Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15571 | 15 Apr 2025
Klinis : Perawat merencanakan pemberian edukasi tentang diet pada pasien dengan diabetes mellitus, karena perawat menemukan bahwa pasien gula darah sewaktu > 200 mg/dl, pasien terlihat lemah, dan mengakui bahwa selama ini belum mengikuti diet sesuai anjuran, olahraga teratur dikarenakan belum pernah mengikuti kelas edukasi. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien adalah:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakmampuan individu untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mengambil tindakan yang tepat untuk mempertahankan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengetahuan tentang Manajemen Kesehatan Diri yang Efektif
2. Perilaku Manajemen Kesehatan Diri yang Efektif
3. Kontrol Glukosa Darah yang Memadai
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Edukasi Manajemen Diabetes Mellitus
2. Konseling Perilaku Kesehatan
3. Manajemen Aktivitas
Berdasarkan kondisi pasien, perawat menemukan bahwa pasien memiliki kadar gula darah yang tinggi, terlihat lemah, dan belum mengikuti diet serta olahraga sesuai anjuran. Hal ini menunjukkan adanya Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan, dimana pasien belum mampu mengidentifikasi, mengelola, dan mengambil tindakan yang tepat untuk mempertahankan kesehatannya. Oleh karena itu, perawat merencanakan pemberian edukasi tentang diet pada pasien dengan diabetes mellitus untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan kontrol gula darah yang memadai. -
Article No. 15572 | 15 Apr 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan rambut rontok, IMT= 15, suhu tubuh 37.5 derajat C. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bercak eritomatosa berbentuk seperti kupu-kupu yang melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial, serta conjungtiva anemis. Pasien juga mengeluhkan pembesaran kelenjar getah bening pada submandibular dan supraklavikula, tanpa rasa nyeri. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 7.5 g/dl, Trombosit 60.000/mm3, Leukosit 3000/mm3, Limfosit 700/mm3, dan ANA positif dengan anti-dsDNA meningkat. Komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin menunjukkan adanya keton, urobilinogen, bilirubin, dan eritrosit yang ditemukan dalam jumlah kecil. Pemeriksaan radiologi menunjukkan kesan pneumonia. Pasien diberikan pengobatan dengan methylprednisolone, ciprofloxacin, ceftriaxone, dan paracetamol serta diet 1800 kkal.Diagonsa keperawatan yang tepat berdasarkan data dominan pada pengkajian dan medikasi diatas adalah:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat untuk pasien ini adalah:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
- Pasien memiliki IMT yang rendah (15), menunjukkan status gizi yang buruk.
- Pasien mengalami rambut rontok, yang dapat disebabkan oleh defisiensi nutrisi.
- Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia (Hb 7,5 g/dl), trombositopenia (60.000/mm3), dan leukopenia (3.000/mm3), yang mengindikasikan gangguan nutrisi.
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala-gejala seperti pembesaran kelenjar getah bening, pneumonia, dan keluhan umum yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas.
- Kondisi medis pasien, seperti lupus eritematosus sistemik, dapat menyebabkan kelelahan dan intoleransi aktivitas.
3. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan:
- Pasien mengalami anemia dan trombositopenia, yang dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan perifer.
- Pasien juga mengalami gejala-gejala seperti bercak eritematosa dan konjungtiva anemis, yang dapat menunjukkan gangguan perfusi jaringan.
Sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosis keperawatan tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien. -
Article No. 15573 | 15 Apr 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 40 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis Hipertiroid Pasien mengeluh diare, sering merasa baal, merasa panas, lemah, dan sering gemetar, dan bertanya terkait kondisinya Hasil pengkajian TD 140/90 mmHg, frekuensi napas: 20 x/menit, frekuensi nadi: 85 x/menit, IMT 16, berat badan menurun drastis tiga bulan terakhir, nafsu makan meningkat. Masalah keperawatan pada kasus tersebut adalah: a. Intoleransi aktivitas b. Defisit nutrisi kurang ⚫c. Kurang pengetahuan penatalaksanaan penyakit d. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah e. Resiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
c. Kurang pengetahuan penatalaksanaan penyakit
Penjelasan:
Pada kasus ini, pasien menunjukkan kurang pengetahuan terkait penatalaksanaan hipertiroid yang dialaminya. Pasien mengeluh berbagai gejala seperti diare, merasa baal, panas, lemah, dan gemetar, namun belum memahami secara jelas kondisinya. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan pasien mengenai hipertiroid, termasuk gejala, penatalaksanaan, dan perawatan yang diperlukan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosis keperawatan "Kurang pengetahuan penatalaksanaan penyakit" merupakan salah satu diagnosis keperawatan yang terdapat dalam SDKI. Definisinya adalah "Kekurangan informasi kognitif yang berkaitan dengan suatu topik tertentu".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Terkait dengan diagnosis "Kurang pengetahuan penatalaksanaan penyakit", beberapa luaran keperawatan yang dapat menjadi fokus dalam kasus ini adalah:
1. Peningkatan Pengetahuan: Pasien dapat menjelaskan kembali informasi yang diberikan terkait hipertiroid.
2. Partisipasi dalam Perawatan: Pasien aktif terlibat dalam perawatan dan pengelolaan hipertiroid.
3. Kepuasan terhadap Informasi: Pasien menyatakan puas dengan informasi yang diberikan terkait hipertiroid.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan pendidikan kepada pasien mengenai hipertiroid, termasuk gejala, penyebab, penatalaksanaan, dan perawatan yang diperlukan.
2. Konseling: Melakukan konseling untuk membantu pasien memahami dan mengelola kondisinya secara efektif.
3. Fasilitasi Pembuatan Rencana Perawatan: Melibatkan pasien dalam penyusunan rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya.
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuannya, aktif terlibat dalam perawatan, dan mencapai kepuasan terhadap informasi yang diberikan, sehingga dapat mengelola hipertiroidnya dengan baik. -
Article No. 15574 | 15 Apr 2025
Klinis : Tn. J, 42 tahun, HIV positif, datang dengan keluhan batuk berdahak, sesak napas, pasien menyatakan sulit untuk mengeluarkan dahak dan batuk. penurunan berat badan 8 kg dalam 1 bulan, demam, dan keringat malam. Ia juga merasa lelah. Tn. J tidak teratur minum obat ARV dan mengaku sering berhubungan dengan teman yang didiagnosis TB paru. Pemeriksaan fisik menunjukkan suara napas melemah dan tanda infeksi paru, Ronchi positif, Rontgen thoraks menunjukkan lesi infiltratif di paru kanan atas. Pemeriksaan sputum positif Mycobacterium tuberculosis. Diagnosa keperawatan utama yang dirumuskan untuk kasus Tn.J adalah:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Tn. J yang dideskripsikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
- Kriteria diagnostik:
- Batuk tidak efektif
- Suara napas melemah
- Ronki
- Sputum berlebihan
- Sesak napas
- Faktor yang berhubungan:
- Infeksi saluran napas (TB paru)
- Penurunan kemampuan batuk
- Sekresi berlebihan
Intervensi Keperawatan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Mempertahankan Jalan Napas Terbuka
- Manajemen Batuk
- Manajemen Ventilasi
Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Inhalasi
- Manajemen Batuk
Kesimpulan, diagnosa keperawatan utama yang sesuai untuk kasus Tn. J adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, dengan intervensi keperawatan yang terfokus pada mempertahankan jalan napas terbuka, manajemen batuk, dan manajemen ventilasi. -
Article No. 15575 | 15 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki usia 50 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnose medis Diabetes Mellitus. Hasil pengkajian: TD 100/70 mm/Hg, frekuensi nadi 70 x/menit, suhu 370C, frekuensi napas 24 x/menit, pola nafas kussmaul, gelisah dan cemas, bunyi nafas wheezing, sputum banyak, Pasien sudah terpasang O2. Apakah Tindakan yang perlu diajarkan pada pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan hasil pengkajian yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta tindakan yang perlu diajarkan pada pasien:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Kerusakan Pertukaran Gas
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif ditandai dengan adanya perubahan frekuensi, kedalaman, atau ritme pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif, yakni frekuensi napas 12-20 kali per menit, irama teratur, dan kedalaman napas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemberian oksigen, latihan pernapasan, dan edukasi terkait teknik pernapasan yang efektif.
