Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17326 | 15 May 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 59 tahun menjalani operasi elektif perbaikan katup mitral karena Mitral Valve Prolapse disertai Mitral Regurgitation berat. Operasi berlangsung selama 5 jam 15 menit dengan penggunaan cardiopulmonary bypass (CPB) selama 116 menit. Total perdarahan intraoperatif tercatat 1800 mL. Pasca operasi, pasien dipasang dua CTT: substernal No. 32 Fr dan intrapleura kanan No. 28 Fr, dengan tekanan hisap -20 mmHg. Di ICU, pasien mendapat dukungan ventilator dan inotropik dobutamin 5 mcg/kgBB/menit. Tanda vital: TD 103/56 mmHg, nadi 69x/menit, RR 22x/menit, CVP 14 mmHg, Hb 5,3 g/dL. Produksi drainase CTT per jam di 6 jam pertama pascaoperasi: 170 cc, 500 cc, 100 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi klinis dan data yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan perioperatif berhubungan dengan penggunaan cardiopulmonary bypass (CPB) dan lama operasi yang lama, ditandai dengan output drainase yang tinggi pada 6 jam pertama pascaoperasi.
2. Ketidakstabilan hemodinamik berhubungan dengan Mitral Valve Prolapse, Mitral Regurgitation berat, dan penggunaan CPB, ditandai dengan TD 103/56 mmHg, CVP 14 mmHg, dan kebutuhan inotropik dobutamin.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penyakit katup jantung dan efek CPB, ditandai dengan nadi 69x/menit dan kebutuhan ventilator pascaoperasi.
4. Penurunan volume darah berhubungan dengan perdarahan intraoperatif yang besar, ditandai dengan Hb 5,3 g/dL.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perdarahan Terkendali: Selama 24 jam pascaoperasi, pasien menunjukkan penurunan output drainase dan tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif.
2. Stabilitas Hemodinamik: Selama 48 jam pascaoperasi, pasien menunjukkan stabilitas hemodinamik yang ditandai dengan TD 100-130/60-90 mmHg, CVP 8-12 mmHg, dan tidak memerlukan dukungan inotropik.
3. Peningkatan Curah Jantung: Selama 48 jam pascaoperasi, pasien menunjukkan peningkatan curah jantung yang ditandai dengan nadi 60-100x/menit dan dapat dilepas dari ventilator.
4. Peningkatan Volume Darah: Selama 48 jam pascaoperasi, pasien menunjukkan peningkatan kadar Hb menjadi 10-12 g/dL.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perdarahan Terkendali:
a. Pantau output drainase dan tanda-tanda perdarahan aktif setiap jam.
b. Berikan dukungan cairan dan produk darah sesuai kebutuhan.
c. Koordinasi dengan tim bedah jantung untuk penanganan perdarahan yang mungkin terjadi.
d. Lakukan tindakan kompresi dan observasi ketat pada area insersi CTT.
2. Stabilitas Hemodinamik:
a. Pantau tanda vital dan CVP setiap 1-2 jam.
b. Berikan dukungan cairan dan vasopressor/inotropik sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian terapi obat.
d. Posisikan pasien untuk memfasilitasi fungsi jantung dan paru.
3. Peningkatan Curah Jantung:
a. Pantau tanda vital, saturasi oksigen, dan output urin setiap 1-2 jam.
b. Berikan dukungan ventilator sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian terapi obat dan ventilator.
d. Lakukan mobilisasi dini sesuai toleransi pasien.
4. Peningkatan Volume Darah:
a. Pantau kadar Hb setiap 6-12 jam.
b. Berikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
c. Koordinasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian terapi.
d. Berikan dukungan nutrisi yang adekuat.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan perioperatif berhubungan dengan penggunaan cardiopulmonary bypass (CPB) dan lama operasi yang lama, ditandai dengan output drainase yang tinggi pada 6 jam pertama pascaoperasi.
