Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15601 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus sistem saraf sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Penurunan Kekuatan Otot
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
3. Perubahan Persepsi Sensorik Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Saraf
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Penurunan Kekuatan Otot
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Kemampuan Mobilitas
- SIKI: Perawatan Mobilitas
Pasien mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh (hemiparesis) yang menyebabkan gangguan dalam pergerakan dan mobilitas.
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Pengendalian Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Pasien mengalami sakit kepala yang semakin parah, terutama di pagi hari, yang kemungkinan disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial akibat adanya massa pada lobus parietalis kiri.
3. Perubahan Persepsi Sensorik Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Saraf
- SDKI: Perubahan Persepsi Sensorik
- SLKI: Fungsi Sensorik
- SIKI: Perawatan Sensorik
Pasien mengalami gangguan penglihatan berupa pandangan kabur dan hemianopsia temporal yang merupakan manifestasi dari lesi pada lobus parietalis kiri.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang digunakan dalam diagnosa keperawatan ini merupakan acuan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memberikan arah dan keseragaman dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 15602 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus sistem saraf:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan hemiparesis kanan.
2. Gangguan Persepsi Sensorik berhubungan dengan hemianopsia temporal.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan hemiparesis kanan.
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan gerakan tubuh secara mandiri dan terkoordinasi.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi mobilitas fisik yang terganggu.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memulihkan dan mempertahankan mobilitas fisik pasien.
2. Gangguan Persepsi Sensorik berhubungan dengan hemianopsia temporal.
- SDKI: Perubahan dalam kemampuan untuk menerima, menginterpretasi, dan merespons rangsangan sensorik.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi persepsi sensorik yang terganggu.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memulihkan dan mempertahankan persepsi sensorik pasien.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri akut.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengelola nyeri akut pasien.
Dalam kasus ini, pasien mengalami gejala-gejala yang terkait dengan peningkatan tekanan intrakranial, seperti sakit kepala, mual, muntah, gangguan penglihatan, serta hemiparesis dan hemianopsia yang menunjukkan adanya lesi di otak. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan status neurologis, manajemen nyeri, rehabilitasi fisik, dan edukasi bagi pasien dan keluarga. -
Article No. 15603 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, Penjelasan Singkat, serta Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan pada sisi kanan tubuh
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5) yang mengganggu mobilitas fisiknya. Hal ini dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SDKI: Kode D.0107 Gangguan Mobilitas Fisik
SLKI: Kode L.0107 Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari
SIKI: Kode I.0107 Perawatan Diri: Aktivitas Sehari-hari
2. Nyeri Akut berhubungan dengan meningkatnya tekanan intrakranial
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami sakit kepala yang semakin parah, terutama di pagi hari, disertai dengan mual, muntah, dan gangguan penglihatan yang menunjukkan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
SDKI: Kode D.0076 Nyeri Akut
SLKI: Kode L.0076 Pengendalian Nyeri
SIKI: Kode I.0076 Manajemen Nyeri
3. Perubahan Persepsi Sensori berhubungan dengan adanya lesi di lobus parietalis kiri
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami hemianopsia temporal yang menunjukkan adanya gangguan persepsi sensorik visual akibat lesi yang terjadi di lobus parietalis kiri.
SDKI: Kode D.0131 Perubahan Persepsi Sensori
SLKI: Kode L.0131 Stabilitas Sensori
SIKI: Kode I.0131 Manajemen Perubahan Persepsi Sensori
4. Risiko Aspirasi berhubungan dengan mual dan muntah
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami mual dan muntah yang dapat meningkatkan risiko aspirasi, terutama saat peningkatan tekanan intrakranial.
SDKI: Kode D.0037 Risiko Aspirasi
SLKI: Kode L.0037 Bebas Risiko Aspirasi
SIKI: Kode I.0037 Pencegahan Aspirasi
Standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan di atas berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 15604 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi sistem saraf:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Hemiparesis Kanan
2. Intoleransi Aktivitas Terkait Kelemahan Fisik
3. Nyeri Akut Terkait Peningkatan Tekanan Intrakranial
4. Risiko Kerusakan Integritas Kulit Terkait Immobilitas
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Hemiparesis Kanan
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas Fisik
- SIKI: Perawatan Mobilitas
2. Intoleransi Aktivitas Terkait Kelemahan Fisik
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Aktivitas Sehari-hari
- SIKI: Perawatan Aktivitas
3. Nyeri Akut Terkait Peningkatan Tekanan Intrakranial
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Perawatan Nyeri
4. Risiko Kerusakan Integritas Kulit Terkait Immobilitas
- SDKI: Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- SLKI: Integritas Kulit dan Jaringan
- SIKI: Perawatan Integritas Kulit
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Hemiparesis Kanan
- Pasien mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh yang menyebabkan gangguan mobilitas fisik.
- Tujuan perawatan adalah membantu pasien untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas fisik.
2. Intoleransi Aktivitas Terkait Kelemahan Fisik
- Pasien mengalami kelemahan fisik yang menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas.
- Tujuan perawatan adalah membantu pasien untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari.
3. Nyeri Akut Terkait Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Pasien mengalami nyeri kepala yang semakin parah, yang terkait dengan peningkatan tekanan intrakranial.
- Tujuan perawatan adalah membantu pasien untuk mengontrol dan mengelola nyeri.
4. Risiko Kerusakan Integritas Kulit Terkait Immobilitas
- Pasien mengalami immobilitas yang meningkatkan risiko kerusakan integritas kulit.
- Tujuan perawatan adalah mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit akibat immobilitas. -
Article No. 15605 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot pada sisi kanan tubuh.
2. Gangguan persepsi sensori (visual) berhubungan dengan hemianopsia temporal.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan perubahan neurologi.
4. Risiko tinggi perubahan perfusi serebral berhubungan dengan efek massa dan edema perilesional.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan mobilitas fisik: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terkontrol dari satu atau lebih bagian tubuh.
2. Gangguan persepsi sensori (visual): Perubahan dalam kemampuan untuk menerima, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimuli visual.
3. Ketidakefektifan pola napas: Tidak adanya kemampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
4. Risiko tinggi perubahan perfusi serebral: Keadaan di mana ada risiko penurunan aliran darah dan oksigen ke otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas fisik: Kemampuan untuk melakukan pergerakan yang terkoordinasi, terkontrol, dan terarah.
2. Persepsi sensori: Kemampuan untuk menerima, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimuli sensorik.
3. Status pernapasan: Kemampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang adekuat.
4. Perfusi serebral: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah dan oksigen yang adekuat ke otak.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi latihan: Kegiatan yang dirancang untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fisik.
2. Manajemen perubahan persepsi: Intervensi untuk membantu pasien beradaptasi dengan perubahan persepsi sensorik.
3. Manajemen jalan napas: Tindakan untuk mempertahankan jalan napas yang efektif.
4. Pemantauan neurologi: Pengumpulan dan analisis data terkait dengan fungsi dan integritas sistem saraf. -
Article No. 15606 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, dan Rencana Keperawatan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus sistem saraf tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan hemiparesis.
2. Gangguan Persepsi Sensorik berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan gangguan penglihatan.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
4. Risiko Perubahan Perfusi Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik:
- SDKI: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan terkontrol.
- SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi pergerakan dan meningkatkan kemampuan fungsional.
- SIKI: Pemeriksaan kondisi muskuloskeletal, latihan fisik, dan perawatan alat bantu mobilisasi.
2. Gangguan Persepsi Sensorik:
- SDKI: Kemampuan untuk menerima dan menginterpretasikan stimuli sensorik.
- SLKI: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan persepsi sensorik.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, manajemen nyeri, dan terapi sensori.
3. Nyeri Akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
- SIKI: Pengkajian nyeri, pemberian analgesik, dan teknik distraksi.
4. Risiko Perubahan Perfusi Serebral:
- SDKI: Berisiko mengalami penurunan aliran darah dan oksigenasi ke otak.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi penurunan perfusi serebral.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, manajemen ventilasi, dan pemberian terapi kortikosteroid.
Rencana Keperawatan:
1. Membantu pasien dalam latihan pergerakan dan mobilisasi sesuai kemampuan.
2. Memantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial dan mengambil tindakan yang sesuai.
3. Memberikan intervensi untuk mengurangi nyeri, seperti pemberian analgesik dan teknik distraksi.
4. Memantau status neurologis dan perfusi serebral secara berkala.
5. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi dan rencana perawatan. -
Article No. 15607 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sistem saraf:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Penurunan Kekuatan Otot dan Hemiparesis
2. Gangguan Persepsi Sensori Terkait Gangguan Penglihatan dan Peningkatan Tekanan Intrakranial
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Terkait Mual dan Muntah
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Penurunan Kekuatan Otot dan Hemiparesis
- SDKI: Keterbatasan gerak dan koordinasi anggota tubuh yang disebabkan oleh penurunan kekuatan otot dan hemiparesis.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan dan peningkatan mobilitas fisik, seperti latihan gerak, peningkatan kekuatan otot, dan penggunaan alat bantu.
2. Gangguan Persepsi Sensori Terkait Gangguan Penglihatan dan Peningkatan Tekanan Intrakranial
- SDKI: Perubahan persepsi sensorik visual dan peningkatan tekanan intrakranial yang disebabkan oleh lesi di lobus parietalis kiri.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien untuk mengintegrasikan informasi sensorik dan merespon secara tepat.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memantau dan mengelola peningkatan tekanan intrakranial, serta memfasilitasi penyesuaian terhadap gangguan penglihatan.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Terkait Mual dan Muntah
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh akibat mual dan muntah.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien untuk mencapai status gizi yang optimal.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengelola mual dan muntah, serta memfasilitasi asupan nutrisi yang adekuat, seperti pemberian antiemetik, dukungan nutrisi enteral atau parenteral.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai akan membantu pasien dalam pemulihan dan peningkatan kondisi fisik, sensorik, dan nutrisi yang terganggu akibat lesi di lobus parietalis kiri. -
Article No. 15608 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat adanya lesi masa pada lobus parietalis kiri
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala peningkatan tekanan intrakranial, seperti sakit kepala, mual, muntah, gangguan penglihatan, dan hemiparesis.
- Pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, serta pergeseran garis tengah otak.
- Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan perfusi darah ke jaringan otak, sehingga terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi ke otak.
2. Gangguan Komunikasi berhubungan dengan gangguan neurologis akibat lesi pada lobus parietalis kiri
Penjelasan:
- Pasien mengalami kesulitan berbicara, yang merupakan salah satu gejala gangguan neurologis akibat lesi pada lobus parietalis kiri.
- Lobus parietalis terlibat dalam pengolahan informasi sensorik dan integrasi berbagai informasi, termasuk bahasa.
- Kerusakan pada area ini dapat menyebabkan gangguan komunikasi verbal pada pasien.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Perfusi Jaringan Serebral Terganggu
- Komunikasi Verbal Terganggu
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perfusi Jaringan Serebral Membaik
- Komunikasi Verbal Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Manajemen Nyeri
- Terapi Wicara -
Article No. 15609 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pada sistem saraf:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Serebral (SDKI)
Definisi: Kerusakan atau disfungsi pada struktur dan/atau fungsi otak yang menimbulkan perubahan status neurologi.
Faktor Terkait: Lesi pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional.
Karakteristik Mayor: Perubahan status mental, penurunan kekuatan otot, gangguan persepsi sensorik, gangguan koordinasi, gangguan kognitif.
2. Risiko Cedera (SDKI)
Definisi: Rentan mengalami luka fisik akibat interaksi individu dengan lingkungannya.
Faktor Terkait: Gangguan neurologis (hemiparesis, hemianopsia temporal, papiledema).
3. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang disengaja dan terarah.
Faktor Terkait: Hemiparesis (kelemahan pada sisi kanan tubuh).
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Pemantauan Fungsi Neurologis
2. Manajemen Nyeri
3. Manajemen Edema
4. Peningkatan Mobilitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Fungsi Neurologis
- Evaluasi status kesadaran dan fungsi saraf cranial
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
2. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Kolaborasi dalam pemberian analgesik
- Penggunaan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
3. Manajemen Edema
- Kolaborasi pemberian kortikosteroid
- Posisioning untuk mengurangi edema
- Pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
4. Peningkatan Mobilitas
- Latihan pergerakan aktif dan pasif
- Pelatihan aktivitas kehidupan sehari-hari
- Kolaborasi dalam pemberian terapi fisik
Kesimpulan:
Kasus ini menggambarkan adanya lesi pada lobus parietalis kiri yang menyebabkan gangguan integritas serebral, risiko cedera, dan gangguan mobilitas fisik pada pasien. Rencana keperawatan dan intervensi yang perlu dilakukan fokus pada pemantauan fungsi neurologis, manajemen nyeri dan edema, serta peningkatan mobilitas pasien. -
Article No. 15610 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sistem saraf:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot dan hemiparesis pada sisi kanan tubuh.
2. Gangguan Persepsi Sensorik berhubungan dengan perubahan fungsi saraf dan papilledema.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan efek massa dan pergeseran garis tengah otak.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, dan/atau kontrol otot.
- Karakteristik mayor: Kelemahan otot, penurunan rentang gerak, penurunan koordinasi.
2. Gangguan Persepsi Sensorik
- Definisi: Perubahan dalam interpretasi stimulus sensorik yang disebabkan oleh disfungsi saraf.
- Karakteristik mayor: Perubahan penglihatan, perubahan kesadaran.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan serebral.
- Faktor risiko: Peningkatan tekanan intrakranial, efek massa pada otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Mobilitas Fisik
- Luaran: Peningkatan Mobilitas Fisik
- Indikator: Peningkatan kekuatan otot, peningkatan rentang gerak, peningkatan koordinasi.
2. Gangguan Persepsi Sensorik
- Luaran: Persepsi Sensorik Terintegrasi
- Indikator: Peningkatan kesadaran, peningkatan fungsi penglihatan.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
- Luaran: Perfusi Serebral Efektif
- Indikator: Penurunan tekanan intrakranial, tidak ada efek massa pada otak.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Mobilitas Fisik
- Intervensi: Peningkatan Mobilitas, Pelatihan Aktivitas Fisik.
2. Gangguan Persepsi Sensorik
- Intervensi: Manajemen Peningkatan Kesadaran, Manajemen Fungsi Penglihatan.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
- Intervensi: Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial, Manajemen Efek Massa pada Otak.