Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15423 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki usia 56 thn berasal dari kloter JKG 05 ditemukan tergeletak lemah di WC 9 basement 3 masjid Nabawi, jemaah tampak kesakitan jemaah memegang dadanya dan menyatakan bahwa dadanya seperti terhimpit benda berat. Jemaah tampak berkeringat sehingga membasahi seluruh bajunya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 200/110 mmHg, Nadi 110 x/menit, RR 22 x/menit. Jemaah mempunyai Riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I20.0
- Deskripsi: Angina pektoris tidak stabil
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala nyeri dada yang menyerupai tertekan benda berat, yang merupakan salah satu tanda khas angina pektoris.
- Pasien juga mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut nadi yang cepat, yang dapat terjadi pada episode angina pektoris tidak stabil.
- Riwayat diabetes melitus yang dimiliki pasien juga meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner, termasuk angina pektoris.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang tercatat dalam kasus ini. Penanganan yang mungkin diperlukan adalah pemberian oksigen, nitrogliserin sublingual, dan memantau tanda-tanda vital secara ketat serta penanganan lainnya sesuai dengan kondisi pasien.
Secara keseluruhan, kasus ini menunjukkan adanya episode angina pektoris tidak stabil pada seorang pasien laki-laki berusia 56 tahun dengan riwayat diabetes melitus. Penanganan cepat dan tepat sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 15424 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki usia 56 thn berasal dari kloter JKG 05 ditemukan tergeletak lemah di WC 9 basement 3 masjid Nabawi, jemaah tampak kesakitan jemaah memegang dadanya dan menyatakan bahwa dadanya seperti terhimpit benda berat. Jemaah tampak berkeringat sehingga membasahi seluruh bajunya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 200/110 mmHg, Nadi 110 x/menit, RR 22 x/menit. Jemaah mempunyai Riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri dada berhubungan dengan penyakit kardiovaskular (kemungkinan infark miokard akut) ditandai dengan keluhan nyeri dada, sesak napas, dan peningkatan tanda-tanda vital.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kebugaran fisik dan status kardiovaskular yang tidak stabil.
3. Risiko gangguan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan penyakit kardiovaskular yang tidak terkontrol.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri dada: Persepsi ketidaknyamanan yang dirasakan di daerah dada, dapat menyebar ke lengan, leher, atau rahang.
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari akibat keterbatasan fisik.
- Risiko gangguan perfusi jaringan jantung: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi oksigen dan nutrisi ke otot jantung.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri dada: Menurunnya intensitas dan frekuensi nyeri dada, perbaikan status kardiovaskular.
- Intoleransi aktivitas: Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, peningkatan status fungsional.
- Risiko gangguan perfusi jaringan jantung: Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan jantung, pemeliharaan status kardiovaskular.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Nyeri dada: Manajemen nyeri, pemberian oksigen, pemantauan tanda-tanda vital.
- Intoleransi aktivitas: Peningkatan toleransi aktivitas, pembatasan aktivitas, rehabilitasi jantung.
- Risiko gangguan perfusi jaringan jantung: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat-obatan, edukasi manajemen penyakit kardiovaskular.
Dalam praktik keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI digunakan sebagai panduan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, merencanakan luaran yang diharapkan, dan menentukan intervensi keperawatan yang tepat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 15425 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki usia 56 thn berasal dari kloter JKG 05 ditemukan tergeletak lemah di WC 9 basement 3 masjid Nabawi, jemaah tampak kesakitan jemaah memegang dadanya dan menyatakan bahwa dadanya seperti terhimpit benda berat. Jemaah tampak berkeringat sehingga membasahi seluruh bajunya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 200/110 mmHg, Nadi 110 x/menit, RR 22 x/menit. Jemaah mempunyai Riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh jemaah laki-laki usia 56 tahun tersebut, yaitu rasa nyeri di dada, kelemahan, berkeringat, tekanan darah tinggi, dan denyut nadi yang cepat, diagnosis keperawatan yang paling sesuai adalah:
1. Nyeri Akut
Karakteristik definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain). Nyeri akut ditandai dengan tanda dan gejala seperti ekspresi wajah yang menunjukkan rasa nyeri, perilaku protektif, dan keluhan nyeri.
Faktor yang berhubungan: Agen pencedera biologis (penyakit jantung koroner).
2. Intoleransi Aktivitas
Karakteristik definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau melakukan aktivitas fisik pada tingkat yang diinginkan atau dibutuhkan. Intoleransi aktivitas ditandai dengan gejala seperti kelelahan, kelemahan, dan peningkatan tanda-tanda vital saat aktivitas.
Faktor yang berhubungan: Gangguan kardiovaskular (penyakit jantung koroner).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien mendemonstrasikan perilaku yang menunjukkan pengurangan nyeri.
c. Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.
2. Intoleransi Aktivitas:
a. Pasien mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas.
b. Pasien melaporkan peningkatan energi dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Tanda-tanda vital pasien stabil selama aktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus).
b. Berikan analgesik sesuai dengan instruksi dokter.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin).
d. Kaji efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas:
a. Kaji kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas.
b. Rencanakan dan terapkan program latihan aktivitas bertahap sesuai toleransi pasien.
c. Ajarkan teknik penghemat energi saat beraktivitas.
d. Monitoring tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
e. Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk meningkatkan keterlibatan pasien dalam aktivitas.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan yang dirumuskan berdasarkan gejala yang dialami oleh jemaah adalah Nyeri Akut dan Intoleransi Aktivitas. Nyeri akut disebabkan oleh agen pencedera biologis berupa penyakit jantung koroner, sedangkan intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan kardiovaskular yang dialami.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien melaporkan pengurangan nyeri, mendemonstrasikan perilaku pengurangan nyeri, dan memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal. Selain itu, pasien diharapkan dapat mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas, melaporkan peningkatan energi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, serta memiliki tanda-tanda vital yang stabil selama beraktivitas.
Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, pemberian analgesik, penerapan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, pengkajian kemampuan dan toleransi aktivitas pasien, perencanaan dan penerapan program latihan aktivitas bertahap, pengajaran teknik penghemat energi, pemantauan tanda-tanda vital, serta pemberian dukungan emosional dan motivasi untuk meningkatkan keterlibatan pasien dalam aktivitas.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memperoleh pengurangan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, dan pemulihan kondisi kesehatan yang optimal. -
Article No. 15426 | 13 Apr 2025
Klinis : Saat anda sedang melakukan visitasi di pemondokan ditemukan seorang jemaah laki-laki berusia 60 tahun dari Kloter SUB 03 mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal mulut bau keton. Dari hasil pemeriksaan fisik TD 90/60, Nadi 120x/mt, RR: 35X/mt suhu 39 °C. Acral dingin, turgor > 3 detik, terdapat ulkus pada tungkai kanan. Data dari siskohatkes didapatkan pasien riwayat DM dan Hipertensi.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.65
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi serebrovaskular
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 99.75
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E11.65 (Diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi serebrovaskular) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal, serta mulut bau keton. Hal ini menunjukkan adanya komplikasi serebrovaskular yang dapat terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus.
2. Kode ICD-9-CM 99.75 (Pemberian cairan intravena) sesuai dengan tindakan medis yang perlu dilakukan untuk mengatasi kondisi pasien yang mengalami penurunan kesadaran, hipotensi, dan tanda-tanda dehidrasi (acral dingin, turgor > 3 detik). Pemberian cairan intravena diperlukan untuk mengoreksi gangguan cairan dan elektrolit serta mencegah komplikasi lebih lanjut.
