Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17346 | 15 May 2025
Klinis : Gabriela Rivera adalah seorang wanita New York berusia 80 tahun dari Puerto Rico, yang tinggal sendirian di apartemennya yang disewakan dengan harga sewa yang terkendali. Dia telah tinggal di New York selama hampir 40 tahun dan berbicara sedikit bahasa Inggris, meskipun agak ragu-ragu. Gabriela adalah seorang ibu yang berbakti, menelepon anak-anaknya sesering mungkin dan bahkan mengirimi mereka permen buatan sendiri. Dia membesarkan anak-anaknya hingga remaja di apartemen yang sama tempat dia tinggal saat ini. Dia enggan meninggalkannya, meskipun sekarang dia membayar sewa hanya dengan susah payah dan bantuan keuangan yang besar dari anakanaknya. Gabriela telah lama menderita tekanan darah tinggi, yang dia kendalikan dengan obat-obatan. Dia juga menderita diabetes tipe-2. Ketika dia awalnya didiagnosis menderita diabetes, dia pernah bertemu dengan seorang perawat yang menasihatinya tentang diet, olahraga, dan pengendalian berat badan, tetapi Gabriela merasa sulit untuk menyesuaikan selera tradisionalnya dalam hal makanan dan gaya hidupnya dengan anjuran yang diberikan perawat. Selanjutnya, dokter Gabriela meresepkan obat untuk membantu mengendalikan diabetesnya. Dia mencoba minum obatnya kapan pun dia ingat dan ketika dia mampu membelinya. Baru-baru ini, tes menunjukkan bahwa fungsi ginjalnya menurun. Putra bungsu Gabriela, Marcos, 49 tahun, tinggal di dekat Gabriela. Ia fasih berbahasa Spanyol dan bahasa Inggris (meskipun aksennya kental). Ia sering menengok ibunya sesering mungkin. Marcos adalah pekerja konstruksi kontrak, menikah dan memiliki tiga anak remaja. Putrinya, Cecilia, 15 tahun, menghabiskan sebagian besar waktunya di apartemen neneknya, Gabriela, mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu pekerjaan sehari-hari. Marcos juga baru-baru ini didiagnosis menderita diabetes. Ia mengetahui penyakitnya di sebuah klinik medis berpenghasilan rendah dari seorang dokter yang menyarankannya untuk membuat perubahan gaya hidup yang besar guna mencegah penyakitnya semakin parah. Marcos adalah peminum sedang hingga berat, tetapi ia menolak untuk mengurangi kebiasaan minumnya, karena ia "bisa mengatasinya," dan itu merupakan bagian penting dari kehidupan sosialnya. Ia juga sangat takut dengan jarum suntik, dan ia tidak suka dengan gagasan menjalani tes darah secara teratur. Ia beralasan bahwa ia akan belajar untuk hidup dengan gejala-gejalanya, yang masih relatif ringan. Akhir-akhir ini, Gabriela mengalami batuk yang semakin parah dan sering menderita sakit kepala, sesak napas, dan merasa tidak enak badan secara umum. Ia mengabaikan gejala-gejala ini dan menganggapnya sebagai gejala insomnia yang terus-menerus. Suatu sore, dalam perjalanan pulang kerja, istri Marcos, Maria, menerima panggilan telepon panik dari putri mereka, yang datang ke apartemen Gabriela sepulang sekolah dan mendapati neneknya merasa sangat pusing dan cemas, serta mengalami kesulitan bernapas yang parah. Maria menutup telepon dan menelepon 911, menelepon suaminya, Marcos, lalu bergegas menemui ambulans di rumah sakit. Pemeriksaan awal Gabriela menunjukkan diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) stadium lanjut, kondisi paru-paru, dan pneumonia bilateral. Selain itu, tes darah menunjukkan bahwa diabetesnya tidak terkendali dan ginjalnya berfungsi kurang dari kapasitas normal. Setelah Gabriela distabilkan dengan oksigen, dokter unit gawat darurat yang bertugas, Dr. Michael Johnson, berbicara (dalam bahasa Inggris) dengan Marcos, Maria, dan Cecilia. Menanggapi ketiganya dengan nada yang sama, ia memberi tahu mereka bahwa, selain PPOK dan pneumonia tingkat lanjut, Gabriela juga tampaknya menderita gagal ginjal, komplikasi dari diabetesnya. Ia ingin membawanya ke rumah sakit untuk observasi dan perawatan pneumonianya, dan untuk memanggil konsultasi nefrologi mengenai penurunan fungsi ginjalnya. Mereka setuju dan Gabriela dirawat di ICU, di mana ia diberi antibiotik untuk pneumonianya, dan bronkodilator, kortikosteroid, dan oksigen tambahan untuk pernapasannya. Setelah dirawat di ICU, dokter yang merawat Gabriela di sana, Dr. Rachel Parker, yang