Tindakan yang Perlu Diajarkan pada Pasien:
1. Latihan pernapasan diafragmatik (pernapasan perut): Pasien diminta untuk bernapas dalam melalui hidung, mengembangkan perut, dan mengeluarkan napas perlahan melalui mulut. Latihan ini dapat membantu meningkatkan efektivitas pernapasan.
2. Teknik batuk efektif: Pasien diminta untuk menarik napas dalam, menahan sejenak, kemudian batuk dengan kuat untuk mengeluarkan sputum. Hal ini dapat membantu membersihkan jalan napas.
3. Edukasi perawatan oksigen: Pasien perlu diajarkan cara menggunakan alat oksigen dengan tepat, menjaga kebersihan alat, serta memantau kebutuhan oksigen.
4. Manajemen kecemasan: Pasien dapat diajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk mengurangi kecemasan yang dapat memperburuk kondisi pernapasan.
Dengan penerapan tindakan-tindakan tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai pola napas yang efektif dan mengelola kondisi pernapasannya dengan baik. -
Article No. 15576 | 15 Apr 2025
Klinis : Tn. D, 40 tahun, HIV positif, datang ke rumah sakit dengan keluhan rasa cemas, putus asa, dan perasaan tidak berharga. Ia merasa kesepian dan terisolasi, menghindari interaksi sosial dan aktivitas yang biasa dilakukan. Tn. D mengaku tidak teratur mengonsumsi obat ARV, dan mengalami penurunan berat badan sekitar 5 kg dalam 1 bulan terakhir. Ia merasa hidupnya tidak memiliki tujuan dan sering merasa lelah. Pemeriksaan fisik menunjukkan lesu, dan pada wawancara psikologis. Diangosa keperawatan utama yang dirumuskan sesuai dengan kondisi Tn.D adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dialami oleh Tn. D, yaitu HIV positif, keluhan rasa cemas, putus asa, perasaan tidak berharga, kesepian, terisolasi, penurunan kepatuhan terapi ARV, penurunan berat badan, dan perasaan lelah, maka dapat dirumuskan diagnosis keperawatan utama sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan Utama:
Gangguan Proses Pikir Kronis berhubungan dengan diagnosis medis HIV dan depresi, ditandai dengan kecemasan, perasaan tidak berharga, dan putus asa.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Proses Pikir Kronis didefinisikan sebagai kemampuan berpikir yang terganggu secara menetap, yang ditandai dengan perubahan perhatian, persepsi, ingatan, pemecahan masalah, dan/atau pengambilan keputusan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini antara lain:
1. Pasien menunjukkan penurunan kecemasan.
2. Pasien menunjukkan peningkatan harga diri.
3. Pasien menunjukkan penurunan depresi.
4. Pasien menunjukkan peningkatan kepatuhan terapi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Terapi Kognitif: Mengidentifikasi dan memodifikasi pola pikir negatif.
2. Terapi Suportif: Memberikan dukungan emosional dan meningkatkan strategi koping.
3. Terapi Perilaku: Mengembangkan aktivitas yang bermakna dan meningkatkan interaksi sosial.
4. Edukasi: Memberikan informasi tentang manajemen penyakit dan pentingnya kepatuhan terapi ARV.
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, diharapkan Tn. D dapat mengatasi gangguan proses pikir kronis yang dialaminya, meningkatkan kualitas hidup, dan mencapai outcome yang optimal. -
Article No. 15577 | 15 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki dewasa akhir berusia 62 tahun, di diagnosa DM Tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu, dirawat di ruang rawat penyakit dalam dengan keluhan penglihatan kabur, pusing, dan badan terasa lemas. Sebelum dibawa ke rumah sakit klien minum sereal dan buah pisang dengan alasan lapar pada malam hari. Masalah keperawatan yang aktual pada pasien tersebut adalah:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan yang aktual pada pasien tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi: Kondisi tidak terkendalinya kadar glukosa darah yang dapat mengakibatkan komplikasi akut atau kronis.
