Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17580 | 20 May 2025
Klinis : SESAK NAFAS
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi sesak napas, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00032
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0400
Definisi: Pemulihan atau peningkatan ventilasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 02101
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
Penjelasan singkat:
Pola napas tidak efektif merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit paru, gangguan neuromuskular, atau obstruksi jalan napas. Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat, seperti pemberian oksigen, pengaturan posisi, dan latihan pernapasan. Tujuan akhirnya adalah pemulihan atau peningkatan ventilasi yang adekuat pada pasien. -
Article No. 17581 | 20 May 2025
Klinis : Bapak Reno baru saja memeriksakan diri ke klinik terdekat rumahnya karena diare yang tak kunjung membaik 3 hari terakhir. Bapak Reno sudah mencoba meminum obat antidiare dan memakan daun jambu untuk menghentikan diarenya namun belum ada perbaikan. Bapak Reno mengaku sangat lemas. Saat diperiksa, tampak turgor kulit lambat kembali. Bapak Reno mengetahui pentingnya meningkatkan asupan cairan saat dehidrasi, namun rasa sakit di perutnya membuatnya enggan untuk sering minum.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Bapak Reno:
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare.
Kondisi Bapak Reno yang mengalami diare selama 3 hari dan dengan gejala turgor kulit lambat kembali mengindikasikan risiko terjadinya dehidrasi. Diare yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit tubuh secara signifikan, sehingga perlu segera diatasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hidrasi Adekuat
Kriteria hasil:
- Turgor kulit kembali normal
- Membran mukosa lembab
- Produksi urin normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Pantau tanda-tanda vital dan input/output cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian cairan intravena jika diperlukan
- Anjurkan pasien minum air putih, oralit, atau cairan elektrolit lainnya secara rutin
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya hidrasi adekuat saat diare
2. Manajemen Nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang sesuai
- Anjurkan pasien untuk makan makanan yang kaya elektrolit seperti pisang, kentang rebus, dll.
- Pantau asupan dan output nutrisi pasien
Penjelasan rinci:
Kondisi Bapak Reno dengan diare yang tidak kunjung membaik selama 3 hari dan disertai gejala turgor kulit lambat kembali mengindikasikan adanya risiko dehidrasi. Intervensi keperawatan yang tepat adalah menjaga hidrasi pasien melalui pemberian cairan dan elektrolit secara adekuat, baik melalui pemberian intravena maupun oral. Selain itu, edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga hidrasi saat diare juga sangat diperlukan. Selain itu, manajemen nutrisi yang tepat juga penting untuk membantu proses pemulihan pasien. -
Article No. 17511 | 19 May 2025
Klinis : diagnosis yang muncul pada bayi baru lahir
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai tenaga kesehatan, saya akan menyediakan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin muncul pada bayi baru lahir.
1. Kode ICD-10:
- Kode: P07
- Deskripsi: Kelahiran prematur dan berat badan rendah yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kode ini mencakup bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur, dan bayi dengan usia kehamilan yang sangat pendek.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian surfaktan melalui trakea, prosedur yang dilakukan untuk membantu perkembangan paru-paru pada bayi prematur atau bayi dengan sindrom gangguan pernafasan.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 P07 digunakan untuk mengidentifikasi kondisi bayi baru lahir yang prematur atau dengan berat badan lahir rendah, yang merupakan salah satu masalah kesehatan umum yang sering ditemukan pada bayi baru lahir.
- Kode ICD-9-CM 99.15 mengacu pada pemberian surfaktan melalui trakea, yang merupakan salah satu tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk membantu perkembangan paru-paru pada bayi prematur atau bayi dengan sindrom gangguan pernafasan.