juga berbicara dalam bahasa Inggris, mencoba untuk berdiskusi dengan Gabriela tentang pilihan perintah DNR (Do Not Resuscitate), tetapi dokter tersebut segera menilai bahwa Gabriela saat ini tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan tersebut. Dr. Parker kemudian menghubungi Marcos mengenai masalah tersebut, menjelaskan bahwa pada pasien seperti Gabriela, peluang resusitasi untuk mengembalikan pasien ke kualitas hidupnya sebelumnya sangat kecil. Namun, Marcos dengan keras melarang DNR dan bersikeras agar hal itu tidak disebutkan lagi, terutama di depan Gabriela. Keesokan paginya, dokter spesialis penyakit ginjal berkonsultasi dengan Dr. Parker dan kemudian mereka berdua bertemu dengan Marcos dan Maria. Dokter spesialis penyakit ginjal menjelaskan seberapa parah penyakit Gabriela dan bahwa dia bukan kandidat yang baik untuk transplantasi ginjal, mengingat masalah medis lainnya yang dialaminya. Lebih jauh, pada usia Gabriela, dialisis jangka panjang akan memberikan tekanan yang sangat besar pada tubuhnya dan kualitas hidupnya. Setelah membiarkan informasi ini meresap, Dr. Parker menjelaskan bahwa, bahkan jika pneumonia dapat dikendalikan, Gabriela akan membutuhkan perawatan berkelanjutan tingkat tinggi; dia tidak akan lagi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.1
- Deskripsi: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan eksaserbasi akut, tidak dispesifikasi
- Kode: E11.8
- Deskripsi: Diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi lainnya
- Kode: N18.4
- Deskripsi: Gagal ginjal kronis, stadium 4
- Kode: J15.8
- Deskripsi: Pneumonia bakteri lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian terapi oksigen
- Kode: 99.14
- Deskripsi: Pemberian kortikosteroid, sistemik
Penjelasan:
Gabriela Rivera memiliki beberapa kondisi medis yang tercakup dalam kode ICD-10 di atas. Dia menderita PPOK dengan eksaserbasi akut, diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi lainnya, gagal ginjal kronis stadium 4, dan pneumonia bakteri. Dalam penanganannya, Gabriela menerima terapi oksigen dan pemberian kortikosteroid sistemik. -
Article No. 17347 | 15 May 2025
Klinis : Gabriela Rivera adalah seorang wanita New York berusia 80 tahun dari Puerto Rico, yang tinggal sendirian di apartemennya yang disewakan dengan harga sewa yang terkendali. Dia telah tinggal di New York selama hampir 40 tahun dan berbicara sedikit bahasa Inggris, meskipun agak ragu-ragu. Gabriela adalah seorang ibu yang berbakti, menelepon anak-anaknya sesering mungkin dan bahkan mengirimi mereka permen buatan sendiri. Dia membesarkan anak-anaknya hingga remaja di apartemen yang sama tempat dia tinggal saat ini. Dia enggan meninggalkannya, meskipun sekarang dia membayar sewa hanya dengan susah payah dan bantuan keuangan yang besar dari anakanaknya. Gabriela telah lama menderita tekanan darah tinggi, yang dia kendalikan dengan obat-obatan. Dia juga menderita diabetes tipe-2. Ketika dia awalnya didiagnosis menderita diabetes, dia pernah bertemu dengan seorang perawat yang menasihatinya tentang diet, olahraga, dan pengendalian berat badan, tetapi Gabriela merasa sulit untuk menyesuaikan selera tradisionalnya dalam hal makanan dan gaya hidupnya dengan anjuran yang diberikan perawat. Selanjutnya, dokter Gabriela meresepkan obat untuk membantu mengendalikan diabetesnya. Dia mencoba minum obatnya kapan pun dia ingat dan ketika dia mampu membelinya. Baru-baru ini, tes menunjukkan bahwa fungsi ginjalnya menurun. Putra bungsu Gabriela, Marcos, 49 tahun, tinggal di dekat Gabriela. Ia fasih berbahasa Spanyol dan bahasa Inggris (meskipun aksennya kental). Ia sering menengok ibunya sesering mungkin. Marcos adalah pekerja konstruksi kontrak, menikah dan memiliki tiga anak remaja. Putrinya, Cecilia, 15 tahun, menghabiskan sebagian besar waktunya di apartemen neneknya, Gabriela, mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu pekerjaan sehari-hari. Marcos juga baru-baru ini didiagnosis menderita diabetes. Ia mengetahui penyakitnya di sebuah klinik medis berpenghasilan rendah dari seorang dokter yang menyarankannya untuk membuat perubahan gaya hidup yang besar guna mencegah penyakitnya semakin parah. Marcos adalah peminum