Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15430 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki umur 64 tahun SUB 07 sepulang dari Masjidil Haram dilaporkan teman sekamarnya tampak jemaah sesak nafas, batuk berdahak. Jemaah setiap hari menjalankan ibadah umroh. Riwayat perokok berat. Riwayat sesak hilang timbul sejak di tanah air dan biasanya memakai inhaler untuk menghilangkan sesak. Pada pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 28 x/menit. Suara paru ronchi +/+, wheezing +/+.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi jemaah laki-laki berusia 64 tahun tersebut dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.1
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik dengan eksaserbasi akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Jemaah tersebut memiliki riwayat sesak napas yang hilang timbul dan biasanya menggunakan inhaler, yang menunjukkan adanya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
- Kondisi saat ini, dengan sesak napas, batuk berdahak, dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan ronki dan wheezing, menunjukkan adanya eksaserbasi akut dari PPOK.
- Kode ICD-10 J44.1 sesuai untuk kondisi PPOK dengan eksaserbasi akut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Pemberian oksigen terapi
Penjelasan:
- Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada prosedur atau tindakan medis yang spesifik disebutkan.
- Namun, pada kasus sesak napas akut akibat eksaserbasi PPOK, pemberian oksigen terapi dapat menjadi salah satu tindakan yang dilakukan.
- Kode ICD-9-CM 93.08 sesuai untuk pemberian oksigen terapi. -
Article No. 15431 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki umur 64 tahun SUB 07 sepulang dari Masjidil Haram dilaporkan teman sekamarnya tampak jemaah sesak nafas, batuk berdahak. Jemaah setiap hari menjalankan ibadah umroh. Riwayat perokok berat. Riwayat sesak hilang timbul sejak di tanah air dan biasanya memakai inhaler untuk menghilangkan sesak. Pada pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 28 x/menit. Suara paru ronchi +/+, wheezing +/+.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keadaan dimana individu mengalami hambatan dalam masuknya udara ke dalam paru-paru dan/atau keluarnya udara dari paru-paru.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan pemeriksaan jalan napas yang adekuat, pasien tidak mengalami sesak napas, dan tidak ada suara napas tambahan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen, pemberian bronkodilator, dan edukasi terkait perawatan pernapasan. -
Article No. 15432 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki umur 64 tahun SUB 07 sepulang dari Masjidil Haram dilaporkan teman sekamarnya tampak jemaah sesak nafas, batuk berdahak. Jemaah setiap hari menjalankan ibadah umroh. Riwayat perokok berat. Riwayat sesak hilang timbul sejak di tanah air dan biasanya memakai inhaler untuk menghilangkan sesak. Pada pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 28 x/menit. Suara paru ronchi +/+, wheezing +/+.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Karakteristik Definisi: Batuk tidak efektif, irama napas tidak teratur, sputum berlebihan, dispnea saat istirahat, bunyi napas tambahan (ronchi, wheezing).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Kriteria Hasil:
- Pasien menunjukkan jalan napas yang bersih, bebas dari sputum.
- Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan dalam rentang normal.
- Pasien menunjukkan bunyi napas tambahan (ronchi, wheezing) berkurang.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan batuk efektif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Identifikasi pola dan irama pernapasan pasien.
- Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya bunyi tambahan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Berikan bronkodilator inhalasi sesuai indikasi.
- Lakukan fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sputum.
- Dorong pasien untuk batuk dan bernapas dalam.
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami sesak napas, batuk berdahak, dan adanya bunyi napas tambahan (ronchi, wheezing). Ini menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas yang terbuka secara efektif.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien menunjukkan jalan napas yang bersih, bebas dari sputum, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, dan berkurangnya bunyi napas tambahan (ronchi, wheezing). Pasien juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan batuk efektif.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi manajemen jalan napas, seperti identifikasi pola dan irama pernapasan, auskultasi suara napas, pemberian oksigen dan bronkodilator, fisioterapi dada, serta dorongan untuk batuk dan bernapas dalam. Pemantauan tanda-tanda vital juga diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi. -
Article No. 15433 | 13 Apr 2025
Klinis : Jemaah haji bernama Tn. M, berumur: 56 Tahun, pada saat mabit di Musdalifah ditemukan pukul 01.00 WAS dengan keluhan kurang lebih 2 jam sesak berat, lemas, gelisah. Sebelum ditemukan petugas, Jemaah telah diberikan obat salbutamol oleh keluarga karena sesak nafas bertambah. Tingkat kesadaran: compos mentis, TD: 110/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 29 x/menit, Suhu: 36,8°C, nafas cepat dan dangkal, bunyi nafas wheezing.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam kasus ini, berdasarkan gejala yang dialami oleh Tn. M, seorang jemaah haji berusia 56 tahun yang ditemukan dengan keluhan sesak berat, lemas, gelisah, dan diberikan obat salbutamol sebelumnya, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J46
- Deskripsi: Status asthmaticus (Asma berat)
Penjelasan:
- Status asthmaticus atau asma berat merupakan kondisi di mana serangan asma akut yang parah dan sulit dikendalikan, dengan gejala sesak napas, wheezing, dan pernapasan yang cepat dan dangkal. Hal ini sesuai dengan keluhan utama pasien.
- Pasien telah mendapatkan pengobatan awal berupa obat salbutamol, yang merupakan bronkodilator untuk mengatasi serangan asma.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.01
- Deskripsi: Pemberian oksigen medis
Penjelasan:
- Pada kasus ini, kemungkinan pasien akan diberikan oksigen medis untuk membantu meringankan sesak napas dan memperbaiki oksigenasi.
- Pemberian oksigen medis direpresentasikan oleh kode ICD-9-CM 93.01.
Dalam penanganan kasus ini, selain pemberian oksigen, kemungkinan akan dilakukan tindakan lain seperti pemberian bronkodilator atau kortikosteroid parenteral untuk meredakan serangan asma berat. Namun, kode tindakan tersebut tidak tercantum dalam permintaan informasi yang diberikan. -
Article No. 15434 | 13 Apr 2025
Klinis : Jemaah haji bernama Tn. M, berumur: 56 Tahun, pada saat mabit di Musdalifah ditemukan pukul 01.00 WAS dengan keluhan kurang lebih 2 jam sesak berat, lemas, gelisah. Sebelum ditemukan petugas, Jemaah telah diberikan obat salbutamol oleh keluarga karena sesak nafas bertambah. Tingkat kesadaran: compos mentis, TD: 110/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 29 x/menit, Suhu: 36,8°C, nafas cepat dan dangkal, bunyi nafas wheezing.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk Tn. M adalah:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang berhubungan: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan.
Gejala dan tanda mayor: Sesak napas, napas cepat dan dangkal, bunyi napas wheezing.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang berisi daftar diagnosis keperawatan, definisi, faktor yang berhubungan, dan gejala dan tanda mayor yang digunakan sebagai acuan dalam proses keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang berisi daftar luaran keperawatan, definisi, dan kriteria hasil yang digunakan untuk mengukur keberhasilan intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang berisi daftar intervensi keperawatan, definisi, aktivitas, dan rasional yang digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan intervensi keperawatan.
Standar-standar ini disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai acuan dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 15435 | 13 Apr 2025
Klinis : Jemaah haji bernama Tn. M, berumur: 56 Tahun, pada saat mabit di Musdalifah ditemukan pukul 01.00 WAS dengan keluhan kurang lebih 2 jam sesak berat, lemas, gelisah. Sebelum ditemukan petugas, Jemaah telah diberikan obat salbutamol oleh keluarga karena sesak nafas bertambah. Tingkat kesadaran: compos mentis, TD: 110/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 29 x/menit, Suhu: 36,8°C, nafas cepat dan dangkal, bunyi nafas wheezing.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tn. M:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Hipersekresi, bronkospasme, obstruksi mekanis.
Gejala/Tanda Mayor: Suara napas tambahan, peningkatan usaha napas, sianosis.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Kriteria Hasil:
- Jalan napas paten
- Tidak ada suara napas tambahan
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda sianosis
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pantau status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, penggunaan otot bantu pernapasan)
- Auskultasi suara napas, identifikasi pola napas abnormal
- Berikan terapi oksigen, sesuaikan laju aliran untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal
- Berikan bronkodilator (misalnya salbutamol) sesuai indikasi
- Latih teknik batuk efektif dan pembersihan jalan napas
- Pertahankan posisi semifowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
2. Manajemen Simptomal
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan terapi farmakologis (bronkodilator, kortikosteroid, dll.) sesuai indikasi
- Identifikasi dan minimalisir faktor pencetus gejala
- Berikan edukasi mengenai penyakit, obat-obatan, dan tindakan yang perlu dilakukan
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena klien mengalami sesak napas berat, napas cepat dan dangkal, serta bunyi napas wheezing, yang mengindikasikan adanya obstruksi atau hambatan dalam membersihkan jalan napas.
2. Luaran/Output yang diharapkan adalah tercapainya bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan jalan napas yang paten, tidak ada suara napas tambahan, frekuensi napas dalam rentang normal, dan tidak ada tanda-tanda sianosis.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen jalan napas (pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen, bronkodilator, latihan batuk efektif) dan manajemen simptomal (pemantauan tanda-tanda vital, pemberian terapi farmakologis, identifikasi dan minimalisir faktor pencetus gejala, edukasi). Tujuannya adalah untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif dan mengelola gejala-gejala yang dialami oleh klien. -
Article No. 15436 | 13 Apr 2025
Klinis : Jemaah haji laki – laki usia 64 th bernama Tn. X dari SOC 02 ditemukan tergeletak lemas di lobi hotel. Dari hasil pemeriksaan jemaah tersebut pucat, akral dingin, nadi cepat dan lemah, turgor kulit melambat CTR > 3 detik. Menurut informasi jemaah lain Tn X selalu mengejar ibadah Arbain tanpa memperdulikan kondisinya. Pemeriksaan fisik ditemukan TD 90/60, nadi 120 x/ menit. RR 26 x/menit, GDS 54 mg/dl.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien Tn. X dapat didiagnosis sebagai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R57.1
- Deskripsi: Syok hipovolemik
Penjelasan:
Pasien Tn. X ditemukan dalam kondisi lemas, dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi seperti pucat, akral dingin, nadi cepat dan lemah, serta penurunan turgor kulit dan produksi urin yang menunjukkan hipoperfusi jaringan. Tekanan darah rendah (90/60 mmHg) dan nadi cepat (120 x/menit) juga mengindikasikan terjadinya syok hipovolemik, yang merupakan syok akibat kehilangan cairan dan volume darah secara signifikan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena (infus)
Penjelasan:
Dalam penanganan syok hipovolemik, pemberian cairan intravena (infus) merupakan tindakan utama untuk mengembalikan volume darah dan perfusi jaringan. Kode ICD-9-CM 99.19 mencakup pemberian cairan intravena, yang kemungkinan akan dilakukan pada pasien Tn. X untuk mengatasi kondisi syok hipovolemik yang dialaminya. -
Article No. 15437 | 13 Apr 2025
Klinis : Jemaah haji laki – laki usia 64 th bernama Tn. X dari SOC 02 ditemukan tergeletak lemas di lobi hotel. Dari hasil pemeriksaan jemaah tersebut pucat, akral dingin, nadi cepat dan lemah, turgor kulit melambat CTR > 3 detik. Menurut informasi jemaah lain Tn X selalu mengejar ibadah Arbain tanpa memperdulikan kondisinya. Pemeriksaan fisik ditemukan TD 90/60, nadi 120 x/ menit. RR 26 x/menit, GDS 54 mg/dl.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk kondisi Tn. X adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R57.1
- Deskripsi: Syok hipovolemik
Penjelasan:
Tn. X ditemukan dalam kondisi lemas, pucat, akral dingin, nadi cepat dan lemah, serta turgor kulit yang melambat, menunjukkan gejala-gejala khas syok hipovolemik, yaitu kondisi penurunan volume cairan dalam pembuluh darah yang menyebabkan gangguan sirkulasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.02
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pemeriksaan menemukan tekanan darah rendah (90/60 mmHg), nadi cepat (120 x/menit) dan pernapasan cepat (26 x/menit), serta kadar gula darah rendah (54 mg/dL). Kondisi ini memerlukan pemberian cairan intravena untuk mengatasi syok hipovolemik dan memperbaiki status hemodinamik pasien. -
Article No. 15438 | 13 Apr 2025
Klinis : Jemaah haji laki – laki usia 64 th bernama Tn. X dari SOC 02 ditemukan tergeletak lemas di lobi hotel. Dari hasil pemeriksaan jemaah tersebut pucat, akral dingin, nadi cepat dan lemah, turgor kulit melambat CTR > 3 detik. Menurut informasi jemaah lain Tn X selalu mengejar ibadah Arbain tanpa memperdulikan kondisinya. Pemeriksaan fisik ditemukan TD 90/60, nadi 120 x/ menit. RR 26 x/menit, GDS 54 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan hipovolemia ditandai dengan nadi cepat dan lemah, turgor kulit menurun, dan produksi urin menurun.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Individu akan mempertahankan tekanan darah, nadi, dan perfusi jaringan yang adekuat.
2. Volume Cairan: Individu akan mempertahankan volume cairan yang adekuat.
3. Perfusi Jaringan: Individu akan mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu).
- Pantau intake dan output cairan.
- Pantau keadaan akral, warna kulit, dan turgor kulit.
- Pantau kadar glukosa darah.
2. Manajemen Cairan:
- Berikan cairan intravena (RL atau NaCl 0,9%) untuk mengatasi hipovolemia.
- Sesuaikan laju pemberian cairan berdasarkan kondisi hemodinamik.
- Pantau tanda-tanda overload cairan.
3. Manajemen Syok:
- Posisikan pasien pada posisi Trendelenburg atau kaki lebih tinggi dari kepala.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi (misalnya vasopressor).
- Lakukan resusitasi cairan agresif untuk mempertahankan perfusi jaringan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Risiko Syok Hipovolemik" dipilih karena kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda hipovolemia, seperti nadi cepat dan lemah, turgor kulit menurun, serta glukosa darah rendah, yang dapat menyebabkan syok hipovolemik jika tidak segera ditangani.
Luaran/output yang diharapkan mencakup stabilitas hemodinamik, volume cairan yang adekuat, dan perfusi jaringan yang baik, yang merupakan tujuan utama dalam penanganan pasien dengan risiko syok hipovolemik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan hemodinamik, manajemen cairan, dan manajemen syok. Tujuannya adalah untuk mempertahankan volume cairan, perfusi jaringan, dan mencegah progresivitas syok hipovolemik pada pasien. -
Article No. 15439 | 13 Apr 2025
Klinis : Jemaah haji laki – laki usia 64 th bernama Tn. X dari SOC 02 ditemukan tergeletak lemas di lobi hotel. Dari hasil pemeriksaan jemaah tersebut pucat, akral dingin, nadi cepat dan lemah, turgor kulit melambat CTR > 3 detik. Menurut informasi jemaah lain Tn X selalu mengejar ibadah Arbain tanpa memperdulikan kondisinya. Pemeriksaan fisik ditemukan TD 90/60, nadi 120 x/ menit. RR 26 x/menit, GDS 54 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. X, seorang jemaah haji laki-laki usia 64 tahun, ditemukan tergeletak lemas di lobi hotel dengan tanda-tanda klinis:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Hipovolemia (SDKI 12076)
- Definisi: Penurunan volume cairan intravaskular yang mengancam sirkulasi.
- Penyebab: Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan.
- Gejala dan tanda: Nadi cepat dan lemah, akral dingin, turgor kulit lambat, capillary refill time (CTR) > 3 detik, tekanan darah rendah.
2. Rencana Keperawatan (SLKI):
a. Peningkatan volume cairan (SLKI 10001)
- Tujuan: Pasien menunjukkan peningkatan volume cairan yang adekuat.
- Kriteria hasil: Nadi teratur, akral hangat, turgor kulit baik, CTR ≤ 3 detik, tekanan darah dalam batas normal.
b. Manajemen syok (SLKI 10002)
- Tujuan: Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan sirkulasi.
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan peningkatan perfusi jaringan yang adekuat.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Pemantauan tanda-tanda vital
b. Pemberian cairan intravena (kristaloid)
c. Manajemen syok
d. Edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan selama ibadah
Penjelasan singkat:
Pasien Tn. X mengalami hipovolemia, yaitu penurunan volume cairan intravaskular yang mengancam sirkulasi. Hal ini ditandai dengan nadi cepat dan lemah, akral dingin, turgor kulit lambat, CTR > 3 detik, dan tekanan darah rendah. Rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah peningkatan volume cairan untuk mengatasi hipovolemia dan manajemen syok untuk memperbaiki perfusi jaringan. Intervensi keperawatan utama mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, manajemen syok, serta edukasi kepada pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan selama ibadah.