Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15357 | 12 Apr 2025
Klinis : Tentukan implementasi dan evalasi dari diagnosis nyeri akut pada kasus Ny.A, umur 35 tahun, No.RM 100.256, alamat Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang, pekerjaan IRT. Dx.medik Hepatitis C. Keluhan utama nyeri perut kanan atas, VAS 6, nafsu makan menurun, mual dan cepat terasa kenyang, kadang muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.Klien tampak lemah dan aktivitas di bantu sebagian oleh suami dan keluarganya., klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, tidak ada riwayat operasi, tidak ada riwayat penyakit keturunan. Pasien terpasang kateter, urin tampak berwarna gelap seperti teh. Klien mengeluh diare dan fesesnya berwarna kuning seperti tanah liat.TTV: TD:110/80 mmHg, N: 78x/menit,S: 37oC, RR:18x/mnt, SpO2 99%. Pengkajian Keperawatan 1. Nama: Ny. A Umur: 35 tahun Alamat: Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang Suku: Jawa Agama: Islam Pendidikan: SMA Pekerjaan: Ibu rumah tangga No. RM: 100.256 2. Riwayat Kesehatan Keluhan utama pasien mengatakan nyeri perut kanan atas. Riwayat penyakit sekarang gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perutkanan atas. 3. Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan di rumah sakit tidak ada. 4. Riwayat penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan. 5. Pemeriksaan Fisik Review Of system 1) Keadaan Umum: CM, ekspresi wajah meringis. 2) Sistem respirasi; frekwensi napas 18x/mnt, tidak ada sumbatan jalan napas, ronchi(-), wheezing(-). 3) Sistem kardiovaskuler: T: 110/80mmHg, tidak ada pembesaran jantung. 4) Sistem Urogenital; urin berwarna gelap. 5) Sistem musculoskeletal: os tampak kelelahan. 6) Abdomen: • Inspeksi: adanya benjolan • Auskultasi: Bising usus(+) pada benjolan -Palpasi: Pada hepar teraba keras • Perkusi: Hypertimpani 6. Pengkajian fungsional Gordon a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan: Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. b. Pola nutrisi dan metabolic: Makan : tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual muntah. Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 2 gelas. c. Pola Eliminasi: Pola BAK: urin warna gelap, encer seperti teh Pola BAB: diare, feses warna seperti tanah liat d. Pola Aktivitas dan latihan Pasien tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai diatas tempat tidur, lelah, malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. e. Pola istirahat tidur Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus. f. Pola persepsi sensori dan kognitif: Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat. g. Pola hubungan dengan orang lain Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat. h. Pola reproduksi dan seksual Normal tidak ada penyimpangan seksual. i. Pola persepsi diri dan konsep diri Klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. j. Pola mekanisme koping Klien merasa tidak nyaman dan selalu memegang daerah perut sambal meringis kesakitan k. Pola nilai kepercayaan/ keyakinan. Pasien beragama islam dan yakin akan sembuh karena penyakitnya ini adalah cobaan dari Allah SWT.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan pengkajian keperawatan yang telah disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat mengenai SDKI-SLKI-SIKI, serta implementasi dan evaluasi keperawatan untuk kasus Ny. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit hepatitis C yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan atas, VAS 6, nafsu makan menurun, mual dan cepat terasa kenyang, kadang muntah.
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain/IASP, 1994).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri menurun
2. Kontrol nyeri meningkat
3. Ketidaknyamanan berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Relaksasi
3. Terapi Aktivitas
Implementasi Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya nyeri) serta faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
2. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
3. Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, distraksi, dan imajinasi terbimbing) untuk mengurangi nyeri.