- Pasien menjalani operasi elektif perbaikan katup mitral dengan durasi 5 jam 15 menit dan menggunakan CPB selama 116 menit. Operasi yang lama dan penggunaan CPB dapat menyebabkan gangguan fungsi pembekuan darah, sehingga meningkatkan risiko perdarahan pascaoperasi.
- Output drainase yang tinggi pada 6 jam pertama pascaoperasi (170 cc, 500 cc, 100 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc) menunjukkan adanya perdarahan yang belum terkendali.
2. Ketidakstabilan hemodinamik berhubungan dengan Mitral Valve Prolapse, Mitral Regurgitation berat, dan penggunaan CPB, ditandai dengan TD 103/56 mmHg, CVP 14 mmHg, dan kebutuhan inotropik dobutamin.
- Mitral Valve Prolapse dan Mitral Regurgitation berat dapat menyebabkan penurunan fungsi pompa jantung, sehingga berdampak pada stabilitas hemodinamik.
- Penggunaan CPB juga dapat memengaruhi fungsi jantung dan sirkulasi, sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik.
- Tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik yang terlihat adalah TD 103/56 mmHg (hipotensi), CVP 14 mmHg (tinggi), dan kebutuhan inotropik dobutamin.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penyakit katup jantung dan efek CPB, ditandai dengan nadi 69x/menit dan kebutuhan ventilator pascaoperasi.
- Penyakit katup jantung, khususnya Mitral Valve Prolapse dan Mitral Regurgitation berat, dapat menyebabkan penurunan fungsi pompa jantung dan curah jantung.
- Penggunaan CPB selama operasi juga dapat berdampak pada penurunan curah jantung pascaoperasi.
- Tanda-tanda penurunan curah jantung yang terlihat adalah nadi 69x/menit (bradikardi) dan kebutuhan dukungan ventilator pascaoperasi.
4. Penurunan volume darah berhubungan dengan perdarahan intraoperatif yang besar, ditandai dengan Hb 5,3 g/dL.
- Pasien mengalami perdarahan intraoperatif yang besar, tercatat sebanyak 1800 mL.
- Penurunan volume darah akibat perdarahan yang besar menyebabkan penurunan kadar Hb menjadi 5,3 g/dL.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perdarahan Terkendali: Selama 24 jam pascaoperasi, pasien menunjukkan penurunan output drainase dan tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif.
- Tujuan ini diharapkan dapat dicapai setelah pemberian intervensi keperawatan yang tepat -
Article No. 17327 | 15 May 2025
Klinis : Pasien remaja perempuan 19 tahun dibawa ke RS karena di rumah tidak mau makan, mual dan kadang muntah, menurut keluarga pasien mempunyai kebiasaan untuk menahan makan karena ingin mempunyai bentuk tubuh yang langsing. Pasien mengeluh mual, lemas dan nyeri di ulu hati. Porsi makan hanya 2-3 sendok. diagnosa awal gastritis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Code: 00002)**
**Penjelasan Singkat:**
Pasien mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat akibat kebiasaan menahan makan untuk mencapai bentuk tubuh yang langsing. Hal ini menyebabkan gejala mual, muntah, lemas, dan nyeri ulu hati, serta porsi makan yang sangat minim (2-3 sendok). Kondisi ini berisiko menyebabkan defisit nutrisi dan gangguan metabolisme.
**Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):**
- **Kode:** 00002
- **Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh.
- **Faktor yang Berhubungan:**
- Kebiasaan diet yang tidak tepat (restriksi makan berlebihan).
- Gangguan pencernaan (mual, muntah, gastritis).
- Faktor psikologis (keinginan untuk memiliki tubuh langsing).
**Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
- **Kode:** 2701 (Status Nutrisi)
- **Indikator:**
- Peningkatan asupan makanan sesuai kebutuhan (target: porsi makan bertahap meningkat).
- Penurunan keluhan mual dan muntah.
- Peningkatan berat badan atau stabilisasi status nutrisi.
**Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
- **Kode:** 1120 (Manajemen Nutrisi)
- **Intervensi Utama:**
- **Edukasi nutrisi:** Memberikan pemahaman tentang kebutuhan nutrisi dan bahaya restriksi makan berlebihan.
- **Kolaborasi dengan ahli gizi:** Menyusun rencana diet seimbang sesuai kondisi pasien.
- **Manajemen gejala gastritis:** Pemberian obat sesuai resep, anjuran makan sedikit tapi sering.
- **Dukungan psikologis:** Jika diperlukan, rujuk ke psikolog/psikiater untuk penanganan gangguan pola makan.
**Catatan Tambahan:**
Perlu dilakukan pemantauan ketat terhadap pola makan, tanda-tanda malnutrisi, dan respons pasien terhadap intervensi yang diberikan. Jika terdapat indikasi gangguan makan (seperti anoreksia nervosa), diperlukan pendekatan multidisiplin.
*(Sumber: Buku SDKI, SLKI, SIKI Edisi Terkini – PPNI)*
---
**Tone:** Akademis
**Persona:** Pakar Keperawatan -
Article No. 17328 | 15 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan tangan sebelah kiri terkena minyak panas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan keluhan tangan sebelah kiri terkena minyak panas, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Infeksi: Kondisi di mana individu rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat memengaruhi kesehatan.
Penjelasan: Tangan yang terkena minyak panas merupakan area yang terluka dan berpotensi terinfeksi jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, pasien memiliki risiko infeksi yang perlu diidentifikasi dan ditangani.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Jaringan Terkendali: Kondisi di mana jaringan tubuh yang terluka atau rusak memperlihatkan perbaikan dan terbebas dari komplikasi.
Penjelasan: Setelah mendapatkan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan luka pada tangan pasien dapat sembuh dengan baik dan terbebas dari komplikasi, seperti infeksi.
2. Rasa Nyaman: Kondisi di mana individu merasakan bebas dari ketidaknyamanan.
Penjelasan: Selain mencegah terjadinya infeksi, asuhan keperawatan juga bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien akibat luka bakar pada tangannya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Luka:
- Observasi tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, pembengkakan, nyeri, dan peningkatan suhu.
- Melakukan perawatan luka sesuai dengan prosedur, termasuk membersihkan, mengevaluasi kondisi luka, dan menerapkan balutan yang tepat.
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan pengobatan yang sesuai.
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, mendorong penyembuhan luka, dan mengurangi komplikasi.
2. Manajemen Nyeri:
- Menilai tingkat nyeri pasien dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.
- Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti pemberian analgesik dan teknik relaksasi.
- Memantau efektivitas intervensi nyeri dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien akibat luka bakar pada tangannya.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memulihkan luka bakar pada tangannya dengan baik, terbebas dari komplikasi, dan mencapai kenyamanan yang optimal. -
Article No. 17329 | 15 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala sering timbul dalam beberapa minggu ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala yang sering timbul dalam beberapa minggu terakhir.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Kode SDKI: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Gangguan Pola Tidur
Kode SDKI: 00198
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat. Setiap diagnosa keperawatan dalam SDKI memiliki kode dan definisi yang jelas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk mengukur keberhasilan intervensi keperawatan. Setiap luaran keperawatan dalam SLKI memiliki kode dan definisi yang jelas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Setiap intervensi keperawatan dalam SIKI memiliki kode dan definisi yang jelas.
Dalam konteks kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala yang sering timbul, diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan adalah Nyeri Akut dan Gangguan Pola Tidur. Perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai acuan dalam melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 17330 | 15 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala sering timbul dalam beberapa minggu ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun sesuai dengan format yang diminta:
**Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI untuk Pasien dengan Keluhan Sakit Kepala Berulang**
**Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
**Kode SDKI.00080: Nyeri Akut**
*Definisi:* Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan durasi ?3 bulan (PPNI, 2017).
*Faktor Terkait:*
- Aktivasi reseptor nyeri sekunder akibat ketegangan otot, vasodilatasi pembuluh darah kepala, atau inflamasi.