- Penggunaan kode-kode ini sangat penting dalam pencatatan medis dan pelaporan, untuk memastikan dokumentasi yang akurat dan pengkodean yang tepat untuk kondisi dan tindakan medis pada bayi baru lahir. -
Article No. 17512 | 19 May 2025
Klinis : diagnosis yang muncul pada bayi baru lahir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi bayi baru lahir.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hyperthermic Regulatory (D-000103)
Definisi: Tidak mampu mengatur suhu tubuh yang menyebabkan peningkatan suhu di atas normal.
2. Delayed Growth and Development (D-000059)
Definisi: Kemampuan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang tidak sesuai dengan tahapan usia.
3. Impaired Feeding (D-000089)
Definisi: Ketidakmampuan untuk makan atau minum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hyperthermic Regulatory (D-000103)
Kode: D-000103
Definisi: Tidak mampu mengatur suhu tubuh yang menyebabkan peningkatan suhu di atas normal.
2. Delayed Growth and Development (D-000059)
Kode: D-000059
Definisi: Kemampuan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang tidak sesuai dengan tahapan usia.
3. Impaired Feeding (D-000089)
Kode: D-000089
Definisi: Ketidakmampuan untuk makan atau minum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Termoregulasi (L-000086)
Kode: L-000086
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan (L-000051)
Kode: L-000051
Definisi: Kemampuan untuk mencapai tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usia.
3. Nutrisi Adekuat (L-000045)
Kode: L-000045
Definisi: Kemampuan untuk mengonsumsi nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Hipertermia (I-000153)
Kode: I-000153
Definisi: Serangkaian tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
2. Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan (I-000233)
Kode: I-000233
Definisi: Serangkaian tindakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.
3. Promosi Makan (I-000175)
Kode: I-000175
Definisi: Serangkaian tindakan untuk memfasilitasi peningkatan asupan nutrisi. -
Article No. 17513 | 19 May 2025
Klinis : diagnosis yang muncul pada bayi baru lahir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah beberapa **Diagnosa Keperawatan (SDKI)**, **Luaran Keperawatan (SLKI)**, dan **Intervensi Keperawatan (SIKI)** yang relevan untuk bayi baru lahir, sesuai standar **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Gangguan Pertukaran Gas (SDKI: 00030)**
**Penjelasan:**
Kondisi di mana bayi baru lahir mengalami ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan metabolik tubuh, sering disebabkan oleh prematuritas, asfiksia perinatal, atau penyakit membran hialin.
**Luaran (SLKI: 0401 – Status Pernapasan)**
- Kriteria:
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (30–60 kali/menit).
- Tidak ada retraksi dinding dada.
- Saturasi oksigen ? 95%.
**Intervensi (SIKI: 3310 – Manajemen Jalan Napas)**
- Memantau tanda-tanda distress pernapasan.
- Posisikan bayi dengan kepala sedikit ekstensi.
- Berikan oksigen tambahan jika diperlukan.
---
### **2. Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh (SDKI: 00007)**
**Penjelasan:**
Bayi baru lahir, terutama prematur, rentan terhadap hipotermia karena rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan yang tinggi dan ketidakmatangan sistem termoregulasi.
**Luaran (SLKI: 0801 – Termoregulasi: Neonatal)**
- Kriteria:
- Suhu aksila 36,5–37,5°C.
- Tidak ada tanda-tanda hipotermia (kulit dingin, letargi).
**Intervensi (SIKI: 3900 – Pengaturan Suhu)**
- Lakukan *kangaroo mother care* (KMC).
- Gunakan inkubator atau penghangat radian jika diperlukan.
- Hindari paparan lingkungan dingin.
---
### **3. Risiko Infeksi (SDKI: 00004)**
**Penjelasan:**
Sistem imun bayi baru lahir belum matang, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi bakteri, virus, atau jamur.
**Luaran (SLKI: 1102 – Status Infeksi)**
- Kriteria:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, leukositosis, lesi kulit).
- Tali pusat kering tanpa eritema.
**Intervensi (SIKI: 6540 – Pencegahan Infeksi)**
- Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi.
- Rawat tali pusat dengan teknik steril.
- Pantau tanda-tanda sepsis (lethargi, takipnea, ikterus).