4. Fasilitasi aktivitas sesuai dengan toleransi klien untuk mencegah komplikasi.
5. Kaji tanda-tanda vital secara teratur untuk memantau efektivitas terapi nyeri.
6. Berikan dukungan emosional dan motivasi pada klien dan keluarga.
Evaluasi Keperawatan:
1. Nyeri terkontrol (VAS 3)
2. Klien mampu melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
3. Klien dapat beraktivitas dengan bantuan minimal
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal
5. Klien dan keluarga menunjukkan koping yang adaptif terhadap kondisi kesehatan saat ini -
Article No. 15358 | 12 Apr 2025
Klinis : Tentukan implementasi dan evalasi dari diagnosis nyeri akut pada kasus Ny.A, umur 35 tahun, No.RM 100.256, alamat Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang, pekerjaan IRT. Dx.medik Hepatitis C. Keluhan utama nyeri perut kanan atas, VAS 6, nafsu makan menurun, mual dan cepat terasa kenyang, kadang muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.Klien tampak lemah dan aktivitas di bantu sebagian oleh suami dan keluarganya., klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, tidak ada riwayat operasi, tidak ada riwayat penyakit keturunan. Pasien terpasang kateter, urin tampak berwarna gelap seperti teh. Klien mengeluh diare dan fesesnya berwarna kuning seperti tanah liat.TTV: TD:110/80 mmHg, N: 78x/menit,S: 37oC, RR:18x/mnt, SpO2 99%. Pengkajian Keperawatan 1. Nama: Ny. A Umur: 35 tahun Alamat: Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang Suku: Jawa Agama: Islam Pendidikan: SMA Pekerjaan: Ibu rumah tangga No. RM: 100.256 2. Riwayat Kesehatan Keluhan utama pasien mengatakan nyeri perut kanan atas. Riwayat penyakit sekarang gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perutkanan atas. 3. Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan di rumah sakit tidak ada. 4. Riwayat penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan. 5. Pemeriksaan Fisik Review Of system 1) Keadaan Umum: CM, ekspresi wajah meringis. 2) Sistem respirasi; frekwensi napas 18x/mnt, tidak ada sumbatan jalan napas, ronchi(-), wheezing(-). 3) Sistem kardiovaskuler: T: 110/80mmHg, tidak ada pembesaran jantung. 4) Sistem Urogenital; urin berwarna gelap. 5) Sistem musculoskeletal: os tampak kelelahan. 6) Abdomen: • Inspeksi: adanya benjolan • Auskultasi: Bising usus(+) pada benjolan -Palpasi: Pada hepar teraba keras • Perkusi: Hypertimpani 6. Pengkajian fungsional Gordon a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan: Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. b. Pola nutrisi dan metabolic: Makan : tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual muntah. Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 2 gelas. c. Pola Eliminasi: Pola BAK: urin warna gelap, encer seperti teh Pola BAB: diare, feses warna seperti tanah liat d. Pola Aktivitas dan latihan Pasien tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai diatas tempat tidur, lelah, malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. e. Pola istirahat tidur Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus. f. Pola persepsi sensori dan kognitif: Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat. g. Pola hubungan dengan orang lain Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat. h. Pola reproduksi dan seksual Normal tidak ada penyimpangan seksual. i. Pola persepsi diri dan konsep diri Klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. j. Pola mekanisme koping Klien merasa tidak nyaman dan selalu memegang daerah perut sambal meringis kesakitan k. Pola nilai kepercayaan/ keyakinan. Pasien beragama islam dan yakin akan sembuh karena penyakitnya ini adalah cobaan dari Allah SWT.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta implementasi dan evaluasi untuk kasus Ny.A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (Hepatitis C)
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah tersebut (nyeri)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri berkurang
2. Tingkat kenyamanan meningkat
3. Kemampuan mengontrol nyeri meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Terapi komplementer: Terapi relaksasi
3. Peningkatan kenyamanan: Posisioning
