Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15315 | 11 Apr 2025
Klinis : Gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi Gangguan Mobilitas Fisik:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan mobilitas fisik adalah "Gangguan Mobilitas Fisik" (GMP). Diagnosa ini didasarkan pada keterbatasan kemampuan individu untuk melakukan pergerakan yang bebas dan terkoordinasi, baik yang disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, kognitif, maupun lingkungan.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Peningkatan Kemampuan Mobilitas (MOB): Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Integritas Jaringan Kulit (IJS): Pasien menunjukkan integritas kulit yang baik, tanpa ada tanda-tanda kerusakan atau risiko kerusakan.
3. Pencegahan Komplikasi (PKP): Pasien terhindar dari komplikasi yang dapat timbul akibat gangguan mobilitas, seperti kontraktur, dekubitus, dan emboli.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Aktivitas (MAK)
- Kaji kemampuan mobilitas pasien dan identifikasi faktor-faktor yang membatasi.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya, dengan memberikan bantuan atau alat bantu yang sesuai.
- Berikan latihan mobilitas dan latihan rentang gerak sesuai kondisi pasien.
- Lakukan pengaturan posisi dan perubahan posisi secara berkala untuk mencegah komplikasi.
2. Perawatan Kulit (PK)
- Kaji integritas kulit pasien secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda kerusakan.
- Lakukan perawatan kulit, seperti menjaga kebersihan, kelembapan, dan mencegah gesekan atau tekanan berlebih.
- Berikan perawatan khusus pada area kulit yang berisiko, seperti punggung, pantat, dan tumit.
3. Manajemen Risiko (MRS)
- Identifikasi risiko komplikasi yang dapat timbul akibat gangguan mobilitas, seperti kontraktur, dekubitus, dan emboli.
- Lakukan intervensi pencegahan sesuai dengan risiko yang teridentifikasi, misalnya pengaturan posisi, latihan, serta penggunaan alat bantu yang sesuai.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, terapis okupasi, ahli gizi) untuk mencegah komplikasi secara komprehensif.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, diharapkan pasien dapat meningkatkan kemampuan mobilitas, mempertahankan integritas kulit, dan terhindar dari komplikasi yang dapat timbul akibat gangguan mobilitas fisik. -
Article No. 15316 | 11 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal-gatal hilang timbul di seluruh tubuh sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pruritus (Gatal-Gatal)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pruritus didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk. Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti alergi, infeksi, penyakit kulit, atau masalah internal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan pruritus adalah pasien dapat mengendalikan gatal, tidak terdapat lesi kulit baru akibat garukan, dan pasien dapat meningkatkan kenyamanan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi pruritus meliputi:
1. Identifikasi penyebab pruritus
2. Pemberian terapi topikal sesuai indikasi (misalnya kortikosteroid, antihistamin)
3. Edukasi pasien tentang manajemen pruritus (menghindari iritan, menggunakan pelembab, teknik relaksasi)
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan sistemik jika diperlukan
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi keluhan gatal-gatal pada pasien. -
Article No. 15317 | 11 Apr 2025
Klinis : KORTIKOSTEROID PADA DHF: PRO vs KONTRA?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A97
- Deskripsi: Demam Berdarah Dengue (DBD)
2. Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure spesifik untuk penggunaan kortikosteroid pada DBD, karena terapi kortikosteroid pada DBD masih menjadi perdebatan di kalangan klinis.
Penjelasan:
Penggunaan kortikosteroid pada Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi topik yang diperdebatkan di kalangan tenaga kesehatan. Terdapat argumen pro dan kontra dalam penggunaan kortikosteroid pada manajemen pasien DBD.
Argumen Pro:
1. Kortikosteroid dapat membantu mengurangi peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma, yang merupakan salah satu karakteristik patofisiologi DBD.
2. Kortikosteroid dapat menekan respons inflamasi berlebihan yang dapat berkontribusi pada perkembangan sindrom renjatan dengue.
3. Beberapa studi kecil menunjukkan penggunaan kortikosteroid dapat memperbaiki luaran klinis pada pasien DBD.
Argumen Kontra:
1. Penggunaan kortikosteroid dapat memperlambat klirens virus dengue, sehingga memperpanjang viremia dan memperberat kondisi klinis.
2. Terdapat risiko efek samping kortikosteroid, seperti hipertensi, hiperglikemia, gangguan elektrolit, dan penurunan respons imun.
3. Bukti klinis yang kuat mengenai efikasi kortikosteroid pada DBD masih terbatas, dengan hasil studi yang tidak konsisten.
