Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15638 | 15 Apr 2025
Klinis : pasien mengatakan pernah mengalami jatuh pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas secara mandiri pasien mengatakan mengalami kekakuan di jari tangan dan jari kaki
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis saya mengenai kondisi pasien yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Jatuh
Pasien mengatakan pernah mengalami jatuh, sehingga teridentifikasi adanya risiko jatuh yang perlu diatasi. Diagnosa ini merujuk pada SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang menyatakan bahwa risiko jatuh adalah "Kerentanan terhadap terjatuh, yang dapat menyebabkan cidera fisik".
2. Kemandirian Aktivitas Sehari-hari
Pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas secara mandiri, sehingga dapat diidentifikasi bahwa pasien memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri. Diagnosa ini merujuk pada SDKI yang menyatakan bahwa kemandirian aktivitas sehari-hari adalah "Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari secara mandiri".
3. Gangguan Mobilitas Fisik
Pasien mengatakan mengalami kekakuan di jari tangan dan jari kaki, yang dapat mengganggu mobilitas fisiknya. Diagnosa ini merujuk pada SDKI yang menyatakan bahwa gangguan mobilitas fisik adalah "Keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang independen, yang bertujuan untuk perpindahan/pergerakan yang disengaja di lingkungan".
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Jatuh Terkendali
Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan, risiko jatuh pada pasien dapat terkendali. Hal ini merujuk pada SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang menyatakan bahwa risiko jatuh terkendali adalah "Kondisi dimana individu mampu mengenali, menghindari, dan melindungi diri dari risiko jatuh".
2. Kemandirian Aktivitas Sehari-hari Optimal
Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan, pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal. Hal ini merujuk pada SLKI yang menyatakan bahwa kemandirian aktivitas sehari-hari optimal adalah "Kondisi individu yang dapat melakukan aktivitas rutin sehari-hari secara mandiri dengan lancar".
3. Mobilitas Fisik Membaik
Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan, gangguan mobilitas fisik pada pasien dapat membaik. Hal ini merujuk pada SLKI yang menyatakan bahwa mobilitas fisik membaik adalah "Kondisi individu yang mampu melakukan pergerakan fisik yang independen secara lebih baik".
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Risiko Jatuh Terkendali:
- Asesmen risiko jatuh
- Edukasi tentang pencegahan jatuh
- Modifikasi lingkungan untuk mencegah jatuh
- Latihan keseimbangan dan mobilitas
2. Untuk Kemandirian Aktivitas Sehari-hari Optimal:
- Asesmen kemampuan aktivitas sehari-hari
- Fasilitasi latihan aktivitas sehari-hari
- Edukasi tentang kemandirian aktivitas sehari-hari
- Monitoring dan evaluasi kemajuan kemandirian
3. Untuk Mobilitas Fisik Membaik:
- Asesmen fungsi dan gangguan mobilitas fisik
- Terapi latihan untuk meningkatkan mobilitas
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen mobilitas
- Modifikasi aktivitas untuk memfasilitasi mobilitas
Dalam melaksanakan intervensi keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melibatkan pasien dan keluarga, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai hasil asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 15639 | 15 Apr 2025
Klinis : pasien mengatakan pernah mengalami jatuh pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas secara mandiri pasien mengatakan mengalami kekakuan di jari tangan dan jari kaki
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Jatuh
- Definisi: Risiko mengalami cedera fisik akibat ketidakmampuan untuk mempertahankan posisi tubuh yang aman.
- Faktor risiko: Riwayat jatuh sebelumnya, gangguan sensasi/mobilitas, lingkungan yang tidak aman.
2. Kemampuan Aktivitas Mandiri
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Faktor yang mempengaruhi: Kekuatan, koordinasi, pengetahuan, motivasi.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
- Faktor yang mempengaruhi: Kekakuan sendi, penurunan kekuatan otot, penurunan rentang gerak.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Risiko Jatuh
- Individu tidak mengalami jatuh.