Implementasi:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor pencetus nyeri)
2. Berikan analgesik sesuai dengan instruksi medis
3. Ajarkan teknik relaksasi (pernapasan dalam, imajinasi terpimpin) untuk membantu mengurangi nyeri
4. Posisikan pasien dengan nyaman untuk mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi penyebab nyeri (pengobatan Hepatitis C)
6. Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi
Evaluasi:
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang dari VAS 6 menjadi VAS 4
2. Pasien terlihat lebih tenang dan dapat melakukan aktivitas dengan bantuan
3. Pasien mampu melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
4. Tidak ada tanda-tanda komplikasi akibat nyeri (hipertensi, takikardia, dll) -
Article No. 15359 | 12 Apr 2025
Klinis : Tentukan implementasi dan evalasi dari diagnosis Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada kasus Ny.A, umur 35 tahun, No.RM 100.256, alamat Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang, pekerjaan IRT. Dx.medik Hepatitis C. Keluhan utama nyeri perut kanan atas, VAS 6, nafsu makan menurun, mual dan cepat terasa kenyang, kadang muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.Klien tampak lemah dan aktivitas di bantu sebagian oleh suami dan keluarganya., klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, tidak ada riwayat operasi, tidak ada riwayat penyakit keturunan. Pasien terpasang kateter, urin tampak berwarna gelap seperti teh. Klien mengeluh diare dan fesesnya berwarna kuning seperti tanah liat.TTV: TD:110/80 mmHg, N: 78x/menit,S: 37oC, RR:18x/mnt, SpO2 99%. Pengkajian Keperawatan 1. Nama: Ny. A Umur: 35 tahun Alamat: Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang Suku: Jawa Agama: Islam Pendidikan: SMA Pekerjaan: Ibu rumah tangga No. RM: 100.256 2. Riwayat Kesehatan Keluhan utama pasien mengatakan nyeri perut kanan atas. Riwayat penyakit sekarang gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perutkanan atas. 3. Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan di rumah sakit tidak ada. 4. Riwayat penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan. 5. Pemeriksaan Fisik Review Of system 1) Keadaan Umum: CM, ekspresi wajah meringis. 2) Sistem respirasi; frekwensi napas 18x/mnt, tidak ada sumbatan jalan napas, ronchi(-), wheezing(-). 3) Sistem kardiovaskuler: T: 110/80mmHg, tidak ada pembesaran jantung. 4) Sistem Urogenital; urin berwarna gelap. 5) Sistem musculoskeletal: os tampak kelelahan. 6) Abdomen: • Inspeksi: adanya benjolan • Auskultasi: Bising usus(+) pada benjolan -Palpasi: Pada hepar teraba keras • Perkusi: Hypertimpani 6. Pengkajian fungsional Gordon a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan: Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. b. Pola nutrisi dan metabolic: Makan : tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual muntah. Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 2 gelas. c. Pola Eliminasi: Pola BAK: urin warna gelap, encer seperti teh Pola BAB: diare, feses warna seperti tanah liat d. Pola Aktivitas dan latihan Pasien tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai diatas tempat tidur, lelah, malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. e. Pola istirahat tidur Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus. f. Pola persepsi sensori dan kognitif: Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat. g. Pola hubungan dengan orang lain Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat. h. Pola reproduksi dan seksual Normal tidak ada penyimpangan seksual. i. Pola persepsi diri dan konsep diri Klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. j. Pola mekanisme koping Klien merasa tidak nyaman dan selalu memegang daerah perut sambal meringis kesakitan k. Pola nilai kepercayaan/ keyakinan. Pasien beragama islam dan yakin akan sembuh karena penyakitnya ini adalah cobaan dari Allah SWT.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kasus Ny. A adalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini didasarkan pada gejala yang dialami Ny. A, yaitu nafsu makan menurun, mual, cepat merasa kenyang, serta keluhan nyeri perut kanan atas yang dapat menyebabkan asupan nutrisi tidak adekuat.
