Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17400 | 17 May 2025
Klinis : anorexia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis anorexia dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis (jika ada):
1. Kode ICD-10:
- Kode: F50.0
- Deskripsi: Anorexia nervosa
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk anorexia nervosa. Namun, beberapa tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk menangani kondisi ini termasuk:
- 94.31 - Terapi nutrisi parenteral
- 94.32 - Terapi nutrisi enteral
- 94.39 - Terapi nutrisi, lain-lain
- 94.62 - Konseling gizi
- 94.63 - Konseling perilaku
- 94.64 - Konseling psikologis
Anorexia nervosa merupakan gangguan makan yang ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan dan ketakutan yang berlebihan akan kegemukan. Pasien dengan anorexia biasanya memiliki citra tubuh yang terdistorsi dan menerapkan pembatasan asupan makanan yang ketat. Tata laksana anorexia nervosa meliputi kombinasi dari intervensi medis, nutrisi, dan terapi psikologis, seperti terapi kognitif-perilaku, terapi keluarga, dan konseling. Penggunaan kode ICD-9-CM akan bergantung pada jenis tindakan medis yang dilakukan untuk menangani kondisi ini. -
Article No. 17401 | 17 May 2025
Klinis : isk
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi infeksi saluran kemih (ISK):
1. Kode ICD-10:
- Kode: N39.0
- Deskripsi: Infeksi saluran kemih, lokasi tidak ditetapkan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.8
- Deskripsi: Tindakan lain pada saluran kemih dan kandung kemih, termasuk kateterisasi kandung kemih.
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 N39.0 (Infeksi saluran kemih, lokasi tidak ditetapkan):
- Kode ini digunakan untuk menggambarkan infeksi pada saluran kemih, di mana lokasi spesifik tidak dapat ditentukan.
- Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang mencakup infeksi pada berbagai bagian sistem saluran kemih, termasuk kandung kemih, ginjal, dan saluran kemih lainnya.
- Gejala umum ISK dapat mencakup nyeri atau rasa tidak nyaman saat berkemih, sering berkemih, dan perubahan warna atau bau urin.
2. Kode ICD-9-CM 59.8 (Tindakan lain pada saluran kemih dan kandung kemih, termasuk kateterisasi kandung kemih):
- Kode ini mencakup berbagai prosedur dan tindakan yang dapat dilakukan pada saluran kemih dan kandung kemih, termasuk kateterisasi kandung kemih.
- Kateterisasi kandung kemih adalah tindakan untuk memasukkan selang (kateter) ke dalam kandung kemih untuk membantu pengeluaran urin.
- Tindakan ini dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pengosongan kandung kemih, mengevaluasi fungsi kandung kemih, atau mengobati infeksi saluran kemih.
Dalam kasus infeksi saluran kemih, pemilihan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat dapat membantu dalam dokumentasi medis yang akurat, penagihan yang sesuai, dan pengawasan epidemiologi penyakit. -
Article No. 17402 | 17 May 2025
Klinis : mioma uteri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh di dalam atau di dinding rahim. Berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai dengan kondisi ini:
1. Kode ICD-10:
- Kode: D25
- Deskripsi: Mioma uteri
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 68.12
- Deskripsi: Miomektomi abdominal, tanpa histerektomi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 D25 merupakan kode untuk mioma uteri, yang mencakup semua jenis mioma yang tumbuh di dalam atau di dinding rahim.
2. Jika pasien menjalani prosedur miomektomi (pengangkatan mioma) secara abdominal (melalui pembedahan di perut), tanpa dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim), maka kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 68.12.
Kode-kode ini digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkodekan diagnosis dan prosedur medis dalam rekam medis pasien, serta untuk tujuan administrasi, penagihan, dan analisis epidemiologi. -
Article No. 17403 | 17 May 2025
Klinis : abses
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis abses dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait, dengan penjelasan yang terstruktur:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L02
- Deskripsi: Abses kulit dan jaringan subkutan
Kode ICD-10 L02 mencakup berbagai jenis abses di kulit dan jaringan subkutan, termasuk abses furunkulosis, karbunkel, dan abses lokal lainnya. Abses adalah kumpulan nanah atau material purulen yang terbentuk karena adanya infeksi bakteri atau jamur pada jaringan kulit dan subkutan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Insisi dan drainase abses kulit dan jaringan subkutan
Kode ICD-9-CM 86.04 mengacu pada tindakan bedah untuk insisi dan drainase abses pada kulit dan jaringan subkutan. Prosedur ini dilakukan untuk membuang nanah dan material purulen dari abses, sehingga membantu proses penyembuhan dan mencegah penyebaran infeksi.