- Faktor psikologis (stres, kecemasan).
**Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Kode SLKI.0801: Tingkat Nyeri Terkontrol**
*Indikator:*
- Skala nyeri ?3 (skala 0-10).
- Pasien mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Ekspresi wajah rileks dan tidak ada perilaku melindungi area nyeri.
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Kode SIKI.1470: Manajemen Nyeri**
*Tindakan:*
1. **Pengkajian Nyeri:**
- Gunakan skala PQRST (*Provocation, Quality, Region, Severity, Time*) untuk menilai karakteristik nyeri.
- Dokumentasi skala nyeri (misal: Numeric Rating Scale/NRS).
2. **Intervensi Non-Farmakologis:**
- Teknik relaksasi napas dalam.
- Kompres hangat/dingin pada area yang nyeri.
3. **Kolaborasi Farmakologis:**
- Pemberian analgesik sesuai resep (contoh: parasetamol) dengan mempertimbangkan kontraindikasi.
4. **Edukasi:**
- Ajarkan pasien untuk mengidentifikasi pemicu nyeri (misal: kurang tidur, dehidrasi).
**Catatan Akademis:**
- **Diferensial Diagnosa:** Nyeri kepala dapat terkait dengan migrain, tension-type headache (TTH), atau kondisi sistemik (hipertensi). Perlu pengkajian lengkap termasuk riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
- **Evidence-Based Practice:** Rekomendasi *International Headache Society (IHS)* menekankan pendekatan holistik dengan kombinasi farmakologis dan non-farmakologis untuk manajemen nyeri kepala.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
- International Headache Society. (2018). *The International Classification of Headache Disorders, 3rd Edition*.
Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi untuk memenuhi kebutuhan dokumentasi klinis. -
Article No. 17331 | 15 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala sering timbul dalam beberapa minggu ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit kepala sering timbul dalam beberapa minggu terakhir, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penyebab: Proses patofisiologis, stimulus fisik/kimiawi, stimulus psikogenik.
Faktor yang Berhubungan: Agen pencedera fisik, agen pencedera kimiawi, agen pencedera psikogenik.
2. Pola Tidur Terganggu
Definisi: Gangguan kuantitas dan/atau kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penyebab: Nyeri, stres psikologis, lingkungan, penyakit.
Faktor yang Berhubungan: Stres, kecemasan, depresi, nyeri.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
Definisi: Pasien melaporkan nyeri terkontrol pada level yang dapat diterima.
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik manajemen nyeri
- Pasien dapat mengukur nyeri menggunakan alat ukur nyeri
- Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan tanpa peningkatan nyeri
2. Pola Tidur Membaik
Definisi: Pasien melaporkan kualitas dan/atau kuantitas tidur yang membaik.
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan waktu tidur yang adekuat
- Pasien melaporkan tidur yang berkualitas
- Pasien dapat beristirahat dengan baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengenali nyeri dan mengendalikannya.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, durasi nyeri
- Identifikasi faktor-faktor yang memperberat atau memperingan nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi)
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Manajemen Tidur
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi kualitas dan kuantitas tidur yang adekuat.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji pola tidur dan gangguan tidur pasien
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tidur pasien
- Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk tidur (suhu, pencahayaan, kebisingan)
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur
- Monitor kualitas dan kuantitas tidur pasien
Demikian penjelasan rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala sering timbul. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 17332 | 15 May 2025
Klinis : nausea
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Nausea:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nausea adalah "Mual (Nausea)". Kondisi nausea didefinisikan sebagai perasaan ketidaknyamanan di daerah perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien diharapkan dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nausea: Pasien mampu mengendalikan rasa mual yang dirasakan.
2. Kesejahteraan: Pasien merasa sejahtera dan nyaman secara fisik.
3. Pengetahuan: Pasien memahami penyebab nausea dan strategi penanganannya.
4. Partisipasi dalam Perawatan: Pasien berpartisipasi aktif dalam perawatan untuk mengatasi nausea.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Nausea:
- Identifikasi penyebab nausea (misalnya obat-obatan, nyeri, kecemasan, dll.)
- Berikan intervensi yang sesuai untuk mengurangi nausea, seperti pemberian antiemetik, relaksasi, distraksi, dan kompres dingin.
- Pantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap intervensi.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nausea mandiri.
2. Manajemen Kenyamanan:
- Kaji tingkat kenyamanan pasien secara holistik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual).
- Berikan intervensi yang dapat meningkatkan kenyamanan pasien, seperti pengaturan posisi, manajemen nyeri, dan dukungan emosional.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memaksimalkan kenyamanan pasien.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan informasi tentang penyebab nausea dan strategi penanganannya.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik-teknik manajemen nausea, seperti relaksasi, distraksi, dan penggunaan obat-obatan.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan.
4. Dukungan Psikologis:
- Identifikasi faktor-faktor psikologis yang memengaruhi nausea, seperti kecemasan, stres, dan depresi.
- Berikan dukungan emosional dan intervensi psikologis yang sesuai, seperti konseling, terapi kognitif-perilaku, dan terapi relaksasi.
- Libatkan keluarga dan orang-orang terdekat untuk memberikan dukungan psikologis.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Mual (Nausea)" dipilih karena kondisi nausea merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh pasien. Nausea dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping obat-obatan, penyakit, atau kondisi psikologis.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup aspek-aspek penting dalam penanganan nausea, yaitu kontrol nausea, kesejahteraan pasien, peningkatan pengetahuan, dan partisipasi aktif pasien dalam perawatan. Pencapaian luaran ini akan menunjukkan keberhasilan intervensi keperawatan dalam mengelola kondisi nausea secara holistik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nausea, manajemen kenyamanan, edukasi kesehatan, dan dukungan psikologis. Intervensi-intervensi ini dirancang untuk mengatasi penyebab nausea, meningkatkan kenyamanan pasien, memfasilitasi pemahaman pasien, dan memberikan dukungan psikologis yang diperlukan. Dengan kolaborasi yang baik antara perawat, pasien, dan tim kesehatan lainnya, diharapkan kondisi nausea dapat diatasi secara efektif. -
Article No. 17333 | 15 May 2025
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) pada kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi hipertermia:
Hipertermia merupakan diagnosa keperawatan yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas 37,8°C. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan sistem regulasi suhu tubuh. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal.
- Karakteristik Utama: Peningkatan suhu tubuh di atas 37,8°C.
- Faktor Terkait: Infeksi, dehidrasi, gangguan sistem regulasi suhu tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hipertermia dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
- Definisi: Suhu tubur pasien yang terukur dalam rentang 36,5-37,5°C.
- Kriteria hasil:
a. Suhu tubuh terukur dalam rentang 36,5-37,5°C.
b. Keluhan terkait peningkatan suhu tubuh (misalnya: menggigil, sakit kepala) berkurang atau hilang.
c. Tanda-tanda vital lain (denyut nadi, pernapasan, tekanan darah) dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, antara lain:
1. Manajemen Suhu Tubuh
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mengontrol dan mempertahankan suhu tubuh pasien dalam rentang normal.
- Aktivitas:
a. Mengukur suhu tubuh pasien secara berkala.
b. Mengidentifikasi penyebab peningkatan suhu tubuh.
c. Memberikan cairan infus untuk rehidrasi.
d. Memberikan obat penurun demam (antipiretik) sesuai instruksi medis.
e. Mengompres hangat atau dingin pada bagian tubuh untuk menurunkan suhu.
f. Memfasilitasi istirahat yang cukup.
g. Mengatur suhu ruangan dan lingkungan yang nyaman.
h. Memantau tanda-tanda vital lain (denyut nadi, pernapasan, tekanan darah).
i. Mendokumentasikan semua tindakan dan respons pasien.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hipertermia dapat mencapai luaran/output berupa suhu tubuh dalam rentang normal, sehingga dapat membantu pemulihan kondisi kesehatan pasien. -
Article No. 17334 | 15 May 2025
Klinis : diagnosis banding low back pain
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis banding low back pain, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan, dengan penjelasan yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Low back pain
Penjelasan:
- Low back pain adalah kondisi umum yang ditandai dengan nyeri atau ketidaknyamanan di daerah lumbal atau panggul bagian bawah.
- Kode ICD-10 M54.5 mencakup berbagai penyebab low back pain, termasuk strain otot, nyeri pinggul, nyeri postural, dan nyeri mekanis lainnya.
- Diagnosis banding untuk low back pain dapat mencakup kondisi seperti hernia disk, stenosis spinal, spondilosis, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan nyeri di daerah tersebut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.29
- Deskripsi: Prosedur diagnostik lainnya pada tulang belakang dan spinal cord, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Pada kasus low back pain, beberapa prosedur diagnostik yang mungkin dilakukan antara lain pemeriksaan radiologi (misalnya x-ray, CT scan, atau MRI), tes laboratorium, atau prosedur injeksi (misalnya epidural steroid injection).
- Kode ICD-9-CM 72.29 mencakup berbagai prosedur diagnostik pada tulang belakang dan spinal cord yang tidak diklasifikasikan secara lebih spesifik.
- Pemilihan prosedur diagnostik akan disesuaikan dengan temuan klinis, riwayat pasien, dan kebutuhan untuk menegakkan diagnosis banding yang tepat.
Dalam penanganan low back pain, pendekatan komprehensif yang melibatkan diagnosis yang tepat, pengobatan, dan manajemen gejala sangat penting untuk memastikan perawatan yang efektif bagi pasien. -
Article No. 17335 | 15 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki umur 64 th dirawat diruang bedah RSDK Semarang sejak 4 hari yang lalu dengan diagnose medis BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) Grade III. Klien akan menjalani operasi hari ini jam 14.00 WIB. Pada pemeriksaan tanda vital didapat hasil, tekanan darah 160/95 mmHg, nadi 96X/menit, RR 16X/mnt, suhu 37,4 C. Klien mengatakan cemas dan takut, sesekali bertanya tentang bagaimana proses operasi dan kemungkinan keberhasilannya. Metode operasinya adalah Open prostatectomy supra pubic atau TVP (Trans Vesika Prostatektomy). Sebelumnya pasien mengeluh tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, kencing menetes dan sudah terpasang kateter selama 1 bulan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk pasien laki-laki berusia 64 tahun dengan diagnosa medis BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) Grade III yang akan menjalani operasi Open prostatectomy supra pubic atau TVP (Trans Vesika Prostatektomy):
1. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI: Kecemasan (10001)
- Definisi: Respon individu terhadap sumber stresor yang dianggap mengancam, yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, atau rasa takut.
- SLKI: Manajemen Kecemasan (20001)
- SIKI: Terapi Relaksasi (30001)
2. Diagnosa Keperawatan: Hambatan Eliminasi Urine
- SDKI: Hambatan Eliminasi Urine (10002)
- Definisi: Pengalaman pemenuhan kebutuhan berkemih yang tidak efektif.
- SLKI: Manajemen Eliminasi Urine (20002)
- SIKI: Perawatan Kateter Urine (30002)
3. Diagnosa Keperawatan: Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SDKI: Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif (10003)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Manajemen Perfusi Jaringan (20003)
- SIKI: Terapi Oksigen (30003)
Penjelasan singkat masing-masing diagnosis:
1. Kecemasan: Pasien mengalami kecemasan dan ketakutan terkait dengan proses operasi yang akan dijalani dan kemungkinan keberhasilannya.
2. Hambatan Eliminasi Urine: Pasien mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan berkemih, seperti tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, dan kencing menetes sehingga dipasang kateter urine.
3. Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif: Adanya risiko penurunan sirkulasi darah ke jaringan yang dapat terjadi akibat BPH dan tindakan operasi yang akan dilakukan.
Diagnosa keperawatan ini ditetapkan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).