Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15364 | 12 Apr 2025
Klinis : Banyak bicara (logorrhea), flight of idea. Waham kebesaran dan brought of broadcasting. Tilikan derajat 1 (tidak menyadari sakitnya). Halusinasi visual (melihat dajjal). Afek tidak serasi, hipertimia. Sikap kooperatif, penampilan rapi namun nyentrik. Riwayat tidak minum obat dalam 2 minggu terakhir. Riwayat mengamuk dan memukul ibunya. Riwayat gangguan jiwa sejak 10 tahun lalu. Dulu bekerja sebagai perawat honorer, dikeluarkan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perubahan Proses Pikir: Banyak bicara (logorrhea), flight of idea, waham kebesaran, dan brought of broadcasting.
2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi visual (melihat dajjal).
3. Koping Tidak Efektif.
4. Kurang Wawasan Terhadap Penyakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Proses Pikir Terarah: Pasien mampu berbicara dengan lancar dan terorganisir, bebas dari waham dan delusi.
2. Persepsi Sensori Terintegrasi: Pasien tidak lagi mengalami halusinasi visual.
3. Koping Efektif: Pasien mampu mengelola emosi dan perilakunya dengan baik.
4. Wawasan Terhadap Penyakit Meningkat: Pasien menyadari kondisi kesehatannya dan pentingnya minum obat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Gejala Psikotik:
- Kaji tanda dan gejala psikotik secara komprehensif.
- Berikan lingkungan yang tenang dan suportif.
- Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaannya dengan tepat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa untuk pemberian terapi obat.
2. Terapi Realitas:
- Bantu pasien memahami realita dan meluruskan persepsi yang salah.
- Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
- Libatkan keluarga dalam terapi realitas.
3. Manajemen Marah:
- Kaji penyebab dan pola marah pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
- Dorong pasien untuk mengekspresikan marah dengan cara yang tepat.
- Kolaborasi dengan keluarga untuk penanganan perilaku agresif.
4. Edukasi Kesehatan:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit mental, pentingnya minum obat, dan manajemen gejala.
- Dorong kepatuhan minum obat dan kontrol rutin ke tenaga kesehatan.
- Rujuk pasien ke fasilitas kesehatan jiwa untuk perawatan komprehensif.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang ditetapkan didasarkan pada tanda dan gejala yang Anda deskripsikan, seperti banyak bicara, flight of idea, waham kebesaran, halusinasi visual, afek tidak serasi, dan riwayat mengamuk. Ketiga diagnosa tersebut mencakup perubahan proses pikir, gangguan persepsi sensori, masalah koping, dan kurang wawasan terhadap penyakit.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mencapai proses pikir yang terarah, persepsi sensori yang terintegrasi, koping yang efektif, serta peningkatan wawasan terhadap penyakitnya. Hal ini akan membantu pasien memperbaiki kondisi kesehatannya dan mengelola gejala-gejala yang muncul.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen gejala psikotik, terapi realitas, manajemen marah, serta edukasi kesehatan bagi pasien dan keluarga. Tujuannya adalah membantu pasien mengendalikan gejala, memperbaiki persepsi dan proses pikirnya, serta meningkatkan kemampuan koping dan wawasan terhadap penyakitnya. Intervensi ini harus dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan jiwa lainnya. -
Article No. 15365 | 12 Apr 2025
Klinis : pasien mengatakan cemas dan ditandai dengan tangan gemetar dan berkeringat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda jelaskan, maka dapat diberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap ancaman yang belum jelas dan tidak spesifik, yang ditandai dengan kekhawatiran, ketakutan, dan perasaan tidak nyaman.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
3. Pasien dapat menunjukkan perilaku adaptif dalam menghadapi situasi yang menyebabkan kecemasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Lakukan pengkajian menyeluruh untuk mengidentifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien.
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman untuk mengurangi kecemasan pasien.
3. Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, dan distraksi, untuk membantu pasien mengatasi kecemasan.