Penjelasan lebih lanjut:
- Kode ICD-10 L02 mencakup berbagai jenis abses pada kulit dan jaringan subkutan, seperti abses furunkulosis, karbunkel, dan abses lokal lainnya.
- Kode ICD-9-CM 86.04 mengacu pada tindakan bedah untuk insisi dan drainase abses pada kulit dan jaringan subkutan, yang bertujuan untuk membuang nanah dan mencegah penyebaran infeksi.
- Prosedur insisi dan drainase abses ini merupakan tindakan umum yang dilakukan untuk menangani kondisi abses, terutama untuk mengeluarkan material purulen dan membantu proses penyembuhan. -
Article No. 17404 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun datang ke RS dengan hipertensi pulmonal. Hasil pengkajian, pasien mengeluh cepat lelah, sesak saat beraktivitas, TD 110/70 mmHg, RR 24×/menit, nadi 56×/menit, pembesaran vena jugularis (+), bunyi jantung S2 tajam. Hasil EKG: hipertrofi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau yang dibutuhkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Penyebab: Adanya penyakit kardiovaskular seperti hipertensi pulmonal yang menyebabkan pembesaran ventrikel kanan, penurunan curah jantung, dan keterbatasan oksigen ke jaringan.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kelebihan cairan tubuh yang melampaui kapasitas kardiovaskular, ginjal, dan paru untuk menyesuaikannya.
Penyebab: Adanya pembesaran ventrikel kanan yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung dan retensi cairan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas
a. Toleransi Aktivitas Meningkat
Kriteria hasil: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan energi yang cukup dan tanpa mengalami sesak.
b. Penggunaan Energi Membaik
Kriteria hasil: Pasien melaporkan peningkatan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
2. Kelebihan Volume Cairan
a. Status Cairan Seimbang
Kriteria hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada edema, dan berat badan terkontrol.
b. Perfusi Jaringan Membaik
Kriteria hasil: Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat, seperti nadi perifer yang kuat dan ekstremitas hangat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
a. Manajemen Aktivitas
- Mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan pasien dalam melakukan aktivitas
- Mengatur dan memodifikasi aktivitas sesuai dengan toleransi pasien
- Mengajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan
b. Manajemen Energi
- Memantau tanda-tanda vital dan respon fisiologis selama aktivitas
- Mengatur penggunaan energi pasien melalui penjadwalan aktivitas dan istirahat
- Mengajarkan teknik relaksasi dan energi konservasi
2. Kelebihan Volume Cairan
a. Manajemen Cairan
- Memantau asupan dan output cairan pasien
- Memberikan edukasi tentang pembatasan asupan cairan jika diperlukan
- Mempertahankan keseimbangan cairan melalui penggunaan diuretik atau membatasi natrium
b. Manajemen Pernapasan
- Memantau pola pernapasan dan kecukupan ventilasi
- Mengajarkan teknik pernapasan dalam dan latihan batuk efektif
- Memberikan oksigen tambahan jika diperlukan untuk meningkatkan oksigenasi
Penjelasan rinci:
Pasien dengan hipertensi pulmonal mengalami peningkatan tekanan di pembuluh darah paru, yang dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kanan dan penurunan curah jantung. Hal ini dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas dan kelebihan volume cairan. Intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen aktivitas, energi, dan cairan serta pernapasan sangat penting untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan toleransi aktivitas, status cairan yang seimbang, dan perfusi jaringan yang membaik. -
Article No. 17405 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun datang ke RS dengan hipertensi pulmonal. Hasil pengkajian, pasien mengeluh cepat lelah, sesak saat beraktivitas, TD 110/70 mmHg, RR 24×/menit, nadi 56×/menit, pembesaran vena jugularis (+), bunyi jantung S2 tajam. Hasil EKG: hipertrofi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kasus yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Intoleransi Aktivitas". Hal ini didasarkan pada keluhan pasien yang merasa cepat lelah dan sesak saat beraktivitas, serta temuan pemeriksaan berupa peningkatan laju napas dan penurunan laju nadi yang menunjukkan adanya ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen saat aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa cepat lelah atau sesak napas.
- Tanda-tanda vital (TD, nadi, RR) stabil saat beraktivitas.
- Pasien dapat kembali beraktivitas sesuai dengan kemampuannya sebelum sakit.
2. Manajemen Hipertensi Pulmonal
- Pasien dapat memahami penyakitnya dan dapat mengelola gejala hipertensi pulmonal dengan baik.
