Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15558 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 5 : CBL – Solusio Plasenta Skenario kasus: Seorang ibu hamil, Ny. D, usia 29 tahun, G2P1A0, datang ke IGD rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat di perut bagian bawah sejak 2 jam lalu. Ia juga mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir yang berwarna merah gelap. Usia kehamilan saat ini sekitar 34 minggu. Ny. D tampak pucat dan gelisah. Hasil pemeriksaan : 1. TD: 90/60 mmHg 2. Nadi: 108x/menit 3. Perdarahan ± 150 cc, warna merah gelap 4. Perut terasa tegang dan nyeri saat disentuh 5. Gerakan janin tidak dirasakan sejak tadi pagi 6. Riwayat hipertensi dalam kehamilan Hasil USG : Terdapat hematoma retroplasenta Plasenta sebagian terlepas dari dinding uterus Denyut jantung janin: tidak terdeteksi Tanda-tanda fetal distress
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kasus Solusio Plasenta pada Ny. D.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
1. Perdarahan Antepartum (00632)
Definisi: Kehilangan darah dari jalan lahir sebelum janin lahir, yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
Penyebab: Melepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya dari dinding uterus sebelum janin lahir.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Hemodinamik (0802)
Tujuan: Mempertahankan volume cairan dan oksigenasi yang adekuat selama masa peripartum.
Kriteria Hasil:
- Tekanan darah dalam rentang normal
- Nadi dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda syok hipovolemik
2. Integritas Jaringan (1101)
Tujuan: Mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan uterus akibat solusio plasenta.
Kriteria Hasil:
- Perdarahan terkendali
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area perdarahan
3. Kesejahteraan Janin (0705)
Tujuan: Mempertahankan kesejahteraan janin selama masa krisis.
Kriteria Hasil:
- Denyut jantung janin dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda distress janin
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik (6680)
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda-tanda syok hipovolemik
- Berikan cairan intravenous untuk mempertahankan volume cairan dan tekanan darah
2. Pengendalian Perdarahan (4160)
- Dorong ibu untuk istirahat dan miring ke kiri
- Berikan oksigen melalui kanula nasal
- Siapkan peralatan medis untuk penanganan perdarahan, seperti kompresor, kateter Foley, dan obat-obatan
- Lakukan pemantauan keluaran darah secara ketat
3. Perawatan Janin Risti (6820)
- Pantau denyut jantung janin secara terus-menerus
- Berikan oksigen ke ibu untuk meningkatkan oksigenasi janin
- Koordinasikan dengan tim medis untuk pemantauan dan intervensi lebih lanjut terkait kesejahteraan janin
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami penatalaksanaan keperawatan pada kasus Solusio Plasenta. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. -
Article No. 15559 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 5 : CBL – Solusio Plasenta Skenario kasus: Seorang ibu hamil, Ny. D, usia 29 tahun, G2P1A0, datang ke IGD rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat di perut bagian bawah sejak 2 jam lalu. Ia juga mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir yang berwarna merah gelap. Usia kehamilan saat ini sekitar 34 minggu. Ny. D tampak pucat dan gelisah. Hasil pemeriksaan : 1. TD: 90/60 mmHg 2. Nadi: 108x/menit 3. Perdarahan ± 150 cc, warna merah gelap 4. Perut terasa tegang dan nyeri saat disentuh 5. Gerakan janin tidak dirasakan sejak tadi pagi 6. Riwayat hipertensi dalam kehamilan Hasil USG : Terdapat hematoma retroplasenta Plasenta sebagian terlepas dari dinding uterus Denyut jantung janin: tidak terdeteksi Tanda-tanda fetal distress
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan skenario kasus di atas, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan Utama:
Risiko perdarahan (NANDA-I, 2018)
Definisi: Kerentanan untuk mengalami kehilangan darah dari sistem vaskuler yang melebihi volume normal, yang dapat mengancam kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan Tambahan:
a. Nyeri akut (NANDA-I, 2018)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu.
b. Ancaman kematian janin (NANDA-I, 2018)
Definisi: Kerentanan untuk mengalami kematian janin sebelum kelahiran akibat faktor internal atau eksternal yang dapat mengancam hidup.