Implementasi Keperawatan (SIKI):
1. Intervensi terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi:
a. Kaji status nutrisi secara komprehensif, termasuk asupan makanan dan minuman, berat badan, dan laboratorium.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai.
c. Berikan makanan dengan tekstur dan rasa yang dapat diterima oleh klien, seperti makanan lunak, mudah dicerna, dan rendah lemak.
d. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering agar dapat meningkatkan asupan nutrisi.
e. Pantau intake dan output cairan secara ketat.
f. Berikan suplemen nutrisi sesuai dengan kebutuhan.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti-mual jika diperlukan.
2. Intervensi terkait dengan manajemen nyeri:
a. Kaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri secara komprehensif.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
c. Terapkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi analgesik jika diperlukan.
3. Intervensi terkait dengan peningkatan aktivitas:
a. Evaluasi tingkat aktivitas klien dan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Berikan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan kemampuan klien.
c. Rencanakan dan anjurkan aktivitas yang sesuai dengan kondisi klien, seperti mobilisasi bertahap.
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang aman dan tepat.
Evaluasi Keperawatan (SLKI):
1. Klien menunjukkan peningkatan status nutrisi, ditandai dengan:
a. Asupan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.
b. Tidak ada gejala mual dan muntah.
c. Peningkatan berat badan atau tercapainya berat badan ideal.
2. Klien melaporkan penurunan nyeri perut kanan atas, dengan skor nyeri ≤ 3.
3. Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
4. Klien menunjukkan pemahaman dan motivasi untuk menjaga status nutrisi dan kesehatan yang optimal.
Dalam memberikan asuhan keperawatan ini, perawat harus mempertimbangkan kondisi medis Ny. A, yaitu Hepatitis C, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter dan ahli gizi, untuk memastikan pendekatan yang holistik dan komprehensif dalam mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi. -
Article No. 15288 | 11 Apr 2025
Klinis : gangguan DERAJAT MUKOSA MULUT PADA LANSIA PENDERITA STROKE
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Saya adalah Perawat Profesional yang akan membantu Anda dalam memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan derajat mukosa mulut pada lansia penderita stroke.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah: Gangguan Integritas Mukosa Mulut.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Integritas Mukosa Mulut didefinisikan sebagai kerusakan atau perubahan pada membran mukosa mulut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan integritas mukosa mulut pada lansia penderita stroke adalah pemulihan integritas dan fungsi membran mukosa mulut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain perawatan mulut, pemberian obat topikal, dan edukasi tentang perawatan diri.
Faktor yang memengaruhi gangguan integritas mukosa mulut pada lansia penderita stroke antara lain penurunan refleks menelan, perubahan aliran saliva, dan penurunan kemampuan perawatan diri. Oleh karena itu, perawatan yang komprehensif sangat diperlukan untuk pemulihan kondisi pasien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan.
Wassalamualaikum. -
Article No. 15289 | 11 Apr 2025
Klinis : gangguan DERAJAT MUKOSA MULUT PADA LANSIA PENDERITA STROKE
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi gangguan derajat mukosa mulut pada lansia penderita stroke.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan derajat mukosa mulut pada lansia penderita stroke adalah "Kerusakan integritas mukosa mulut". Kondisi ini ditandai dengan perubahan pada mukosa mulut, seperti erosi, ulserasi, inflamasi, atau perubahan warna. Lansia penderita stroke memiliki risiko tinggi mengalami kerusakan integritas mukosa mulut karena adanya gangguan fisik, neurologis, dan penurunan imunitas yang dapat menyebabkan perubahan pada mukosa mulut.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Integritas mukosa mulut membaik
- Kriteria hasil: mukosa mulut berwarna merah muda, lembab, tidak ada erosi atau ulserasi, dan tidak ada perubahan warna.
2. Rasa nyaman dalam rongga mulut meningkat
- Kriteria hasil: pasien melaporkan rasa nyaman dalam rongga mulut dan tidak ada keluhan dari pasien terkait kondisi rongga mulut.
