Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15528 | 14 Apr 2025
Klinis : Kasus 22: Bayi perempuan, usia gestasi 35 minggu, lahir spontan 3 jam yang lalu di rumah sakit. Hasil pengkajian: BB 1800 gram, PB 41 cm, frekuensi napas 56 x/mnt, nadi 140 x/menit, SpO2 94 %. Bayi tampak aktif, kemampuan menghisap baik, dan tidak ditemukan adanya kelainan. Setelah 30 menit, bayi mengalami penurunan suhu sampai 360C. Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan yang sesuai berdasarkan kasus? b. Tuliskan intervensi yang tepat dilakukan pada bayi dengan kasus tersebut? c. Tuliskan SOP perawatan bayi dalam inkubator dan SOP tindakan perawatan metode kanguru, dan praktikan saat bimbingan laboratorium? d. Jika usia kronologis bayi saat ini adalah 60 hari, hitunglah berapa usia koreksi bayi tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah jawaban yang rinci untuk pertanyaan Anda:
a. Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas sistem termoregulasi, sesuai dengan penurunan suhu tubuh bayi sampai 36°C.
b. Intervensi Keperawatan yang tepat untuk bayi dengan kasus ini:
1. Kaji suhu tubuh bayi secara teratur
2. Pertahankan suhu lingkungan yang nyaman dengan menggunakan inkubator atau metode perawatan kulit ke kulit (kanguru)
3. Berikan pakaian yang sesuai untuk menjaga suhu tubuh bayi
4. Pantau tanda-tanda vital bayi secara berkala
5. Berikan dukungan nutrisi yang adekuat melalui pemberian ASI atau susu formula
6. Lakukan stimulasi dan interaksi yang sesuai untuk mendukung tumbuh kembang bayi
c. SOP Perawatan Bayi dalam Inkubator:
1. Pastikan inkubator dalam kondisi bersih dan siap digunakan
2. Atur suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara dalam inkubator sesuai kebutuhan bayi
3. Letakkan bayi di dalam inkubator dengan posisi yang aman dan nyaman
4. Pantau suhu tubuh bayi secara teratur dan lakukan penyesuaian suhu inkubator jika diperlukan
5. Berikan nutrisi dan perawatan lainnya sesuai kebutuhan bayi di dalam inkubator
SOP Perawatan Metode Kanguru:
1. Siapkan pakaian khusus untuk metode kanguru (misalnya baju khusus atau selendang)
2. Posisikan bayi di dada orang tua atau pengasuh dengan posisi tegak dan terlindung
3. Pastikan kontak kulit ke kulit antara bayi dan pengasuh
4. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan selimut atau pakaian yang sesuai
5. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital bayi secara berkala
6. Berikan nutrisi dan perawatan lainnya sesuai kebutuhan bayi
d. Usia Koreksi Bayi:
Usia kronologis bayi saat ini adalah 60 hari.
Usia koreksi bayi = Usia kronologis - (40 minggu - Usia gestasi)
Usia koreksi bayi = 60 hari - (40 minggu - 35 minggu)
Usia koreksi bayi = 60 hari - 5 minggu
Usia koreksi bayi = 45 hari
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh bayi dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
2. Tanda-tanda vital bayi stabil (frekuensi napas 30-60 x/menit, nadi 100-160 x/menit, SpO2 ≥ 95%)
3. Bayi menunjukkan peningkatan berat badan dan perkembangan yang sesuai
4. Orang tua/pengasuh mampu melakukan perawatan bayi dengan metode kanguru secara mandiri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Lingkungan: Mengatur suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara dalam inkubator atau melalui metode kanguru
2. Manajemen Nutrisi: Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi melalui pemberian ASI atau susu formula
3. Perawatan Integritas Kulit: Menjaga integritas kulit bayi melalui perawatan kulit dan pencegahan kerusakan kulit
4. Pendidikan Kesehatan: Memberikan edukasi kepada orang tua/pengasuh tentang perawatan bayi prematur, termasuk metode kanguru
5. Pemantauan Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital bayi secara teratur
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai untuk bayi dengan kasus hipotermi. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 15529 | 14 Apr 2025
Klinis : Ny R berusia 30 tahun bekerja sebagai karyawan swasta dengan Pendidikan terakhir D3, pada tanggal 12 Agustus 202, jam 10.00 WIB yaitu 6 jam setelah persalinan, klien dengan nifas H1 dengan P1A0 (37 minggu). Tipe persalinan yaitu post partum spontan, berat badan bayi 2.500 gram, tidak terdapat komplikasi nifas. Setelah dilakukan pengkajian, pasien merasa kurang nyaman dengan luka jahitan perineum, pasien mengeluh nyeri dan skala nyeri 5/10, pasien Nampak meringis. Klien mengatakan khawatir jika luka jahitan robek. Klien mengatakan akan menunda kehamilan setelah anak pertama. Riwayat kehamilan: klien mengatakan ini kehamilan pertama, dan Riwayat mual dan muntah, klien memeriksakan kehamilannya di Bidan atau Puskesmas terdekat. Riwayat menstruasi: klien mengatakan pertama kali menstruasi usia 13 tahun, nyeria saat menstruasi ada dihari pertama, siklus menstruasi teratur dan lamanya 5-6 hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien Ny. R.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka jahitan perineum, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dengan skala 5/10, tampak meringis.
2. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran jika luka jahitan robek, ditandai dengan pasien mengatakan khawatir jika luka jahitan robek.
3. Niat untuk menunda kehamilan berhubungan dengan keinginan untuk memiliki anak pertama, ditandai dengan pasien mengatakan akan menunda kehamilan setelah anak pertama.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan atau potensi kerusakan jaringan.
- Kecemasan: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan dalam kehidupan yang tidak diketahui atau tidak dapat diprediksi.
- Niat untuk Menunda Kehamilan: Keinginan untuk menunda kehamilan dan kelahiran anak selanjutnya.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat mengendalikan nyeri, dan pasien mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri.
- Kecemasan: Pasien melaporkan tingkat kecemasan menurun, pasien mendemonstrasikan strategi koping efektif, dan pasien menunjukkan perilaku yang tenang.
- Niat untuk Menunda Kehamilan: Pasien menunjukkan perilaku untuk menunda kehamilan, pasien menjelaskan alasan menunda kehamilan, dan pasien menunjukkan perilaku untuk mencegah kehamilan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Pengurangan rasa nyeri pada pasien melalui intervensi farmakologis dan non-farmakologis.
- Manajemen Kecemasan: Pengurangan kecemasan pada pasien melalui intervensi psikologis dan psikososial.
- Perencanaan Keluarga: Membantu pasien merencanakan jumlah anak dan jarak kelahiran yang diinginkan.
Dalam kondisi Ny. R, perawat akan fokus pada manajemen nyeri, manajemen kecemasan, dan perencanaan keluarga untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 15530 | 14 Apr 2025
Klinis : Kasus 22: Bayi perempuan, usia gestasi 35 minggu, lahir spontan 3 jam yang lalu di rumah sakit. Hasil pengkajian: BB 1800 gram, PB 41 cm, frekuensi napas 56 x/mnt, nadi 140 x/menit, SpO2 94 %. Bayi tampak aktif, kemampuan menghisap baik, dan tidak ditemukan adanya kelainan. Setelah 30 menit, bayi mengalami penurunan suhu sampai 360C. Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan yang sesuai berdasarkan kasus? b. Tuliskan intervensi yang tepat dilakukan pada bayi dengan kasus tersebut? c. Tuliskan SOP perawatan bayi dalam inkubator dan SOP tindakan perawatan metode kanguru, dan praktikan saat bimbingan laboratorium? d. Jika usia kronologis bayi saat ini adalah 60 hari, hitunglah berapa usia koreksi bayi tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan membantu Anda dalam menyelesaikan permasalahan ini. Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis yang komprehensif berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
a. Diagnosis Keperawatan:
Hipotermi berhubungan dengan suhu lingkungan yang tidak sesuai
b. Intervensi Keperawatan:
1. Pantau suhu tubuh bayi secara berkala
2. Lindungi bayi dari suhu lingkungan yang dingin dengan meletakkan bayi di dalam inkubator atau menggunakan metode perawatan kanguru
3. Pertahankan suhu inkubator sesuai dengan kebutuhan bayi
4. Berikan pakaian yang sesuai untuk menjaga suhu tubuh bayi
5. Lakukan perawatan metode kanguru untuk meningkatkan kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu/pengasuh
6. Edukasi orang tua tentang pencegahan hipotermi dan pentingnya menjaga suhu tubuh bayi
c. SOP Perawatan Bayi dalam Inkubator:
1. Persiapkan inkubator dengan suhu dan kelembaban yang sesuai