---
### **4. Gangguan Pemenuhan Nutrisi (SDKI: 00102)**
**Penjelasan:**
Bayi dengan berat lahir rendah atau kesulitan menyusu berisiko mengalami malnutrisi dan dehidrasi.
**Luaran (SLKI: 1003 – Status Nutrisi: Neonatal)**
- Kriteria:
- Peningkatan berat badan sesuai usia gestasi.
- Refleks menghisap dan menelan adekuat.
**Intervensi (SIKI: 1054 – Manajemen Pemberian ASI)**
- Bantu ibu dalam teknik menyusui yang benar.
- Pantau intake-output cairan.
- Berikan nutrisi parenteral jika diperlukan.
---
### **5. Nyeri Akut (SDKI: 00132)**
**Penjelasan:**
Prosedur invasif (seperti pengambilan darah, suntikan vitamin K) dapat menyebabkan nyeri pada bayi baru lahir.
**Luaran (SLKI: 1301 – Tingkat Nyeri)**
- Kriteria:
- Skor nyeri (NIPS/FLACC) ? 2.
- Bayi tidak rewel atau menangis berlebihan.
**Intervensi (SIKI: 1400 – Manajemen Nyeri)**
- Berikan *non-nutritive sucking* (empeng steril).
- Lakukan teknik *swaddling*.
- Hindari prosedur yang tidak perlu.
---
### **Catatan Akademis:**
- **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)** digunakan untuk merumuskan masalah keperawatan.
- **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)** menentukan kriteria evaluasi hasil asuhan.
- **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** menjadi panduan tindakan berbasis evidence-based practice.
Semua kode mengacu pada **PPNI Edisi Terkini** dan harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien.
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
---
**Penulis:**
*Nurse Specialist in Neonatal Care*
*Disusun dengan pendekatan evidence-based nursing.* -
Article No. 17514 | 19 May 2025
Klinis : diagnosis yang muncul pada ibu nipas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi ibu nipas, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Napas (00032)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00032
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0301 Pola Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6430 Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan dan/atau memperbaiki ventilasi paru-paru yang adekuat.
Standar Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan ini telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai panduan bagi para perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 17515 | 19 May 2025
Klinis : diagnosis yang muncul pada ibu nipas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah beberapa **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang relevan untuk **ibu nifas**, sesuai dengan panduan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Gangguan Eliminasi Urin (Retensi Urin) – (SDKI: B.3.1)**
**Definisi (SDKI):** Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih secara sempurna setelah melahirkan, yang dapat disebabkan oleh trauma persalinan, efek anestesi, atau pembengkakan perineum.
**Luaran (SLKI):**
- **Kode: L.0403** – Fungsi eliminasi urin membaik.
Kriteria:
- Klien mampu berkemih spontan dalam 6–8 jam pascapersalinan.
- Volume urin ?150 mL per voiding.
**Intervensi (SIKI):**
- **Kode: I.09012** – Manajemen Retensi Urin.
Tindakan:
- Anjurkan mobilisasi dini.
- Berikan stimulus buang air kecil (misal: bunyi air mengalir).
- Pantau intake-output cairan.
---
### **2. Nyeri Akut – (SDKI: A.11.1)**
**Definisi (SDKI):** Pengalaman sensori dan emosional tidak nyaman akibat luka perineum, kontraksi uterus (afterpains), atau pembengkakan payudara.
**Luaran (SLKI):**
- **Kode: L.1401** – Tingkat nyeri terkontrol.
Kriteria:
- Skala nyeri ?3 (skala 0–10).
- Klien melaporkan penurunan ketidaknyamanan.
**Intervensi (SIKI):**
- **Kode: I.13017** – Manajemen Nyeri.
Tindakan:
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Berikan kompres hangat pada perineum (jika diperlukan).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
---
### **3. Risiko Infeksi – (SDKI: C.2.2)**
**Definisi (SDKI):** Peningkatan kerentanan terhadap infeksi akibat perlukaan jalan lahir, prosedur invasif (episiotomi), atau penurunan daya tahan tubuh pascapersalinan.