3. Risiko komplikasi infeksi berkurang
- Kriteria hasil: tidak ditemukan tanda-tanda infeksi pada rongga mulut, seperti kemerahan, pembengkakan, atau eksudat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan mulut
- Tujuan: Mempertahankan kebersihan dan integritas mukosa mulut.
- Kegiatan: Membersihkan rongga mulut secara rutin, menggunakan obat kumur yang sesuai, dan menjaga kelembaban rongga mulut.
2. Manajemen rasa nyeri
- Tujuan: Mengurangi rasa nyeri atau ketidaknyamanan dalam rongga mulut.
- Kegiatan: Memberikan analgesik sesuai instruksi, menggunakan kompres hangat/dingin, dan melakukan perawatan mulut secara lembut.
3. Edukasi kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien/keluarga dalam perawatan mulut.
- Kegiatan: Memberikan informasi tentang pentingnya perawatan mulut, teknik perawatan mulut yang benar, dan tanda-tanda komplikasi yang perlu diwaspadai.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
- Tujuan: Memastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk pemulihan mukosa mulut.
- Kegiatan: Mengkaji status nutrisi pasien, memberikan rekomendasi diet yang sesuai, dan memantau asupan nutrisi pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Kerusakan integritas mukosa mulut" dipilih karena kondisi gangguan derajat mukosa mulut pada lansia penderita stroke sesuai dengan karakteristik definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan dalam SDKI. Lansia penderita stroke memiliki risiko tinggi mengalami perubahan pada mukosa mulut akibat berbagai faktor, seperti gangguan fisik, penurunan imunitas, dan perubahan neurologis.
Luaran/output yang diharapkan (SLKI) mencakup pemulihan integritas mukosa mulut, peningkatan rasa nyaman dalam rongga mulut, dan pengurangan risiko komplikasi infeksi. Kriteria hasil yang jelas dan terukur akan membantu mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan.
Intervensi keperawatan (SIKI) yang diperlukan meliputi perawatan mulut, manajemen rasa nyeri, edukasi kesehatan, dan kolaborasi dengan ahli gizi. Masing-masing intervensi memiliki tujuan spesifik dan kegiatan yang terstruktur untuk mencapai luaran yang diharapkan. Perawatan mulut bertujuan menjaga kebersihan dan integritas mukosa, manajemen rasa nyeri untuk mengurangi ketidaknyamanan, edukasi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan pasien/keluarga, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis, faktor risiko, dan kebutuhan individual pasien. Pendekatan holistik dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien lansia penderita stroke dengan gangguan derajat mukosa mulut. -
Article No. 15290 | 11 Apr 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang Bapak/Ibu. Dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut
Penjelasan:
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, durasi yang singkat, dan intensitas yang dapat diprediksi.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), karakteristik utama dari nyeri akut adalah:
1. Keluhan nyeri
2. Ekspresi wajah menunjukkan nyeri
3. Perubahan tanda-tanda vital
4. Menghindari aktivitas yang menyebabkan nyeri
5. Gangguan pola tidur
Terkait Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan pada pasien dengan nyeri akut adalah:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Pasien menunjukkan perilaku untuk mengurangi nyeri
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan baik
Sedangkan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi nyeri akut meliputi:
1. Manajemen nyeri
2. Distraksi
3. Relaksasi
4. Terapi sentuhan
5. Pemberian analgesik sesuai indikasi
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan nyeri akut beserta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang berlaku di Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. Sekian dan terima kasih. -
Article No. 15291 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien dengan diagnosa asma bronchial datang dengan sesak napas, permintaan nebulizer, berikan intervensi bersihan jalan napas secara singkat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan diagnosa asma bronchial.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan asma bronchial yang mengalami sesak napas dan membutuhkan nebulizer, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Penyebab: Edema mukosa, hipersekresi, dan spasme otot bronkus.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Indikator:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal
b. Irama napas teratur
c. Suara napas bersih
d. Batuk efektif
e. Tidak ada sianosis
Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang paten.
Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi napas dan saturasi oksigen
b. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
c. Berikan bronkodilator dan mukolitik melalui nebulizer atau inhaler
d. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
e. Lakukan suction bila diperlukan untuk mengeluarkan sekret
f. Posisikan pasien dalam posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ventilasi
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena pasien dengan asma bronchial mengalami penyempitan jalan napas akibat edema, hipersekresi, dan spasme otot bronkus, sehingga menyebabkan sesak napas. Intervensi keperawatan yang diprioritaskan adalah manajemen jalan napas, yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas yang paten melalui pemberian oksigen, nebulizer, latihan pernapasan, dan tindakan suction jika diperlukan. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai bersihan jalan napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, suara napas bersih, batuk efektif, dan tidak ada sianosis. -
Article No. 15292 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien dengan diagnosa asma bronchial datang dengan sesak napas, permintaan nebulizer, berikan intervensi bersihan jalan napas secara singkat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien dengan diagnosa asma bronchial.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan asma bronchial yang datang dengan keluhan sesak napas dan membutuhkan pemberian nebulizer adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini dipilih karena pasien menunjukkan adanya hambatan pada jalan napas yang menyebabkan masalah dalam proses ventilasi dan oksigenasi.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien menunjukkan jalan napas yang bebas dari sumbatan.
2. Pasien menunjukkan pola napas yang efektif.
3. Pasien menunjukkan oksigenasi yang adekuat.
4. Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, antara lain:
1. Monitoring tanda-tanda vital, termasuk frekuensi napas, pola napas, dan saturasi oksigen.
2. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien, misalnya melalui nasal kanul atau masker oksigen.
3. Memberikan bronkodilator melalui nebulizer atau inhaler sesuai dengan instruksi dokter.
4. Memposisikan pasien dalam posisi semi fowler atau fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
5. Mengajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan kepada pasien.
6. Memfasilitasi drainase sekret dengan postural drainage dan clapping (bila perlu).
7. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait manajemen asma, termasuk penggunaan obat-obatan, pencegahan faktor pencetus, dan pengenalan tanda-tanda memburuknya kondisi.
8. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk mengoptimalkan penatalaksanaan asma pasien.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien dengan asma bronchial mengalami hambatan pada jalan napas yang disebabkan oleh inflamasi dan peningkatan produksi sekret di saluran pernapasan. Hal ini menyebabkan pasien mengalami sesak napas dan membutuhkan pemberian nebulizer untuk membantu membuka jalan napas.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah agar pasien dapat menunjukkan jalan napas yang bebas dari sumbatan, pola napas yang efektif, oksigenasi yang adekuat, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan. Hal ini akan memastikan bahwa pasien dapat bernapas dengan baik dan tidak mengalami komplikasi lebih lanjut.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut mencakup monitoring tanda-tanda vital, pemberian oksigen dan bronkodilator, memposisikan pasien dengan tepat, memberikan edukasi, serta melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Tujuan dari intervensi-intervensi ini adalah untuk memfasilitasi bersihan jalan napas, meningkatkan ventilasi dan oksigenasi, serta membantu pasien dalam mengelola kondisi asma bronchialnya.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memperoleh hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 15293 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien dengan diagnosa abses mamae, tampak luka pada daerah payudara, dan pasien merasa nyeri berikan tiga diagnosa keperawatan yang bisa menunjukkan pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan kondisi abses mamae, luka pada payudara, dan nyeri.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut
- Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah payudara yang merupakan gejala dari abses mamae.
- Nyeri akut ditandai dengan pernyataan pasien mengenai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya potensi atau aktual kerusakan jaringan.
2. Integritas Kulit Terganggu
- Pasien menunjukkan adanya luka pada daerah payudara sebagai akibat dari abses mamae.
- Integritas kulit terganggu ditandai dengan perubahan pada kulit dan/atau membran mukosa.
3. Peradangan
- Abses mamae menimbulkan peradangan pada payudara pasien.