Penjelasan Singkat:
- Pasien mengalami keluhan penglihatan kabur, pusing, dan badan terasa lemas yang merupakan gejala-gejala ketidakstabilan kadar glukosa darah.
- Pasien memiliki riwayat DM Tipe 2 selama 5 tahun, yang dapat menyebabkan fluktuasi kadar glukosa darah.
- Pasien minum sereal dan buah pisang sebelum dibawa ke rumah sakit, yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi diagnosis: Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- Kode diagnosis: 00179
- Definisi: Kondisi tidak terkendalinya kadar glukosa darah yang dapat mengakibatkan komplikasi akut atau kronis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang sesuai: Kontrol Glikemik, Perilaku Manajemen Diabetes
- Kriteria hasil: Kadar glukosa darah terkontrol, Pasien aktif dalam perawatan diri diabetes.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang sesuai: Pemantauan Glukosa Darah, Edukasi Manajemen Diabetes
- Aktivitas keperawatan: Mengukur kadar glukosa darah, Mengajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen diabetes. -
Article No. 15578 | 15 Apr 2025
Klinis : Ny. S, berusia 45 tahun, seorang ibu RT datang ke Poli penyakit dalam dengan keluhan nyeri, bengkak dan kekakuan pada sendi tangan dan kaki. Pasien mengeluh nyeri ringan pada sendi-sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan. Awalnya nyeri timbul saat beraktivitas, namun keluhan ini dirasakan semakin berat terutama pada pagi hari dengan lama nyeri lebih dari 1 jam dan masih dirasakan saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan lemas dan lelah serta demam ringan (suhu berkisar 38 derajat C). Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 2 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri ringan pada sendi- sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan pada pagi hari dengan lama nyeri kurang dari 1 jam Seiring waktu, nyeri semakin meluas ke sendi lutut, siku, dan bahu. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada kasus diatas adalah:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh Ny. S, usia 45 tahun, seorang ibu rumah tangga yang datang ke Poli Penyakit Dalam dengan keluhan nyeri, bengkak, dan kekakuan pada sendi tangan dan kaki, serta keluhan lemas, lelah, dan demam ringan, dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Nyeri Kronik Terkait Peradangan Sendi
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang sedang berlangsung atau potensial, yang dirasakan pada sendi-sendi tubuh dan berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Penyebab: Peradangan kronis pada sendi-sendi.
- Gejala: Nyeri, bengkak, dan kekakuan pada sendi-sendi, khususnya jari-jari tangan, pergelangan tangan, lutut, siku, dan bahu. Nyeri lebih buruk pada pagi hari dan memengaruhi aktivitas sehari-hari.
2. Intoleransi Aktivitas Terkait Kelemahan Fisik
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik.
- Penyebab: Peradangan sendi, kelelahan, dan demam ringan.
- Gejala: Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Infeksi Terkait Penurunan Sistem Imun
- Definisi: Peningkatan kemungkinan terkena infeksi, yang disebabkan oleh penurunan sistem kekebalan tubuh.
- Penyebab: Peradangan sendi dan demam ringan.
- Gejala: Demam ringan.
Penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari PPNI:
SDKI: Merupakan standar yang berisi definisi, karakteristik, dan faktor-faktor yang terkait dengan diagnosa keperawatan. SDKI berfungsi sebagai panduan bagi perawat dalam mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan.
SLKI: Merupakan standar yang berisi pernyataan hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan. SLKI berfungsi sebagai panduan bagi perawat dalam mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan.
SIKI: Merupakan standar yang berisi intervensi-intervensi keperawatan yang dapat digunakan perawat untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan. SIKI berfungsi sebagai panduan bagi perawat dalam merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan. -
Article No. 15579 | 15 Apr 2025
Klinis : Tn. B, 45 tahun, didiagnosis positif HIV dan merasa sangat cemas. Ia menghindari berbicara dengan keluarga dan teman-temannya karena takut ditolak. Selama beberapa minggu terakhir, ia merasa lelah, kehilangan nafsu makan, dan mengalami penurunan berat badan lebih dari 5 persen. Tn. B lebih banyak diam dan terlihat menarik diri dari interaksi sosial.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Tn. B, 45 tahun, yang didiagnosis positif HIV dan mengalami kecemasan, adalah sebagai berikut:
1. Kecemasan (NANDA-I: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Penjelasan: Tn. B merasa sangat cemas dan menghindari komunikasi dengan keluarga serta teman-temannya karena takut ditolak.
