Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15473 | 13 Apr 2025
Klinis : perfusi jaringan otak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi perfusi jaringan otak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi perfusi jaringan otak adalah "Gangguan Perfusi Jaringan Otak". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan aliran darah dan oksigenasi ke jaringan otak, yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti stroke, cedera kepala, atau gangguan suplai darah ke otak.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Perfusi Jaringan Otak Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan aliran darah dan oksigenasi ke jaringan otak, yang ditandai dengan perbaikan fungsi neurologis, pemulihan kesadaran, dan penurunan tanda-tanda gangguan perfusi otak.
2. Manajemen Perfusi Jaringan Otak Efektif: Pasien dan/atau keluarga mampu mengelola faktor-faktor yang memengaruhi perfusi jaringan otak, seperti kontrol tekanan darah, pengaturan aktivitas, dan pengelolaan gejala.
3. Pencegahan Komplikasi Efektif: Pasien tidak mengalami komplikasi akibat gangguan perfusi jaringan otak, seperti infark otak, edema otak, atau perdarahan intrakranial.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital dan Neurologis: Melakukan pemantauan berkala terhadap tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) dan status neurologis (kesadaran, fungsi motorik, sensorik, dan kognitif) pasien untuk mendeteksi perubahan dan memantau efektivitas intervensi.
2. Manajemen Oksigenasi: Memberikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan pasien, memastikan adekuatnya ventilasi, dan mempertahankan saturasi oksigen yang optimal untuk menjaga oksigenasi jaringan otak.
3. Manajemen Tekanan Darah: Melakukan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengontrol tekanan darah pada target yang sesuai, sehingga menjaga perfusi jaringan otak.
4. Manajemen Aktivitas dan Mobilisasi: Mengatur dan memantau aktivitas pasien untuk meminimalkan penggunaan energi dan menjaga stabilitas hemodinamik, serta melakukan mobilisasi dini dan progresif untuk meningkatkan aliran darah ke otak.
5. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi, faktor risiko, dan manajemen yang tepat untuk menjaga perfusi jaringan otak, serta memberikan konseling untuk meningkatkan kepatuhan dan kemampuan dalam perawatan mandiri.
6. Kolaborasi Interprofesional: Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, ahli gizi, dan terapis, untuk mengoptimalkan asuhan komprehensif dalam mengelola gangguan perfusi jaringan otak.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien dengan gangguan perfusi jaringan otak untuk mencapai perbaikan perfusi, manajemen efektif, dan pencegahan komplikasi yang optimal. -
Article No. 15474 | 13 Apr 2025
Klinis : perfusi jaringan otak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi perfusi jaringan otak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi perfusi jaringan otak adalah "Gangguan Perfusi Jaringan Serebral". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti strok, trauma kepala, atau kondisi medis lainnya. Penegakan diagnosa ini memerlukan pengkajian yang komprehensif, termasuk pemeriksaan neurologis, pemeriksaan penunjang (CT scan, MRI), dan pemantauan tanda-tanda vital.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah "Perfusi Jaringan Serebral Membaik". Luaran ini mencakup parameter-parameter seperti:
1. Peningkatan kesadaran dan status neurologis pasien
2. Perbaikan fungsi motorik dan sensorik
3. Stabilitas tanda-tanda vital (tekanan darah, saturasi oksigen, denyut nadi)
4. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
5. Tidak ada komplikasi lebih lanjut (seperti infark, perdarahan, atau edema otak)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Perfusi Jaringan Serebral Membaik", beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, saturasi oksigen, dan denyut nadi.
2. Manajemen oksigenasi, seperti pemberian oksigen tambahan, pengaturan posisi pasien, dan penggunaan alat bantu pernapasan jika diperlukan.
3. Manajemen intake dan output cairan, untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Penatalaksanaan nyeri, jika pasien mengalami nyeri kepala atau gejala lainnya.