c. Kecemasan (NANDA-I, 2018)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau tegang yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI memberikan panduan standar untuk menentukan diagnosis keperawatan yang akurat berdasarkan kondisi klien. Memuat definisi, karakteristik, faktor berhubungan, dan faktor risiko untuk setiap diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI menyediakan panduan standar untuk menetapkan luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan. Memuat definisi, kriteria hasil, dan intervensi untuk setiap luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI menyediakan panduan standar untuk melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif. Memuat definisi, aktivitas, dan kriteria hasil untuk setiap intervensi keperawatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI memungkinkan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, berkualitas, dan berpusat pada pasien. -
Article No. 15560 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 5 : CBL – Solusio Plasenta Skenario kasus: Seorang ibu hamil, Ny. D, usia 29 tahun, G2P1A0, datang ke IGD rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat di perut bagian bawah sejak 2 jam lalu. Ia juga mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir yang berwarna merah gelap. Usia kehamilan saat ini sekitar 34 minggu. Ny. D tampak pucat dan gelisah. Hasil pemeriksaan : 1. TD: 90/60 mmHg 2. Nadi: 108x/menit 3. Perdarahan ± 150 cc, warna merah gelap 4. Perut terasa tegang dan nyeri saat disentuh 5. Gerakan janin tidak dirasakan sejak tadi pagi 6. Riwayat hipertensi dalam kehamilan Hasil USG : Terdapat hematoma retroplasenta Plasenta sebagian terlepas dari dinding uterus Denyut jantung janin: tidak terdeteksi Tanda-tanda fetal distress
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus di atas, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta intervensi keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan yang hebat berhubungan dengan solusio plasenta.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Risiko perdarahan hebat adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami perdarahan yang berlebihan dan dapat mengancam jiwa.
SLKI: Hasil yang diharapkan adalah tidak terjadi perdarahan hebat, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan hemodinamik stabil.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, pemberian oksigen, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan/darah, dan pengkajian ulang secara berkala.
Intervensi Keperawatan:
1. Pantau tanda-tanda vital secara ketat (TD, nadi, respirasi, suhu).
2. Pantau perdarahan dari jalan lahir (jumlah, warna, konsistensi).
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan/darah.
5. Lakukan pengkajian ulang secara berkala untuk mendeteksi perubahan kondisi.
6. Berikan dukungan emosional dan informasi kepada pasien dan keluarga.
7. Persiapkan tindakan medis selanjutnya (misalnya, tindakan operatif) jika diperlukan.
Tanda-tanda fetal distress pada kasus ini ditandai dengan tidak terdeteksinya denyut jantung janin, yang merupakan salah satu indikasi adanya gawat janin. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan kesejahteraan janin, kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan yang tepat, serta pemberian dukungan emosional kepada ibu hamil. -
Article No. 15561 | 15 Apr 2025
Klinis : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Ds : 5. Ny. S mengatakan sering batuk selama 3 minggu lebih 6. Ny. S mengatakan batuk berlendir 7. Ny. S mengatakan batuk berdahak sulit untuk dikeluarkan 8. Ny. S mengeluh sesak nafas saat beraktivitas ringan DO : 4. Pasien tidak mampu batuk efektif, sehingga sulit mengeluarkan dahaknya 5. Terdengar suara napas Ronchi Pernapasan 26 x/i
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Data Subjektif:
1. Ny. S mengatakan sering batuk selama 3 minggu lebih
2. Ny. S mengatakan batuk berlendir
3. Ny. S mengatakan batuk berdahak sulit untuk dikeluarkan
4. Ny. S mengeluh sesak nafas saat beraktivitas ringan
Data Objektif:
1. Pasien tidak mampu batuk efektif, sehingga sulit mengeluarkan dahaknya
2. Terdengar suara napas Ronchi
3. Pernapasan 26 x/i
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal
b. Tidak ada suara napas abnormal
c. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
d. Pasien tidak mengalami sesak napas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang terbuka dan efektif.
Aktivitas:
a. Lakukan suction jika diperlukan
b. Ajarkan teknik batuk efektif
c. Berikan humidifikasi oksigen
d. Berikan nebulizer terapi jika diperlukan
e. Pantau fungsi pernapasan
2. Manajemen Sekret
Tujuan: Membantu pasien mengeluarkan sekret dengan efektif.
Aktivitas:
a. Berikan posisi yang memudahkan pengeluaran sekret
b. Berikan terapi postural drainase
c. Berikan ekspektorasi jika diperlukan
d. Pantau pengeluaran sekret
3. Manajemen Energi
Tujuan: Mempertahankan energi pasien.