- Tidak terjadi cedera akibat jatuh.
- Individu dapat menggunakan strategi untuk mencegah jatuh.
2. Kemampuan Aktivitas Mandiri
- Individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Individu menunjukkan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas.
- Individu melaporkan kepuasan dengan kemampuan aktivitas mandiri.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- Individu dapat melakukan pergerakan fisik sesuai kemampuan.
- Individu menunjukkan peningkatan rentang gerak dan kekuatan otot.
- Individu melaporkan pengurangan keluhan kekakuan sendi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Jatuh
- Identifikasi faktor risiko jatuh.
- Buat rencana pencegahan jatuh.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko jatuh dan langkah pencegahan.
- Pantau lingkungan pasien untuk menghilangkan bahaya jatuh.
2. Kemampuan Aktivitas Mandiri
- Evaluasi kemampuan aktivitas mandiri pasien.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi.
- Libatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan aktivitas.
- Berikan motivasi dan dukungan untuk meningkatkan kemandirian.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- Identifikasi penyebab gangguan mobilitas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan rentang gerak dan kekuatan otot.
- Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi kekakuan sendi.
- Berikan edukasi tentang manajemen gangguan mobilitas fisik.
Dengan penjelasan yang rinci di atas, diharapkan Anda dapat memahami dengan baik diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien tersebut. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika masih ada yang perlu dijelaskan. -
Article No. 15640 | 15 Apr 2025
Klinis : Pasien perempuan usia 75 tahun mengalami kekakuan di jari tangan dan jari kaki, pasien mengatakan jari tidak dapat ditekuk, pasien mengatakan jari yang tertekuk tidak rapat, pasien mengatakan pernah mengalami jatuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien perempuan usia 75 tahun dengan kekakuan di jari tangan dan jari kaki, di mana jari tidak dapat ditekuk dan jari yang tertekuk tidak rapat, serta riwayat jatuh, adalah "Mobilitas Fisik Terganggu" (SDKI 2017). Diagnosa ini dipilih karena pasien mengalami keterbatasan dalam pergerakan dan fungsi jari-jari tangan dan kaki, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan pergerakan sendi jari tangan dan kaki sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Risiko Jatuh: Pasien dapat mencegah kejadian jatuh dengan menggunakan alat bantu yang sesuai dan menerapkan strategi pencegahan jatuh.
3. Kemandirian dalam Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS): Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mobilitas:
a. Evaluasi kemampuan mobilitas pasien, termasuk jangkauan gerak, kekuatan, dan koordinasi.
b. Latihan rentang gerak sendi jari tangan dan kaki untuk meningkatkan fleksibilitas.
c. Berikan alat bantu, seperti splint atau orthosis, untuk mempertahankan posisi jari yang tepat.
d. Ajarkan pasien dan keluarga latihan-latihan sederhana yang dapat dilakukan di rumah.
2. Manajemen Risiko Jatuh:
a. Identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien, seperti riwayat jatuh, gangguan mobilitas, dan lingkungan.
b. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.
c. Sarankan penggunaan alat bantu, seperti walker atau tongkat, untuk meningkatkan keseimbangan dan mencegah jatuh.
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang strategi pencegahan jatuh, seperti menjaga lingkungan aman dan menerapkan latihan keseimbangan.
3. Peningkatan Kemandirian dalam Aktivitas Hidup Sehari-hari:
a. Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan, berpakaian, dan kebersihan diri.
b. Berikan latihan dan bantuan sesuai kebutuhan pasien untuk meningkatkan kemandirian.
c. Ajarkan teknik-teknik adaptif dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti penggunaan alat bantu.
d. Libatkan keluarga dalam proses rehabilitasi dan peningkatan kemandirian pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik, mencegah jatuh, dan meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, sehingga dapat memaksimalkan kualitas hidup dan kemandirian pasien. -
Article No. 15641 | 15 Apr 2025
Klinis : nyeri dada , dada berdebar debar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri dada dan dada berdebar-debar.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan penyakit jantung, berdasarkan keluhan nyeri dada.