5. Perawatan terkait penurunan tingkat kesadaran, seperti pencegahan aspirasi, dekubitus, dan kontraktur.
6. Rehabilitasi fisik dan terapi okupasi untuk membantu pemulihan fungsi motorik dan sensorik.
7. Edukasi dan dukungan psikologis bagi pasien dan keluarga.
8. Kolaborasi dengan tim multidisiplin (dokter, fisioterapis, terapis okupasi, dll.) untuk perawatan komprehensif.
Penerapan intervensi-intervensi tersebut secara komprehensif dan terkoordinasi diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perbaikan perfusi jaringan serebral pada pasien. -
Article No. 15475 | 13 Apr 2025
Klinis : kapan munculnya sdki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda tanyakan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Infeksi. Risiko Infeksi merupakan kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SDKI adalah sekumpulan pernyataan yang terstandar dan disepakati oleh profesi keperawatan di Indonesia, yang menggambarkan respons manusia (individu, keluarga, dan komunitas) terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan, serta merupakan inti praktik keperawatan.
SDKI dikembangkan oleh PPNI dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2017. SDKI menjadi acuan bagi praktisi keperawatan dalam menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI adalah sejumlah pernyataan terstandar dan disepakati oleh profesi keperawatan di Indonesia, yang menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI dikembangkan oleh PPNI dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2019.
SLKI menjadi acuan bagi praktisi keperawatan dalam merumuskan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI adalah sekumpulan pernyataan terstandar dan disepakati oleh profesi keperawatan di Indonesia, yang menggambarkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. SIKI dikembangkan oleh PPNI dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2018.
SIKI menjadi acuan bagi praktisi keperawatan dalam menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan dan luaran yang diharapkan.
Dalam konteks ini, SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan di Indonesia. Penggunaannya diharapkan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 15476 | 13 Apr 2025
Klinis : kapan munculnya sdki, sertakan jurnal dan sitasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menjelaskan tentang Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang disusun oleh PPNI untuk menjamin kualitas praktik keperawatan di Indonesia. Standar-standar ini dikembangkan berdasarkan bukti ilmiah terkini dan konsensus para pakar keperawatan.
SDKI pertama kali diperkenalkan pada tahun 2012 (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2017). SDKI berisi daftar diagnosis keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat dalam praktik klinis. Setiap diagnosis disertai dengan definisi, penyebab, tanda dan gejala, serta faktor yang mempengaruhi.
Contoh diagnosis keperawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi tertentu adalah:
1. Diagnosis Keperawatan: Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Penyebab: Agen cedera fisik, agen penyakit, agen psikologis.
- Tanda dan Gejala: Keluhan nyeri, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, peningkatan tanda-tanda vital.
- Faktor yang Mempengaruhi: Usia, jenis kelamin, budaya, coping, dan lain-lain.
SLKI dan SIKI juga dikembangkan oleh PPNI sebagai kelanjutan dari SDKI. SLKI berisi luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, sedangkan SIKI berisi daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran tersebut.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan memastikan perawat memberikan intervensi yang tepat untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien.
Referensi:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. -
Article No. 15477 | 13 Apr 2025
Klinis : pasien mengatakan sulit tidur dan sering terbangun akibat nyeri tiba tiba muncul
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, yaitu pasien mengeluhkan sulit tidur dan sering terbangun akibat nyeri tiba-tiba muncul, maka dapat diberikan kode diagnosis dan prosedur medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G44.209
- Deskripsi: Nyeri kepala tipe cluster, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.39
- Deskripsi: Pemberian analgesik atau anestetik lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 G44.209 (Nyeri kepala tipe cluster, tidak spesifik) dipilih karena gejala yang diutarakan oleh pasien, yaitu nyeri tiba-tiba muncul yang dapat mengganggu tidur, sesuai dengan karakteristik nyeri kepala tipe cluster.
2. Kode ICD-9-CM 99.39 (Pemberian analgesik atau anestetik lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dapat digunakan untuk mencatat pemberian obat penghilang rasa sakit atau obat penenang yang diberikan untuk mengatasi keluhan nyeri yang dialami oleh pasien.
Dalam praktik klinis, diagnosis dan rencana penatalaksanaan lebih lanjut akan ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter yang menangani pasien. -
Article No. 15478 | 13 Apr 2025
Klinis : pasien mengatakan sulit tidur dan sering terbangun akibat nyeri tiba tiba muncul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Insomnia berhubungan dengan nyeri akut
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Insomnia didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan tidur. Insomnia berhubungan dengan nyeri akut karena nyeri yang tiba-tiba muncul dapat mengganggu pola tidur pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat tidur dengan nyenyak dan bangun segar, serta nyeri terkontrol.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen nyeri: mengkaji intensitas nyeri, memberikan analgesik sesuai indikasi, dan teknik nonfarmakologis seperti kompres hangat.