sedang hingga berat, tetapi ia menolak untuk mengurangi kebiasaan minumnya, karena ia "bisa mengatasinya," dan itu merupakan bagian penting dari kehidupan sosialnya. Ia juga sangat takut dengan jarum suntik, dan ia tidak suka dengan gagasan menjalani tes darah secara teratur. Ia beralasan bahwa ia akan belajar untuk hidup dengan gejala-gejalanya, yang masih relatif ringan. Akhir-akhir ini, Gabriela mengalami batuk yang semakin parah dan sering menderita sakit kepala, sesak napas, dan merasa tidak enak badan secara umum. Ia mengabaikan gejala-gejala ini dan menganggapnya sebagai gejala insomnia yang terus-menerus. Suatu sore, dalam perjalanan pulang kerja, istri Marcos, Maria, menerima panggilan telepon panik dari putri mereka, yang datang ke apartemen Gabriela sepulang sekolah dan mendapati neneknya merasa sangat pusing dan cemas, serta mengalami kesulitan bernapas yang parah. Maria menutup telepon dan menelepon 911, menelepon suaminya, Marcos, lalu bergegas menemui ambulans di rumah sakit. Pemeriksaan awal Gabriela menunjukkan diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) stadium lanjut, kondisi paru-paru, dan pneumonia bilateral. Selain itu, tes darah menunjukkan bahwa diabetesnya tidak terkendali dan ginjalnya berfungsi kurang dari kapasitas normal. Setelah Gabriela distabilkan dengan oksigen, dokter unit gawat darurat yang bertugas, Dr. Michael Johnson, berbicara (dalam bahasa Inggris) dengan Marcos, Maria, dan Cecilia. Menanggapi ketiganya dengan nada yang sama, ia memberi tahu mereka bahwa, selain PPOK dan pneumonia tingkat lanjut, Gabriela juga tampaknya menderita gagal ginjal, komplikasi dari diabetesnya. Ia ingin membawanya ke rumah sakit untuk observasi dan perawatan pneumonianya, dan untuk memanggil konsultasi nefrologi mengenai penurunan fungsi ginjalnya. Mereka setuju dan Gabriela dirawat di ICU, di mana ia diberi antibiotik untuk pneumonianya, dan bronkodilator, kortikosteroid, dan oksigen tambahan untuk pernapasannya. Setelah dirawat di ICU, dokter yang merawat Gabriela di sana, Dr. Rachel Parker, yang juga berbicara dalam bahasa Inggris, mencoba untuk berdiskusi dengan Gabriela tentang pilihan perintah DNR (Do Not Resuscitate), tetapi dokter tersebut segera menilai bahwa Gabriela saat ini tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan tersebut. Dr. Parker kemudian menghubungi Marcos mengenai masalah tersebut, menjelaskan bahwa pada pasien seperti Gabriela, peluang resusitasi untuk mengembalikan pasien ke kualitas hidupnya sebelumnya sangat kecil. Namun, Marcos dengan keras melarang DNR dan bersikeras agar hal itu tidak disebutkan lagi, terutama di depan Gabriela. Keesokan paginya, dokter spesialis penyakit ginjal berkonsultasi dengan Dr. Parker dan kemudian mereka berdua bertemu dengan Marcos dan Maria. Dokter spesialis penyakit ginjal menjelaskan seberapa parah penyakit Gabriela dan bahwa dia bukan kandidat yang baik untuk transplantasi ginjal, mengingat masalah medis lainnya yang dialaminya. Lebih jauh, pada usia Gabriela, dialisis jangka panjang akan memberikan tekanan yang sangat besar pada tubuhnya dan kualitas hidupnya. Setelah membiarkan informasi ini meresap, Dr. Parker menjelaskan bahwa, bahkan jika pneumonia dapat dikendalikan, Gabriela akan membutuhkan perawatan berkelanjutan tingkat tinggi; dia tidak akan lagi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Gabriela Rivera:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- SLKI: Pemeliharaan Jalan Napas (I-03)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Respirasi (M02)
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas (00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Toleransi Aktivitas (I-12)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Mobilitas (M06)
3. Resiko Kekurangan Volume Cairan
- SDKI: Resiko Kekurangan Volume Cairan (00028)
- Definisi: Berisiko mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- SLKI: Keseimbangan Cairan (I-05)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Cairan dan Elektrolit (M03)
4. Ketidakpatuhan
- SDKI: Ketidakpatuhan (00079)
- Definisi: Tindakan tidak mengikuti rencana terapi yang disepakati bersama oleh pasien dan tenaga kesehatan.
