Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15508 | 14 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus yang diberikan, kondisi pasien laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.27
- Deskripsi: Bronkoskopi, dengan biopsiacoba, dan tanpa pemberian obat
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis) dipilih karena pasien memiliki gejala khas tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru yang sesuai dengan diagnosis tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM 33.27 (Bronkoskopi, dengan biopsiacoba, dan tanpa pemberian obat) dapat digunakan jika dilakukan prosedur bronkoskopi untuk mengambil sampel jaringan atau cairan dari lesi di paru untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosis dan kode yang diberikan di atas adalah berdasarkan informasi terbatas yang diberikan dalam kasus. Diperlukan evaluasi lebih lanjut oleh dokter dan pemeriksaan penunjang yang lengkap untuk memastikan diagnosis dan memberikan tatalaksana yang tepat. -
Article No. 15509 | 14 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas terbuka untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, penyempitan jalan napas, dan kelemahan otot pernapasan.
Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial, dan adanya lesi di paru.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien dapat bernapas dengan mudah.
- Tidak ada tanda-tanda sumbatan jalan napas.
- Tidak ada komplikasi yang terkait dengan gangguan bersihan jalan napas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha bernapas).
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Berikan terapi inhalasi untuk melembabkan dan melunakkan sekret.
- Bantu pasien melakukan batuk dan tindakan ekspektorasi untuk mengeluarkan sekret.
- Lakukan fisioterapi dada atau postural drainage untuk membantu pengeluaran sekret.
- Pertahankan posisi semi-fowler atau fowler untuk memudahkan ekspektorasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penanganan lebih lanjut.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena kondisi pasien dengan keluhan batuk berdahak, sesak napas, dan adanya lesi di paru yang menggambarkan gangguan pada jalan napas. Luaran/Output yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif untuk mencegah komplikasi. Intervensi Keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan status pernapasan, manajemen oksigen, pemberian terapi inhalasi, bantuan batuk dan ekspektorasi, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan yang komprehensif. -
Article No. 15510 | 14 Apr 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien menunjukkan gejala-gejala infark miokard akut dengan riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2. Berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.10
- Deskripsi: Pemberian obat trombolitik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I21.0 (Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST) adalah kode yang sesuai untuk menggambarkan kondisi pasien yang mengalami nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin, serta hasil EKG menunjukkan infark miokard akut. Kode ini mengindikasikan bahwa pasien mengalami infark miokard akut dengan elevasi segmen ST pada EKG.
2. Kode ICD-9-CM 99.10 (Pemberian obat trombolitik) adalah kode yang mungkin digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan pada pasien, yaitu pemberian obat trombolitik. Obat trombolitik digunakan untuk memecah gumpalan darah yang menyebabkan infark miokard akut dan membantu memulihkan aliran darah ke jantung.
Selain itu, karena pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, kode-kode tambahan mungkin perlu dipertimbangkan untuk menggambarkan kondisi penyerta, seperti:
- Kode ICD-10 I10 (Hipertensi esensial (primer)) untuk riwayat hipertensi
- Kode ICD-10 E11.9 (Diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi) untuk riwayat diabetes melitus tipe 2
Penanganan dan tatalaksana lebih lanjut akan bergantung pada evaluasi klinis dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter yang menangani pasien. -
Article No. 15511 | 14 Apr 2025
Klinis : hiperbilirubin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hiperbilirubin.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan peningkatan bilirubin.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer didefinisikan sebagai ketidakadekuatan aliran darah ke jaringan perifer, yang dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
Pada kondisi hiperbilirubin, peningkatan kadar bilirubin dapat menyebabkan gangguan pada aliran darah ke jaringan perifer, sehingga terjadi ketidakefektifan perfusi jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Perfusi Jaringan Perifer yang Efektif, dimana terdapat aliran darah ke jaringan perifer yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan perfusi perifer
2. Manajemen cairan dan elektrolit
3. Terapi oksigen
4. Terapi fototerapi atau eksanguin transfusi (jika perlu)
5. Edukasi terkait perawatan dan pencegahan komplikasi
Secara umum, penanganan hiperbilirubin membutuhkan kerjasama multidisiplin antara perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan perfusi jaringan perifer yang efektif dan mencegah komplikasi. -
Article No. 15512 | 14 Apr 2025
Klinis : hiperbilirubin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hiperbilirubin.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan volume, komposisi, atau distribusi cairan intra- dan/atau ekstra seluler yang dapat mengganggu fungsi tubuh.
- Faktor Risiko: Hiperbilirubin dapat menyebabkan gangguan fungsi hati, yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, hasil laboratorium cairan dan elektrolit dalam batas normal, tidak terjadi dehidrasi atau kelebihan cairan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan status cairan dan elektrolit, manajemen pemberian cairan dan elektrolit, serta edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pemantauan ketat terhadap status cairan dan elektrolit pasien dengan hiperbilirubin. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, seperti dehidrasi atau kelebihan cairan. Intervensi keperawatan yang akan dilakukan meliputi pengukuran tanda-tanda vital, pemantauan hasil laboratorium, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. -
Article No. 15513 | 14 Apr 2025
Klinis : Hiperemisis gravidarum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hiperemesis Gravidarum:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan Hiperemesis Gravidarum
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan adalah kondisi di mana individu memiliki risiko kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan melebihi kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan Terpelihara
2. Hidrasi Adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Cairan
2. Manajemen Cairan
3. Terapi Cairan Intravena
Penjelasan Singkat:
Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah berlebihan selama kehamilan yang dapat menyebabkan risiko ketidakseimbangan cairan dan kehilangan berat badan yang signifikan. Diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Risiko Ketidakseimbangan Cairan, yang membutuhkan pemantauan keseimbangan cairan, manajemen cairan yang adekuat, dan terapi cairan intravena jika diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan komplikasi terkait lainnya. Tujuan luaran keperawatan yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan Terpelihara dan Hidrasi Adekuat. -
Article No. 15514 | 14 Apr 2025
Klinis : BBLT
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan BBLT (Berat Badan Lahir Terlalu Rendah)
Berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi BBLT:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh.
- SLKI: Proses metabolisme dan pertumbuhan yang membaik, status gizi yang optimal, serta tidak terjadi komplikasi akibat malnutrisi.
- SIKI: Pemantauan asupan dan status nutrisi, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, edukasi tentang kebutuhan nutrisi, dan kolaborasi dengan tim gizi.
2. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan tanda-tanda vital yang tidak stabil.
- SLKI: Tanda-tanda vital yang stabil, tidak terjadi komplikasi terkait instabilitas tanda-tanda vital, dan fungsi kardiovaskular yang optimal.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, manajemen cairan, dan kolaborasi dengan tim medis.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami infeksi.
- SLKI: Tidak terjadi infeksi, penurunan gejala infeksi, dan tidak terjadi komplikasi akibat infeksi.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda infeksi, pemberian terapi antibiotik, perawatan luka, dan pencegahan infeksi.
Sebagai seorang pakar keperawatan, penjelasan singkat di atas menggambarkan bagaimana SDKI, SLKI, dan SIKI dapat digunakan untuk mengelola kondisi BBLT secara komprehensif, mulai dari identifikasi masalah, penetapan luaran yang diharapkan, hingga intervensi keperawatan yang dapat dilakukan. -
Article No. 15515 | 14 Apr 2025
Klinis : BBLR
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR):
1. Risiko Hipotermia
- Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal akibat ketidakmatangan sistem pengaturan suhu tubuh.
- Faktor Risiko: Berat badan lahir rendah, belum terbentuknya lapisan lemak subkutan yang adekuat, belum sempurnanya pusat pengaturan suhu, serta luas permukaan tubuh yang besar.
2. Gangguan Pola Napas
- Definisi: Perubahan frekuensi, kedalaman, dan/atau irama pernapasan yang tidak sesuai dengan kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Ketidakmatangan sistem pernapasan, sindrom gawat napas, serta adanya gangguan mekanis seperti retraksi dinding dada.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Ketidakmatangan sistem imun, prosedur invasif, serta lingkungan yang kurang steril.
4. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Masalah menyusu, intoleransi makanan, serta ketidakmatangan saluran cerna.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan klasifikasi diagnosis keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Menyediakan definisi, faktor yang berhubungan, dan gejala klinik untuk setiap diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan klasifikasi luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Menyediakan deskripsi luaran keperawatan, kriteria hasil, dan indikator hasil yang dapat digunakan untuk memantau kemajuan pasien.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan klasifikasi intervensi keperawatan yang disusun oleh PPNI.
- Menyediakan deskripsi intervensi keperawatan, aktivitas keperawatan, dan kriteria intervensi yang dapat digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, menetapkan diagnosis keperawatan, merencanakan intervensi, dan mengevaluasi luaran keperawatan secara terstandar dan komprehensif, sesuai dengan praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 15516 | 14 Apr 2025
Klinis : Hiperbilirubin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hiperbilirubin.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik atau persepsi terhadap keterbatasan.
- Faktor yang berhubungan: Keterbatasan fisiologis, seperti hiperbilirubin.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko terkena infeksi.
- Faktor yang berhubungan: Sistem imun terganggu, seperti yang dapat terjadi pada kondisi hiperbilirubin.
3. Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan atau perubahan pada kulit dan membran mukosa.
- Faktor yang berhubungan: Perubahan warna kulit, seperti ikterik yang dapat terjadi pada hiperbilirubin.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) memberikan standar diagnosa keperawatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, termasuk kondisi hiperbilirubin.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menyediakan standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, yang dapat digunakan untuk menetapkan tujuan perawatan pada kondisi hiperbilirubin.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyediakan standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang teridentifikasi pada pasien dengan hiperbilirubin.
Sebagai seorang perawat, saya akan menggunakan standar-standar ini untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas pada pasien dengan hiperbilirubin, dengan tujuan memulihkan kesehatan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 15517 | 14 Apr 2025
Klinis : Ds: Klien merasa dibuang oleh anak-anaknya setelah suaminya meninggal. Klien mengungkapkan perasaan sedihnya dengan menangis sendiri saat mengingat suaminya. Do: Klien tampak murung, gelisah dan lebih sering menyendiri. Klien menolak melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) bersama teman-temannya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subyektif (Ds) dan data obyektif (Do) yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
Duka cita
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Duka cita adalah respons normal terhadap kehilangan yang dialami individu, berupa perasaan sedih, kehilangan, dan penderitaan akibat kehilangan hubungan atau sesuatu yang penting.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Penerimaan duka cita
2. Ekspresi emosi dalam rentang normal
3. Fungsi sosial dalam rentang normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Fasilitasi ekspresi emosi
2. Dukungan emosional
3. Terapi aktivitas
Berdasarkan data yang diberikan, klien mengalami duka cita setelah kehilangan suaminya. Klien mengungkapkan perasaan sedihnya dengan menangis sendiri dan tampak murung, gelisah, serta menarik diri dari interaksi sosial. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi klien untuk mengekspresikan emosinya, memberikan dukungan emosional, dan melibatkan klien dalam terapi aktivitas untuk membantu proses adaptasi dan penerimaan terhadap kehilangan.