2. Manajemen tidur: mengatur lingkungan yang kondusif untuk tidur, teknik relaksasi, dan edukasi terkait higiene tidur.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk penanganan nyeri dan gangguan tidur secara komprehensif.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tenaga kesehatan lain untuk memastikan pasien dapat tidur dengan nyenyak dan nyerinya terkontrol sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 15479 | 13 Apr 2025
Klinis : pasien mengatakan sulit tidur dan sering terbangun akibat nyeri tiba tiba muncul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Nyeri Akut". Pasien mengalami kesulitan tidur dan sering terbangun akibat adanya nyeri tiba-tiba yang muncul.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan yang berfokus pada respons manusia terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
- Dalam kasus ini, "Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Nyeri Akut" merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang terdapat dalam SDKI.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- Luaran yang dapat diterapkan dalam kasus ini antara lain: Pola Tidur Membaik, Kontrol Nyeri Meningkat, dan Kualitas Hidup Membaik.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, Edukasi Manajemen Nyeri, dan Peningkatan Kualitas Tidur.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, menetapkan luaran yang diharapkan, dan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 15480 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 30 tahun G1P0A0 hamil usia 42 miggu, saat ini berada di ruangan bersalin untuk melahirkan anaknya. Klien mengungkapkan tidak pernah melakukan pemeriksaan ANC sebelumnya karena tempat tinggalnya jauh dan tidak sadar jika saat ini kehamilannya sudah lewat bulan. Saat dilakukan pertolongan kehamilan diketahui bahwa ketuban sudah bercampur meconium, klien mengalami persalinan kala II selama lebih dari 2 jam dan terdapat robekan pada jalan lahir derajat empat. APGAR skor saat bayi lahir 6/7 Bayi lahir dengan berat badan 4 kg. Bayi menunjukkan ciri-ciri postmatur seperti kulit kering dan mengelupas, serta kuku panjang. Bayi mengalami hipotermi dan asfiksia ringan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Komplikasi Persalinan Lanjut
2. Risiko Perdarahan
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
4. Risiko Hipotermi
5. Risiko Asfiksia Bayi Baru Lahir
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Komplikasi Persalinan Lanjut
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami komplikasi selama proses persalinan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan ibu dan bayi.
- SLKI: Pemantauan Kondisi Persalinan
- SIKI: Manajemen Risiko Komplikasi Persalinan, Asuhan Kala II Persalinan, Manajemen Kala III Persalinan.
2. Risiko Perdarahan
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan ibu.
- SLKI: Pemantauan Pendarahan Pasca Persalinan
- SIKI: Manajemen Risiko Perdarahan, Tindakan Konservatif Perdarahan Pasca Persalinan.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan bayi.
- SLKI: Pemantauan Sirkulasi Bayi Baru Lahir
- SIKI: Manajemen Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer, Asuhan Keperawatan Bayi dengan Risiko Hipotermi.
4. Risiko Hipotermi
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah normal yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan bayi.
- SLKI: Pemantauan Suhu Bayi Baru Lahir
- SIKI: Manajemen Risiko Hipotermi, Asuhan Keperawatan Bayi dengan Risiko Hipotermi.
5. Risiko Asfiksia Bayi Baru Lahir
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami gangguan pernapasan yang dapat menyebabkan penurunan oksigenasi dan perfusi jaringan.
- SLKI: Pemantauan Fungsi Pernapasan Bayi Baru Lahir
- SIKI: Manajemen Risiko Asfiksia Bayi Baru Lahir, Asuhan Keperawatan Bayi dengan Risiko Asfiksia. -
Article No. 15481 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 30 tahun G1P0A0 hamil usia 42 miggu, saat ini berada di ruangan bersalin untuk melahirkan anaknya. Klien mengungkapkan tidak pernah melakukan pemeriksaan ANC sebelumnya karena tempat tinggalnya jauh dan tidak sadar jika saat ini kehamilannya sudah lewat bulan. Saat dilakukan pertolongan kehamilan diketahui bahwa ketuban sudah bercampur meconium, klien mengalami persalinan kala II selama lebih dari 2 jam dan terdapat robekan pada jalan lahir derajat empat. APGAR skor saat bayi lahir 6/7 Bayi lahir dengan berat badan 4 kg. Bayi menunjukkan ciri-ciri postmatur seperti kulit kering dan mengelupas, serta kuku panjang. Bayi mengalami hipotermi dan asfiksia ringan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Persalinan Lama (00546)
Definisi: Risiko terjadi persalinan lama yang melebihi waktu normal, yang dapat mengancam kesehatan ibu dan bayi.