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital berhubungan dengan gangguan kardiovaskular, berdasarkan keluhan dada berdebar-debar.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital: Perubahan tanda-tanda vital yang berada di luar rentang normal, yang dapat mengancam kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pasien dapat mengendalikan nyeri, mengetahui penyebab nyeri, dan menggunakan manajemen nyeri yang efektif.
- Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital: Pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal dan mengenali tanda-tanda peningkatan ketidakstabilan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Intervensi untuk mengidentifikasi dan mengurangi faktor penyebab nyeri, serta memfasilitasi strategi koping yang efektif.
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Intervensi untuk memantau dan mempertahankan stabilitas tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang sesuai, dan memantau respons pasien secara berkelanjutan untuk memastikan perawatan yang optimal. -
Article No. 15533 | 15 Apr 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan keluhan nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin.
Penjelasan SDKI:
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Tanda dan gejala dapat berupa keluhan nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin.
Penjelasan SLKI:
- Tujuan utama adalah pasien dapat mengendalikan nyeri.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemberian analgesik, terapi komplementer, dan manajemen stres.
Penjelasan SIKI:
- Manajemen nyeri akut meliputi tindakan-tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan pasien.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk pemberian obat analgesik yang tepat.
2. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2, ditandai dengan riwayat DM.
Penjelasan SDKI:
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah kerentanan terhadap fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak terkendali.
- Tanda dan gejala dapat berupa riwayat DM tipe 2.
Penjelasan SLKI:
- Tujuan utama adalah pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin atau obat antidiabetes, dan edukasi pengelolaan diabetes.
Penjelasan SIKI:
- Manajemen kadar glukosa darah meliputi tindakan-tindakan untuk memantau dan mengendalikan kadar glukosa darah pasien.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk pengelolaan diabetes yang komprehensif.
Harapnya penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada hal yang kurang jelas. -
Article No. 15534 | 15 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk pasien pria usia 45 tahun dengan dugaan tuberkulosis paru.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas. Kondisi ini menunjukkan adanya hambatan dalam upaya membersihkan sekresi dari saluran pernapasan.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan kehilangan nafsu makan. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan berat badan dan malnutrisi, yang dapat memperburuk kondisi pasien dengan tuberkulosis.
3. Hipertermia
Hipertermia ditandai dengan adanya demam. Demam merupakan salah satu gejala umum pada pasien dengan tuberkulosis paru.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal
- Tidak ada suara napas tambahan
2. Status Nutrisi Membaik
- Pasien mempertahankan berat badan ideal
- Pasien memiliki asupan nutrisi yang adekuat
3. Suhu Tubuh Normal
- Suhu tubuh pasien kembali normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pantau pola napas, kedalaman, dan irama napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan terapi inhalasi dan fisioterapi dada untuk membantu mengeluarkan sekret
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam napas
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi pasien (berat badan, IMT, asupan makan)
- Berikan makanan bergizi dan tambahan suplemen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat
- Pantau berat badan pasien secara berkala
3. Hipertermia:
- Pantau suhu tubuh pasien secara rutin
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu
- Berikan obat antipiretik sesuai indikasi
- Pertahankan asupan cairan yang adekuat
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan (SIKI) yang diperlukan untuk menangani pasien pria usia 45 tahun dengan dugaan tuberkulosis paru. Pendekatan yang saya berikan adalah berdasarkan perspektif pakar keperawatan dengan menggunakan tone akademis. -
Article No. 15535 | 15 Apr 2025
Klinis : pasien anak perempuan dengan usia 5 tahun,datang dengan keluhan tidak bisa berjalan dan hanya bisa mengucapkan 1-2 kata.hasil pemeriksaan menunjukkan adanya gangguan neuromuskular.diagnosa awal adalah gangguan mobilitas fisik dan gangguan komunikasi verbal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan keluhan tidak bisa berjalan dan hanya dapat mengucapkan 1-2 kata, serta hasil pemeriksaan menunjukkan adanya gangguan neuromuskular, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Gangguan Mobilitas Fisik
b. Gangguan Komunikasi Verbal
2. Penjelasan Singkat:
a. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan dan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik rutin.