Aktivitas:
a. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
b. Berikan istirahat yang cukup
c. Pantau tanda-tanda kelelahan
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, karena berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, pasien mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan sehingga mempertahankan jalan napas yang terbuka menjadi tidak efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, yang artinya pasien mampu membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan sehingga jalan napas tetap terbuka dan efektif. Kriteria hasil yang diharapkan adalah frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal, pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif, dan pasien tidak mengalami sesak napas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi Manajemen Jalan Napas, Manajemen Sekret, dan Manajemen Energi. Intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan efektif, membantu pasien mengeluarkan sekret dengan efektif, serta mempertahankan energi pasien. -
Article No. 15562 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus: Tn. F mengeluhkan buang air kecil yang semakin sering terutama pada malam hari (nocturia). Sebelumnya, ia bisa tidur nyenyak sepanjang malam tanpa harus terbangun untuk buang air kecil, namun sekarang ia terbangun sekitar 3-4 kali setiap malam untuk buang air kecil. Frekuensi buang air kecil pada siang hari juga meningkat dibandingkan sebelumnya. Bapak Agus merasa tidak puas dan tidak tuntas setelah BAK, bahkan kadang-kadang masih merasa ingin kencing meskipun sudah melakukannya. Ia juga merasakan sensasi terbakar di area uretra saat buang air kecil. Selain itu, ia mengeluhkan adanya nyeri tumpul di bagian bawah perut, tepatnya di sekitar area kandung kemih, yang terkadang terasa setelah buang air kecil. Urine yang dikeluarkan kadang terlihat lebih keruh dan lebih pekat dari biasanya, meskipun tidak ada darah yang tampak. Ia juga merasakan perasaan sering ingin kencing meski dalam jumlah sedikit. Gejala ini sudah berlangsung lebih dari 1 bulan, dan semakin mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama tiduran malam hari. Tidak ada penurunan berat badan yang signifikan, demam, atau keluhan lain seperti mual atau muntah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih, ditandai dengan nocturia, frekuensi berkemih yang meningkat, rasa tidak puas setelah berkemih, dan nyeri saat berkemih.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan eliminasi urin: Perubahan pola berkemih yang tidak normal, ditandai dengan frekuensi, volume, atau karakteristik urin yang tidak sesuai.
- Penyebab: Infeksi saluran kemih, prostatitis, atau penyakit lain yang mempengaruhi sistem perkemihan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Eliminasi urin yang adekuat
- Bebas dari infeksi saluran kemih
- Bebas dari rasa tidak nyaman saat berkemih
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen gangguan eliminasi urin
- Manajemen infeksi
- Edukasi tentang pola eliminasi urin normal
Dengan kondisi yang dialami Tn. F, diagnosa keperawatan yang tepat adalah Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih, yang ditandai dengan gejala-gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen gangguan eliminasi urin, manajemen infeksi, dan edukasi tentang pola eliminasi urin normal untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. -
Article No. 15563 | 15 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai hal-hal yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan produksi sekret, penurunan kemampuan batuk efektif, obstruksi jalan napas.
- Tanda dan gejala: Suara napas bronkial, pasien batuk berdahak, sesak napas.
2. Risiko infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor risiko: Penyakit kronis (tuberkulosis paru), penurunan sistem imun, pajanan terhadap agen infeksi.
- Tanda dan gejala: Demam, penurunan nafsu makan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan jalan napas
- Mempertahankan jalan napas yang paten.
- Ekspektorasi sekret efektif.
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi.
2. Kontrol infeksi
- Tidak terjadi komplikasi infeksi.
- Tanda-tanda vital stabil.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan jalan napas tidak efektif:
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, penggunaan otot bantu).
- Auskultasi suara napas, identifikasi adanya bunyi tambahan.
- Berikan oksigen sesuai indikasi.
- Berikan postural drainage dan perkusi dada untuk membantu pengeluaran sekret.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologi (bronkodilator, mukolitik).
2. Risiko infeksi:
- Monitor tanda-tanda vital, termasuk suhu tubuh.
- Kaji status nutrisi dan cairan pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologi (antibiotik, antituberkulosis).
- Pantau respons pasien terhadap terapi.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengelola kondisi pasien dengan dugaan tuberkulosis paru. Penekanan diberikan pada upaya menjaga bersihan jalan napas dan mencegah komplikasi infeksi. Intervensi keperawatan dirancang untuk mendukung pengobatan medis dan melibatkan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. -
Article No. 15564 | 15 Apr 2025
Klinis : tN. y, 54 TAHUN, MUAL , NYERI ULU HATI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu mual dan nyeri ulu hati pada pasien tn. y berusia 54 tahun, maka diagnosa keperawatan yang sesuai mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Mual (00134): Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan dorongan untuk muntah.
2. Nyeri akut (00132): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mual (NOC 1450):
- Indikator: Frekuensi mual, Intensitas mual, Durasi mual, Kemampuan mengendalikan mual.
