Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15302 | 11 Apr 2025
Klinis : Gangguan Rasa nyaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Rasa Nyaman
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), gangguan rasa nyaman adalah kondisi di mana individu mengalami ketidaknyamanan fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan/atau lingkungan.
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.
- SDKI terdiri dari berbagai diagnosis keperawatan yang dapat digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI untuk menggambarkan hasil atau luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SLKI terdiri dari berbagai luaran keperawatan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien.
- SIKI terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.
Dalam kasus gangguan rasa nyaman, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengidentifikasi masalah, menetapkan luaran yang diharapkan, dan menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien mencapai kenyamanan fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan lingkungan. -
Article No. 15303 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien icterus,nyeri abdomen
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Pasien icterus, nyeri abdomen.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut
2. Perubahan Perfusi Jaringan: Gangguan Perfusi Hepatik
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, mempunyai strategi manajemen nyeri yang efektif, dan dapat beraktivitas sesuai toleransi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri; Kolaborasi pemberian analgesik; Manajemen nyeri nonfarmakologis (distraksi, relaksasi, terapi komplementer).
2. Perubahan Perfusi Jaringan: Gangguan Perfusi Hepatik
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke dan di dalam hati, yang dapat menyebabkan disfungsi hati.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan fungsi hati yang optimal, tidak mengalami komplikasi akibat gangguan perfusi hepatik, dan mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi.
- SIKI: Observasi tanda-tanda dan gejala gangguan perfusi hepatik; Kolaborasi pemeriksaan diagnostik; Pemberian terapi sesuai indikasi; Edukasi pasien dan keluarga.
Harapan saya, penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi pasien dan intervensi keperawatan yang dapat diberikan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 15304 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien icterus,nyeri abdomen peningkatan bilirubin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik Mayor: Laporan pasien tentang nyeri, ekspresi wajah yang menunjukkan kesakitan, gerakan tubuh yang terbatas.
- Faktor yang berhubungan: Proses penyakit, cedera, agen farmakologis.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Karakteristik Mayor: Pasien melaporkan kelelahan setelah aktivitas, perubahan tanda-tanda vital yang tidak diinginkan setelah aktivitas.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan daya tahan, perubahan metabolisme, perubahan fungsi neuromuskular.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa nyeri.
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuan tanpa peningkatan nyeri.
2. Toleransi Aktivitas
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal selama aktivitas.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan energi dan kemampuan untuk beraktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas).
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
- Kaji respon pasien terhadap nyeri.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin).
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi farmakologis yang sesuai.
- Evaluasi efektivitas intervensi manajemen nyeri.
2. Manajemen Aktivitas:
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi toleransi aktivitas.
- Tentukan aktivitas yang aman dan sesuai dengan kemampuan pasien.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
- Berikan dukungan dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait manajemen aktivitas.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk menyusun rencana aktivitas yang sesuai.
- Evaluasi kemajuan pasien dalam meningkatkan toleransi aktivitas.
Secara keseluruhan, dengan mempertimbangkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan, diharapkan pasien dapat mengelola nyeri yang dialami, meningkatkan toleransi aktivitas, dan mencapai status kesehatan yang optimal. -
Article No. 15305 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien icterus,nyeri abdomen peningkatan bilirubin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan gejala pasien yang Anda sampaikan, yaitu icterus (kuning pada kulit dan sklera mata), nyeri abdomen, dan peningkatan bilirubin, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Keterbatasan pada kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Penurunan fungsi fisiologis akibat gangguan pada sistem hepatobilier.
- Gejala: Kelelahan, kelemahan, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Peradangan pada organ hepar atau saluran empedu.
- Gejala: Nyeri pada abdomen, terutama pada kuadran kanan atas.
3. Ketidakseimbangan Cairan
- Definisi: Gangguan pada volume, komposisi, atau distribusi cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Penyebab: Peningkatan bilirubin yang dapat menyebabkan gangguan fungsi hepar dan metabolisme cairan.
- Gejala: Edema, ascites, dan dehidrasi.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia adalah acuan resmi dalam menentukan diagnosis keperawatan yang dialami oleh pasien.
- SLKI: Standar Luaran Keperawatan Indonesia adalah acuan resmi dalam menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dilakukan.
- SIKI: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia adalah acuan resmi dalam menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 15306 | 11 Apr 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis demam dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis jika ada:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak terspesifikasi
Demam (R50.9) merupakan kondisi di mana suhu tubuh seseorang berada di atas batas normal, biasanya disebabkan oleh infeksi, penyakit, atau kondisi medis tertentu. Kode ini digunakan ketika penyebab demam tidak dapat ditentukan secara spesifik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM procedure yang spesifik untuk penanganan demam. Penanganan demam biasanya meliputi penggunaan obat penurun demam, pemberian cairan, dan pemantauan tanda-tanda vital pasien. Tindakan medis yang mungkin dilakukan tergantung pada penyebab demam dan kondisi pasien.
Sebagai catatan, kode ICD-10 (International Classification of Diseases, 10th Revision) digunakan untuk klasifikasi diagnosis medis, sedangkan kode ICD-9-CM (International Classification of Diseases, 9th Revision, Clinical Modification) digunakan untuk klasifikasi prosedur atau tindakan medis. -
Article No. 15307 | 11 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit telinga sejak semalam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait penanganan kasus pasien dengan keluhan sakit telinga sejak semalam.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah "Gangguan Pendengaran" (Impaired Hearing). Hal ini didasarkan pada keluhan utama pasien yaitu sakit telinga, yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi pendengaran.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Peningkatan Pendengaran (Improved Hearing): Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan mendengar sesuai fungsi normal.
2. Penurunan Rasa Nyeri (Reduced Pain): Pasien menunjukkan penurunan intensitas rasa nyeri pada telinga.
3. Peningkatan Pengetahuan Tentang Kondisi Kesehatan (Increased Knowledge: Health Condition): Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman tentang kondisi kesehatan dan penanganannya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Manajemen Nyeri (Pain Management):
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai indikasi dan atas instruksi dokter
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi
2. Edukasi Kesehatan (Health Education):
- Berikan informasi tentang penyebab, gejala, dan penanganan sakit telinga
- Ajarkan teknik perawatan telinga yang benar, seperti penggunaan obat tetes telinga
- Anjurkan untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut ke layanan kesehatan
3. Pemantauan Fungsi Pendengaran (Hearing Function Monitoring):
- Lakukan pengkajian fungsi pendengaran secara berkala
- Pantau kemajuan perbaikan fungsi pendengaran setelah intervensi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter spesialis THT, jika diperlukan
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan pendengaran, penurunan rasa nyeri, serta peningkatan pengetahuan tentang kondisi kesehatannya. Hal ini akan membantu pasien mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 15308 | 11 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit telinga sejak semalam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit telinga sejak semalam.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut" (SDKI). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan seperti itu (International Association for the Study of Pain/IASP, 1994).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Tingkat Nyeri Terkontrol (SLKI)
Kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
c. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran di atas, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Nyeri (SIKI)
a. Kaji tipe, karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan derajat nyeri yang dirasakan pasien
b. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
c. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi
e. Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Manajemen Lingkungan: Kenyamanan (SIKI)
a. Kontrol pencahayaan, suhu, dan kebisingan di lingkungan pasien
b. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
c. Fasilitasi istirahat dan tidur yang cukup
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Dalam kondisi pasien dengan keluhan sakit telinga sejak semalam, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut. Hal ini dikarenakan pasien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau iritasi pada telinga.
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah Tingkat Nyeri Terkontrol. Kriteria hasil yang ingin dicapai adalah pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Nyeri dan Manajemen Lingkungan: Kenyamanan. Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengkaji, mengidentifikasi, dan mengelola nyeri yang dirasakan pasien, baik secara farmakologis maupun nonfarmakologis. Sementara Manajemen Lingkungan: Kenyamanan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang tenang, nyaman, dan mendukung pemulihan pasien.
Melalui penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai tingkat nyeri yang terkontrol, sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman. -
Article No. 15309 | 11 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan kuku kaki dan tangan bewarna orange
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan keluhan kuku kaki dan tangan berwarna oranye.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Perubahan Integritas Kulit" (SDKI, 2019). Perubahan integritas kulit merupakan kondisi di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi pada kulit, kuku, dan rambut, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah defisiensi nutrisi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan adalah:
1. Integritas kulit membaik, ditandai dengan:
a. Kuku kaki dan tangan kembali berwarna normal
b. Tidak ada tanda-tanda perubahan struktur atau fungsi kulit lainnya
2. Pengetahuan pasien tentang perawatan kulit dan kuku meningkat
3. Kepatuhan pasien dalam menjalankan perawatan kulit dan kuku meningkat
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Asuhan Keperawatan Nutrisi
a. Mengevaluasi status nutrisi pasien, termasuk asupan makanan, riwayat penyakit, dan pemeriksaan laboratorium.
b. Menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi pasien, dengan memperhatikan kadar vitamin, mineral, dan zat gizi lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit dan kuku.
c. Mengajarkan pasien tentang pentingnya asupan nutrisi yang seimbang untuk pemeliharaan kesehatan kulit dan kuku.
d. Memantau dan mengevaluasi perkembangan kondisi kulit dan kuku pasien seiring dengan perbaikan status nutrisi.
2. Perawatan Kulit dan Kuku
a. Mengajarkan pasien teknik perawatan kulit dan kuku yang tepat, seperti memotong kuku secara teratur, menggunakan pelembab, dan menghindari faktor-faktor yang dapat memperburuk kondisi.
b. Membantu pasien dalam melakukan perawatan kulit dan kuku secara mandiri atau memberikan bantuan sesuai kebutuhan.
c. Memantau dan mengevaluasi perkembangan kondisi kulit dan kuku pasien seiring dengan pelaksanaan perawatan.
3. Edukasi Kesehatan
a. Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyebab dan dampak perubahan integritas kulit, khususnya kondisi kuku yang berwarna oranye.
b. Mengajarkan pasien tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit dan kuku, serta langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.
c. Mendorong pasien untuk aktif terlibat dalam perawatan kesehatan kulit dan kuku, serta memantau kepatuhan pasien dalam menjalankan rencana perawatan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berorientasi pada luaran yang diharapkan, diharapkan kondisi pasien dapat membaik, ditandai dengan kuku kaki dan tangan yang kembali berwarna normal, serta peningkatan pengetahuan dan kepatuhan pasien dalam melakukan perawatan kulit dan kuku secara mandiri. -
Article No. 15310 | 11 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan kuku kaki dan tangan berubah bewarna orange
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien dengan keluhan kuku kaki dan tangan berubah warna menjadi oranye.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut adalah "Perubahan Integritas Kulit" (SDKI, 2017). Perubahan integritas kulit didefinisikan sebagai "Gangguan pada struktur dan fungsi kulit yang dapat menimbulkan kerusakan, perubahan warna, atau perubahan sensasi" (SDKI, 2017). Dalam kasus ini, perubahan warna kuku menjadi oranye merupakan salah satu manifestasi dari perubahan integritas kulit.
Luaran/Output Keperawatan yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan luaran/output yang dicapai adalah:
1. Pemulihan Integritas Kulit (SLKI, 2019): Menunjukkan pemulihan struktur dan fungsi kulit yang optimal. Indikator keberhasilannya dapat berupa warna kuku yang kembali normal, tidak ada perubahan warna lainnya, dan tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit lainnya.
2. Kontrol Gejala (SLKI, 2019): Pasien mampu mengontrol gejala perubahan warna kuku dan mengelola dampaknya terhadap aktivitas sehari-hari. Indikatornya dapat berupa pasien dapat menjelaskan penyebab perubahan warna kuku, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan mampu melakukan tindakan perawatan yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output keperawatan yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Perubahan Integritas Kulit (SIKI, 2018):
- Kaji integritas, warna, dan kondisi kuku secara komprehensif.
- Identifikasi penyebab perubahan warna kuku, seperti defisiensi nutrisi, paparan kimia, atau kondisi medis lainnya.
- Lakukan perawatan kuku sesuai kebutuhan, seperti memotong, menghaluskan, atau mengaplikasikan pelembab.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dan lain-lain) untuk mengatasi penyebab mendasar.
2. Edukasi Kesehatan (SIKI, 2018):
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan warna kuku.
- Berikan edukasi tentang perawatan kuku yang tepat dan pencegahan kerusakan kulit lebih lanjut.
- Diskusikan gaya hidup sehat dan pola makan yang dapat mendukung pemulihan integritas kulit.
3. Manajemen Gejala (SIKI, 2018):
- Bantu pasien mengidentifikasi dan mengelola dampak perubahan warna kuku terhadap aktivitas sehari-hari.