Oleh karena itu, penggunaan kortikosteroid pada manajemen DBD harus dipertimbangkan secara hati-hati dan disesuaikan dengan kondisi klinis masing-masing pasien. Terapi suportif dan manajemen cairan tetap menjadi pilar utama dalam penatalaksanaan DBD. -
Article No. 15318 | 11 Apr 2025
Klinis : Hipertensi dengan diagnosis risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi:
Keadaan di mana individu berisiko mengalami gangguan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Penyebab/Faktor Risiko:
1. Hipertensi
2. Aterosklerosis
3. Penyakit jantung
4. Diabetes Melitus
5. Merokok
6. Usia lanjut
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Tekanan darah tinggi
2. Perubahan status mental
3. Nyeri kepala
4. Gangguan penglihatan
5. Hemiparesis
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi jaringan serebral yang efektif
2. Tidak ada tanda-tanda kerusakan otak
3. Tidak ada tanda-tanda komplikasi serebrovaskular
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemantauan status neurologis
3. Manajemen hipertensi
4. Manajemen nyeri
5. Edukasi tentang gaya hidup sehat
Penjelasan:
Pasien dengan hipertensi berisiko mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Perawat perlu memantau tanda-tanda vital, status neurologis, dan mengelola hipertensi serta nyeri untuk mencegah komplikasi serebrovaskular. Edukasi tentang gaya hidup sehat juga penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang. -
Article No. 15319 | 11 Apr 2025
Klinis : risiko penurunan jaringan serebral tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko penurunan jaringan serebral tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Penurunan Fungsi Serebral Tidak Efektif
Definisi:
Risiko terjadinya penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, menyimpan, dan/atau menggunakan informasi di otak secara tidak efektif.
Faktor Risiko:
1. Gangguan tekanan intrakranial
2. Gangguan oksigenasi serebral
3. Trauma kepala
4. Penyakit serebrovaskular
5. Infeksi sistem saraf pusat
Tujuan (SLKI):
1. Klien menunjukkan peningkatan fungsi serebral
2. Klien menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital
3. Klien menunjukkan perilaku yang sesuai
Intervensi (SIKI):
1. Pemantauan fungsi serebral
2. Manajemen tekanan intrakranial
3. Manajemen oksigenasi
4. Manajemen nutrisi
5. Pencegahan komplikasi
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan ini menggambarkan risiko terjadinya penurunan kemampuan otak dalam menerima, memproses, menyimpan, dan menggunakan informasi secara tidak efektif. Faktor risiko dapat berupa gangguan tekanan intrakranial, oksigenasi serebral, trauma kepala, penyakit serebrovaskular, atau infeksi sistem saraf pusat. Tujuan utama adalah meningkatkan fungsi serebral, menjaga stabilitas tanda-tanda vital, dan menunjukkan perilaku yang sesuai. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan fungsi serebral, manajemen tekanan intrakranial, oksigenasi, nutrisi, dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 15320 | 11 Apr 2025
Klinis : Hipertensi dengan diagnosis risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hipertensi dengan diagnosis risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi (SDKI):
Rentan mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
Faktor Risiko (SDKI):
1. Hipertensi
2. Aterosklerosis
3. Emboli
4. Trombus
5. Penyakit pembuluh darah perifer
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Tekanan darah dalam batas normal
2. Tidak ada keluhan sakit kepala
3. Tidak ada gangguan Neurologis
4. Tidak ada perubahan status mental
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Manajemen Hipertensi
3. Terapi Oksigen
4. Pencegahan Komplikasi
5. Manajemen Nutrisi
Penjelasan:
Pasien dengan hipertensi memiliki risiko mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Hal ini dapat terjadi akibat adanya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah di otak yang mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, manajemen hipertensi, terapi oksigen, pencegahan komplikasi, dan manajemen nutrisi. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, mencegah gejala sakit kepala, gangguan neurologis, dan perubahan status mental yang dapat menandakan adanya ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. -
Article No. 15321 | 11 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata rabun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien dengan keluhan mata rabun:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan mata rabun adalah "Gangguan Penglihatan". Gangguan Penglihatan didefinisikan sebagai perubahan kemampuan visual yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti katarak, glaukoma, retinopati diabetik, atau kelainan refraksi mata (miopia, hipermetropia, astigmatisme).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan keluhan mata rabun dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Penglihatan membaik: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan visual sesuai dengan normal atau mendekati normal.
2. Aktivitas sehari-hari terpenuhi: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti membaca, menulis, dan melakukan pekerjaan tanpa kendala visual.
3. Pengetahuan meningkat: Pasien memahami penyebab, pencegahan, dan manajemen gangguan penglihatan yang dialami.
4. Koping efektif: Pasien dapat beradaptasi dan mengelola gangguan penglihatan yang dialami dengan baik.
5. Kepuasan pasien: Pasien merasa puas dengan hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan mata: Melakukan pemeriksaan mata secara komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab gangguan penglihatan.
2. Edukasi kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, pencegahan, dan manajemen gangguan penglihatan.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Berkolaborasi dengan dokter spesialis mata untuk menentukan rencana penanganan yang sesuai, seperti pemberian kacamata, obat-obatan, atau tindakan operatif.
4. Terapi visual: Melakukan terapi visual, seperti latihan penajaman penglihatan, untuk meningkatkan kemampuan visual pasien.
5. Modifikasi lingkungan: Melakukan modifikasi lingkungan untuk memfasilitasi aktivitas sehari-hari pasien, seperti menyediakan pencahayaan yang memadai, menghilangkan glare, dan memastikan kontras yang baik.
6. Dukungan psikologis: Memberikan dukungan psikologis kepada pasien untuk membantu beradaptasi dan mengelola gangguan penglihatan yang dialami.
7. Evaluasi dan tindak lanjut: Melakukan evaluasi berkala dan tindak lanjut untuk memantau perkembangan pasien dan menyesuaikan intervensi keperawatan yang diberikan.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk membantu pasien dengan keluhan mata rabun mencapai kondisi yang optimal. -
Article No. 15322 | 11 Apr 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan standar SDKI PPNI, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertensi adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak dapat memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Karakteristik Definisi: Perubahan frekuensi napas, irama napas tidak teratur, penggunaan otot bantu pernapasan.
- Faktor Terkait: Hipertensi dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi kardiovaskular, sehingga dapat mempengaruhi pola napas.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Karakteristik Definisi: Kelelahan yang berlebihan, energi yang terbatas, perubahan tanda-tanda vital.
- Faktor Terkait: Hipertensi dapat menyebabkan penurunan curah jantung, sehingga mempengaruhi kemampuan melakukan aktivitas.
3. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengganggu fungsi otak.
- Karakteristik Definisi: Hipertensi, riwayat stroke, penyakit kardiovaskular.
- Faktor Terkait: Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah serebral, sehingga meningkatkan risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif.
Standar SLKI dan SIKI yang terkait dengan diagnosa keperawatan di atas dapat dirumuskan sesuai dengan kondisi pasien dan rencana asuhan keperawatan yang ditetapkan. -
Article No. 15323 | 11 Apr 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.
Penyebab:
1. Kurangnya pengetahuan tentang manajemen hipertensi
2. Ketidakmampuan mengubah gaya hidup
3. Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan
Gejala dan Tanda:
1. Tekanan darah yang tidak terkontrol
2. Kelelahan
3. Sakit kepala
4. Kebingungan
Rencana Keperawatan:
1. Edukasi tentang hipertensi, faktor risiko, dan pengelolaannya
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan komprehensif
3. Monitoring tekanan darah secara teratur
4. Promosi gaya hidup sehat (diet, aktivitas fisik, manajemen stres)
5. Evaluasi kepatuhan terhadap pengobatan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode Diagnosis: 00078
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode Luaran: 1803
Judul Luaran: Kontrol Hipertensi
Definisi: Kemampuan individu untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode Intervensi: 6240
Judul Intervensi: Manajemen Hipertensi
Definisi: Tindakan untuk membantu individu dengan hipertensi dalam mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi. -
Article No. 15324 | 11 Apr 2025
Klinis : Risiko Perfusi jaringan cerebral tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, perkenalkan saya adalah seorang perawat profesional. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait kondisi Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
Definisi:
Risiko mengalami penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, yang dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi serebral.
Faktor Risiko:
1. Penyakit serebrovaskular (stroke, aneurisma, malformasi arteriovenosa)
2. Trauma kepala
3. Peningkatan tekanan intrakranial
4. Penurunan curah jantung
5. Hipotensi
6. Anemia
7. Hipoksia
8. Hiperkarbia
Tujuan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi jaringan serebral membaik
2. Komplikasi perfusi jaringan serebral dapat dicegah
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan saturasi oksigen
2. Manajemen oksigenasi, misalnya pemberian oksigen
3. Manajemen hipertensi intrakranial, jika ada
4. Pencegahan komplikasi, seperti pencegahan terjadinya stroke
5. Edukasi pasien dan keluarga mengenai kondisi dan perawatannya
Evaluasi:
1. Perfusi jaringan serebral membaik, ditandai dengan perbaikan status neurologis
2. Tidak terjadi komplikasi akibat perfusi jaringan serebral yang tidak efektif
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif berdasarkan standar PPNI. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya.