Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15123 | 09 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan rontgen dada, proyeksi tunggal
Penjelasan:
Pasien pria berusia 45 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, disertai demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas, dan hasil pemeriksaan rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Berdasarkan gejala dan temuan klinis, diagnosis awal yang dapat ditegakkan adalah tuberkulosis paru, yang sesuai dengan kode ICD-10 A15.0.
Untuk prosedur/tindakan medis, pemeriksaan rontgen dada merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung diagnosis tuberkulosis paru, yang sesuai dengan kode ICD-9-CM 87.44. -
Article No. 15124 | 09 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, ketidakmampuan untuk batuk efektif, dan kelemahan otot pernapasan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Kehilangan nafsu makan, mual, dan demam.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Peningkatan kebutuhan oksigen, kelemahan, dan kelelahan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Gangguan dalam membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas.
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas: Mencapai dan mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
- Status Nutrisi: Mencapai dan mempertahankan status nutrisi yang optimal.
- Toleransi Aktivitas: Mencapai dan mempertahankan toleransi aktivitas yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Mempertahankan dan meningkatkan permeabilitas jalan napas.
- Manajemen Nutrisi: Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
- Manajemen Aktivitas: Memfasilitasi pasien untuk mencapai dan mempertahankan toleransi aktivitas yang optimal.
Dengan diagnosa keperawatan dan standar dari SDKI - SLKI - SIKI, perawat dapat merancang rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 15125 | 09 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri bagian lutut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri bagian lutut:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Nyeri Akut" (00132). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba dan dapat diperkirakan durasi waktunya.
Pada kasus pasien dengan keluhan nyeri bagian lutut, kemungkinan penyebabnya adalah adanya cedera atau gangguan pada struktur lutut, seperti kerusakan ligamen, meniskus, atau tulang rawan sendi. Nyeri akut pada lutut dapat mengganggu aktivitas dan mobilitas pasien, sehingga diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" sangat sesuai.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output sebagai berikut:
a. Tingkat Nyeri Terkontrol (1605): Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri pada lutut, dapat mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, dan dapat melakukan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
b. Kemampuan Mobilitas (0208): Pasien dapat meningkatkan kemampuan untuk bergerak secara mandiri, dengan bantuan minimal atau tanpa bantuan, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan nyeri yang signifikan.
c. Kepuasan Terhadap Pengelolaan Nyeri (2009): Pasien dapat menyatakan kepuasan terhadap pengelolaan nyeri yang diberikan dan merasa bahwa nyeri pada lutut telah terkontrol.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, berikut adalah Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Pengelolaan Nyeri (1400):
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, intensitas, frekuensi)
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
- Ajarkan teknik-teknik pengurangan nyeri (misalnya kompres dingin, relaksasi, dll.)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai
b. Peningkatan Mobilitas (0208):
- Evaluasi kemampuan mobilitas pasien saat ini
- Berikan latihan fisik dan terapi latihan yang sesuai untuk meningkatkan mobilitas lutut
- Ajarkan penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai (misalnya kruk, walker)
- Berikan edukasi terkait pencegahan cedera atau peningkatan nyeri saat beraktivitas
c. Manajemen Lingkungan: Kenyamanan (6482):
- Atur posisi pasien yang nyaman saat beristirahat atau saat melakukan aktivitas
- Berikan alas (bantalan) yang dapat mengurangi tekanan pada lutut
- Pastikan lingkungan terbebas dari hal-hal yang dapat memicu atau meningkatkan nyeri
Dengan penerapan Intervensi Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu tingkat nyeri yang terkontrol, peningkatan kemampuan mobilitas, dan kepuasan terhadap pengelolaan nyeri yang diberikan. -
Article No. 15126 | 09 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki datang ke pusat perawatan luka. Hasil pengkajian menunjukan bahwa pasien memiliki luka di bawah jempol kaki, dengan ukuran diameter 1 cm. Pasien tidak merasakan sakit dibagian luka. Hasil pengkajian menunjukan bahwa seluruh dasar tertutup oleh jaringan berwarna kuning. Sekeliling luka terlihat adanya kalus. Pasien mengatakan selama ini lukanya dibiarkan saja. Hasil pengkajian menunjukan GDS: 250 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, maka dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut mengalami Gangren Diabetes. Berikut adalah Diagnosa Keperawatan, Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan sekunder akibat diabetes mellitus.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Integritas Kulit Terganggu: Kerusakan pada kulit dan/atau membran mukosa.
- Penyebab: Penurunan perfusi jaringan, edema, infeksi, trauma, dan faktor metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Integritas Kulit Membaik: Kondisi kulit atau membran mukosa kembali normal.
- Kriteria Hasil: Jaringan granulasi membaik, tidak ada tanda-tanda infeksi, luka tertutup.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Perawatan Luka: Tindakan untuk memulihkan dan merawat kerusakan pada kulit dan/atau membran mukosa.
- Intervensi: Debridemen, aplikasi balutan, edukasi perawatan luka, konsultasi ahli.
Pada kasus ini, pasien mengalami gangren diabetes yang ditandai dengan adanya luka di bawah jempol kaki, jaringan berwarna kuning, dan kalus di sekitar luka. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah perawatan luka yang meliputi debridemen, aplikasi balutan, edukasi perawatan luka, dan konsultasi dengan ahli jika diperlukan. Tujuannya adalah untuk memulihkan integritas kulit dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut. -
Article No. 15127 | 09 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan , umur 28 tahun dengan G2 P1A0 usia kehamilan 30 minggu, datang ke poli KIA dengan mengeluh nyeri pada pinggang, saat melakukan aktivitas mengeluh nyeri pada daerang pinggang, dan sulit tidur. Hasil pengkajian didapatkan skala nyeri 6, tampak pucat dan meringis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD:120/70mmHg, frekuensi nadi: 88x/menit, frekuensi napas: 24x/menit. Apakah tindakan keperawatan utama untuk mengurangi nyeri pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses persalinan, ditandai dengan skala nyeri 6, tampak pucat, dan meringis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan pengurangan nyeri, dari skala 6 menjadi skala 3 atau kurang.
2. Pasien tampak rileks dan tidak meringis.
3. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas (menggunakan skala), dan faktor pencetus.
b. Berikan manajemen farmakologis sesuai dengan instruksi dokter, seperti pemberian analgesik.
c. Berikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, dan massage.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk mengevaluasi efektivitas manajemen nyeri.
2. Manajemen Istirahat
a. Kaji pola tidur dan istirahat pasien.
b. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk memfasilitasi istirahat dan tidur.
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk membantu pasien beristirahat dan tidur.
d. Monitor efektivitas intervensi untuk memastikan pasien dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman.
3. Manajemen Kehamilan
a. Kaji kondisi kehamilan pasien, termasuk usia kehamilan, tanda-tanda vital, dan komplikasi yang mungkin terjadi.
b. Berikan edukasi dan konseling terkait manajemen nyeri dan istirahat selama kehamilan.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter obstetri, untuk memastikan perawatan yang komprehensif bagi pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri pada pinggang yang menganggu aktivitasnya dan sulit tidur. Tanda-tanda seperti skala nyeri 6, tampak pucat, dan meringis mendukung diagnosis ini.
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri, tampak rileks, dan dapat beristirahat dengan nyaman. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis, manajemen istirahat, serta manajemen kehamilan untuk memastikan perawatan yang komprehensif. -
Article No. 15128 | 09 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki datang ke pusat perawatan luka. Hasil pengkajian menunjukan bahwa pasien memiliki luka di bawah jempol kaki, dengan ukuran diameter 1 cm. Pasien tidak merasakan sakit dibagian luka. Hasil pengkajian menunjukan bahwa seluruh dasar tertutup oleh jaringan berwarna kuning. Sekeliling luka terlihat adanya kalus. Pasien mengatakan selama ini lukanya dibiarkan saja. Hasil pengkajian menunjukan GDS: 250 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan mengalami masuknya patogen (bakteri, virus, jamur, parasit) yang dapat menimbulkan penyakit.
Etiologi: Kerusakan struktur kulit (luka di bawah jempol kaki), kontaminasi lingkungan, perilaku perawatan luka yang tidak adekuat (luka dibiarkan saja).
2. Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Kerusakan atau perubahan pada kulit dan jaringan di bawahnya.
Etiologi: Kerusakan struktur kulit (luka di bawah jempol kaki), gangguan sirkulasi (DM dengan GDS 250 mg/dl).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi
- Luka tidak mengalami tanda-tanda infeksi (tidak ada kemerahan, pembengkakan, eksudat, peningkatan suhu).
- Tidak terjadi komplikasi infeksi (selulitis, osteomielitis, sepsis).
2. Integritas Kulit
- Luka menunjukkan perbaikan dan penyembuhan (perubahan warna jaringan, pengurangan ukuran luka, pembentukan jaringan granulasi).
- Tidak terjadi komplikasi (ulkus, gangren).
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi
- Perawatan luka: Bersihkan luka dengan saline normal, aplikasikan salep antibiotik topikal, tutup dengan balutan luka yang steril dan lembap.
- Monitoring tanda-tanda infeksi: Pantau tanda-tanda infeksi (kemerahan, pembengkakan, eksudat, peningkatan suhu) dan komplikasi infeksi.
- Edukasi perawatan luka: Ajarkan pasien tentang cara perawatan luka yang benar dan pentingnya menjaga kebersihan luka.
- Kontrol faktor risiko: Kontrol kadar gula darah untuk mengurangi risiko infeksi.
2. Integritas Kulit
- Perawatan luka: Bersihkan luka dengan saline normal, aplikasikan salep penyembuh luka, tutup dengan balutan luka yang lembap.
- Monitoring penyembuhan luka: Pantau perubahan warna, ukuran, dan kondisi luka.
- Edukasi perawatan luka: Ajarkan pasien tentang cara perawatan luka yang benar dan pentingnya menjaga kelembapan luka.
- Kontrol faktor risiko: Kontrol kadar gula darah untuk mempercepat penyembuhan luka.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan Risiko Infeksi dan Gangguan Integritas Kulit diidentifikasi berdasarkan kondisi pasien yang memiliki luka di bawah jempol kaki, dengan jaringan kuning di dasar luka dan adanya kalus di sekitar luka. Selain itu, hasil pemeriksaan GDS yang tinggi (250 mg/dl) juga meningkatkan risiko infeksi dan gangguan penyembuhan luka.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada luka, tidak ada komplikasi infeksi, serta terjadi perbaikan dan penyembuhan luka. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius, seperti selulitis, osteomielitis, dan gangren.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi perawatan luka yang tepat, monitoring tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka, edukasi pasien tentang perawatan luka yang benar, serta kontrol faktor risiko seperti kadar gula darah. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan luka, dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
Melalui asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisi kulitnya secara optimal. -
Article No. 15129 | 09 Apr 2025
Klinis : hypertensi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi hypertensi, dengan format yang terstruktur seperti yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
Penjelasan:
Kode ICD-10 I10 digunakan untuk mengkodekan kondisi hipertensi esensial atau primer, yang merupakan jenis hipertensi yang tidak disebabkan oleh kondisi medis lain. Hipertensi esensial adalah jenis hipertensi yang paling umum dan sering ditemukan pada pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM spesifik untuk hipertensi, karena hipertensi umumnya dikelola secara medikamentosa dan tidak membutuhkan prosedur atau tindakan medis khusus.
Penjelasan:
Untuk kondisi hipertensi, biasanya tidak ada kode ICD-9-CM spesifik yang digunakan, karena penatalaksanaan hipertensi umumnya dilakukan melalui pengobatan farmakologis, seperti pemberian obat-obatan antihipertensi, dan tidak memerlukan prosedur atau tindakan medis khusus. Penatalaksanaan hipertensi berfokus pada pengontrolan tekanan darah melalui pengobatan, perubahan gaya hidup, dan pemantauan yang teratur. -
Article No. 15130 | 09 Apr 2025
Klinis : hypertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi hypertensi:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi hypertensi:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi hypertensi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular". Diagnosis ini menggambarkan kondisi dimana terdapat penurunan sirkulasi darah ke jaringan, yang pada kasus hypertensi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan gangguan pada fungsi jantung dan pembuluh darah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Tekanan Darah Terkendali: Pasien menunjukkan tekanan darah dalam batas normal sesuai usia dan kondisi kesehatan.
2. Perfusi Jaringan Kardiovaskular Membaik: Pasien menunjukkan perbaikan sirkulasi darah ke organ-organ vital, ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda gangguan perfusi.
3. Pengetahuan Tentang Pengelolaan Hipertensi Meningkat: Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman mengenai hipertensi dan cara pengelolaannya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) antara lain:
1. Manajemen Hipertensi:
- Monitoring tekanan darah secara teratur
- Edukasi tentang diet rendah garam, aktivitas fisik, dan kepatuhan minum obat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengaturan terapi farmakologis
2. Manajemen Perfusi Jaringan:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status perfusi jaringan
- Pemberian posisi semi-fowler untuk meningkatkan aliran darah
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengaturan terapi oksigen, cairan, dan obat-obatan
3. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan informasi tentang hipertensi, faktor risiko, dan manajemen pengobatan
- Memberikan keterampilan dalam pemantauan mandiri tekanan darah
- Memfasilitasi pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan
Dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan kondisi hypertensi dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu tekanan darah terkendali, perbaikan perfusi jaringan kardiovaskular, serta peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien dalam mengelola hipertensi. -
Article No. 15131 | 09 Apr 2025
Klinis : gatal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi gatal dari perspektif keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gatal berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Intoleransi Aktivitas". Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik, psikologis, kognitif, atau lingkungan.
Dalam kasus gatal, pasien mengalami ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari akibat sensasi gatal yang mengganggu. Gatal dapat menyebabkan pasien mengalami ketidaknyamanan dan mengganggu konsentrasi, sehingga berdampak pada kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan kondisi gatal dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Toleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas rutin sehari-hari tanpa mengalami keterbatasan yang signifikan akibat kondisi gatal.
2. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala gatal dengan efektif, sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan sensasi gatal yang mengganggu.
3. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis, serta dapat beristirahat dengan baik.
4. Pengetahuan: Pasien memahami faktor-faktor penyebab gatal, cara penanganan, dan strategi untuk mencegah atau mengendalikan gejala gatal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Gejala:
- Identifikasi penyebab gatal dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pemberian terapi farmakologis (misalnya antihistamin).
- Anjurkan pasien untuk menghindari faktor pencetus gatal.
- Edukasi pasien tentang teknik-teknik mengurangi gatal, seperti kompres dingin, pelembab kulit, dan teknik relaksasi.
2. Manajemen Aktivitas:
- Identifikasi aktivitas yang terbatas atau tidak dapat dilakukan akibat gatal.
- Kolaborasi dengan pasien untuk menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kemampuan dan toleransi pasien.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan mempertimbangkan kondisi gatal.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang teknik-teknik mengatur energi dan mengoptimalkan aktivitas.
3. Peningkatan Kenyamanan:
- Identifikasi sumber ketidaknyamanan akibat gatal.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan gejala gatal.
- Terapkan intervensi untuk mengurangi sensasi gatal, seperti kompres dingin, pelembab kulit, dan terapi farmakologis.
- Fasilitasi istirahat dan tidur yang cukup bagi pasien.
- Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien.
4. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, faktor risiko, dan penatalaksanaan gatal.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang strategi manajemen gatal, seperti identifikasi pemicu, perawatan kulit, dan penggunaan obat yang tepat.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan diri dan pengambilan keputusan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi gatal, peran perawat adalah memfasilitasi pemulihan pasien, meningkatkan kenyamanan, dan membantu pasien mencapai kemandirian dalam mengelola kondisinya. Hal ini dilakukan melalui kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, edukasi, dan intervensi yang berpusat pada pasien. -
Article No. 15132 | 09 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal - gatal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci terkait kondisi pasien dengan keluhan gatal-gatal.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan gatal-gatal adalah Intoleransi Aktivitas. Intoleransi Aktivitas merupakan kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan. Dalam kasus gatal-gatal, pasien akan merasa terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya perasaan gatal yang tidak nyaman.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan yang disebabkan oleh keluhan gatal-gatal.
2. Kenyamanan Meningkat: Pasien merasakan peningkatan kenyamanan dengan berkurangnya sensasi gatal.
3. Pengetahuan tentang Manajemen Gatal Meningkat: Pasien memahami strategi untuk mengelola keluhan gatal-gatal dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, perawat dapat melakukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Gatal:
- Identifikasi penyebab dan faktor pencetus gatal-gatal.
- Ajarkan pasien teknik meredakan gatal, seperti penggunaan obat topikal, kompres dingin, dan menghindari iritasi kulit.
- Berikan edukasi terkait perawatan kulit yang tepat untuk mengurangi gatal.
2. Manajemen Kenyamanan:
- Kaji tanda-tanda ketidaknyamanan pasien akibat gatal-gatal.
- Berikan intervensi yang dapat meningkatkan kenyamanan, misalnya pemberian antihistamin atau analgesik.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, apoteker) untuk penanganan medis yang tepat.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi tentang penyebab, pencegahan, dan pengelolaan gatal-gatal.
- Ajarkan pasien dan keluarga cara melakukan perawatan kulit yang tepat.
- Dorong pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari faktor pencetus gatal-gatal.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas, merasakan kenyamanan yang lebih baik, serta memiliki pengetahuan yang memadai untuk mengelola keluhan gatal-gatal secara mandiri. Hal ini akan membantu pasien untuk mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menghubungi saya kembali. Wassalamualaikum.