Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21623 | 08 Sep 2025
Klinis : Kasus Seorang laki-laki berusia 54 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 1 jam yang lalu. Pasien merasa nyeri dada seperti terbakar, dan nyeri tersebut menjalar rahang sebelah kiri dan lengan sebelah kiri. Nyeri dirasakan saat pasien berolahraga. Hasil anamnesa pasien menyatakan jantungnya berdebar tidak normal. Tanda vital menunjukkan TD 145/95 mmHg, frekuensi nadi 108 kali/menit, frekuensi nafas 22 kali/menit, nadi teraba lemah, kulit pucat, dingin, berkeringat banyak dan mual. Pasien terlihat meringis dan gelisah. Pasien merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapinya. Hasil EKG menunjukkan: gelombang P 0,12 detik, interval PR 0,16 detik, kompleks QRS 0,06 detik, ST elevasi pada lead aVL, lead V1 dan lead V5 Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb 12,6 g/dL, Leukosit 9.370/mm3, Hematokrit 39 %, Trombosit 442.000/mm3, Troponin I = 9202 ng/L Diagnosis medis: Infark miokard akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif (00079)
Definisi: Ketidakadekuatan suplai oksigen dan nutrisi ke jantung.
3. Kecemasan (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut (10001)
Kode: 10001
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2. Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif (10025)
Kode: 10025
Definisi: Keadaan dimana aliran darah ke jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan jantung.
3. Kecemasan (10024)
Kode: 10024
Definisi: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber internal atau eksternal yang tidak diketahui atau tidak jelas dan menyebabkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri (20102)
Kode: 20102
Definisi: Kemampuan individu untuk mengenali, mengatasi, dan mengurangi nyeri yang dirasakan.
2. Status Perfusi Jantung (20045)
Kode: 20045
Definisi: Keadaan aliran darah yang adekuat ke jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jantung.
3. Tingkat Kecemasan (20031)
Kode: 20031
Definisi: Tingkat kekhawatiran, rasa takut, atau ketegangan yang dirasakan individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri (30001)
Kode: 30001
Definisi: Mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan pasien.
2. Peningkatan Perfusi Jantung (30080)
Kode: 30080
Definisi: Meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi ke jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jantung.
3. Manajemen Kecemasan (30028)
Kode: 30028
Definisi: Mengurangi rasa takut, cemas, atau ketegangan yang dialami individu. -
Article No. 21624 | 08 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pilek dan flu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan pilek dan flu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- Kode: 00031
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Kode: 00092
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Jalan Napas Efektif (1616)
- Kode: 1616
- Definisi: Kemampuan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan bebas dari obstruksi.
2. Toleransi Aktivitas (0005)
- Kode: 0005
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa menimbulkan gejala yang tidak diinginkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Kode: 3140
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki jalan napas yang bebas.
2. Manajemen Aktivitas (0200)
- Kode: 0200
- Definisi: Pengaturan, pemberian, dan evaluasi aktivitas yang terencana untuk mempertahankan atau meningkatkan status fungsional.
Dalam kondisi pasien dengan keluhan pilek dan flu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031) dan Intoleransi Aktivitas (00092). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas (3140) dan Manajemen Aktivitas (0200) untuk mempertahankan jalan napas yang efektif dan meningkatkan toleransi aktivitas pasien. -
Article No. 21625 | 08 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata merah dan perih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan pasien yaitu mata merah dan perih, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Selaput Lendir (00045)
Definisi: Kerusakan atau potensi kerusakan pada selaput lendir.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00045
Definisi: Kerusakan atau potensi kerusakan pada selaput lendir.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 02.03
Definisi: Tingkat pemulihan atau pemeliharaan integritas selaput lendir.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 05.01
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki integritas selaput lendir.
Penjelasan singkat:
Gangguan Integritas Selaput Lendir merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan kerusakan atau potensi kerusakan pada selaput lendir, seperti pada kasus mata merah dan perih. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menyediakan kode dan definisi dari diagnosa ini. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menyediakan kode dan definisi dari luaran yang diharapkan, yaitu tingkat pemulihan atau pemeliharaan integritas selaput lendir. Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan kode dan definisi dari intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki integritas selaput lendir. -
Article No. 21627 | 08 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24
\par
\par Berdasarkan keluhan demam yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar PPNI:
\par
\par \b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par \b Kode SDKI: 00007\b0 - Hipertermia
\par \b Definisi:\b0 Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal.