4. Libatkan keluarga dalam proses perawatan untuk memberikan dukungan emosional bagi pasien.
5. Berikan informasi yang jelas dan rinci tentang kondisi, rencana perawatan, dan prosedur yang akan dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian pasien.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan terarah untuk mengatasi masalah kecemasan pada pasien. -
Article No. 15366 | 12 Apr 2025
Klinis : Tn. A, seorang laki-laki berusia 55 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan lemas, mual, sering buang air kecil, dan merasa sangat haus sejak dua hari terakhir. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 sejak lima tahun lalu namun tidak rutin kontrol dan tidak teratur mengonsumsi obat. Hasil pemeriksaan menunjukkan gula darah sewaktu (GDS) sebesar 420 mg/dL, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 102 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu tubuh 37,5°C, dengan tanda-tanda dehidrasi ringan seperti mukosa mulut kering dan turgor kulit menurun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi Tn. A yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Cairan Terkait Kehilangan Cairan sekunder akibat Diabetes Melitus Tidak Terkontrol, ditunjukkan dengan keluhan lemas, mual, sering buang air kecil, dan merasa sangat haus serta tanda-tanda dehidrasi ringan.
Berikut adalah penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Cairan
- Definisi: Ketidakseimbangan antara intake dan output cairan yang menyebabkan kelebihan atau kekurangan cairan di dalam tubuh.
- Faktor Risiko: Diabetes Melitus Tidak Terkontrol
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan
- Definisi: Tercapainya keseimbangan antara intake dan output cairan.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, mukosa lembab, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Definisi: Intervensi untuk mengatur dan mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
- Aktivitas Keperawatan: Pantau intake dan output cairan, pantau tanda-tanda vital, berikan edukasi tentang diabetes dan pentingnya kontrol rutin, berikan terapi intravena dan pantau respons pasien.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI tersebut, diharapkan perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan cairan pada Tn. A dan mencapai luaran keperawatan yang optimal. -
Article No. 15367 | 12 Apr 2025
Klinis : Seorang pria 28 tahun, datang ke Poliklinik Urologi dengan keluhan nyeri tumpul di skrotum kiri sejak enam bulan terakhir terutama saat berdiri lama atau beraktivitas berat (skala nyeri 4). Ia juga merasakan benjolan seperti "kantung cacing" di skrotum kiri dan merasa minder karena ukurannya tampak lebih besar. Pasien khawatir kondisinya memengaruhi kesuburan dan hubungan dengan istrinya, serta menghindari situasi di mana skrotumnya dapat terlihat. Pemeriksaan TTV TD 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,7°C, dan frekuensi napas 18 x/menit. Pemeriksaan USG skrotum menunjukkan pelebaran vena pleksus pampiniformis (>3 mm) dan analisis sperma mengonfirmasi oligoasthenoteratozoospermia.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan pembesaran pleksus pampiniformis dan peradangan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Pembesaran pleksus pampiniformis dan peradangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Pasien akan melaporkan penurunan nyeri.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat beraktivitas tanpa disertai nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, Terapi Komplementer.
- Aktivitas Keperawatan: Mengkaji nyeri pasien, mengajarkan teknik relaksasi, melakukan terapi komplementer (contoh: kompres hangat).
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan ukuran skrotum
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Citra Tubuh: Persepsi negatif terhadap penampilan fisik atau fungsi tubuh yang menyebabkan ketidaknyamanan dan hambatan dalam interaksi sosial.
- Penyebab: Perubahan ukuran skrotum yang tampak lebih besar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Pasien akan menunjukkan penerimaan terhadap citra tubuh.
- Kriteria Hasil: Pasien menerima perubahan citra tubuh, pasien berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Terapi Perilaku, Dukungan Emosional, Edukasi Kesehatan.
- Aktivitas Keperawatan: Membantu pasien mengidentifikasi persepsi dan perasaan tentang perubahan citra tubuh, memberikan dukungan emosional, memberikan edukasi tentang kondisi dan pengaruhnya terhadap fertilitas.
Dengan menggunakan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan intervensi yang komprehensif untuk mengatasi masalah yang dialami oleh pasien. -
Article No. 15368 | 12 Apr 2025
Klinis : klien mengatakan keluar flek dan mules, usia kehamilan 36 minggu, kontraksi 2x/10 menit durasi 15 detik gravida ke 3 persalinan ke 2 abortus tidak ada
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien adalah Risiko Perdarahan. Klien mengatakan keluar flek dan mules, serta usia kehamilan 36 minggu, kontraksi 2x/10 menit dengan durasi 15 detik, yang merupakan tanda-tanda awal terjadinya perdarahan. Selain itu, klien dengan gravida 3 dan persalinan 2 memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami perdarahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengendalian Perdarahan: Klien dapat mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat dan tidak mengalami perdarahan selama atau setelah persalinan.
2. Stabilitas Hemodinamik: Tanda-tanda vital klien (tekanan darah, denyut nadi, respirasi, suhu) tetap stabil selama dan setelah persalinan.
3. Pengetahuan: Klien dan keluarga memahami penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan perdarahan selama kehamilan dan persalinan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital:
- Pantau tanda-tanda vital klien secara berkala (tekanan darah, denyut nadi, respirasi, suhu).
- Catat perubahan tanda-tanda vital dan laporkan kepada tenaga kesehatan.
2. Manajemen Perdarahan:
- Identifikasi penyebab perdarahan (plasenta previa, solusio plasenta, atonia uteri, dll).
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penatalaksanaan yang sesuai (misalnya pemberian oksitosin, kompresi uterus, penjahitan laserasi, dll).
- Pantau tanda-tanda perdarahan (perdarahan vagina, perdarahan pervaginam, dll) dan laporkan segera kepada tenaga kesehatan.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan perdarahan kepada klien dan keluarga.
- Ajarkan klien dan keluarga cara mencegah dan mengatasi perdarahan, seperti memantau tanda-tanda perdarahan, melakukan mobilisasi dini, dan menghubungi tenaga kesehatan jika terjadi perdarahan.
- Dorong klien dan keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan klien dapat mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat, memiliki stabilitas hemodinamik, serta klien dan keluarga memahami penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan perdarahan selama kehamilan dan persalinan. -
Article No. 15369 | 12 Apr 2025
Klinis : klien mengatakan keluar flek dan mules, usia kehamilan 36 minggu, kontraksi 2x/10 menit durasi 15 detik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien dengan keluar flek, mules, usia kehamilan 36 minggu, dan kontraksi 2x/10 menit durasi 15 detik adalah "Ancaman Persalinan Prematur" (SDKI, 2017). Diagnosa ini didasarkan pada gejala yang dialami klien, yaitu adanya kontraksi uterus yang teratur dan keluar flek yang mengindikasikan risiko terjadinya persalinan prematur.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ancaman Persalinan Prematur Terkendali: Kehamilan dapat berlanjut hingga cukup bulan tanpa terjadinya persalinan prematur.
2. Nyeri Terkendali: Klien dapat mengelola nyeri/mules yang dirasakan selama kontraksi uterus.
3. Pengetahuan tentang Persalinan Prematur Meningkat: Klien dan keluarga memahami risiko, tanda-tanda, dan tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi persalinan prematur.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Ancaman Persalinan Prematur
a. Pantau tanda-tanda vital dan kontraksi uterus secara berkala.
b. Berikan obat-obatan tocolytic (bila diindikasikan) untuk menghambat kontraksi uterus.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan) untuk memberikan terapi steroid antenatal.
d. Anjurkan istirahat dan aktivitas ringan untuk menjaga usia kehamilan.
e. Edukasi kepada klien dan keluarga tentang tanda-tanda persalinan prematur dan tindakan yang perlu dilakukan.
2. Manajemen Nyeri
a. Kaji intensitas, karakteristik, dan pola nyeri yang dirasakan klien.
b. Berikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin, dan teknik distraksi.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik (bila diindikasikan).
d. Ajarkan klien dan keluarga teknik-teknik manajemen nyeri yang dapat dilakukan.
3. Peningkatan Pengetahuan
a. Identifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang persalinan prematur.
b. Berikan edukasi tentang faktor risiko, tanda-tanda, dan komplikasi persalinan prematur.
c. Ajarkan klien dan keluarga tindakan yang perlu dilakukan jika terjadi tanda-tanda persalinan prematur.
d. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya dan mempraktikkan materi yang telah diberikan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang baik dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan ancaman persalinan prematur dapat terkendali, nyeri dapat dikelola dengan baik, serta pengetahuan klien dan keluarga tentang persalinan prematur meningkat. Hal ini akan mendukung keberhasilan penanganan kondisi klien dan menjaga kelangsungan kehamilan hingga cukup bulan. -
Article No. 15370 | 12 Apr 2025
Klinis : klien mengatakan keluar flek dan mules,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan analisis yang rinci untuk kondisi klien yang anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami klien, yaitu keluar flek dan mules, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut (00132). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mencapai beberapa luaran keperawatan, antara lain:
1. Tingkat Nyeri: Terkontrol (1605)
- Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri terkontrol, dengan skor nyeri maksimal 3 dari skala 0-10.
- Indikator: Klien dapat mengidentifikasi faktor penyebab nyeri, mendemonstrasikan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, dan melaporkan penurunan intensitas nyeri.
2. Kenyamanan: Teratasi (1908)
- Kriteria hasil: Klien melaporkan peningkatan kenyamanan dan kepuasan terhadap pengelolaan nyeri.
- Indikator: Klien dapat beristirahat dengan baik, menunjukkan ekspresi wajah yang rileks, dan melaporkan penurunan tingkat distres.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, berikut intervensi yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Nyeri (1400)
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas menggunakan skala nyeri)
- Identifikasi faktor-faktor yang memperberat atau memperingan nyeri
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik jika perlu
2. Manajemen Kenyamanan (6040)
- Kaji tingkat kenyamanan klien terkait nyeri
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Fasilitasi istirahat dan tidur yang cukup
- Berikan dukungan emosional dan psikologis pada klien
3. Edukasi Manajemen Nyeri (5240)
- Jelaskan penyebab dan patofisiologi nyeri pada klien
- Ajarkan klien cara mengidentifikasi dan melaporkan nyeri
- Beri edukasi tentang manfaat dan teknik penggunaan analgesik serta intervensi non-farmakologis
Dengan intervensi yang komprehensif dan berpusat pada klien, diharapkan klien dapat mengelola nyeri akutnya, meningkatkan kenyamanan, serta memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola nyeri secara mandiri. Perawat berperan penting dalam memfasilitasi proses pemulihan klien melalui asuhan keperawatan yang holistik. -
Article No. 15371 | 12 Apr 2025
Klinis : klien mengatakan keluar flek dan mules, hamil usia 36 minggu tekanan darah klien 141/92
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi klien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi klien yang mengeluhkan keluar flek dan mules, serta usia kehamilan 36 minggu dengan tekanan darah 141/92, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Preeklampsia
Diagnosis ini didasarkan pada tanda-tanda hipertensi yang dialami klien, yaitu tekanan darah 141/92, yang dapat menjadi indikasi awal preeklampsia. Preeklampsia merupakan kondisi yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin jika tidak ditangani dengan tepat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat:
1. Menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dengan tekanan darah berada dalam batas normal (120/80 mmHg).
2. Melaporkan tidak adanya nyeri abdomen atau keluhan lain yang terkait dengan preeklampsia.
3. Memahami pentingnya pemantauan rutin tanda-tanda vital dan gejala preeklampsia.
4. Mampu melakukan manajemen diri yang efektif untuk mencegah komplikasi preeklampsia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Mengukur tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi secara teratur
- Memantau adanya perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengindikasikan preeklampsia
2. Manajemen Hipertensi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi antihipertensi yang sesuai
- Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu menurunkan tekanan darah
3. Edukasi Kesehatan
- Menjelaskan kepada klien mengenai preeklampsia, termasuk penyebab, tanda-tanda, dan komplikasi yang dapat terjadi
- Mengajarkan klien untuk memantau tanda-tanda preeklampsia secara mandiri
- Memberikan informasi mengenai gaya hidup sehat selama kehamilan untuk mencegah preeklampsia
4. Pemantauan Kesejahteraan Janin
- Memantau pergerakan janin secara berkala
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan pemeriksaan keadaan janin (USG, NST, dll.)
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan terhindar dari komplikasi preeklampsia selama kehamilan. -
Article No. 15372 | 12 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, berusia 35 tahun, menikah dan mempunyai 2 orang anak, pernah kuliah S1 tapi gagal. Klien dibawa oleh istri ke RS Jiwa dengan alasan marah-marah, gelisah, mondar-mandir. Istri klien juga mengatakan klien sering bicara kasar dan tidak sopan, memukul istri jika kesal. Dari hasil observasi di rumah sakit, klien mudah tersinggung dan cepat marah, ingin menang sendiri, cenderung menyerang orang lain, ekspresi wajah tegang, pandangan tajam. Dari hasil wawancara dengan klien pada saat tenang, klien mengatakan bahwa ia kesal pada istri karena ia sering dihina,sering dibanding-bandingkan dengan suami orang lain, malu karena gagal kuliah, merasa tidak berguna. Klien juga mengatakan sudah 1 tahun ia di PHK dari tempatnya bekerja (sebelumnya klien bekerja sebagai pegawai di suatu perusahaan dan sekarang ia hanya sebagai driver ojek online). Menurut klien ia malu dengan kondisinya saat ini dan merasa tidak berguna.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan prosedur medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F63.0
- Deskripsi: Gangguan kontrol impuls - Kemarahan patologis
Penjelasan:
Klien menunjukkan gejala-gejala yang sesuai dengan gangguan kontrol impuls, yaitu kemarahan yang berlebihan, memukul istri jika kesal, dan ekspresi wajah tegang serta pandangan tajam. Selain itu, klien juga mengalami perasaan malu dan merasa tidak berguna akibat dari kehilangan pekerjaan dan kegagalan dalam pendidikan. Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai adalah F63.0 untuk Gangguan kontrol impuls - Kemarahan patologis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik, karena informasi yang diberikan tidak mencantumkan tindakan medis yang dilakukan.
Penjelasan:
Dari informasi yang diberikan, tidak disebutkan adanya tindakan medis atau prosedur yang dilakukan terhadap klien. Oleh karena itu, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang dapat ditentukan untuk kasus ini. -
Article No. 15373 | 12 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, berusia 35 tahun, menikah dan mempunyai 2 orang anak, pernah kuliah S1 tapi gagal. Klien dibawa oleh istri ke RS Jiwa dengan alasan marah-marah, gelisah, mondar-mandir. Istri klien juga mengatakan klien sering bicara kasar dan tidak sopan, memukul istri jika kesal. Dari hasil observasi di rumah sakit, klien mudah tersinggung dan cepat marah, ingin menang sendiri, cenderung menyerang orang lain, ekspresi wajah tegang, pandangan tajam. Dari hasil wawancara dengan klien pada saat tenang, klien mengatakan bahwa ia kesal pada istri karena ia sering dihina,sering dibanding-bandingkan dengan suami orang lain, malu karena gagal kuliah, merasa tidak berguna. Klien juga mengatakan sudah 1 tahun ia di PHK dari tempatnya bekerja (sebelumnya klien bekerja sebagai pegawai di suatu perusahaan dan sekarang ia hanya sebagai driver ojek online). Menurut klien ia malu dengan kondisinya saat ini dan merasa tidak berguna.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F63.0
- Deskripsi: Gangguan kontrol impuls, yang meliputi perilaku agresif, impulsif, dan maladaptif yang terkait dengan stres, seperti yang ditunjukkan oleh gejala-gejala klien, yaitu marah-marah, gelisah, ingin menang sendiri, cenderung menyerang orang lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Terapi psikologis individu, termasuk psikoterapi, konseling, dan rehabilitasi psikiatri. Tindakan ini dapat dilakukan untuk membantu klien mengatasi masalah emosional, perilaku, dan interpersonal yang mendasari kondisinya, seperti melalui terapi kognitif-perilaku atau terapi stres.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dirasakan oleh klien, yaitu marah-marah, gelisah, ingin menang sendiri, cenderung menyerang orang lain, serta rasa malu dan merasa tidak berguna akibat kondisi yang dialami, diagnosis yang sesuai adalah Gangguan kontrol impuls (F63.0) dalam ICD-10. Gangguan ini ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengendalikan impuls atau dorongan yang dapat menyebabkan perilaku agresif, impulsif, dan maladaptif.
Selanjutnya, untuk tindakan medis yang dapat dilakukan adalah terapi psikologis individu (94.31 dalam ICD-9-CM), yang meliputi psikoterapi, konseling, dan rehabilitasi psikiatri. Tindakan ini bertujuan untuk membantu klien mengatasi masalah emosional, perilaku, dan interpersonal yang mendasari kondisinya, seperti melalui terapi kognitif-perilaku atau terapi stres.