Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15295 | 11 Apr 2025
Klinis : Utamakejang diikuti dengan demam H4, batuk dan pilek TelaahAnak datang dibawa ke IGD dengan kejang diikuti dengan demam H4, durasi <15 menit, dengan mata mendelik keatas, tangan dan kaki tonik-klonik. Setelah kejang anak menangis kuat. Diakui orangtua ada periode bebas demam 1 hari saja. Batuk (+), pilek (+), mual (-), muntah (-),nafsu makan berkurang. BAB dan BAK dbn. RPO : cefixime syr 2 x 2cc, sanmol syr, racikan, vitamin syr Riwayat Penyakit DahuluRPT : kejang demam 1 tahun yang lalu OSens CM VAS 4 BB 10,8kg HR 177 RR 20 Temp 40.4 SpO2 96% (room air) STATUS LOKALISATA Mata : CA (-/-), SI (-/-) Mulut : coated tongue (-), faring hiperemis (-), T1/T1 Leher : TVJ R-2cmHg, lymphadenopathy (-) Thoraks : sp ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1,2 reg, murmur (-) Abdomen : soepel, NTE (+), normoperistaltik, normothympani, H/L tidak teraba
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI yang sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko kejang berhubungan dengan demam tinggi.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko kejang: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kontraksi otot yang tidak terkontrol dan tidak teratur.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Kejang: Individu menunjukkan kontrol terhadap kejang yang terjadi.
2. Manajemen Demam: Individu menunjukkan manajemen yang efektif terhadap demam.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Mengukur, mencatat, dan menganalisis tanda-tanda vital untuk mendeteksi perubahan kondisi.
2. Manajemen Demam: Intervensi untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
3. Terapi Antikonvulsi: Pemberian obat-obatan untuk mencegah atau menghentikan kejang.
4. Manajemen Kejang: Intervensi untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi kejang.
Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mencegah terjadinya kejang, menurunkan demam, dan memantau tanda-tanda vital pasien. Selain itu, diperlukan juga intervensi untuk mengatasi kejang dan memberikan terapi antikonvulsi jika diperlukan. -
Article No. 15296 | 11 Apr 2025
Klinis : ISK
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, untuk kondisi Infeksi Saluran Kemih (ISK), diperoleh informasi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N39.0
- Deskripsi: Infeksi saluran kemih, lokasi tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.8
- Deskripsi: Prosedur diagnostik pada saluran kemih, lainnya
Penjelasan:
- Kode ICD-10 N39.0 digunakan untuk infeksi saluran kemih yang tidak ditentukan lokasi spesifiknya, seperti halnya pada kondisi ISK.
- Kode ICD-9-CM 59.8 mencakup berbagai prosedur diagnostik pada saluran kemih, termasuk pemeriksaan urin, tes kultur, maupun prosedur lainnya yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan menangani kasus ISK.
Penggunaan kode-kode ini penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan mendukung proses penagihan dan reimbursasi yang sesuai. Selain itu, data kode diagnosis dan prosedur juga berguna untuk analisis epidemiologi dan penelitian terkait kondisi ISK. -
Article No. 15297 | 11 Apr 2025
Klinis : Risiko Jatuh b.d usia lanjut, riwayat jatuh sebelumnya, kondisi pasca operasi d.d kekuatan otot menurun, mengeluh tidak dapat berjalan tanpa bantuan, cepat lelah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Jatuh berhubungan dengan usia lanjut, riwayat jatuh sebelumnya, dan kondisi pasca operasi dengan penurunan kekuatan otot.
Penjelasan Singkat:
SDKI:
Risiko Jatuh didefinisikan sebagai rentan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan cedera, yang disebabkan oleh karakteristik individu.
SLKI:
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan dan mobilitas yang aman, serta bebas dari cedera akibat jatuh.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien.
2. Pemberian lingkungan yang aman untuk mencegah jatuh.
3. Peningkatan mobilitas dan keseimbangan pasien melalui latihan fisik.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan komprehensif.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar praktik yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keamanan perawatan yang diberikan. -
Article No. 15298 | 11 Apr 2025
Klinis : nyeri lutut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi nyeri lutut, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M25.56
- Deskripsi: Nyeri lutut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.47
- Deskripsi: Artroskopi lutut, diagnostic
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 M25.56 (Nyeri lutut):
- Kode M25 merupakan kategori dalam ICD-10 untuk "Kondisi sendi lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain".
- Kode M25.56 secara spesifik mengacu pada nyeri yang terjadi pada sendi lutut.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 81.47 (Artroskopi lutut, diagnostic):
- Kode 81.47 berada dalam kategori "Prosedur operasi pada tulang, sendi, dan jaringan lunak terkait" dalam ICD-9-CM.
- Kode ini digunakan untuk tindakan artroskopi lutut yang dilakukan untuk tujuan diagnostik, yaitu untuk mengevaluasi dan memeriksa kondisi sendi lutut secara langsung menggunakan peralatan artroskopi.
Penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting dalam dokumentasi medis, penagihan, dan pelaporan epidemiologi untuk kondisi nyeri lutut. Kode-kode ini memberikan informasi yang terstandarisasi dan memungkinkan analisis data kesehatan yang akurat. -
Article No. 15299 | 11 Apr 2025
Klinis : klien mengatakan mau buka kb iud dan mau diganti implan tetapi klien mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit gula. usia klien 35 tahun. disarankan oleh petugas kb ibu harus tetap pasang kb iud karena bukan hormonal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi: Rentan mengalami peningkatan atau penurunan yang tidak terkontrol dalam kadar glukosa darah, yang dapat membahayakan kesehatan.
Fokus Diagnostik: Riwayat penyakit gula, usia, penggunaan KB hormonal.
2. Risiko Peningkatan Tekanan Darah
Definisi: Rentan mengalami peningkatan tekanan darah yang dapat membahayakan kesehatan.
Fokus Diagnostik: Riwayat hipertensi, usia, penggunaan KB hormonal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
Definisi: Kemampuan mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
Indikator:
a. Kadar glukosa darah dalam batas normal
b. Tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia
c. Tidak ada komplikasi terkait diabetes
2. Tekanan Darah Terkontrol
Definisi: Kemampuan mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal.
Indikator:
a. Tekanan darah dalam batas normal
b. Tidak ada gejala hipertensi
c. Tidak ada komplikasi terkait hipertensi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kadar Glukosa Darah
a. Monitor kadar glukosa darah secara teratur
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pengaturan diet dan terapi
c. Edukasi tentang pengelolaan diabetes
d. Monitoring dan manajemen komplikasi diabetes
2. Manajemen Hipertensi
a. Monitor tekanan darah secara teratur
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pengaturan terapi antihipertensi
c. Edukasi tentang gaya hidup sehat untuk menurunkan tekanan darah
d. Monitoring dan manajemen komplikasi hipertensi
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi klien yang memiliki riwayat hipertensi dan penyakit gula, serta usia 35 tahun, terdapat risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dan peningkatan tekanan darah. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah dan Risiko Peningkatan Tekanan Darah.
Luaran/output yang diharapkan adalah Stabilitas Kadar Glukosa Darah dan Tekanan Darah Terkontrol. Ini mencakup kemampuan klien mempertahankan kadar glukosa dan tekanan darah dalam batas normal, serta mencegah komplikasi terkait diabetes dan hipertensi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen kadar glukosa darah dan manajemen hipertensi. Ini mencakup pemantauan, kolaborasi dengan tenaga kesehatan, edukasi, dan manajemen komplikasi. Tujuannya adalah untuk membantu klien mencapai stabilitas kadar glukosa darah dan tekanan darah terkontrol, sehingga dapat mempertimbangkan penggunaan KB yang aman sesuai kondisinya. -
Article No. 15300 | 11 Apr 2025
Klinis : klien mengatakan mau buka kb iud dan mau diganti implan. usia klien 35 tahun. disarankan oleh petugas kb ibu harus tetap pasang kb iud karena bukan hormonal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Ketidakefektifan Pengetahuan Kesehatan
Definisi: Kekurangan atau kesalahpahaman tentang informasi atau kemampuan yang berkaitan dengan perawatan kesehatan.
Klien menunjukkan keinginan untuk mengganti metode kontrasepsi, namun disarankan oleh petugas untuk tetap memilih IUD yang bukan hormonal. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakefektifan pengetahuan kesehatan klien terkait pilihan dan pertimbangan metode kontrasepsi yang sesuai untuk kondisinya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan Kesehatan Meningkat
Definisi: Kemampuan untuk memperoleh, mengingat, dan menggunakan informasi tentang kesehatan.
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan klien dapat meningkatkan pengetahuan kesehatannya terkait pemilihan metode kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan
Definisi: Tindakan untuk membantu klien dalam memperoleh, menggunakan, dan mempertahankan informasi dan sumber daya yang mendukung kesehatan.
Intervensi yang dapat dilakukan:
a. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang metode kontrasepsi yang sesuai.
b. Memberikan informasi dan edukasi kepada klien tentang berbagai jenis metode kontrasepsi, termasuk IUD, implan, dan pertimbangannya.
c. Membantu klien memahami alasan petugas kesehatan menyarankan IUD yang bukan hormonal.
d. Mendiskusikan dengan klien mengenai pemilihan metode kontrasepsi yang paling sesuai dengan kondisinya.
e. Mendorong klien untuk terlibat aktif dalam pengambilan keputusan terkait kontrasepsi.
f. Memfasilitasi akses klien ke layanan kesehatan yang sesuai untuk mendapatkan metode kontrasepsi yang dipilih.
g. Memantau dan mengevaluasi pemahaman klien setelah intervensi.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, klien menunjukkan adanya ketidakefektifan pengetahuan kesehatan terkait pemilihan metode kontrasepsi yang sesuai. Petugas kesehatan telah menyarankan klien untuk tetap menggunakan IUD yang bukan hormonal, namun klien menginginkan untuk mengganti ke metode implan.
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Pengetahuan Kesehatan, dengan tujuan luaran Pengetahuan Kesehatan Meningkat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Kesehatan, yang bertujuan untuk membantu klien dalam memperoleh, menggunakan, dan mempertahankan informasi serta sumber daya yang mendukung kesehatannya.
Melalui intervensi tersebut, diharapkan klien dapat meningkatkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi yang sesuai, memahami alasan petugas kesehatan menyarankan IUD, dan terlibat aktif dalam pengambilan keputusan terkait kontrasepsi yang paling tepat untuk kondisinya. -
Article No. 15301 | 11 Apr 2025
Klinis : Gangguan Rasa nyaman
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "Gangguan Rasa Nyaman" dengan penjelasan yang rinci dalam format yang diminta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R45.0
- Deskripsi: Gangguan rasa nyaman
Penjelasan:
Kode ICD-10 R45.0 merujuk pada gangguan rasa nyaman, yang mencakup gejala-gejala seperti rasa tidak nyaman, perasaan tidak enak, dan ketidaknyamanan subjektif yang tidak dapat diklasifikasikan secara lebih spesifik. Kondisi ini dapat berdampak pada kualitas hidup pasien dan memerlukan evaluasi serta penanganan yang tepat oleh tenaga medis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk gangguan rasa nyaman.
Penjelasan:
Karena gangguan rasa nyaman merupakan suatu gejala atau kondisi yang perlu dievaluasi dan ditangani secara holistik, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara khusus ditujukan untuk penanganan kondisi ini. Penanganan dapat melibatkan berbagai pendekatan, seperti intervensi psikologis, farmakologis, atau pengaturan gaya hidup, yang dipilih berdasarkan penilaian klinis dan kebutuhan individu pasien. -
Article No. 15302 | 11 Apr 2025
Klinis : Gangguan Rasa nyaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Rasa Nyaman
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), gangguan rasa nyaman adalah kondisi di mana individu mengalami ketidaknyamanan fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan/atau lingkungan.
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.
- SDKI terdiri dari berbagai diagnosis keperawatan yang dapat digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI untuk menggambarkan hasil atau luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SLKI terdiri dari berbagai luaran keperawatan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien.
- SIKI terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.
Dalam kasus gangguan rasa nyaman, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengidentifikasi masalah, menetapkan luaran yang diharapkan, dan menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien mencapai kenyamanan fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan lingkungan. -
Article No. 15303 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien icterus,nyeri abdomen
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Pasien icterus, nyeri abdomen.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut
2. Perubahan Perfusi Jaringan: Gangguan Perfusi Hepatik
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, mempunyai strategi manajemen nyeri yang efektif, dan dapat beraktivitas sesuai toleransi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri; Kolaborasi pemberian analgesik; Manajemen nyeri nonfarmakologis (distraksi, relaksasi, terapi komplementer).
2. Perubahan Perfusi Jaringan: Gangguan Perfusi Hepatik
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke dan di dalam hati, yang dapat menyebabkan disfungsi hati.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan fungsi hati yang optimal, tidak mengalami komplikasi akibat gangguan perfusi hepatik, dan mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi.
- SIKI: Observasi tanda-tanda dan gejala gangguan perfusi hepatik; Kolaborasi pemeriksaan diagnostik; Pemberian terapi sesuai indikasi; Edukasi pasien dan keluarga.
Harapan saya, penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi pasien dan intervensi keperawatan yang dapat diberikan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 15304 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien icterus,nyeri abdomen peningkatan bilirubin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik Mayor: Laporan pasien tentang nyeri, ekspresi wajah yang menunjukkan kesakitan, gerakan tubuh yang terbatas.
- Faktor yang berhubungan: Proses penyakit, cedera, agen farmakologis.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Karakteristik Mayor: Pasien melaporkan kelelahan setelah aktivitas, perubahan tanda-tanda vital yang tidak diinginkan setelah aktivitas.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan daya tahan, perubahan metabolisme, perubahan fungsi neuromuskular.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa nyeri.
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuan tanpa peningkatan nyeri.
2. Toleransi Aktivitas
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal selama aktivitas.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan energi dan kemampuan untuk beraktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas).
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
- Kaji respon pasien terhadap nyeri.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin).
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi farmakologis yang sesuai.
- Evaluasi efektivitas intervensi manajemen nyeri.
2. Manajemen Aktivitas:
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi toleransi aktivitas.
- Tentukan aktivitas yang aman dan sesuai dengan kemampuan pasien.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
- Berikan dukungan dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait manajemen aktivitas.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk menyusun rencana aktivitas yang sesuai.
- Evaluasi kemajuan pasien dalam meningkatkan toleransi aktivitas.
Secara keseluruhan, dengan mempertimbangkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan, diharapkan pasien dapat mengelola nyeri yang dialami, meningkatkan toleransi aktivitas, dan mencapai status kesehatan yang optimal.