Selain itu, berdasarkan data dari siskohatkes, pasien memiliki riwayat diabetes mellitus dan hipertensi, yang dapat menjadi faktor predisposisi bagi komplikasi serebrovaskular yang dialami. -
Article No. 15427 | 13 Apr 2025
Klinis : Saat anda sedang melakukan visitasi di pemondokan ditemukan seorang jemaah laki-laki berusia 60 tahun dari Kloter SUB 03 mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal mulut bau keton. Dari hasil pemeriksaan fisik TD 90/60, Nadi 120x/mt, RR: 35X/mt suhu 39 °C. Acral dingin, turgor > 3 detik, terdapat ulkus pada tungkai kanan. Data dari siskohatkes didapatkan pasien riwayat DM dan Hipertensi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan dengan Ketidakseimbangan Antara Asupan Insulin, Aktivitas, dan Kebutuhan Metabolik
- Definisi: Risiko terjadinya peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor Risiko: Riwayat Diabetes Mellitus, Penurunan Kesadaran, Asupan Makanan Tidak Adekuat.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Proses Penyakit Vaskuler
- Definisi: Penurunan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam integritas jaringan.
- Faktor Risiko: Diabetes Mellitus, Hipertensi, Peningkatan Suhu Tubuh.
3. Nyeri Akut Berhubungan dengan Proses Penyakit
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor Risiko: Ulkus pada Tungkai Kanan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
- Kriteria Hasil:
- Kadar glukosa darah dalam batas normal (70-180 mg/dL)
- Tidak terjadi gejala hipoglikemia atau hiperglikemia
2. Perfusi Jaringan Perifer
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke jaringan perifer.
- Kriteria Hasil:
- Akral hangat dan kering
- Pengisian kapiler <3 detik
- Tidak terjadi ulkus atau kerusakan jaringan lainnya
3. Kontrol Nyeri
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan rasa nyeri.
- Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri minimal atau tidak ada
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa hambatan nyeri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Glukosa Darah
- Tindakan: Pemantauan kadar glukosa darah, Pemberian insulin sesuai kebutuhan, Pengaturan diet dan aktivitas.
- Tujuan: Mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
2. Manajemen Perfusi Jaringan
- Tindakan: Pemantauan tanda-tanda vital, Pemberian cairan intravena, Tindakan perawatan luka pada ulkus.
- Tujuan: Mempertahankan perfusi jaringan perifer yang adekuat dan mencegah kerusakan jaringan.
3. Manajemen Nyeri
- Tindakan: Pengkajian nyeri, Pemberian analgesik, Intervensi non-farmakologis (kompres hangat, distraksi).
- Tujuan: Menurunkan intensitas nyeri dan memfasilitasi aktivitas.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, pasien mengalami penurunan kesadaran, gejala ketosis (nafas cepat dan dangkal, bau keton), serta tanda-tanda dehidrasi (TD rendah, nadi cepat, suhu tinggi, dan turgor kulit menurun). Selain itu, pasien juga memiliki riwayat DM dan hipertensi, serta ditemukan ulkus pada tungkai kanan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah, gangguan perfusi jaringan perifer, dan nyeri akut.
Luaran atau hasil yang diharapkan adalah stabilitas kadar glukosa darah, perfusi jaringan perifer yang adekuat, dan kontrol nyeri yang baik. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen glukosa darah (pemantauan, pemberian insulin, pengaturan diet dan aktivitas), manajemen perfusi jaringan (pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, perawatan luka), dan manajemen nyeri (pengkajian, pemberian analgesik, intervensi non-farmakologis).
Implementasi yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya akan sangat membantu dalam mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisi pasien secara holistik. -
Article No. 15428 | 13 Apr 2025
Klinis : Saat anda sedang melakukan visitasi di pemondokan ditemukan seorang jemaah laki-laki berusia 60 tahun dari Kloter SUB 03 mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal mulut bau keton. Dari hasil pemeriksaan fisik TD 90/60, Nadi 120x/mt, RR: 35X/mt suhu 39 °C. Acral dingin, turgor > 3 detik, terdapat ulkus pada tungkai kanan. Data dari siskohatkes didapatkan pasien riwayat DM dan Hipertensi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakstabilan Glukosa Darah
- Definisi: Rentang kadar glukosa darah yang tidak normal dan tidak dapat dipertahankan pada batas normal.