2. Letakkan bayi di dalam inkubator dengan posisi yang nyaman
3. Pantau suhu dan kelembaban inkubator secara berkala
4. Lakukan perawatan bayi (menyusui, ganti popok, dll.) dengan membuka inkubator secara hati-hati
5. Pastikan inkubator tetap dalam kondisi yang bersih dan steril
SOP Perawatan Metode Kanguru:
1. Jelaskan kepada orang tua tentang manfaat dan proses perawatan metode kanguru
2. Posisikan bayi di dada orang tua dengan posisi tegak dan kontak kulit ke kulit
3. Lilitkan selendang atau kain untuk menahan bayi di posisi tersebut
4. Pantau tanda-tanda vital bayi selama perawatan
5. Lakukan perawatan bayi (menyusui, ganti popok, dll.) saat bayi dalam posisi kanguru
d. Usia Koreksi Bayi:
Usia Kronologis: 60 hari
Usia Gestasi: 35 minggu
Usia Koreksi = Usia Kronologis - (Usia Gestasi Normal - Usia Gestasi Saat Lahir)
Usia Koreksi = 60 hari - (40 minggu - 35 minggu) = 45 hari
Jadi, usia koreksi bayi tersebut adalah 45 hari.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kasus dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Silakan tanyakan jika ada hal lain yang perlu diklarifikasi. -
Article No. 15531 | 14 Apr 2025
Klinis : Kasus 22: Bayi perempuan, usia gestasi 35 minggu, lahir spontan 3 jam yang lalu di rumah sakit. Hasil pengkajian: BB 1800 gram, PB 41 cm, frekuensi napas 56 x/mnt, nadi 140 x/menit, SpO2 94 %. Bayi tampak aktif, kemampuan menghisap baik, dan tidak ditemukan adanya kelainan. Setelah 30 menit, bayi mengalami penurunan suhu sampai 360C. Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan yang sesuai berdasarkan kasus? b. Tuliskan intervensi yang tepat dilakukan pada bayi dengan kasus tersebut? c. Tuliskan SOP perawatan bayi dalam inkubator dan SOP tindakan perawatan metode kanguru, dan praktikan saat bimbingan laboratorium? d. Jika usia kronologis bayi saat ini adalah 60 hari, hitunglah berapa usia koreksi bayi tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Terima kasih atas permintaan Anda. Berikut adalah analisis saya atas kasus tersebut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: P07.3
- Deskripsi: Bayi prematur, berat lahir 1.500-1.999 gram
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada tindakan medis yang dijelaskan dalam kasus ini.
a. Diagnosis keperawatan yang sesuai:
- Risiko hipotermi berhubungan dengan penurunan suhu tubuh bayi prematur.
- Ketidakstabilan suhu tubuh berhubungan dengan sistem termoregulasi yang belum matang pada bayi prematur.
- Gangguan pola napas berhubungan dengan imaturitas paru-paru pada bayi prematur.
b. Intervensi yang tepat:
- Mempertahankan suhu tubuh bayi dalam rentang normal dengan menempatkan bayi dalam inkubator dan mengatur suhu serta kelembaban sesuai kebutuhan.
- Melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, terutama suhu tubuh, frekuensi napas, dan saturasi oksigen.
- Memberikan asupan nutrisi yang adekuat melalui pemberian ASI atau susu formula sesuai kebutuhan bayi.
- Menjaga bayi tetap tenang dan nyaman dengan mencegah stimulasi berlebihan.
- Mengajarkan metode perawatan kanguru (skin-to-skin contact) untuk membantu stabilisasi suhu, napas, dan detak jantung bayi.
c. SOP Perawatan Bayi dalam Inkubator:
- Menempatkan bayi dalam inkubator dengan suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi bayi.
- Memantau suhu, kelembaban, dan aliran oksigen dalam inkubator secara berkala.
- Menjaga kebersihan inkubator dan ruang inkubator.
- Melakukan prosedur pemberian nutrisi, obat, dan intervensi keperawatan lainnya melalui akses inkubator.
SOP Perawatan Metode Kanguru:
- Menyiapkan lingkungan yang nyaman dan tenang.
- Menjelaskan prosedur dan manfaat metode kanguru kepada keluarga.
- Memposisikan bayi dalam posisi tegak di dada orang tua dengan kontak kulit ke kulit.
- Memastikan bayi tetap hangat dan nyaman selama proses.
- Memantau tanda-tanda vital bayi selama proses.
- Memberikan ASI atau nutrisi lainnya sesuai kebutuhan bayi.
d. Usia Koreksi Bayi:
Usia kronologis bayi saat ini adalah 60 hari. Usia kehamilan saat lahir adalah 35 minggu. Dengan demikian, usia koreksi bayi adalah:
60 hari - (40 minggu - 35 minggu) = 45 hari
Jadi, usia koreksi bayi saat ini adalah 45 hari. -
Article No. 15532 | 14 Apr 2025
Klinis : Pasien belum mandi dan gosok gigi selama 12 hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter / perekam medis, saya dapat memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan kondisi pasien yang belum mandi dan gosok gigi selama 12 hari, sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R46.8
- Deskripsi: Gejala dan tanda lain yang berkaitan dengan penampilan dan perilaku
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 97.0
- Deskripsi: Pemberian perawatan kebersihan pribadi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R46.8 (Gejala dan tanda lain yang berkaitan dengan penampilan dan perilaku) sesuai dengan kondisi pasien yang belum mandi dan gosok gigi selama 12 hari. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan dan kebersihan diri pasien.
2. Kode ICD-9-CM 97.0 (Pemberian perawatan kebersihan pribadi) dapat digunakan untuk mencatat tindakan pemberian perawatan kebersihan diri bagi pasien, seperti memandikan atau membantu pasien dalam menjaga kebersihan dirinya.
Dalam kasus ini, perlu dilakukan penilaian menyeluruh terhadap kondisi pasien dan pencatatan yang sesuai dalam rekam medis. Selain itu, perlu juga dilakukan intervensi yang tepat untuk membantu pasien dalam menjaga kebersihan dan higiene dirinya. -
Article No. 15405 | 13 Apr 2025
Klinis : ansietas berdasarkan kurang pengetahuan perslinan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rincian informasi yang Anda minta terkait dengan kondisi ansietas berdasarkan kurang pengetahuan persalinan. Diharapkan penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ansietas berdasarkan kurang pengetahuan persalinan adalah:
Ketakutan: Respon emosional terhadap sumber yang diyakini dapat membahayakan, yang ditandai dengan perasaan tidak aman, khawatir, dan cemas.
Penjelasan:
Ketakutan merupakan diagnosa keperawatan yang tepat karena pasien mengalami perasaan cemas dan khawatir terkait dengan proses persalinan yang akan dijalani akibat kurangnya pengetahuan mengenai persalinan. Pasien merasa tidak aman dan takut menghadapi persalinan, sehingga membutuhkan intervensi keperawatan untuk mengatasi kondisi tersebut.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah:
Tingkat kecemasan: Tingkat perasaan tidak aman, khawatir, dan takut yang dialami individu.
Indikator:
a. Pasien dapat mengungkapkan penyebab kecemasan terkait persalinan.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
c. Pasien dapat menjelaskan kembali informasi yang diberikan tentang proses persalinan.
d. Pasien dapat mengidentifikasi sumber dukungan yang dapat diperoleh selama proses persalinan.
e. Pasien menunjukkan penurunan tingkat kecemasan dalam skala pengukuran kecemasan.
Penjelasan:
Luaran yang diharapkan adalah penurunan tingkat kecemasan pasien terkait persalinan. Hal ini dicapai melalui upaya-upaya untuk membantu pasien mengungkapkan penyebab kecemasan, mempelajari teknik relaksasi, memperoleh informasi yang jelas mengenai proses persalinan, serta mendapatkan dukungan yang diperlukan. Indikator-indikator tersebut menggambarkan kriteria keberhasilan dalam mencapai luaran yang diharapkan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah:
a. Manajemen Kecemasan
- Lakukan pengkajian komprehensif mengenai tingkat kecemasan pasien.
- Berikan pendidikan kesehatan tentang proses persalinan untuk meningkatkan pengetahuan pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti pernafasan dalam, visualisasi, dan distraksi, untuk mengurangi kecemasan.
- Fasilitasi diskusi untuk mengidentifikasi sumber-sumber kecemasan pasien.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (bidan, dokter) untuk memberikan dukungan emosional dan informasi yang diperlukan pasien.
b. Peningkatan Pengetahuan
- Berikan informasi yang jelas dan akurat mengenai proses persalinan, termasuk tahapan, perubahan yang terjadi, serta penanganan yang dilakukan.
- Gunakan media edukasi yang sesuai, seperti leaflet, video, atau demonstrasi, untuk memudahkan pemahaman pasien.
- Dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan dan menyampaikan kekhawatirannya terkait persalinan.
- Evaluasi pemahaman pasien secara berkala dan berikan umpan balik yang konstruktif.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan adalah manajemen kecemasan dan peningkatan pengetahuan. Manajemen kecemasan bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengurangi tingkat kecemasan pasien melalui pendidikan kesehatan, teknik relaksasi, dan dukungan emosional. Sementara itu, peningkatan pengetahuan bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas dan akurat mengenai proses persalinan, sehingga pasien dapat memahami dengan baik dan mengurangi kekhawatirannya.
Melalui penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan dapat membantu pasien mengatasi ansietas yang disebabkan oleh kurang pengetahuan mengenai persalinan dan mencapai kondisi yang lebih baik. -
Article No. 15406 | 13 Apr 2025
Klinis : Identitas Pasien Inisial : Ny. N.B.T Usia : 54 tahun 7 bulan Triase : Red Line Respon Kesadaran (AVPU) : Unresponsive, pasien tidak merespons ataupun berkomunikasi dengan perawat. 3.2 Pengkajian Awal Primary Survey Airway : Suara nafas ronkhi Tindakan : Posisikan head up atau tambahkan bantal, suction, pantau jalan nafas pasien Breathing : Frekuensi nafas 32x/menit, SpO2 80%, terdapat retraksi dinding dada Tindakan : Pasang NRM, tetap pantau kondisi, dan pernafasan pasien Circulation : Tekanan darah 100/67 mmHg, RR: 32x/menit, HR : 113x/menit, CRT > 2 detik. Tindakan : Berikan RL 20 tpm, melalui IV line, monitor tanda-tanda syok, dan monitor TTV Disability : Pasien tidak responsif, GCS 3 (E1V1M1), tingkat kesadaran koma, respons pupil isokor 3mm/3mm Tindakan : Monitor tingkat kesadaran pasien Exposure : Terdapat luka dekubitus terawat dibalut, T = 37°C, akral dingin Tindakan : Berikan selimut kepada pasien dan ganti balutan luka dekubitus Secondary Survey KOMPAK Keluhan (K) = penurunan kesadaran P: Nyeri kepala akibat metastase dari tumor paru Q: GCS 3 (E1M1V1), tingkat kesadaran koma, SpO2 80% R: Paru S: Sesak berat T: Kejang 2 hari yang lalu dan tadi pagi kejang lagi Obat (O): Nebulizer (Salbutamol) 2 ampl, Cairan RL, Ranitidine inj 50mg/2ml Makanan terakhir (M): Makan terakhir pada pukul 09.00 WIB, makan susu Penyakit penyerta (P): Kanker Paru + Metastasis dan TBC Alergi (A): Tidak ada alergi makanan, suhu, cuaca, obat, debu, ataupun kulit/kontak. Kejadian (K): Pasien datang bersama dengan keluarga dengan keluhan kejang sudah 2x di hari ini dan keluarga mengatakan pasien sudah tidak sadar sejak 1 bulan lalu, pernah dirawat inap di RS HAM. Ketika pasien kejang, keluarga langsung mengantarkan pasien ke rumah sakit dengan waktu tempuh perjalan sekitar 30 menit. Riwayat TBC dan terdengar suara cairan ronkhi pada nafasnya. AIUEO Alkohol (A): Tidak konsumsi alkohol Insulin (I): Tidak konsumsi insulin Uremia (U): Tidak diketahui jumlah output, kateter terpasang Epilepsi (E) : Terdapat riwayat kejang Overdosis (O): Tidak ada riwayat overdosis 3.3 Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan Hemoglobin (Hb) 13.0 12-16 g/dL Eritrosit (RBC) 4.51 3.8-5.2 Juta/µL Leukosit (WBC) 20,780 4,000-11,000 / µL Hematokrit 35.3 36-47 % Trombosit (PLT) 286 150-440 103 / µL Neutrofil 79.80 50-70 % Limfosit 10.40 20-40 % Monosit 9.30 2-8 % Eosinofil 0.30 1-6 %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk kondisi pasien Ny. N.B.T:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Penurunan Perfusi Jaringan
3. Penurunan Kesadaran
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan jalan napas terbuka dan memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
2. Penurunan Perfusi Jaringan
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan perifer.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan sirkulasi darah dan oksigenasi jaringan yang adekuat.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau dan mempertahankan perfusi jaringan yang optimal.