**Luaran (SLKI):**
- **Kode: L.1509** – Risiko infeksi teratasi.
Kriteria:
- Tidak ada tanda inflamasi (rubor, kalor, dolor).
- Suhu tubuh 36,5–37,5°C.
**Intervensi (SIKI):**
- **Kode: I.18010** – Pencegahan Infeksi.
Tindakan:
- Ajarkan perawatan luka perineum (jika ada).
- Anjurkan kebersihan tangan dan genital.
- Pantau tanda vital tiap 4–8 jam.
---
### **4. Kelelahan – (SDKI: A.9.1)**
**Definisi (SDKI):** Perasaan lelah berlebihan akibat proses persalinan, adaptasi psikologis, dan perawatan bayi baru lahir.
**Luaran (SLKI):**
- **Kode: L.0104** – Tingkat energi membaik.
Kriteria:
- Klien melaporkan peningkatan stamina.
- Mampu beraktivitas dasar tanpa distress.
**Intervensi (SIKI):**
- **Kode: I.01009** – Manajemen Kelelahan.
Tindakan:
- Anjurkan istirahat cukup (tidur siang).
- Bantu pengaturan jadwal menyusui.
- Edukasi nutrisi tinggi protein dan zat besi.
---
### **5. Ansietas – (SDKI: A.5.1)**
**Definisi (SDKI):** Perasaan khawatir terkait peran baru sebagai ibu, perubahan tubuh, atau ketakutan merawat bayi.
**Luaran (SLKI):**
- **Kode: L.1201** – Tingkat ansietas terkontrol.
Kriteria:
- Klien mengungkapkan perasaannya secara verbal.
- Menggunakan strategi koping adaptif.
**Intervensi (SIKI):**
- **Kode: I.12006** – Manajemen Ansietas.
Tindakan:
- Berikan dukungan emosional.
- Ajarkan teknik grounding (misal: latihan napas).
- Kolaborasi dengan keluarga untuk pendampingan.
---
### **Catatan Penting:**
- Pemilihan diagnosa harus didasarkan pada **pengkajian holistik** (fisik, psikologis, sosial).
- Kode SDKI/SLKI/SIKI dapat berubah sesuai **edisi terbaru PPNI**.
- Intervensi disesuaikan dengan **kondisi spesifik klien** dan kebijakan fasilitas kesehatan.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis **evidence-based practice**.
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. -
Article No. 17516 | 19 May 2025
Klinis : diagnosis yang muncul pada ibu nipas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan untuk Ibu Nifas Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI (PPNI)**
Berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan yang relevan untuk ibu nifas (*postpartum*), disertai penjelasan singkat berdasarkan **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**, **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**, dan **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)** yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
---
### **1. Risiko Infeksi (SDKI: 0004)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen pada masa nifas akibat perlukaan jalan lahir, perubahan hormonal, atau penurunan daya tahan tubuh.
**Faktor Risiko:** Luka perineum/episiotomi, perdarahan, ketuban pecah dini, atau prosedur invasif selama persalinan.
**SLKI (Luaran):**
- **Infeksi Terkontrol (SLKI: 2102):** Tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan, nanah, nyeri berlebihan).
**SIKI (Intervensi):**
- **Perawatan Luka Perineum (SIKI: 3540):** Membersihkan luka dengan teknik aseptik dan memantau tanda infeksi.
- **Edukasi Perawatan Diri (SIKI: 5604):** Mengajarkan ibu cara menjaga kebersihan genital dan mengenali gejala infeksi.
---
### **2. Nyeri Akut (SDKI: 0016)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak nyaman akibat kontraksi uterus (*afterpains*), luka perineum, atau pembengkakan payudara.
**SLKI (Luaran):**
- **Tingkat Nyeri Menurun (SLKI: 2106):** Skala nyeri ?3 (skala 0–10) setelah intervensi.