- Tekanan darah pulmonal menurun ke batas normal.
- Tanda-tanda kegagalan jantung kanan (pembesaran vena jugularis, bunyi jantung S2 tajam) membaik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Intoleransi Aktivitas
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien secara komprehensif.
- Latih pasien melakukan aktivitas secara bertahap sesuai dengan kemampuannya.
- Ajarkan teknik pernapasan dalam untuk mengurangi sesak saat beraktivitas.
- Monitor tanda-tanda vital selama aktivitas.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas.
2. Manajemen Hipertensi Pulmonal
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi dan mengelola penyakit hipertensi pulmonal.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit hipertensi pulmonal, pengobatan, dan gaya hidup yang direkomendasikan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu mengelola hipertensi pulmonal.
- Monitor tanda-tanda vital, pembesaran vena jugularis, dan bunyi jantung secara berkala.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengoptimalkan terapi farmakologis.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kasus hipertensi pulmonal pada pasien laki-laki berusia 33 tahun. Harapannya, asuhan keperawatan yang komprehensif dapat membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitas dan mengelola hipertensi pulmonal dengan baik. -
Article No. 17406 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun datang ke RS dengan hipertensi pulmonal. Hasil pengkajian, pasien mengeluh cepat lelah, sesak saat beraktivitas, TD 110/70 mmHg, RR 24×/menit, nadi 56×/menit, pembesaran vena jugularis (+), bunyi jantung S2 tajam. Hasil EKG: hipertrofi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen pada tingkat seluler.
Etiologi:
- Gangguan mekanisme pernafasan (hipertensi pulmonal)
- Keterbatasan suplai oksigen (hipertensi pulmonal)
- Kelemahan neuromuskular (tidak ada)
- Kelelahan (cepat lelah)
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
Etiologi:
- Hipertensi pulmonal yang menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah pulmonal
- Penurunan curah jantung akibat hipertrofi ventrikel kanan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan sesak napas atau kelelahan
- Klien dapat mempertahankan atau meningkatkan kapasitas fungsional
- Klien dapat melaporkan peningkatan energi/stamina
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
- Klien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal
- Klien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
- Klien dapat melaporkan peningkatan perfusi jaringan perifer
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi klien
- Anjurkan klien untuk beristirahat yang cukup
- Atur aktivitas sesuai toleransi klien
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan hipertensi pulmonal
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
- Kaji tanda-tanda vital secara berkala
- Pantau saturasi oksigen
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan hipertensi pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan
- Berikan terapi farmakologis sesuai resep dokter
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien dengan hipertensi pulmonal adalah Intoleransi Aktivitas dan Gangguan Perfusi Jaringan Perifer. Hipertensi pulmonal menyebabkan penurunan suplai oksigen ke jaringan, yang mengakibatkan ketidakmampuan klien untuk melakukan aktivitas rutin, serta penurunan perfusi jaringan perifer. Luaran yang diharapkan adalah klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan, mempertahankan fungsi jantung dan perfusi jaringan yang adekuat. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian, edukasi, manajemen aktivitas, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan tim medis untuk menangani penyebab dasar kondisi klien. -
Article No. 17407 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun datang ke RS dengan hipertensi pulmonal. Hasil pengkajian, pasien mengeluh cepat lelah, sesak saat beraktivitas, TD 110/70 mmHg, RR 24×/menit, nadi 56×/menit, pembesaran vena jugularis (+), bunyi jantung S2 tajam. Hasil EKG: hipertrofi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat mengancam kesehatan.
Karakteristik Mayor: Perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas, penggunaan otot bantu pernapasan.
Faktor yang Berhubungan: Gangguan mekanis pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Ventilasi Efektif
Definisi: Kemampuan untuk bernapas dengan lancar dan memenuhi kebutuhan oksigen.
Indikator:
a. Frekuensi napas dalam batas normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada tanda-tanda perjuangan bernapas
d. Oksigenasi adekuat (SaO2 ? 95%)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
Tujuan: Mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Aktivitas:
a. Posisikan pasien agar jalan napas tetap terbuka
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Lakukan suction jika diperlukan
d. Pantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
2. Manajemen Ventilasi
Tujuan: Memfasilitasi pernapasan yang efektif.