2. Risiko Kondisi Nutrisi Tidak Seimbang: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (NANDA-I: 00002)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan: Tn. B mengalami penurunan berat badan lebih dari 5 persen dan kehilangan nafsu makan dalam beberapa minggu terakhir.
3. Isolasi Sosial (NANDA-I: 00054)
Definisi: Pengalaman individu dan kondisi yang ditandai dengan perasaan kesepian, terisolasi, dan tidak memiliki dukungan sosial yang dibutuhkan.
Penjelasan: Tn. B terlihat menarik diri dari interaksi sosial dan lebih banyak diam.
Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat diterapkan untuk menangani kondisi Tn. B adalah:
1. SDKI: Kecemasan (10001)
SLKI: Kontrol Cemas (30004)
SIKI: Manajemen Kecemasan (60012)
2. SDKI: Nutrisi Tidak Seimbang: Intake Kurang (10007)
SLKI: Status Gizi Adekuat (30029)
SIKI: Peningkatan Intake Nutrisi (60059)
3. SDKI: Isolasi Sosial (10005)
SLKI: Interaksi Sosial (30012)
SIKI: Fasilitasi Interaksi Sosial (60027)
Penerapan standar-standar tersebut dapat membantu dalam mengatasi kecemasan, memperbaiki status nutrisi, dan meningkatkan interaksi sosial Tn. B, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 15580 | 15 Apr 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan rambut rontok, IMT= 15, suhu tubuh 37.5 derajat C. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bercak eritomatosa berbentuk seperti kupu-kupu yang melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial, serta conjungtiva anemis. Pasien juga mengeluhkan pembesaran kelenjar getah bening pada submandibular dan supraklavikula, tanpa rasa nyeri. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 7.5 g/dl, Trombosit 60.000/mm3, Leukosit 3000/mm3, Limfosit 700/mm3, dan ANA positif dengan anti-dsDNA meningkat. Komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin menunjukkan adanya keton, urobilinogen, bilirubin, dan eritrosit yang ditemukan dalam jumlah kecil. Pemeriksaan radiologi menunjukkan kesan pneumonia. Pasien diberikan pengobatan dengan methylprednisolone, ciprofloxacin, ceftriaxone, dan paracetamol serta diet 1800 kkal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini memiliki gejala yang mengarah pada diagnosa keperawatan Ketidakefektifan pola nutrisi terkait kurang asupan nutrisi, ditandai dengan IMT yang rendah (15), rambut rontok, dan pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan anemia (Hb 7,5 g/dl), trombositopenia (60.000/mm3), dan limfopenia (700/mm3).
Penjelasan singkat standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan pola nutrisi: Ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi pada tingkat sel.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan status nutrisi
- Peningkatan berat badan
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nutrisi
- Konseling gizi
- Pemantauan status nutrisi
Selain itu, pasien juga memiliki gejala yang mengarah pada diagnosa keperawatan Risiko infeksi terkait dengan kondisi imunokompromais, ditandai dengan adanya pneumonia, pembesaran kelenjar getah bening, dan penurunan komplemen (C3 dan C4).
Penjelasan singkat standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko infeksi: Peningkatan risiko terinfeksi organisme patogen.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bebas infeksi
- Pengendalian proses infeksi
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen risiko infeksi
- Pemberian antibiotik
- Perawatan terkait infeksi
Selain itu, pasien juga memiliki gejala yang mengarah pada diagnosa keperawatan Intoleransi aktivitas terkait dengan kelelahan dan kelemahan yang diakibatkan oleh anemia dan kondisi imunokompromais.
Penjelasan singkat standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Toleransi aktivitas
- Peningkatan energi
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen energi
- Peningkatan aktivitas
- Terapi istirahat
Jadi, berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan utama yang dapat ditegakkan adalah Ketidakefektifan pola nutrisi, Risiko infeksi, dan Intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nutrisi, manajemen risiko infeksi, dan manajemen energi.