3. Penurunan Kesadaran
- SDKI: Berkurangnya tingkat kewaspadaan dan responsivitas terhadap lingkungan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memantau dan meningkatkan tingkat kesadaran pasien.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau dan mempertahankan fungsi neurologis yang optimal.
Tindakan Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Posisikan kepala pasien dalam posisi head up atau tambahkan bantal untuk memfasilitasi bersihan jalan napas.
- Lakukan suction untuk membersihkan sekret dan mempertahankan jalan napas terbuka.
- Pantau dan pertahankan jalan napas pasien.
2. Penurunan Perfusi Jaringan:
- Berikan cairan intravena (RL) dengan laju 20 tpm untuk mempertahankan sirkulasi dan oksigenasi jaringan.
- Monitor tanda-tanda syok dan tanda vital pasien secara berkala.
- Pertahankan suhu tubuh pasien dengan memberikan selimut.
3. Penurunan Kesadaran:
- Pantau dan catat tingkat kesadaran pasien menggunakan skala AVPU atau GCS.
- Lakukan stimulasi taktil dan verbal untuk meningkatkan respons pasien.
- Pantau respons pupil dan refleks.
Tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan adalah:
- Pasang oksigen dengan masker nebulizer untuk meningkatkan oksigenasi.
- Berikan obat-obatan sesuai instruksi medis, seperti nebulizer, injeksi, dan lain-lain.
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi.
- Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif. -
Article No. 15407 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang dengan keluhan muntah darah, BAB hitam, nyeri ulu hati, tidak ada nafsu makan dan lemas. Pasien riwayat merokok sejak usia muda dengan menghabiskan 1 bungkus rokok per hari menyangkal adanya riwayat mata kuning, dan BAK seperti teh serta memiliki dyspepsia yang berulang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis (+/+), bising usus (+) meningkat, terdapat nyeri tekan pada epigastric, shifting dullness(-), dan pucat pada kedua telapak tangan.Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7 gr/dl,SGOT 102 U/L, SGPT 99U/L, Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl,Albumin 2,0 gr/dL dan Globulin 2,3 gr/dL, WBC 9000. 3.2 Asuhan Keperawatan Pengkajian Identitas Klien Nama : Tn. S Usia : 62 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. dieng atas, dusun sumberjo, Desa Kalisongo, Kec. Dau, Kab. Malang No. RM : 012.345 Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan PNS Tanggal/ Jam MRS : 28 Maret 2023 Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2023 Diagnosa Medik : Hematemesis Melena dd sirosis hepatis Keluhan Utama: Klien mengatakan muntah darah dan BAB warna hitam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat kesehatan sekarang: Klien mengatakan badan lemas, nyeri epigastrik dan nyeri di area sekitar abdomen serta tidak ada nafsu makan. Riwayat kesehatan sebelumnya: Klien memilliki riwayat merokok sejak usia 18 tahun dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok tiap hari. Klien pernah di rawat 2 bulan yang lalu dengan diagnose sirosis hepatis dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya menunjukkan HbsAg positif. Riwayat kesehatan keluarga: Klien menyatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, asma, diabetes melitus, dan terutama hepatitis. Pola aktivitas sehari-hari: Terjadi perubahan pada pola makan, eliminasi BAB, dan aktivitas fisik. Aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat ruangan. Pemeriksaan Fisik TTV = TD : 120/80mmHg, N : 88x/mnt, S: 370C, RR: 20x/menit Kepala: Normal, tidak ada lesi, massa, atau hematoma Mata: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+ Telinga: tidak ada kelainan Hidung: tidak ada kelainan Mulut: tidak ada kelainan Leher: tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening Thorax: Tidak ada kelainan, tidak ada masalah pernapasan Jantung: Normal, tidak ada kelainan Abdomen: Bising usus meningkat 28x/menit, tidak ada massa, shifting dullness(-) Ekstremitas: Akral hangat, capillary refilll time,(CRT) < 2 detik dan pucat pada kedua telapak tangan Hasil laboratorium: Hb : 7 g/dl, HbsAg(+), WBC: 9000, SGOT: 102 U/L, SGPT: 99U/L, albumin 2,0 g/dl.Gol.darah B. Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI untuk pasien tersebut sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makan akibat dari mual dan muntah.
2. Perdarahan saluran cerna berhubungan dengan ulkus peptikum/varises esofagus.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan malnutrisi.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, SIKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makan akibat dari mual dan muntah.
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi (Defisit) - Kode: 00002
- SLKI: Pemberian Nutrisi - Kode: 1803
- SIKI: Manajemen Nutrisi - Kode: I0105
2. Perdarahan saluran cerna berhubungan dengan ulkus peptikum/varises esofagus.
- SDKI: Perdarahan - Kode: 00146
- SLKI: Penanggulangan Perdarahan - Kode: 1912
- SIKI: Manajemen Perdarahan - Kode: I0404
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan malnutrisi.
- SDKI: Intoleransi Aktivitas - Kode: 00092
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas - Kode: 0005
- SIKI: Manajemen Aktivitas - Kode: I0201
Penjelasan singkat:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makan akibat dari mual dan muntah. Pasien memiliki keluhan muntah darah dan tidak ada nafsu makan, sehingga intake nutrisi berkurang.
2. Perdarahan saluran cerna berhubungan dengan ulkus peptikum/varises esofagus. Pasien mengalami muntah darah dan BAB hitam, menunjukkan adanya perdarahan saluran cerna.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan malnutrisi. Pasien mengalami penurunan hemoglobin dan malnutrisi, sehingga memiliki intoleransi terhadap aktivitas. -
Article No. 15408 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, berusia 48 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosa bronkitis kronis. Hasil pengkajian: pasien tampak lemah, sesak napas, batuk tidak efektif, sekret kental, auskultasi paru terdengar suara ronkhi di kedua lapang paru, keringat dingin, TD 125/85 mmHg, frekuensi nadi 95 x/menit, frekuensi napas 30 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari jalan napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
2. Pola Napas Tidak Efektif (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SDKI merupakan standar diagnosa keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. Diagnosa tersebut menggambarkan masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI adalah standar hasil/luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Luaran ini menggambarkan kondisi pasien setelah diberikan intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI adalah standar tindakan/intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Intervensi tersebut disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan bronkitis kronis. -
Article No. 15409 | 13 Apr 2025
Klinis : mastitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan sebagai pakar perawat, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi mastitis:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit (SDKI)
- Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
- Karakteristik Mayor: Adanya pembengkakan, kemerahan, dan nyeri pada payudara.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Mastitis (SIKI)
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengatasi peradangan pada jaringan payudara.
- Tujuan: Mengurangi rasa nyeri, mencegah komplikasi, dan memfasilitasi proses penyembuhan.
- Aktivitas Utama:
- Mengkaji tanda dan gejala mastitis.
- Memberikan kompres hangat pada payudara.
- Menganjurkan ibu untuk mengosongkan payudara secara efektif.
- Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi obat-obatan sesuai resep.
- Memantau perkembangan kondisi payudara.
Hasil Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Tujuannya adalah untuk mempertahankan atau memulihkan struktur dan fungsi kulit yang normal.
- Indikator:
- Tidak ada pembengkakan pada payudara.
- Tidak ada kemerahan pada payudara.
- Tidak ada nyeri pada payudara.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan terukur, sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan dan mencapai hasil yang optimal bagi pasien.