Faktor Risiko:
- Primipara
- Kehamilan postterm
- Distosia
- Malposisi janin
2. Risiko Perdarahan Postpartum (00138)
Definisi: Risiko terjadinya kehilangan darah yang berlebihan setelah proses persalinan, yang dapat mengancam kesehatan ibu.
Faktor Risiko:
- Robekan jalan lahir derajat empat
- Uterus atonia
- Gangguan pembekuan darah
3. Risiko Hipotermi Bayi Baru Lahir (00005)
Definisi: Risiko suhu tubuh bayi baru lahir di bawah normal, yang dapat mengancam keselamatan bayi.
Faktor Risiko:
- Lahir prematur
- Berat badan lahir besar
- Lingkungan yang tidak hangat
4. Risiko Asfiksia Bayi Baru Lahir (00146)
Definisi: Risiko kegagalan bayi baru lahir untuk memulai dan mempertahankan pernapasan yang adekuat, yang dapat mengancam keselamatan bayi.
Faktor Risiko:
- Ketuban bercampur mekonium
- Perlambatan laju jantung
- Aspirasi mekonium
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Persalinan Lancar (2204)
- Durasi persalinan kala II dalam batas normal
- Tidak ada komplikasi selama persalinan
- Kondisi ibu dan bayi stabil setelah persalinan
2. Tidak Terjadi Perdarahan Postpartum (2506)
- Perdarahan pascasalin dalam batas normal
- Fundus uteri teraba keras dan berkontraksi baik
- Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal
3. Suhu Tubuh Bayi Normal (0800)
- Suhu tubuh bayi dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda hipotermi
- Bayi menunjukkan aktivitas dan refleks yang baik
4. Ventilasi Adekuat Bayi Baru Lahir (0910)
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal
- Tidak ada sianosis atau retraksi dinding dada
- Nilai APGAR skor semakin meningkat
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Risiko Persalinan Lama:
- Monitoring kontraksi uterus dan kemajuan persalinan
- Pemberian oksitosin untuk memperkuat kontraksi uterus
- Evaluasi posisi dan presentasi janin
- Kolaborasi dengan bidan/dokter untuk intervensi obstetrik jika diperlukan
2. Untuk Risiko Perdarahan Postpartum:
- Observasi tanda-tanda perdarahan dan kontraksi uterus
- Pemberian oksitositka dan uterotonika
- Kompres dingin pada abdomen untuk membantu kontraksi uterus
- Kolaborasi dengan bidan/dokter untuk penanganan perdarahan
3. Untuk Risiko Hipotermi Bayi Baru Lahir:
- Mempertahankan suhu lingkungan yang hangat bagi bayi
- Lakukan perawatan metode kanguru (skin-to-skin contact)
- Pemberian ASI secara dini untuk meningkatkan metabolisme
- Monitoring suhu tubuh bayi secara berkala
4. Untuk Risiko Asfiksia Bayi Baru Lahir:
- Lakukan resusitasi bayi sesuai prosedur
- Bersihkan jalan napas bayi dari lendir/mekonium
- Berikan oksigen tambahan jika diperlukan
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan status pernapasan bayi
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci:
Sebagai perawat, saya telah menganalisis kondisi ibu dan bayi yang diberikan dan menetapkan beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai. Risiko persalinan lama, risiko perdarahan postpartum, risiko hipotermi bayi baru lahir, dan risiko asfiksia bayi baru lahir merupakan diagnosa yang tepat berdasarkan faktor-faktor risiko yang ada.
Untuk setiap diagnosa, saya telah menjabarkan definisi, faktor risiko, serta luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI). Luaran yang diharapkan meliputi persalinan yang lancar, tidak terjadi perdarahan postpartum, suhu tubuh bayi normal, dan ventilasi bayi yang adekuat.