Aktivitas:
a. Auskultasi dan monitor pola napas
b. Berikan latihan pernapasan jika diperlukan
c. Pantau dan catat karakteristik napas
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi oksigen atau ventilasi mekanis jika diperlukan
Penjelasan Rinci:
Pasien dengan hipertensi pulmonal memiliki masalah utama pada pola napas yang tidak efektif. Hipertensi pulmonal menyebabkan peningkatan tekanan dalam pembuluh darah paru, sehingga dapat menyebabkan perubahan frekuensi napas, irama napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Tujuan yang diharapkan adalah "Ventilasi Efektif", yang ditandai dengan frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda perjuangan bernapas, dan oksigenasi adekuat.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Jalan Napas" dan "Manajemen Ventilasi". Tujuannya adalah untuk mempertahankan jalan napas terbuka dan memfasilitasi pernapasan yang efektif. Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan antara lain: memposisikan pasien, memberikan oksigen, melakukan suction, memantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen, serta melakukan latihan pernapasan jika diperlukan.
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti pemberian terapi oksigen atau ventilasi mekanis, juga dapat dilakukan jika diperlukan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan. -
Article No. 17353 | 16 May 2025
Klinis : COVID-19
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait dengan kondisi COVID-19.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi COVID-19 adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Penyebab: Infeksi paru-paru, gangguan pertukaran gas, kelelahan otot pernapasan.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Kelemahan, kelelahan, dispnea, dan gejala umum akibat infeksi.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen.
Penyebab: Sistem imun yang terkompromi, paparan terhadap patogen, prosedur invasif.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Pola Napas Efektif
- Pasien dapat mempertahankan frekuensi napas dalam rentang normal.
- Pasien dapat mempertahankan kedalaman napas yang adekuat.
- Pasien dapat menunjukkan upaya napas yang efektif.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan fisik.
- Pasien dapat melaporkan penurunan kelelahan saat beraktivitas.
3. Tidak Terjadi Infeksi
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien dapat menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Pasien dapat menunjukkan sistem imun yang berfungsi optimal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Intervensi untuk Ketidakefektifan Pola Napas:
- Pemantauan Respirasi
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Manajemen Ventilasi Mekanis
2. Intervensi untuk Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Energi
- Peningkatan Mobilitas
- Manajemen Kelelahan
- Manajemen Dispnea
3. Intervensi untuk Risiko Infeksi:
- Pencegahan Infeksi
- Manajemen Demam
- Manajemen Tanda Vital
- Terapi Cairan
Penjelasan rinci untuk setiap intervensi di atas:
1. Intervensi untuk Ketidakefektifan Pola Napas:
- Pemantauan Respirasi: Memantau frekuensi, kedalaman, dan upaya napas pasien untuk mengidentifikasi perubahan yang mungkin terjadi.
- Manajemen Jalan Napas: Memfasilitasi permeabilitas jalan napas pasien dengan tindakan seperti suction, pengisapan lendir, dan penggunaan alat bantu pernapasan.
- Terapi Oksigen: Memberikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Manajemen Ventilasi Mekanis: Mempertahankan ventilasi mekanis pada pasien yang membutuhkan dukungan pernapasan.
2. Intervensi untuk Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Energi: Membantu pasien mengatur energi dan istirahat untuk mencegah kelelahan berlebih.
- Peningkatan Mobilitas: Melakukan mobilisasi secara bertahap untuk memperbaiki kemampuan fisik pasien.
- Manajemen Kelelahan: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan pada pasien.
- Manajemen Dispnea: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang menyebabkan sesak napas pada pasien.
3. Intervensi untuk Risiko Infeksi:
- Pencegahan Infeksi: Menerapkan tindakan pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, penggunaan alat pelindung diri, dan desinfeksi lingkungan.
- Manajemen Demam: Memantau dan mengelola demam pada pasien, termasuk pemberian antipiretik jika diperlukan.
- Manajemen Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital pasien secara reguler untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi.
- Terapi Cairan: Mempertahankan status cairan pasien yang adekuat untuk mendukung fungsi sistem imun.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada diagnosa keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien COVID-19 mencapai luaran/output yang diharapkan, seperti pola napas yang efektif, peningkatan toleransi aktivitas, dan pencegahan infeksi. -
Article No. 17354 | 16 May 2025
Klinis : COVID-19
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi COVID-19, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
2. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
3. Kekurangan Volume Cairan (00027)
Definisi: Kehilangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
4. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
5. Ansietas (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode dan definisi diagnosa keperawatan di atas berdasarkan SDKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI menyediakan standar luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk masing-masing diagnosa keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI menyediakan daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada masing-masing diagnosa keperawatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas, terutama dalam kasus COVID-19 yang membutuhkan pendekatan keperawatan yang komprehensif.