- Peradangan ditandai dengan adanya tanda-tanda inflamasi seperti kemerahan, pembengkakan, dan peningkatan suhu pada daerah payudara.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri pada skala nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
2. Integritas Kulit Membaik
- Luka pada payudara pasien menunjukkan perbaikan, ditandai dengan pengurangan tanda-tanda inflamasi dan penutupan luka.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam perawatan luka.
3. Kontrol Peradangan
- Tanda-tanda peradangan pada payudara pasien menurun, ditandai dengan berkurangnya kemerahan, pembengkakan, dan peningkatan suhu.
- Pasien dapat mendemonstrasikan upaya-upaya untuk mengendalikan peradangan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengelolaan Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan nyeri yang efektif.
2. Perawatan Luka
- Lakukan pengkajian luka secara rutin.
- Bersihkan dan balut luka sesuai prosedur.
- Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka yang benar.
-Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk perawatan luka yang optimal.
3. Manajemen Peradangan
- Lakukan pengkajian tanda-tanda peradangan secara rutin.
- Berikan kompres hangat atau dingin sesuai kebutuhan.
- Ajarkan pasien dan keluarga upaya-upaya untuk mengendalikan peradangan, seperti menjaga kebersihan dan menghindari iritasi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan peradangan yang efektif.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan abses mamae, luka pada payudara, dan nyeri dapat memperoleh asuhan keperawatan yang komprehensif dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 15294 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien dengan diagnosa abses mamae, tampak luka pada daerah payudara, dan pasien merasa nyeri berikan tiga diagnosa keperawatan pada ruang IGD yang bisa menunjukkan pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis pada payudara (abses mamae)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pada daerah payudara
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk dan penampilan payudara
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan penurunan nyeri
- Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang menunjukkan penurunan nyeri
2. Kerusakan Integritas Kulit:
- Luka pada payudara mulai menunjukkan perbaikan
- Tidak terjadi komplikasi luka (infeksi, perdarahan, dll.)
- Pasien mampu merawat luka dengan benar
3. Gangguan Citra Tubuh:
- Pasien dapat menerima perubahan bentuk dan penampilan payudara
- Pasien mampu mengekspresikan perasaan positif terhadap citra tubuhnya
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sosial tanpa rasa malu
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk pengobatan nyeri yang optimal
2. Kerusakan Integritas Kulit:
- Lakukan pengkajian luka secara menyeluruh
- Bersihkan luka dan lakukan perawatan luka sesuai prosedur
- Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi luka
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka yang benar
3. Gangguan Citra Tubuh:
- Lakukan pengkajian citra tubuh pasien
- Berikan dukungan emosional dan psikologis
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya terkait perubahan bentuk payudara
- Kolaborasi dengan ahli jiwa/konselor untuk intervensi yang lebih komprehensif, jika diperlukan
- Libatkan keluarga dalam proses penerimaan diri pasien
Penjelasan rinci:
Pasien dengan diagnosa abses mamae, tampak luka pada daerah payudara, dan merasa nyeri memerlukan penanganan keperawatan yang komprehensif. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup nyeri akut, kerusakan integritas kulit, dan gangguan citra tubuh. Masing-masing diagnosa memiliki luaran/output yang diharapkan dan intervensi keperawatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada nyeri akut, fokus utama adalah mengurangi nyeri yang dirasakan pasien, baik melalui pemberian analgesik maupun teknik manajemen nyeri non-farmakologis. Kerusakan integritas kulit memerlukan pengkajian dan perawatan luka yang tepat untuk mencegah komplikasi, serta edukasi bagi pasien dan keluarga. Gangguan citra tubuh perlu ditangani dengan dukungan emosional dan psikologis, serta kolaborasi dengan ahli jiwa/konselor jika diperlukan.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai outcome yang optimal, yaitu penurunan nyeri, perbaikan luka, dan penerimaan diri terhadap perubahan bentuk payudara.