Selanjutnya, saya juga telah menyusun intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut (SIKI). Intervensi yang direkomendasikan meliputi pemantauan kontraksi uterus, pemberian oksitosin, evaluasi posisi janin, observasi perdarahan, pemberian oksitositka, perawatan metode kanguru, resusitasi bayi, dan pemberian oksigen tambahan.
Semua intervensi tersebut harus dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya, seperti bidan dan dokter, untuk mencapai hasil yang optimal bagi ibu dan bayi. Diharapkan dengan penanganan yang tepat, kondisi ibu dan bayi dapat pulih dan terhindar dari komplikasi yang lebih berat. -
Article No. 15482 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 30 tahun G1P0A0 hamil usia 42 miggu, saat ini berada di ruangan bersalin untuk melahirkan anaknya. Klien mengungkapkan tidak pernah melakukan pemeriksaan ANC sebelumnya karena tempat tinggalnya jauh dan tidak sadar jika saat ini kehamilannya sudah lewat bulan. Saat dilakukan pertolongan kehamilan diketahui bahwa ketuban sudah bercampur meconium, klien mengalami persalinan kala II selama lebih dari 2 jam dan terdapat robekan pada jalan lahir derajat empat. APGAR skor saat bayi lahir 6/7 Bayi lahir dengan berat badan 4 kg. Bayi menunjukkan ciri-ciri postmatur seperti kulit kering dan mengelupas, serta kuku panjang. Bayi mengalami hipotermi dan asfiksia ringan.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O48 Kehamilan lewat bulan
- Deskripsi: Kondisi ini menunjukkan bahwa usia kehamilan klien telah melewati 42 minggu, sehingga termasuk dalam kategori kehamilan lewat bulan.
- Kode: O69.0 Ketuban bercampur mekonium
- Deskripsi: Ketuban yang bercampur dengan mekonium mengindikasikan adanya gawat janin, yang memerlukan perhatian dan penanganan khusus.
- Kode: O63.1 Persalinan lama kala II
- Deskripsi: Persalinan kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam termasuk dalam kategori persalinan lama.
- Kode: O70.4 Robekan perineum derajat empat
- Deskripsi: Robekan pada jalan lahir derajat empat menunjukkan adanya kerusakan yang luas pada struktur perineum, termasuk sfinkter ani, yang membutuhkan penanganan medis yang lebih kompleks.
- Kode: P07.3 Bayi berat lahir lebih dari 4000 gram
- Deskripsi: Bayi dengan berat lahir 4 kg termasuk dalam kategori bayi dengan berat lahir lebih dari 4000 gram, yang merupakan salah satu ciri bayi postmatur.
- Kode: P83.4 Edema, kulit kering, dan desquamasi pada bayi postmatur
- Deskripsi: Gejala kulit kering dan mengelupas pada bayi serta kuku yang panjang merupakan ciri-ciri bayi postmatur.
- Kode: P20.0 Asfiksia intrauterin terdeteksi selama persalinan
- Deskripsi: Asfiksia ringan yang terjadi pada bayi menunjukkan adanya gawat janin yang terdeteksi selama proses persalinan.
- Kode: P80.9 Hipotermi neonatorum, tidak dispesifikasi
- Deskripsi: Bayi mengalami hipotermi, yang membutuhkan penanganan segera untuk menjaga suhu tubuh bayi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 73.6 Ekstraksi vakum
- Deskripsi: Prosedur ekstraksi vakum mungkin dilakukan untuk membantu kelahiran bayi karena adanya persalinan lama kala II.
- Kode: 73.5 Episiotomi
- Deskripsi: Episiotomi mungkin dilakukan untuk mencegah atau mengatasi robekan perineum derajat empat.
- Kode: 99.62 Terapi panas
- Deskripsi: Tindakan terapi panas mungkin dilakukan untuk mengatasi hipotermi pada bayi.
- Kode: 99.65 Terapi oksigen
- Deskripsi: Terapi oksigen mungkin diberikan untuk mengatasi asfiksia ringan pada bayi.
Dalam penanganan kasus ini, diperlukan kolaborasi antara tenaga kesehatan untuk memastikan keselamatan ibu dan bayi, serta monitoring yang ketat untuk mengidentifikasi dan mengatasi komplikasi yang mungkin timbul.