- Berikan dukungan emosional dan psikologis untuk mengatasi perubahan penampilan akibat perubahan warna kuku.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (psikolog, konselor, dan lain-lain) jika diperlukan.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu pasien dalam mencapai pemulihan integritas kulit, kontrol gejala, dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 15311 | 11 Apr 2025
Klinis : Anak S, perempuan, usia 10 tahun, sekolah di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri di Bandung. Anak S beraktivitas setiap hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 9 pagi sampai 11 siang. Anak S mengikuti kegiatan di sekolah, selanjutnya bermain di rumah, anak aktif bermain. Kegiatan sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian dibantu orangtua. BAB dan BAK tidak ada keluhan, tetapi masih dibantu orangtua. Anak S menyukai bermain, menari, menonton TV, dan berjalan-jalan. Komunikasi sangat sedikit dapat dimengerti. Orangtua menyatakan bahwa anak S tidak mengalami hambatan dalam interaksi sosial. Ibu mengatakan anaknya mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Sejak kecil proses tumbuh kembang klien tidak sama dengan anak-anak lain pada umumnya. Anak S mengalami keterlambatan dalam berjalan, kemampuan berbicara dan bahasa. Ibu mengatakan sudah mengetahui bahwa anaknya menderita down syndrome, sehingga menyekolahkan anaknya di SLB. Hasil pemeriksaan perkembangan menggunakan Denver II menunjukkan usia kronologis anak pada saat pemeriksaan adalah 9 tahun 6 bulan 6 hari. Kemampuan anak sesuai dengan usia sekolah, seperti kemampuan kognitif yaitu berpikir secara konkrit (mencari solusi alternatif dan pemecahan masalah), membaca, menulis, dan menghitung tidak dikuasai sehingga pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan Denver II (usia infant-preschool). Hasil pemeriksaan menunjukkan: Motorik kasar: anak tidak mampu berdiri seimbang dengan satu kaki lebih dari 2 detik, anak tidak mampu jinjit dengan baik. Anak mampu melompat 1 kaki, berdiri seimbang kurang dari 2 detik, menendang bola ke depan. Sehingga usia perkembangan motorik kasar setara 4,5 tahun. Motorik halus: anak tidak mampu mencontoh bentuk kotak dengan dan tanpa ditunjukkan, menggambar 3-5 bagian tubuh, memilih garis yang lebih panjang, mencontoh tanda +, dan mencontoh O. Anak menunjukkan mampu menggoyangkan ibu jari, membuat menara dari kubus dan meniru garis vertikal. Sehingga usia perkembangan motorik halus setara 4 tahun Bahasa: anak tidak mampu menyebutkan 4 warna, mengartikan 5 kata, dan 3 kata sifat. Anak mengetahui 4 kegiatan (menari, makan, main, bobo), kegunaan 3 benda (bola untuk bermain, pensil untuk menulis, dan sepatu untuk diigunakan di kaki), menghitung 1 kubus, berbicara belum jelas, menunjukan keinginan dengan gesture. Sehingga usia perkembanganya kemampuan bahasa setara 3 tahun. Personal sosial: anak tidak mampu mengambil makanan, menggosok gigi tanpa bantuan, bermain ular tangga, berpakaian tanpa bantuan, dan memakai t-shirt. Anak mampu menyebutkan nama teman dan mencuci serta mengeringkan tangan. Sehingga perkembangan personal sosial anak setara 3 tahun. Kognitif: anak menunjukan penggunaan simbol atau kata untuk menggambarkan objek atau benda yang memungkinkan anak memikirkan objek tersebut, misalnya anak menunjuk gambar eskrim kemudian bersikap seolah-olah menjilat eskrim tersebut, anak menunjukkan gambar bulan kemudian bersikap seperti tidur dengan menempelkan dua tangan di salah satu pipinya. Sehingga usia perkembangan kognitif anak setara usia preschool (4-6 tahun). Hasil pengkajian psikososial menunjukkan: Kepribadian anak Anak takut dengan gelap, dapat memelihara diri dan barang miliknya, dapat bermain. Anak tidak bisa melakukan perjalanan sendiri, bicara dan bahasa belum lancar, sikap terhadap hal-hal yang baru cenderung pemalu. Kemauan Kemauannya sulit dibelokkan, berusaha menghadapi persoalan, suka memperlihatkan kecakapan, bertahan dalam pembicaraan jika bersalah, kadang suka mengasingkan diri. Ketelitian dan daya ingat Cenderung tidak teliti dalam berbicara, berpakaian, dan melihat hal yang menyimpang dari biasanya. Klien tidak berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak mau berusaha berusaha agar orang lain senang padanya. Kadang sikapnya menurut terhadap perintah, kadang juga cuek. Perhatian dan aktifitasnya mudah beralih. Kecemasan pada orang tua Orang tua klien mengatakan tidak percaya dengan kondisi yang dialami klien. Orang tua tampak cemas dengan adanya penurunan kognitif, apektif, dan psikomotor yang terjadi pada klien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi anak S yang dideskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Keterlambatan Perkembangan Kognitif berhubungan dengan Sindrom Down yang ditandai dengan kemampuan berpikir konkret, membaca, menulis, dan berhitung yang tidak dikuasai.
2. Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar berhubungan dengan Sindrom Down yang ditandai dengan ketidakmampuan berdiri seimbang dengan satu kaki lebih dari 2 detik dan tidak mampu berjinjit dengan baik.
3. Keterlambatan Perkembangan Motorik Halus berhubungan dengan Sindrom Down yang ditandai dengan ketidakmampuan mencontoh bentuk kotak, menggambar 3-5 bagian tubuh, memilih garis yang lebih panjang, dan mencontoh tanda +.
4. Keterlambatan Perkembangan Bahasa berhubungan dengan Sindrom Down yang ditandai dengan ketidakmampuan menyebutkan 4 warna, mengartikan 5 kata, dan 3 kata sifat.
5. Keterlambatan Perkembangan Personal-Sosial berhubungan dengan Sindrom Down yang ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makanan, menggosok gigi tanpa bantuan, bermain ular tangga, dan berpakaian tanpa bantuan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Anak S menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir konkret, membaca, menulis, dan berhitung sesuai usia perkembangan.
2. Anak S menunjukkan peningkatan kemampuan motorik kasar, seperti berdiri seimbang dengan satu kaki lebih dari 2 detik dan berjinjit dengan baik.
3. Anak S menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halus, seperti mencontoh bentuk kotak, menggambar 3-5 bagian tubuh, memilih garis yang lebih panjang, dan mencontoh tanda +.
4. Anak S menunjukkan peningkatan kemampuan bahasa, seperti menyebutkan 4 warna, mengartikan 5 kata, dan 3 kata sifat.
5. Anak S menunjukkan peningkatan kemampuan personal-sosial, seperti mengambil makanan, menggosok gigi tanpa bantuan, bermain ular tangga, dan berpakaian tanpa bantuan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Keterlambatan Perkembangan Kognitif:
a. Kaji kemampuan kognitif anak sesuai dengan usia perkembangan.
b. Berikan stimulasi kognitif sesuai dengan tahap perkembangan anak.
c. Kolaborasi dengan terapis okupasi dan guru untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak.
d. Ajarkan orang tua teknik stimulasi kognitif yang dapat dilakukan di rumah.
2. Untuk Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar:
a. Kaji kemampuan motorik kasar anak sesuai dengan usia perkembangan.
b. Berikan latihan fisik dan aktivitas yang melatih kemampuan motorik kasar.
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.
d. Ajarkan orang tua teknik latihan motorik kasar yang dapat dilakukan di rumah.
3. Untuk Keterlambatan Perkembangan Motorik Halus:
a. Kaji kemampuan motorik halus anak sesuai dengan usia perkembangan.
b. Berikan aktivitas yang melatih kemampuan motorik halus, seperti menggambar, menyusun, dan meremas.
c. Kolaborasi dengan terapis okupasi untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
d. Ajarkan orang tua teknik latihan motorik halus yang dapat dilakukan di rumah.
4. Untuk Keterlambatan Perkembangan Bahasa:
a. Kaji kemampuan bahasa anak sesuai dengan usia perkembangan.
b. Berikan stimulasi bahasa melalui interaksi, percakapan, dan aktivitas yang melatih kemampuan berbahasa.
c. Kolaborasi dengan terapis wicara untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak.
d. Ajarkan orang tua teknik stimulasi bahasa yang dapat dilakukan di rumah.
5. Untuk Keterlambatan Perkembangan Personal-Sosial:
a. Kaji kemampuan personal-sosial anak sesuai dengan usia perkembangan.
b. Berikan latihan dan aktivitas yang melatih kemampuan personal-sosial, seperti berpakaian, makan, dan berinteraksi.
c. Kolaborasi dengan terapis okupasi dan guru untuk meningkatkan kemampuan personal-sosial anak.
d. Ajarkan orang tua teknik latihan personal-sosial yang dapat dilakukan di rumah.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan anak S dapat menunjukkan peningkatan dalam berbagai aspek perkembangannya, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan sesuai dengan usia perkembangannya.