- SLKI: Kepatuhan (I-10)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Manajemen Diri (M08)
5. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi (00004)
- Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Pencegahan Infeksi (I-09)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Pencegahan Infeksi (M01)
6. Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Defisit Perawatan Diri (00108)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- SLKI: Perawatan Diri (I-11)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (M05)
Penjelasan singkat:
Kondisi Gabriela Rivera menunjukkan adanya permasalahan terkait sistem pernapasan, sistem ginjal, aktivitas, kepatuhan, risiko infeksi, dan perawatan diri yang membutuhkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 17348 | 15 May 2025
Klinis : Gabriela Rivera adalah seorang wanita New York berusia 80 tahun dari Puerto Rico, yang tinggal sendirian di apartemennya yang disewakan dengan harga sewa yang terkendali. Dia telah tinggal di New York selama hampir 40 tahun dan berbicara sedikit bahasa Inggris, meskipun agak ragu-ragu. Gabriela adalah seorang ibu yang berbakti, menelepon anak-anaknya sesering mungkin dan bahkan mengirimi mereka permen buatan sendiri. Dia membesarkan anak-anaknya hingga remaja di apartemen yang sama tempat dia tinggal saat ini. Dia enggan meninggalkannya, meskipun sekarang dia membayar sewa hanya dengan susah payah dan bantuan keuangan yang besar dari anakanaknya. Gabriela telah lama menderita tekanan darah tinggi, yang dia kendalikan dengan obat-obatan. Dia juga menderita diabetes tipe-2. Ketika dia awalnya didiagnosis menderita diabetes, dia pernah bertemu dengan seorang perawat yang menasihatinya tentang diet, olahraga, dan pengendalian berat badan, tetapi Gabriela merasa sulit untuk menyesuaikan selera tradisionalnya dalam hal makanan dan gaya hidupnya dengan anjuran yang diberikan perawat. Selanjutnya, dokter Gabriela meresepkan obat untuk membantu mengendalikan diabetesnya. Dia mencoba minum obatnya kapan pun dia ingat dan ketika dia mampu membelinya. Baru-baru ini, tes menunjukkan bahwa fungsi ginjalnya menurun. Putra bungsu Gabriela, Marcos, 49 tahun, tinggal di dekat Gabriela. Ia fasih berbahasa Spanyol dan bahasa Inggris (meskipun aksennya kental). Ia sering menengok ibunya sesering mungkin. Marcos adalah pekerja konstruksi kontrak, menikah dan memiliki tiga anak remaja. Putrinya, Cecilia, 15 tahun, menghabiskan sebagian besar waktunya di apartemen neneknya, Gabriela, mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu pekerjaan sehari-hari. Marcos juga baru-baru ini didiagnosis menderita diabetes. Ia mengetahui penyakitnya di sebuah klinik medis berpenghasilan rendah dari seorang dokter yang menyarankannya untuk membuat perubahan gaya hidup yang besar guna mencegah penyakitnya semakin parah. Marcos adalah peminum sedang hingga berat, tetapi ia menolak untuk mengurangi kebiasaan minumnya, karena ia "bisa mengatasinya," dan itu merupakan bagian penting dari kehidupan sosialnya. Ia juga sangat takut dengan jarum suntik, dan ia tidak suka dengan gagasan menjalani tes darah secara teratur. Ia beralasan bahwa ia akan belajar untuk hidup dengan gejala-gejalanya, yang masih relatif ringan. Akhir-akhir ini, Gabriela mengalami batuk yang semakin parah dan sering menderita sakit kepala, sesak napas, dan merasa tidak enak badan secara umum. Ia mengabaikan gejala-gejala ini dan menganggapnya sebagai gejala insomnia yang terus-menerus. Suatu sore, dalam perjalanan pulang kerja, istri Marcos, Maria, menerima panggilan telepon panik dari putri mereka, yang datang ke apartemen Gabriela sepulang sekolah dan mendapati neneknya merasa sangat pusing dan cemas, serta mengalami kesulitan bernapas yang parah. Maria menutup telepon dan menelepon 911, menelepon suaminya, Marcos, lalu bergegas menemui ambulans di rumah sakit. Pemeriksaan awal Gabriela menunjukkan diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) stadium lanjut, kondisi paru-paru, dan pneumonia bilateral. Selain itu, tes darah menunjukkan bahwa diabetesnya tidak terkendali dan ginjalnya berfungsi kurang dari kapasitas normal. Setelah Gabriela distabilkan dengan oksigen, dokter unit gawat darurat yang bertugas, Dr. Michael Johnson, berbicara (dalam bahasa Inggris) dengan Marcos, Maria, dan Cecilia. Menanggapi ketiganya dengan nada yang sama, ia memberi tahu mereka bahwa, selain PPOK dan pneumonia tingkat lanjut, Gabriela juga tampaknya menderita gagal ginjal, komplikasi dari diabetesnya. Ia ingin membawanya ke rumah sakit untuk observasi dan perawatan pneumonianya, dan untuk memanggil konsultasi nefrologi mengenai penurunan fungsi ginjalnya. Mereka setuju dan Gabriela dirawat di ICU, di mana ia diberi antibiotik untuk pneumonianya, dan bronkodilator, kortikosteroid, dan oksigen tambahan untuk pernapasannya. Setelah dirawat di ICU, dokter yang merawat Gabriela di sana, Dr. Rachel Parker, yang juga berbicara dalam bahasa Inggris, mencoba untuk berdiskusi dengan Gabriela tentang pilihan perintah DNR (Do Not Resuscitate), tetapi dokter tersebut segera menilai bahwa Gabriela saat ini tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan tersebut. Dr. Parker kemudian menghubungi Marcos mengenai masalah tersebut, menjelaskan bahwa pada pasien seperti Gabriela, peluang resusitasi untuk mengembalikan pasien ke kualitas hidupnya sebelumnya sangat kecil. Namun, Marcos dengan keras melarang DNR dan bersikeras agar hal itu tidak disebutkan lagi, terutama di depan Gabriela. Keesokan paginya, dokter spesialis penyakit ginjal berkonsultasi dengan Dr. Parker dan kemudian mereka berdua bertemu dengan Marcos dan Maria. Dokter spesialis penyakit ginjal menjelaskan seberapa parah penyakit Gabriela dan bahwa dia bukan kandidat yang baik untuk transplantasi ginjal, mengingat masalah medis lainnya yang dialaminya. Lebih jauh, pada usia Gabriela, dialisis jangka panjang akan memberikan tekanan yang sangat besar pada tubuhnya dan kualitas hidupnya. Setelah membiarkan informasi ini meresap, Dr. Parker menjelaskan bahwa, bahkan jika pneumonia dapat dikendalikan, Gabriela akan membutuhkan perawatan berkelanjutan tingkat tinggi; dia tidak akan lagi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Gabriela Rivera yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang relevan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan saluran pernapasan untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
2. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
- SDKI: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pertukaran gas yang optimal.
3. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (00099)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau meminta bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola dan mempertahankan kesehatan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pasien dalam mengelola dan mempertahankan kesehatan.
4. Risiko Intoleransi Aktivitas (00094)
- SDKI: Risiko mengalami ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi pasien terhadap aktivitas.
5. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan (00099)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk memelihara kesehatan.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam memelihara kesehatan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemeliharaan kesehatan pasien.
Penjelasan singkat:
Diagnosa-diagnosa tersebut mencerminkan masalah kesehatan Gabriela, termasuk penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, diabetes, dan gangguan fungsi ginjal. Intervensi keperawatan akan berfokus pada manajemen gejala pernapasan, kontrol diabetes, pemeliharaan fungsi ginjal, serta edukasi dan dukungan untuk meningkatkan kemampuan Gabriela dalam mengelola kesehatan dirinya. -
Article No. 17349 | 15 May 2025
Klinis : Hasil pengkajian keluarga Bpk. M (30 tahun) dan Ibu. A (28 tahun), mempunyai 2 orang anak anau prasekolah perempuan (Anak. A) berusia 3,5 tahun, dan anak kedua laki-laki berusia 14 bulan. Keluarga mengatakan Ank. A sering diare. Ibu mengatakan diare pada anak itu adalah hal yang biasa, itu menunjukkan anak akan bisa sesuatu atau menjadi pintar. Menurut ibu, diare pada anak tidak akan menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak. Saat diare ibu biasanya menghentikan pemberian susu, tidak memberikan buah dan sayuran, lebih sering membelikan bubur instan yang dibeli di warung. Karena ibu menganggap susu, buah dan sayuran dapat memperparah diare anaknya. Tampak kuku tangan anak kotor dan Panjang. Ibu hanya mencuci tangan anak dengan air mengalir saja sebelum makan. Ibu juga membuang diapers yang berisi feses di tempat sampah dapur yang terbuka. Ibu jarang membawa anak ke posyandu, karena sibuk mengurus rumah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Diare Kronis berhubungan dengan praktik higiene dan sanitasi yang buruk.
- Definisi: Keadaan yang menunjukkan kemungkinan terjadinya diare yang berlangsung lebih dari 14 hari, yang disebabkan oleh faktor risiko yang dapat diubah.
- Faktor risiko: Praktik higiene dan sanitasi yang buruk, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, membuang feses di tempat yang tidak tepat, dan tidak menjaga kebersihan lingkungan.
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan keyakinan yang keliru tentang diare.
- Definisi: Keadaan ketidakadekuatan informasi kognitif terkait dengan topik tertentu.
- Faktor yang berhubungan: Keyakinan yang keliru dari ibu bahwa diare merupakan hal biasa dan tanda anak akan menjadi pintar, serta keyakinan yang keliru tentang penanganan diare.
3. Risiko Pertumbuhan Terhambat berhubungan dengan praktik pemberian makan yang tidak tepat saat diare.
- Definisi: Keadaan yang menunjukkan kemungkinan terjadinya hambatan dalam pertumbuhan fisik anak, yang disebabkan oleh faktor risiko yang dapat diubah.
- Faktor risiko: Praktik pemberian makan yang tidak tepat saat diare, seperti menghentikan pemberian susu, buah, dan sayuran.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Diare
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan atau mengelola kejadian diare.
- Indikator:
a. Frekuensi episode diare berkurang.
b. Durasi episode diare berkurang.
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Pengetahuan Keluarga: Diare
- Definisi: Tingkat pemahaman keluarga tentang konsep diare, penyebab, pencegahan, dan penanganan.
- Indikator:
a. Keluarga dapat menjelaskan definisi diare.
b. Keluarga dapat menyebutkan penyebab diare.
c. Keluarga dapat menyebutkan cara mencegah dan menangani diare.
3. Pertumbuhan Anak
- Definisi: Kemajuan dalam ukuran fisik dan kematangan fungsi tubuh anak.
- Indikator:
a. Berat badan sesuai dengan usia.
b. Tinggi badan sesuai dengan usia.
c. Lingkar kepala sesuai dengan usia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Diare
- Definisi: Tindakan untuk mengontrol atau menghentikan episode diare.
- Kegiatan:
a. Evaluasi pola diare anak.
b. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan cairan yang adekuat selama diare.
c. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap memberikan makanan bergizi selama diare.
d. Ajarkan kepada keluarga cara mencuci tangan dengan benar.
e. Anjurkan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan.
2. Edukasi Kesehatan
- Definisi: Pemberian informasi yang terencana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait kesehatan.
- Kegiatan:
a. Identifikasi pengetahuan keluarga tentang diare.
b. Berikan edukasi tentang definisi, penyebab, pencegahan, dan penanganan diare yang tepat.
c. Diskusikan dan klarifikasi keyakinan yang keliru tentang diare.
d. Evaluasi pemahaman keluarga setelah edukasi.
3. Promosi Pertumbuhan Anak
- Definisi: Tindakan untuk mendorong pertumbuhan fisik dan perkembangan anak yang optimal.
- Kegiatan:
a. Evaluasi pola makan anak selama diare.
b. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap memberikan makanan bergizi selama diare.
c. Ajarkan kepada keluarga tentang manfaat makanan bergizi bagi pertumbuhan anak.
d. Pantau pertumbuhan anak secara berkala.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan keluarga dapat mengendalikan diare, meningkatkan pengetahuan tentang diare, dan menjaga pertumbuhan anak yang optimal. -
Article No. 17350 | 15 May 2025
Klinis : Keluarga mengatakan Ank. A sering diare. Ibu mengatakan diare pada anak itu adalah hal yang biasa, itu menunjukkan anak akan bisa sesuatu atau menjadi pintar. Menurut ibu, diare pada anak tidak akan menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak. Saat diare ibu biasanya menghentikan pemberian susu, tidak memberikan buah dan sayuran, lebih sering membelikan bubur instan yang dibeli di warung. Karena ibu menganggap susu, buah dan sayuran dapat memperparah diare anaknya. Tampak kuku tangan anak kotor dan Panjang. Ibu hanya mencuci tangan anak dengan air mengalir saja sebelum makan. Ibu juga membuang diapers yang berisi feses di tempat sampah dapur yang terbuka. Ibu jarang membawa anak ke posyandu, karena sibuk mengurus rumah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Resiko Diare Kronik berhubungan dengan pengetahuan ibu yang kurang tentang penatalaksanaan diare anak yang tepat.
Penjelasan:
Kondisi yang digambarkan menunjukkan adanya pemahaman ibu yang kurang tepat terkait penanganan diare pada anak. Ibu menganggap diare sebagai hal yang biasa dan tidak menyebabkan gangguan pertumbuhan, serta melakukan tindakan yang dapat memperparah kondisi diare seperti menghentikan pemberian susu, buah, dan sayuran. Hal ini dapat menyebabkan risiko diare yang berkepanjangan atau menjadi kronik.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan yang buruk.
Penjelasan:
Terdapat beberapa indikasi buruknya higiene perorangan dan sanitasi lingkungan, seperti kuku anak yang kotor dan panjang, cuci tangan anak hanya dengan air saja, serta pembuangan popok bekas feses di tempat sampah terbuka. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi, baik infeksi saluran pencernaan maupun infeksi lainnya.
3. Ketidakpatuhan berhubungan dengan persepsi ibu yang keliru tentang pentingnya kontrol kesehatan anak.
Penjelasan:
Ibu jarang membawa anak ke posyandu karena sibuk mengurus rumah, menunjukkan adanya ketidakpatuhan ibu dalam melakukan pemantauan kesehatan anak secara rutin. Hal ini dapat disebabkan oleh persepsi ibu yang kurang memahami pentingnya kontrol kesehatan anak untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Diare: Anak dapat mengendalikan atau menurunkan frekuensi diare dalam batas normal.
2. Higiene Diri: Anak dapat melakukan higiene diri secara mandiri dan teratur.
3. Kepatuhan: Ibu dapat secara teratur membawa anak ke posyandu untuk pemantauan kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Resiko Diare Kronik:
a. Edukasi ibu tentang penatalaksanaan diare yang tepat, termasuk pentingnya pemberian cairan dan elektrolit, serta tidak menghentikan pemberian susu, buah, dan sayuran.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk evaluasi dan pemberian pengobatan diare yang sesuai.
2. Untuk Risiko Infeksi:
a. Edukasi ibu dan anak tentang pentingnya kebersihan diri, seperti memotong kuku, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
b. Edukasi ibu tentang cara pembuangan popok bekas feses yang tepat, seperti di tempat sampah tertutup.
3. Untuk Ketidakpatuhan:
a. Edukasi ibu tentang pentingnya kontrol kesehatan anak secara rutin ke posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan.
b. Kolaborasi dengan kader posyandu untuk memberikan dukungan dan memfasilitasi kunjungan ibu dan anak ke posyandu secara teratur.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif mencakup edukasi, kolaborasi, dan dukungan, diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman dan perilaku ibu dalam penanganan diare anak, higiene diri, serta kepatuhan untuk kontrol kesehatan anak, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 17351 | 15 May 2025
Klinis : pasien mengekuh kelemahan di tangan dan kaki kiri seperti kesemutan tapi bisa digerakan cuma ga kuat menahan beban, riwayat hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan membantu menjelaskan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu kelemahan di tangan dan kaki kiri serta riwayat hipertensi, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot-otot.
Gejala yang muncul: Pasien mengalami kelemahan di tangan dan kaki kiri, serta kesulitan menahan beban.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Mobilitas Fisik Meningkat
Kriteria hasil:
- Pasien dapat melakukan pergerakan sendi yang optimal
- Pasien mampu mempertahankan posisi tubuh yang diinginkan
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Mobilitas
Tujuan: Membantu pasien dalam meningkatkan dan mempertahankan mobilitas fisik.
Aktivitas:
- Mengkaji tingkat mobilitas pasien saat ini
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas fisik pasien
- Latihan pergerakan sendi dan kekuatan otot secara bertahap
- Berkolaborasi dengan fisioterapis untuk memberikan latihan yang tepat
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya latihan untuk meningkatkan mobilitas
2. Manajemen Nyeri
Tujuan: Membantu pasien dalam mengelola nyeri yang dirasakan.
Aktivitas:
- Mengkaji karakteristik nyeri yang dirasakan pasien
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi nyeri
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri
3. Peningkatan Sirkulasi
Tujuan: Membantu mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat.
Aktivitas:
- Kaji tanda-tanda vital pasien, khususnya tekanan darah
- Lakukan intervensi untuk menurunkan tekanan darah tinggi, jika perlu
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik ringan secara bertahap
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kesehatan kardiovaskular
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi pasien yang dipaparkan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 17352 | 15 May 2025
Klinis : resiko perfusi serebral tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai kondisi ini.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "risiko perfusi serebral tidak efektif" adalah:
1. Risiko penurunan perfusi serebral
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengakibatkan kerusakan pada otak.