- Kriteria hasil yang diharapkan: Frekuensi mual menurun, Intensitas mual menurun, Durasi mual memendek, Pasien mampu mengendalikan mual.
2. Kontrol nyeri (NOC 1605):
- Indikator: Intensitas nyeri, Durasi nyeri, Frekuensi nyeri, Pemantauan nyeri.
- Kriteria hasil yang diharapkan: Intensitas nyeri menurun, Durasi nyeri memendek, Frekuensi nyeri menurun, Pasien mampu memantau nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen mual (NIC 1450):
- Kaji tanda dan gejala mual, penyebab, dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
- Berikan antiemetik sesuai instruksi medis.
- Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan atau minuman yang disukai.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi mual.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab mual.
2. Manajemen nyeri (NIC 1400):
- Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat/dingin, relaksasi, dan distraksi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab nyeri.
Penjelasan yang lebih rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Mual (00134) dan Nyeri akut (00132) merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien tn. y yang mengalami mual dan nyeri ulu hati. Diagnosa ini menggambarkan masalah kesehatan yang perlu ditangani oleh perawat.
2. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Luaran yang diharapkan adalah penurunan frekuensi, intensitas, dan durasi mual, serta peningkatan kemampuan pasien dalam mengendalikan mual. Selain itu, diharapkan juga penurunan intensitas, durasi, dan frekuensi nyeri, serta peningkatan kemampuan pasien dalam memantau nyeri.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Intervensi yang diperlukan meliputi manajemen mual dan manajemen nyeri. Perawat perlu melakukan pengkajian, pemberian intervensi farmakologis dan nonfarmakologis, serta kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab mual dan nyeri.
Berdasarkan kondisi pasien tn. y, perawat perlu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif untuk mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 15565 | 15 Apr 2025
Klinis : PPOK
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medis, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.9
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik, tidak dirinci
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Terapi oksigen, lain-lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J44.9 digunakan untuk mendiagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang tidak dirinci secara spesifik. Kode ini mencakup kondisi seperti bronkitis kronis, emfisema, dan PPOK tidak spesifik lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 93.08 digunakan untuk prosedur atau tindakan pemberian terapi oksigen pada pasien dengan PPOK. Ini merupakan salah satu intervensi umum yang dilakukan untuk mengatasi gangguan fungsi paru-paru pada penderita PPOK.
Pengkodean yang tepat berdasarkan sistem klasifikasi ICD-10 dan ICD-9-CM ini penting untuk dokumentasi medis yang akurat, komunikasi antar profesional kesehatan, serta proses penagihan dan pembiayaan perawatan pasien. -
Article No. 15566 | 15 Apr 2025
Klinis : SESAK NAFAS SEJAK PAGI TADI DISERTAI PANAS BADAN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi sesak nafas sejak pagi tadi disertai panas badan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Karakteristik: Mengi, ortopnea, retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu pernapasan.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mempertahankan Bersihan Jalan Napas
- Intervensi: Mengatur posisi pasien, memberikan oksigen, suction, nebulizer, dan fisioterapi dada.
Luaran Asuhan Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator: Pasien dapat bernafas dengan lancar, tidak ada retraksi dinding dada, dan bunyi napas normal.
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, pasien mengalami sesak napas sejak pagi terkait dengan panas badan. Hal ini dapat mengarah pada diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mempertahankan bersihan jalan napas melalui pengaturan posisi pasien, pemberian oksigen, suction, nebulizer, dan fisioterapi dada. Luaran yang diharapkan adalah tercapainya Bersihan Jalan Napas Efektif, di mana pasien dapat bernafas dengan lancar, tidak ada retraksi dinding dada, dan bunyi napas normal. -
Article No. 15567 | 15 Apr 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 40 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis Hipertiroid. Pasien mengeluh diare, sering merasa baal, merasa panas, lemah, dan sering gemetar, dan bertanya terkait kondisinya Hasil pengkajian TD 140/90 mmHg, frekuensi napas: 20 x/menit, frekuensi nadi: 85 x/menit, IMT 16, berat badan menurun drastis tiga bulan terakhir, nafsu makan meningkat. Masalah keperawatan pada kasus tersebut adalah:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipertiroidisme.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit tiroid, seperti hipertiroidisme, yang dapat meningkatkan metabolisme dan memicu penurunan berat badan yang drastis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien mencapai berat badan yang sesuai, nafsu makan membaik, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pemberian nutrisi sesuai kebutuhan, pemantauan asupan dan output cairan, serta edukasi terkait diet yang sesuai dengan kondisi hipertiroidisme.
Dengan penanganan yang tepat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat memulihkan status nutrisinya dan mencapai berat badan yang optimal.