berat badan sesuai usia kehamilan, tidak mengalami mual atau muntah, dan menunjukkan peningkatan nafsu makan.