\par
\par \b Kriteria Hasil (SLKI):\b0
\par \b Kode SLKI: 0801\b0 - Pengaturan Suhu Tubuh
\par \b Definisi:\b0 Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
\par \b Indikator:\b0
\par - Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
\par - Kulit hangat dan kering
\par - Tidak menggigil
\par - Denyut nadi dalam rentang normal
\par
\par \b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0
\par \b Kode SIKI: 3900\b0 - Manajemen Hipertermia
\par \b Definisi:\b0 Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal dan meminimalkan komplikasi akibat peningkatan suhu tubuh.
\par \b Aktivitas:\b0
\par - Memantau suhu tubuh secara berkala
\par - Memberikan terapi cairan sesuai indikasi
\par - Memberikan kompres hangat/dingin sesuai kebutuhan
\par - Mengajarkan teknik termoregulasi
\par - Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai resep
\par
\par \b Catatan:\b0 Diagnosa keperawatan harus selalu didahului dengan pengkajian yang komprehensif untuk memastikan akurasi dan menentukan etiologi hipertermia yang spesifik pada pasien.
\par
\par \b Referensi:\b0
\par PPNI. (2017). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi V.\i0
\par PPNI. (2018). \i Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi V.\i0
\par PPNI. (2019). \i Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi V.\i0
\par
} -
Article No. 21628 | 08 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal-gatal di muka
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Kulit\b0\fs24
\b Kode SDKI:\b0 B.3.1.1
\b Definisi SDKI:\b0 Kerusakan epidermis dan/atau dermis yang mengganggu struktur dan fungsi kulit.
\b Kode SLKI:\b0 L.08010
\b Definisi SLKI:\b0 \i Monitoring status kulit\i0
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0
\b Kode:\b0 I.08010 - \i Monitoring Kulit\i0
\b Definisi:\b0 Mengumpulkan informasi tentang kondisi kulit dan jaringan di bawahnya untuk menentukan masalah aktual atau potensial.
\b Kode:\b0 I.08021 - \i Perawatan Kulit\i0
\b Definisi:\b0 Memberikan perawatan pada kulit yang mengalami iritasi atau berisiko mengalami iritasi.
\b Kode:\b0 I.08025 - \i Manajemen Gatal\i0
\b Definisi:\b0 Mencegah dan meredakan ketidaknyamanan akibat gatal.
\b Penjelasan Singkat:\b0 Keluhan gatal-gatal di muka menunjukkan iritasi pada kulit wajah yang mengganggu integritas kulit. Intervensi difokuskan pada pemantauan kondisi kulit, memberikan perawatan kulit yang tepat, dan mengelola sensasi gatal untuk mencegah kerusakan kulit lebih lanjut dan meningkatkan kenyamanan pasien. -
Article No. 21629 | 08 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\b0\fs24
\par\pard\li720\b Kode SDKI:\b0 B.1.1.1
\par\b Definisi (SDKI):\b0 Risiko penurunan, peningkatan, atau kegagalan mempertahankan keseimbangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
\par\b\fs28 Tujuan (SLKI):\b0\fs24 Keseimbangan Cairan Tercapai
\par\b Kode SLKI:\b0 L.1.1.1
\par\b Kriteria Hasil (SLKI):\b0
\par - Tanda-tanda vital dalam rentang normal
\par - Turgor kulit baik
\par - Membran mukosa lembab
\par - Keseimbangan masukan dan haluan cairan
\par - Tidak terdapat tanda dehidrasi atau overhidrasi
\par\b\fs28 Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\fs24
\par\b Kode SIKI:\b0 I.1.1.1.1 (Pemantauan Keseimbangan Cairan)
\par I.1.1.1.2 (Manajemen Cairan)
\par\b Aktivitas (SIKI):\b0
\par - Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan) setiap 2-4 jam
\par - Observasi tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, produksi urin)
\par - Catat masukan dan haluan cairan secara akurat
\par - Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena sesuai indikasi
\par - Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya hidrasi oral bertahap
\par\pard\li720\b\fs28 Penjelasan Singkat:\b0\fs24
\par Kondisi muntah berpotensi menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat mengarah pada dehidrasi dan ketidakseimbangan volume cairan. Diagnosa ini dipilih berdasarkan analisis pola eliminasi yang terganggu melalui muntah. Intervensi difokuskan pada pemantauan ketat, manajemen cairan, dan edukasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
\par
\par \b Catatan Akademis:\b0 Diagnosa keperawatan ini mengacu pada \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi V, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi II, dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi II\i0 yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
\par
\par \b Rekomendasi Tambahan:\b0 Lakukan pengkajian menyeluruh termasuk frekuensi dan karakteristik muntah, pemeriksaan laboratorium (elektrolit), dan evaluasi respons terhadap intervensi untuk penyesuaian rencana keperawatan.
\par
\par \b Kode Etik:\b0 Seluruh intervensi harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip otonomi, beneficence, dan non-maleficence sesuai Kode Etik Keperawatan Indonesia.
} -
Article No. 21630 | 08 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24\par
\par
\b Kondisi: Pasien dengan Keluhan Muntah\b0\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan (SDKI: B.2.1)\par
\par
\b Penjelasan Singkat:\b0\par
\par
\b SDKI (B.2.1) - Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan:\b0\par
Diagnosa ini dipilih karena muntah berulang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara signifikan, berpotensi mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Kondisi ini memerlukan pemantauan ketat dan intervensi keperawatan yang tepat.\par
\par
\b SLKI (B.0801) - Pemantauan Keseimbangan Cairan:\b0\par
\tab1. Memantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, output urine)\par
\tab2. Memantau frekuensi dan karakteristik muntah\par
\tab3. Memantau asupan dan output cairan setiap 2-4 jam\par
\tab4. Memantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu)\par
\tab5. Memantau status elektrolit melalui hasil laboratorium\par
\par
\b SIKI (B.0801.1) - Pemantauan Tanda-tanda Dehidrasi:\b0\par
\tab1. Mengkaji turgor kulit dengan mencubit kulit di area klavikula\par
\tab2. Mengobservasi kekeringan membran mukosa mulut\par
\tab3. Mengukur output urine setiap 2-4 jam\par
\tab4. Mendokumentasikan perubahan status hidrasi setiap shift\par
\tab5. Melaporkan tanda dehidrasi yang memburuk kepada tim medis\par
\par
\b SIKI (B.0801.2) - Pemantauan Asupan dan Output Cairan:\b0\par
\tab1. Mencatat semua asupan cairan per oral dan parenteral\par
\tab2. Mengukur dan mencatat output urine, muntahan, dan drainase lainnya\par
\tab3. Menghitung balance cairan setiap 8 jam\par
\tab4. Mengkaji trend balance cairan dalam 24 jam\par
\tab5. Melaporkan ketidakseimbangan cairan yang signifikan\par
\par
\b Catatan:\b0\par
Intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien, penyebab underlying muntah, dan hasil assessment menyeluruh. Pemantauan ketat diperlukan untuk mencegah komplikasi dehidrasi berat dan ketidakseimbangan elektrolit.\par
} -
Article No. 21631 | 08 Sep 2025
Klinis : NYERI LUKA POST OP DEBRIDEMEN,MUAL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN\b0\fs24\par
\par
\b Kondisi: Nyeri Luka Post Op Debridemen, Mual\b0\par
\par
\b 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN: NYERI AKUT (00032)\b0\par
\b\i Definisi:\b0\i0 Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat cedera jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain); onset mendadak atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dan perkiraan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan durasi kurang dari 3 bulan.\par
\par
\b\i Faktor yang Berhubungan:\b0\i0\par
- \i Agen cedera (debridemen bedah)\i0\par
- \i Kerusakan integritas kulit\i0\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
- \i Kode 0803: Tingkat Nyeri\i0\par
\i Indikator:\i0 Skala nyeri, ekspresi wajah, gelisah, tekanan darah, denyut nadi, pernapasan\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
- \i Kode 1400: Manajemen Nyeri\i0\par
\i Aktivitas:\i0 Kaji karakteristik nyeri, monitor tanda vital, ajarkan teknik nonfarmakologis (nafas dalam, distraksi), kolaborasi pemberian analgesik, evaluasi efektivitas intervensi\par
\par
\b 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN: MUAL (00134)\b0\par
\b\i Definisi:\b0\i0 Sensasi tidak nyaman yang dirasakan di faring, abdomen, atau dada yang mungkin atau tidak berakhir dengan muntah.\par
\par
\b\i Faktor yang Berhubungan:\b0\i0\par
- \i Efek samping anestesi/pembedahan\i0\par
- \i Stimulasi kimiawi (obat-obatan)\i0\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
- \i Kode 1206: Kontrol Mual\i0\par
\i Indikator:\i0 Frekuensi mual, intensitas mual, aktivitas muntah, nafsu makan, asupan nutrisi\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
- \i Kode 1450: Manajemen Mual\i0\par
\i Aktivitas:\i0 Kaji karakteristik mual, monitor tanda dehidrasi, berikan posisi nyaman, berikan makanan kecil sering, kolaborasi pemberian antiemetik, pantau asupan dan output cairan\par
\par
\b Catatan Klinis:\b0 Kedua diagnosa ini saling berhubungan dalam konteks post operasi debridemen. Nyeri dapat memperberat mual melalui aktivasi sistem saraf otonom, sementara mual dapat meningkatkan persepsi nyeri melalui mekanisme stres psikologis. Pendekatan holistik diperlukan dengan mempertimbangkan interaksi antara kedua masalah keperawatan tersebut.\par
} -
Article No. 21571 | 07 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, laki-laki berusia 28 tahun, dirawat dengan keluhan nyeri hebat dan kulit melepuh pada lengan kanan dan sebagian dada setelah terkena air panas saat bekerja di dapur rumah makan tempat ia bekerja. Pasien mengatakan kejadian berlangsung sekitar 2 jam yang lalu, ketika ia tidak sengaja menumpahkan panci berisi kuah panas ke tubuh bagian atasnya. Sejak itu ia merasakan nyeri menusuk dan perih di daerah luka, serta kesulitan menggerakkan lengan karena rasa sakit. Saat pemeriksaan awal, tampak kulit lengan kanan bagian anterior kemerahan luas dengan beberapa bula (lepuhan) berisi cairan jernih, dan sebagian dada kanan tampak eritema. Perawat menilai luka bakar meliputi ±15% luas permukaan tubuh (TBSA) dengan derajat II (superficial partial thickness). Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit kulit sebelumnya. Pasien belum pernah mengalami luka bakar sebelumnya. Riwayat alergi obat maupun makanan tidak pernah ada. Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi, ibu sehat. Tidak ada riwayat penyakit kulit atau alergi dalam keluarga. Pasien menganggap dirinya biasanya sehat, jarang berobat, dan lebih memilih pengobatan tradisional untuk keluhan ringan. Tidak ada kebiasaan khusus menjaga kesehatan kulit. Nafsu makan pasien sebelumnya baik, namun sejak kejadian luka bakar ia merasa mual dan tidak berselera makan. Asupan cairan sejak kejadian berkurang. Saat ini pasien mengeluhkan rasa haus. Kulit di sekitar luka tampak kemerahan dan melepuh, tanda adanya kerusakan integritas kulit. Sebelum kejadian, pola BAB 1x/hari dengan konsistensi normal, BAK 5–6x/hari. Setelah kejadian, pasien baru sekali BAK, urin agak pekat dan sedikit. Pasien sehari-hari bekerja sebagai juru masak, aktivitas fisik cukup tinggi. Saat ini aktivitas terbatas karena nyeri, terutama gerakan lengan kanan. Pasien biasanya tidur 6–7 jam per malam. Namun sejak luka bakar, ia sulit tidur karena nyeri yang terus-menerus. Pasien sadar penuh (compos mentis), orientasi baik. Skala nyeri 8/10, nyeri bertambah saat bergerak atau menyentuh luka. Sensasi terbakar dan perih jelas dirasakan di daerah luka. Pasien merasa khawatir akan kondisi kulitnya yang rusak dan takut meninggalkan bekas luka. Ia merasa citra dirinya akan menurun bila luka tidak sembuh sempurna. Pasien adalah tulang punggung keluarga, tinggal bersama istri dan seorang anak. Ia merasa cemas tidak dapat bekerja sementara waktu sehingga berpengaruh pada ekonomi keluarga. Tidak ada keluhan dalam fungsi reproduksi. Namun pasien mengungkapkan kekhawatiran terhadap daya tarik fisiknya di mata pasangan karena luka bakar ini. Pasien mengaku merasa stres, cemas, dan takut dengan proses penyembuhan. Ia berusaha menenangkan diri dengan berdoa, namun kadang tampak gelisah. Pasien meyakini sakit sebagai ujian dari Tuhan. Ia percaya kesembuhan dapat dicapai dengan usaha pengobatan yang tepat serta doa. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan data: • Keadaan umum: Tampak kesakitan, compos mentis. • Tanda vital: TD 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22x/menit, Suhu 37,5°C. • Kulit: Lengan kanan bagian anterior tampak eritema luas, terdapat bula berisi cairan, sebagian pecah, kulit terasa panas dan nyeri bila disentuh. Daerah dada kanan tampak eritema difus. Luas luka diperkirakan 15% TBSA. • Mukosa mulut: Lembab. • Ekstremitas: Gerakan terbatas karena nyeri. Pemeriksaan Penunjang pada pasien Laboratorium: • Hb: 14 g/dL • Leukosit: 11.000/µL (sedikit meningkat, tanda stres/inflamasi) • Elektrolit: Na 132 mmol/L (sedikit menurun), K 3,8 mmol/L • Ht: 48% (sedikit meningkat, tanda hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan) • Foto luka: mendukung diagnosa luka bakar derajat II superficial partial thickness. • Uji fungsi ginjal: ureum/creat dalam batas normal, namun pemantauan lanjutan diperlukan karena risiko gangguan akibat dehidrasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosis Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
b. Nyeri Akut (00132)
c. Kecemasan (00146)
d. Risiko Dehidrasi (00028)
2. Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
a. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
SDKI: Kerusakan struktur dan fungsi epidermis dan/atau dermis.
SLKI: Pemulihan Integritas Kulit
SIKI: Perawatan Luka
Kode: D0046
b. Nyeri Akut (00132)
SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI: Manajemen Nyeri
SIKI: Manajemen Nyeri
Kode: P0132
c. Kecemasan (00146)
SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
SLKI: Manajemen Kecemasan
SIKI: Manajemen Kecemasan
Kode: P0146
d. Risiko Dehidrasi (00028)
SDKI: Berisiko mengalami kekurangan cairan tubuh.
SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan
SIKI: Manajemen Cairan
Kode: R0028
Penjelasan singkat untuk masing-masing diagnosa:
a. Kerusakan Integritas Kulit (00046): Luka bakar pada lengan kanan dan sebagian dada, dengan kulit eritema, bula berisi cairan, dan kerusakan lapisan kulit.
b. Nyeri Akut (00132): Nyeri hebat, menusuk, dan perih pada area luka bakar, yang menghambat mobilitas lengan.
c. Kecemasan (00146): Pasien merasa khawatir, takut, dan stres terkait proses penyembuhan luka, penampilan, serta dampak pada ekonomi keluarga.
d. Risiko Dehidrasi (00028): Asupan cairan yang berkurang akibat mual, penurunan nafsu makan, serta kehilangan cairan melalui luka bakar. -
Article No. 21572 | 07 Sep 2025
Klinis : KAD DM TIPE 2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi Komplikasi Akut Diabetes Mellitus Tipe 2, berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
b. Resiko Komplikasi
c. Gangguan Perfusi Jaringan
d. Kurang Pengetahuan
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Resiko Komplikasi (00035)
Definisi: Berisiko mengalami komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
c. Gangguan Perfusi Jaringan (00024)
Definisi: Pengurangan aliran darah ke suatu bagian tubuh, yang dapat mengancam kesehatan.
d. Kurang Pengetahuan (00126)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik yang spesifik.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Status Nutrisi (0004)
b. Manajemen Komplikasi (1902)
c. Perfusi Jaringan (0400)
d. Pengetahuan: Manajemen Penyakit (1803)
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Nutrisi (1100)
b. Manajemen Komplikasi (6680)
c. Peningkatan Perfusi Jaringan (4054)
d. Pendidikan Kesehatan: Manajemen Penyakit (5602)
Dalam kondisi Komplikasi Akut Diabetes Mellitus Tipe 2, pasien membutuhkan perawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah nutrisi, risiko komplikasi, perfusi jaringan, serta meningkatkan pengetahuan pasien tentang manajemen penyakitnya. Perawat berperan penting dalam memberikan intervensi yang sesuai untuk mencapai luaran yang diharapkan.