- Penyebab: Gangguan neuromuskular yang dialami oleh pasien.
- Gejala: Tidak dapat berjalan dengan normal.
b. Gangguan Komunikasi Verbal:
- Definisi: Keterbatasan dalam menggunakan bahasa lisan untuk bertukar informasi dengan orang lain.
- Penyebab: Gangguan neuromuskular yang mempengaruhi kemampuan pasien untuk berbicara.
- Gejala: Hanya dapat mengucapkan 1-2 kata.
3. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SDKI: Merupakan standar yang digunakan untuk mendiagnosis masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.
- SLKI: Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- SIKI: Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) merupakan organisasi profesi perawat di Indonesia yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan penerapan standar-standar tersebut dalam praktik keperawatan. -
Article No. 15538 | 15 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Kekurangan Volume Cairan
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas dan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau persepsi.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi dan kapasitas aktivitas.
3. Kekurangan Volume Cairan
- SDKI: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- SLKI: Pemenuhan kebutuhan cairan untuk mempertahankan homeostasis.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau dan mempertahankan keseimbangan cairan.
Pada kasus ini, pasien dengan tuberkulosis paru mengalami ketidakefektifan bersihan jalan napas akibat adanya sekret dan obstruksi di saluran napas, intoleransi aktivitas karena keterbatasan fisik, serta kekurangan volume cairan akibat demam dan penurunan nafsu makan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi pembersihan jalan napas, meningkatkan toleransi aktivitas, dan mempertahankan keseimbangan cairan. -
Article No. 15539 | 15 Apr 2025
Klinis : Kejang tanpa demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Fisik Berhubungan dengan Aktivitas Kejang
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Cedera Fisik adalah diagnosis keperawatan yang mengacu pada kemungkinan terjadinya kerusakan fisik pada individu akibat faktor internal atau eksternal yang tidak dapat dikendalikan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien tidak mengalami cedera fisik selama kejang, pasien menunjukkan perilaku yang mengurangi risiko cedera, dan pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Menjaga lingkungan agar aman
3. Memberikan perawatan selama kejang
4. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen kejang
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan yang komprehensif
Persona: Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan singkat tentang diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami kejang tanpa demam. Saya akan menyampaikan informasi ini secara akademis dan bertindak sebagai pakar dalam bidang keperawatan. -
Article No. 15540 | 15 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan dipimpin persalinan sejak 30 menit lalu, tidak menunjukkan adanya kemajuan persalinan karena terjadi penurunan his. Pemeriksaan DJJ terakhir 138 x/menit.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan: Pola napas tidak efektif dapat terjadi akibat adanya penurunan his (kontraksi rahim) yang dapat menyebabkan perubahan pola pernapasan ibu. Hal ini dapat berdampak pada penurunan suplai oksigen ke janin, sehingga perlu dilakukan intervensi keperawatan yang tepat.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
Definisi: Pola napas yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Karakteristik: Perubahan pola napas, pernapasan dangkal, napas cuping hidung, napas mengi, dan peningkatan usaha napas.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan: Pola napas kembali efektif.
Kriteria hasil: Frekuensi napas dalam rentang normal, kedalaman napas adekuat, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pantau pola napas ibu secara berkala.
2. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman untuk memfasilitasi ventilasi.
3. Berikan oksigen sesuai indikasi untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab pola napas tidak efektif.
Penerapan standar ini akan membantu perawat dalam mengidentifikasi masalah, menetapkan luaran yang realistis, serta merencanakan intervensi yang tepat untuk mengatasi kondisi pola napas tidak efektif pada ibu bersalin.