Faktor risiko yang mungkin terkait dengan kondisi ini antara lain: penyakit serebrovaskular, hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan cedera kepala.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Perfusi serebral yang efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke otak untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
Kriteria hasil yang dapat diukur antara lain: tingkat kesadaran yang membaik, tidak ada tanda-tanda kekurangan oksigen di otak (seperti sakit kepala, kebingungan, atau keterlambatan respons), dan nilai-nilai laboratorium yang menunjukkan perfusi serebral yang baik (misalnya, kadar oksigen darah yang normal).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status neurologi
- Memantau tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu secara teratur
- Menilai tingkat kesadaran, respon pupil, dan tanda-tanda defisit neurologis lainnya
2. Manajemen hemodinamik
- Mempertahankan volume cairan yang adekuat untuk menjaga perfusi serebral
- Memantau dan mengatur penggunaan obat-obatan vasopressor atau vasodilatasi jika diperlukan
3. Manajemen oksigenasi
- Memantau kadar oksigen dalam darah dan memastikan suplai oksigen yang cukup
- Memberikan oksigen tambahan jika diperlukan
4. Edukasi dan dukungan kepada pasien/keluarga
- Memberikan informasi tentang kondisi pasien dan pentingnya menjaga perfusi serebral yang optimal
- Melibatkan keluarga dalam perawatan dan memastikan mereka memahami tujuan perawatan
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pemeliharaan perfusi serebral yang efektif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mempertahankan perfusi serebral yang adekuat dan mencegah komplikasi terkait penurunan aliran darah ke otak. -
Article No. 17235 | 14 May 2025
Klinis : TEE (Transesofageal Echocardiography
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan pemeriksaan transesofageal echokardiografi (TEE):
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z01.89
- Deskripsi: Pemeriksaan medis lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kode ini digunakan untuk mengkodekan pemeriksaan diagnostik spesifik, seperti transesofageal echokardiografi (TEE), yang tidak memiliki kode ICD-10 khusus.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 37.28
- Deskripsi: Echokardiografi transesofageal (TEE). Kode ini digunakan untuk mengkodekan prosedur pemeriksaan transesofageal echokardiografi, yang merupakan modalitas imaging non-invasif untuk mengevaluasi struktur dan fungsi jantung.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 Z01.89 merupakan kode umum untuk pemeriksaan medis lainnya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Ini digunakan untuk mengkodekan pemeriksaan diagnostik spesifik, seperti transesofageal echokardiografi (TEE), yang tidak memiliki kode ICD-10 khusus.
- Kode ICD-9-CM 37.28 adalah kode yang digunakan secara spesifik untuk mengkodekan prosedur pemeriksaan transesofageal echokardiografi (TEE). TEE adalah modalitas imaging non-invasif yang digunakan untuk mengevaluasi struktur dan fungsi jantung. -
Article No. 17236 | 14 May 2025
Klinis : GATAL GATAL DI KAKI KECIL KECIL TIDAK BERNANAH
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan gejala yang disampaikan, yaitu "GATAL GATAL DI KAKI KECIL KECIL TIDAK BERNANAH", diagnosis yang sesuai beserta kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure (jika ada) adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L30.9
- Deskripsi: Dermatitis, tidak diklasifikasi di tempat lain (Pruritus, tidak diklasifikasi di tempat lain)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk kondisi ini. Penanganan utamanya adalah terapi simptomatik, seperti pemberian agen topikal untuk mengurangi rasa gatal.
Penjelasan:
Gejala yang disampaikan, yaitu gatal-gatal di kaki kecil-kecil tanpa disertai nanah, mengarah pada diagnosis dermatitis atau pruritus (gatal-gatal) yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti iritasi kulit, alergi, atau kondisi kulit lainnya.
Dalam Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah-Masalah Terkait Kesehatan Revisi Kesepuluh (ICD-10), kode L30.9 digunakan untuk menggambarkan dermatitis atau pruritus yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Tidak ada tindakan medis spesifik yang tercatat dalam ICD-9-CM untuk kondisi ini, karena penanganan utamanya adalah terapi simptomatik, seperti pemberian agen topikal untuk mengurangi rasa gatal.
Pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis kulit (dermatolog) mungkin diperlukan untuk menentukan penyebab yang mendasari dan memperoleh penanganan yang sesuai. -
Article No. 17237 | 14 May 2025
Klinis : TELINGA TERASA TIDAK TERDENGAN . ADA KOTORAN
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut informasi kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "TELINGA TERASA TIDAK TERDENGAR, ADA KOTORAN":
1. Kode ICD-10:
- Kode: H62.4
- Deskripsi: Cerumen (kotoran telinga) dalam telinga
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 69.11
- Deskripsi: Irigasi telinga (pencucian telinga dengan air atau larutan)
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang disampaikan, yaitu "TELINGA TERASA TIDAK TERDENGAR, ADA KOTORAN", maka diagnosis yang sesuai adalah Cerumen (H62.4) dalam telinga. Cerumen atau kotoran telinga dapat menyebabkan telinga terasa tidak terdengar dengan baik.
Untuk tindakan medis yang mungkin dilakukan, yaitu irigasi telinga (69.11), yang merupakan prosedur pencucian telinga dengan air atau larutan untuk mengeluarkan kotoran telinga. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan terlatih untuk membersihkan telinga dan mengembalikan fungsi pendengaran.