**SIKI (Intervensi):**
- **Manajemen Nyeri (SIKI: 2300):** Kompres hangat/dingin, posisi nyaman, dan pemberian analgesik sesuai indikasi.
- **Teknik Relaksasi (SIKI: 3520):** Napas dalam dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
---
### **3. Kelelahan (SDKI: 0005)**
**Definisi:** Perasaan lelah berlebihan akibat proses persalinan, adaptasi fisik, dan perawatan bayi baru lahir.
**SLKI (Luaran):**
- **Energi Pulih (SLKI: 2003):** Ibu melaporkan peningkatan stamina dan mampu beraktivitas dasar.
**SIKI (Intervensi):**
- **Manajemen Istirahat (SIKI: 3400):** Anjurkan tidur siang dan pembagian tugas dengan keluarga.
- **Dukungan Emosional (SIKI: 5240):** Motivasi untuk mengurangi stres psikologis.
---
### **4. Gangguan Pemenuhan Menyusui (SDKI: 0022)**
**Definisi:** Ketidakmampuan ibu dalam memberikan ASI efektif karena nyeri puting, teknik perlekatan salah, atau kurang pengetahuan.
**SLKI (Luaran):**
- **Menyusui Efektif (SLKI: 2202):** Bayi menunjukkan tanda cukup ASI (BB stabil, BAK ?6x/hari).
**SIKI (Intervensi):**
- **Edukasi Menyusui (SIKI: 5618):** Ajarkan teknik perlekatan dan posisi menyusui yang benar.
- **Dukungan Laktasi (SIKI: 3544):** Stimulasi payudara dan manajemen engorgement.
---
### **5. Risiko Perdarahan Postpartum (SDKI: 0023)**
**Definisi:** Potensi perdarahan berlebihan akibat atonia uteri, retensio plasenta, atau trauma jalan lahir.
**SLKI (Luaran):**
- **Perdarahan Terkontrol (SLKI: 2101):** Lochia dalam batas normal (rubra ? serosa ? alba).
**SIKI (Intervensi):**
- **Pemantauan Uterus (SIKI: 3524):** Periksa kontraksi uterus dan jumlah lokia tiap 2 jam.
- **Manajemen Oksitosin (SIKI: 2400):** Pijat fundus uteri dan kolaborasi pemberian uterotonik.
---
### **Catatan Akademis:**
- **SDKI** digunakan untuk merumuskan diagnosa, **SLKI** menetapkan tujuan, dan **SIKI** menjadi panduan intervensi.
- Penyesuaian intervensi harus mempertimbangkan kondisi individu dan hasil asesmen holistik.
Referensi:
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Edisi Revisi.
Semoga penjelasan ini bermanfaat untuk pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis evidence-based practice. -
Article No. 17517 | 19 May 2025
Klinis : menolak transfusi karena keyakinan agama
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang menolak transfusi darah karena keyakinan agama, dengan menggunakan format SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Kepatuhan Kesehatan Terganggu" (Impaired Health Behavior). Hal ini dikarenakan pasien menunjukkan perilaku yang menghambat upaya pencegahan atau perbaikan masalah kesehatan, dalam hal ini penolakan terhadap tindakan transfusi darah yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Kesehatan: Pasien akan menunjukkan perilaku kesehatan yang sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan agamanya.
2. Partisipasi dalam Perawatan Kesehatan: Pasien akan berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan terkait perawatan kesehatan, dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama.
3. Pengetahuan: Pasien akan menunjukkan pemahaman yang baik mengenai risiko dan manfaat terkait penolakan transfusi darah.
4. Kepuasan Pasien: Pasien akan merasa puas dengan asuhan keperawatan yang diberikan dan dapat menerima keputusan penolakan transfusi darah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Dukungan Pengambilan Keputusan:
- Membantu pasien mengidentifikasi nilai-nilai agama yang memengaruhi keputusan terkait transfusi darah.
- Mendiskusikan opsi perawatan alternatif yang sesuai dengan keyakinan agama pasien.
- Mendukung pasien dalam pengambilan keputusan yang selaras dengan nilai-nilai agamanya.
2. Manajemen Ketidakpatuhan:
- Mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan pasien terhadap rekomendasi transfusi darah.
- Membantu pasien mengidentifikasi strategi untuk meningkatkan kepatuhan terhadap perawatan yang sesuai dengan keyakinan agama.
- Memfasilitasi komunikasi yang efektif antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan.
3. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan informasi yang komprehensif mengenai risiko dan manfaat terkait penolakan transfusi darah.
- Memastikan pasien memahami konsekuensi dari keputusannya dalam menolak transfusi darah.
- Mengajarkan pasien strategi untuk mengelola kondisi medisnya tanpa memerlukan transfusi darah.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada kondisi ini, perawat perlu menunjukkan sikap empati, menghargai hak pasien untuk menentukan pilihan perawatan, dan memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai agama pasien. Kolaborasi yang erat dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan rohaniawan, juga diperlukan untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang holistik dan sesuai dengan keyakinannya. -
Article No. 17518 | 19 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 64 tahun dirawat di RS pascaoperasi laparoskopi kolesistektomi hari ke-5. Hasil pengkajian: nyeri epigastrium, riwayat nyeri (±1 tahun), nyeri tekan abdomen (+), mual, muntah non-bilious, BAB sering. Riwayat hipertensi, DM tipe 2 tidak terkontrol, anemia kronik, menolak transfusi karena keyakinan. TD 110/74 mmHg, nadi 118x/menit, luka operasi tampak baik.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (pasca operasi laparoskopi kolesistektomi)
2. Risiko mual dan muntah berhubungan dengan efek samping obat analgesik dan proses penyembuhan pasca operasi
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus akibat prosedur pembedahan
Luaran/Output SLKI:
1. Nyeri Akut:
- Pasien akan melaporkan penurunan nyeri dari tingkat 6 menjadi tingkat 3 atau kurang (skala 0-10)
- Pasien akan mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Risiko Mual dan Muntah:
- Pasien akan melaporkan tidak ada episode mual dan muntah
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
- Pasien akan mendemonstrasikan teknik manajemen mual dan muntah yang efektif
3. Konstipasi:
- Pasien akan memiliki pola defekasi yang teratur (1-2 kali per hari)
- Pasien akan melaporkan perasaan nyaman dan puas dengan pola defekasi
- Pasien akan mendemonstrasikan strategi manajemen konstipasi yang efektif
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor presipitasi)
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter dan monitor efektivitasnya
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi dan memodifikasi regimen analgesik jika diperlukan
2. Risiko Mual dan Muntah:
- Lakukan pengkajian komprehensif terkait mual dan muntah (frekuensi, durasi, volume, dan karakteristik)
- Berikan antiemetik sesuai resep dokter dan monitor efektivitasnya
- Ajarkan teknik manajemen mual dan muntah non-farmakologis (makan makanan kecil, hindari makanan yang menyebabkan mual, dan lain-lain)
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi dan memodifikasi regimen antiemetik jika diperlukan
3. Konstipasi:
- Lakukan pengkajian pola dan kebiasaan defekasi pasien
- Berikan laksatif dan/atau suplemen serat sesuai resep dokter
- Ajarkan teknik manajemen konstipasi (peningkatan asupan cairan, aktivitas fisik, dan latihan Kegel)
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi dan memodifikasi regimen laksatif jika diperlukan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi berdasarkan kondisi pasien adalah nyeri akut, risiko mual dan muntah, serta konstipasi. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah penurunan nyeri, tidak ada episode mual dan muntah, serta pola defekasi yang teratur. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian komprehensif, pemberian terapi farmakologis, edukasi, dan kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi dan memodifikasi rencana perawatan sesuai kebutuhan pasien.