- Penyebab: Diabetes Melitus, stres, aktivitas fisik yang tidak tepat, dan asupan makanan yang tidak sesuai.
- Tanda dan Gejala: Penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal, bau keton pada mulut, suhu tubuh meningkat.
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif
- Definisi: Aliran darah ke jaringan perifer yang tidak adekuat.
- Penyebab: Diabetes Melitus, hipertensi, dan ulkus pada ekstremitas.
- Tanda dan Gejala: Tekanan darah rendah, nadi cepat, akral dingin, dan turgor kulit buruk.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Glukosa Darah
- Definisi: Kemampuan mempertahankan kadar glukosa darah pada rentang normal.
- Kriteria Hasil:
- Kadar glukosa darah dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia atau hipoglikemia.
- Tidak ada perubahan kesadaran.
2. Perfusi Jaringan
- Definisi: Kemampuan mempertahankan aliran darah yang adekuat ke jaringan.
- Kriteria Hasil:
- Tekanan darah dalam batas normal.
- Nadi dan respirasi dalam batas normal.
- Ekstremitas hangat dan tidak pucat.
- Turgor kulit baik.
- Ulkus pada ekstremitas membaik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Stabilitas Glukosa Darah:
- Pemantauan glukosa darah secara teratur.
- Pemberian insulin sesuai dengan hasil pemantauan.
- Manajemen diet dan aktivitas fisik.
- Edukasi tentang pengelolaan diabetes.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan komplikasi.
2. Intervensi untuk Perfusi Jaringan:
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan.
- Perawatan luka pada ekstremitas.
- Pengaturan posisi untuk meningkatkan aliran darah.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan penyakit penyerta.
Penjelasan:
Pasien ini menunjukkan tanda-tanda komplikasi diabetes yang mengancam jiwa, yaitu ketoasidosis diabetik. Karena itu, intervensi keperawatan utama adalah untuk stabilisasi glukosa darah dan peningkatan perfusi jaringan. Asuhan keperawatan yang komprehensif, kolaborasi dengan tim kesehatan lain, serta edukasi pasien dan keluarga sangat penting untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 15429 | 13 Apr 2025
Klinis : Saat anda sedang melakukan visitasi di pemondokan ditemukan seorang jemaah laki-laki berusia 60 tahun dari Kloter SUB 03 mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal mulut bau keton. Dari hasil pemeriksaan fisik TD 90/60, Nadi 120x/mt, RR: 35X/mt suhu 39 °C. Acral dingin, turgor > 3 detik, terdapat ulkus pada tungkai kanan. Data dari siskohatkes didapatkan pasien riwayat DM dan Hipertensi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan komplikasi Diabetes Melitus, ditandai dengan penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal, bau keton pada mulut.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakstabilan kadar glukosa darah: Kondisi ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Faktor yang berhubungan: Komplikasi Diabetes Melitus.
- Karakteristik definitif: Penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal, bau keton pada mulut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Stabilitas kadar glukosa darah.
- Kriteria hasil: Kadar glukosa darah dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda hipoglikemia atau hiperglikemia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin sesuai kebutuhan, manajemen cairan dan elektrolit, pengaturan diet, edukasi tentang pengelolaan Diabetes Melitus.
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal, bau keton pada mulut, serta tanda-tanda dehidrasi, yang menunjukkan adanya komplikasi Diabetes Melitus yang tidak terkontrol. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Ketidakstabilan kadar glukosa darah. -
Article No. 15430 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki umur 64 tahun SUB 07 sepulang dari Masjidil Haram dilaporkan teman sekamarnya tampak jemaah sesak nafas, batuk berdahak. Jemaah setiap hari menjalankan ibadah umroh. Riwayat perokok berat. Riwayat sesak hilang timbul sejak di tanah air dan biasanya memakai inhaler untuk menghilangkan sesak. Pada pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 28 x/menit. Suara paru ronchi +/+, wheezing +/+.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi jemaah laki-laki berusia 64 tahun tersebut dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.1
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik dengan eksaserbasi akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Jemaah tersebut memiliki riwayat sesak napas yang hilang timbul dan biasanya menggunakan inhaler, yang menunjukkan adanya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
- Kondisi saat ini, dengan sesak napas, batuk berdahak, dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan ronki dan wheezing, menunjukkan adanya eksaserbasi akut dari PPOK.
- Kode ICD-10 J44.1 sesuai untuk kondisi PPOK dengan eksaserbasi akut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Pemberian oksigen terapi
Penjelasan:
- Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada prosedur atau tindakan medis yang spesifik disebutkan.
- Namun, pada kasus sesak napas akut akibat eksaserbasi PPOK, pemberian oksigen terapi dapat menjadi salah satu tindakan yang dilakukan.
- Kode ICD-9-CM 93.08 sesuai untuk pemberian oksigen terapi. -
Article No. 15431 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki umur 64 tahun SUB 07 sepulang dari Masjidil Haram dilaporkan teman sekamarnya tampak jemaah sesak nafas, batuk berdahak. Jemaah setiap hari menjalankan ibadah umroh. Riwayat perokok berat. Riwayat sesak hilang timbul sejak di tanah air dan biasanya memakai inhaler untuk menghilangkan sesak. Pada pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 28 x/menit. Suara paru ronchi +/+, wheezing +/+.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keadaan dimana individu mengalami hambatan dalam masuknya udara ke dalam paru-paru dan/atau keluarnya udara dari paru-paru.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan pemeriksaan jalan napas yang adekuat, pasien tidak mengalami sesak napas, dan tidak ada suara napas tambahan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen, pemberian bronkodilator, dan edukasi terkait perawatan pernapasan. -
Article No. 15432 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki umur 64 tahun SUB 07 sepulang dari Masjidil Haram dilaporkan teman sekamarnya tampak jemaah sesak nafas, batuk berdahak. Jemaah setiap hari menjalankan ibadah umroh. Riwayat perokok berat. Riwayat sesak hilang timbul sejak di tanah air dan biasanya memakai inhaler untuk menghilangkan sesak. Pada pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 28 x/menit. Suara paru ronchi +/+, wheezing +/+.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Karakteristik Definisi: Batuk tidak efektif, irama napas tidak teratur, sputum berlebihan, dispnea saat istirahat, bunyi napas tambahan (ronchi, wheezing).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Kriteria Hasil:
- Pasien menunjukkan jalan napas yang bersih, bebas dari sputum.
- Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan dalam rentang normal.
- Pasien menunjukkan bunyi napas tambahan (ronchi, wheezing) berkurang.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan batuk efektif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Identifikasi pola dan irama pernapasan pasien.
- Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya bunyi tambahan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Berikan bronkodilator inhalasi sesuai indikasi.
- Lakukan fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sputum.
- Dorong pasien untuk batuk dan bernapas dalam.
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami sesak napas, batuk berdahak, dan adanya bunyi napas tambahan (ronchi, wheezing). Ini menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas yang terbuka secara efektif.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien menunjukkan jalan napas yang bersih, bebas dari sputum, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, dan berkurangnya bunyi napas tambahan (ronchi, wheezing). Pasien juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan batuk efektif.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi manajemen jalan napas, seperti identifikasi pola dan irama pernapasan, auskultasi suara napas, pemberian oksigen dan bronkodilator, fisioterapi dada, serta dorongan untuk batuk dan bernapas dalam. Pemantauan tanda-tanda vital juga diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi.