Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15682 | 16 Apr 2025
Klinis : daftar pustaka untuk management perawatandiabetes
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Saya akan menjawab permintaan Anda dengan format yang terstruktur dan tone akademis.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Perawatan diabetes, tidak terdapat komplikasi
Penjelasan:
Diagnosis "Daftar pustaka untuk manajemen perawatan diabetes" dapat diwakili oleh kode ICD-10 E11, yang merujuk pada diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 2 adalah kondisi kronis di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif atau tidak dapat memproduksi insulin yang cukup.
Terkait manajemen perawatan, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk "daftar pustaka untuk manajemen perawatan diabetes". Namun, kode ICD-9-CM 99.15 (Perawatan diabetes, tidak terdapat komplikasi) dapat digunakan untuk menggambarkan perawatan rutin diabetes secara umum, termasuk penyediaan informasi edukasi dan sumber daya bagi pasien.
Manajemen perawatan diabetes yang komprehensif dapat mencakup beberapa aspek, seperti:
- Edukasi dan konseling tentang diabetes, termasuk gaya hidup sehat, diet, dan aktivitas fisik
- Pemantauan glukosa darah
- Terapi farmakologis (misalnya obat-obatan antidiabetes)
- Pencegahan dan pengelolaan komplikasi diabetes
- Koordinasi perawatan multidisipliner (misalnya dengan dokter, ahli gizi, perawat, dan lain-lain)
- Penyediaan sumber daya dan bahan edukasi bagi pasien
Daftar pustaka yang komprehensif untuk manajemen perawatan diabetes dapat membantu tenaga kesehatan dalam memberikan perawatan yang optimal bagi pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. -
Article No. 15616 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kepala Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial sekunder akibat massa pada lobus parietalis kiri.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan hemiparesis kanan.
3. Gangguan Persepsi Sensorik berhubungan dengan hemianopsia temporal.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Nyeri Kepala Akut
SDKI: Nyeri Kepala Akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat potensi atau aktual kerusakan jaringan di daerah kepala.
SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, dan Terapi Oksigen.
SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Mengkaji Nyeri, Memberikan Analgesik, dan Memfasilitasi Teknik Relaksasi.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Perawatan Mobilitas, Pelatihan Aktivitas, dan Perawatan Keseimbangan.
SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Mengkaji Fungsi Motorik, Memfasilitasi Latihan Pergerakan, dan Memantau Kemajuan Mobilitas.
3. Gangguan Persepsi Sensorik
SDKI: Gangguan Persepsi Sensorik adalah perubahan dalam kemampuan menerima, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimulus sensorik.
SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Perawatan Penglihatan, Pelatihan Pemulihan Persepsi, dan Terapi Lingkungan.
SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Mengkaji Fungsi Penglihatan, Memberikan Bantuan Visual, dan Memodifikasi Lingkungan.
Catatan: Diagnosa Keperawatan dan Intervensi yang disarankan harus disesuaikan dengan kondisi klinis pasien dan rencana perawatan yang telah ditetapkan oleh tim kesehatan. -
Article No. 15617 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot dan hemiparesis.
2. Perubahan Persepsi Sensori (Gangguan Penglihatan) berhubungan dengan papiledema dan hemianopsia temporal.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
4. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Serebral berhubungan dengan efek massa dan edema perilesional.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik:
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah secara mandiri.
- SLKI: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah secara mandiri.
- SIKI: Tindakan untuk memfasilitasi atau mempertahankan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah secara mandiri.
2. Perubahan Persepsi Sensori (Gangguan Penglihatan):
- SDKI: Perubahan dalam kemampuan merasakan, menginterpretasi, dan memberi makna pada rangsangan sensorik.
- SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi persepsi sensorik yang adekuat.
- SIKI: Tindakan untuk memfasilitasi kemampuan pasien dalam merasakan, menginterpretasi, dan memberi makna pada rangsangan sensorik.
3. Nyeri Akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang bersifat tiba-tiba atau lambat dan berakibat kurang dari 3 bulan.
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang bersifat tiba-tiba atau lambat dan berakibat kurang dari 3 bulan.
- SIKI: Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang bersifat tiba-tiba atau lambat dan berakibat kurang dari 3 bulan.
4. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Serebral:
- SDKI: Ancaman gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan otak.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah atau mengatasi gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan otak.
- SIKI: Tindakan untuk mencegah atau mengatasi gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan otak. -
Article No. 15618 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang telah dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Neurovaskular
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Gangguan Persepsi Sensorik
Penjelasan:
1. Ketidakstabilan Neurovaskular
- SDKI: Ketidakstabilan Neurovaskular
- SLKI: Stabilitas Neurovaskular
- SIKI: Manajemen Neurovaskular
- Penjelasan: Pasien mengalami keluhan sakit kepala, mual, muntah, dan gangguan penglihatan yang mengarah pada adanya peningkatan tekanan intrakranial akibat massa pada lobus parietalis kiri. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakstabilan fungsi saraf pusat dan sistem vaskular.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas Fisik
- SIKI: Manajemen Mobilitas
- Penjelasan: Pasien mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh (hemiparesis) yang dapat mengganggu mobilitas fisik dan aktivitas sehari-hari.
3. Gangguan Persepsi Sensorik
- SDKI: Gangguan Persepsi Sensorik
- SLKI: Persepsi Sensorik
- SIKI: Manajemen Persepsi Sensorik
- Penjelasan: Pasien mengalami gangguan penglihatan berupa pandangan kabur dan hemianopsia temporal yang dapat menyebabkan gangguan persepsi sensorik.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 15619 | 15 Apr 2025
Klinis : Data Subjektif: • Merasa sedih dan kehilangan motivasi. • Sulit tidur dan nafsu makan menurun. • Mengungkapkan rasa bersalah dan penyesalan. Data Objektif: • Tampak menangis saat wawancara. • Ekspresi wajah murung, respon lambat. • Penurunan berat badan 3 kg dalam 1 bulan. • Kurang berinteraksi sosial.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi yang mengarah pada diagnosa keperawatan:
1. Gangguan Proses Pikir Berhubungan Dengan Depresi
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan proses pikir adalah perubahan fungsi kognitif yang ditandai dengan perubahan persepsi, atensi, konsentrasi, memori, berpikir, dan proses pengambilan keputusan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan proses pikir yang adekuat, yaitu kemampuan menerima, menyimpan, dan menggunakan informasi secara efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi proses pikir
- Bantu pasien mengidentifikasi dan mengatasi gangguan proses pikir
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut.
Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat memulihkan proses pikirnya dan mengatasi kondisi depresi yang dialami. -
Article No. 15620 | 15 Apr 2025
Klinis : pasien kehilangan suami Data Subjektif: • Merasa sedih dan kehilangan motivasi. • Sulit tidur dan nafsu makan menurun. • Mengungkapkan rasa bersalah dan penyesalan. Data Objektif: • Tampak menangis saat wawancara. • Ekspresi wajah murung, respon lambat. • Penurunan berat badan 3 kg dalam 1 bulan. • Kurang berinteraksi sosial.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Berduka Tak Teratasi
Definisi: Respon individu terhadap kehilangan yang berbeda dari ekspektasi normal atau respon yang diharapkan, ditandai dengan kesedihan mendalam, penyangkalan, marah, dan mungkin disfungsi fisik, emosional, spiritual, sosial, atau ekonomi yang berkelanjutan.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Berduka Tak Teratasi adalah diagnosis keperawatan yang menggambarkan reaksi individu terhadap kehilangan yang berbeda dari ekspektasi normal atau respon yang diharapkan, ditandai dengan kesedihan mendalam, penyangkalan, marah, dan mungkin disfungsi fisik, emosional, spiritual, sosial, atau ekonomi yang berkelanjutan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang dapat dicapai adalah kemampuan klien dalam beradaptasi dengan kehilangan, terjalinnya hubungan interpersonal yang mendukung, dan peningkatan strategi koping yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, memfasilitasi ekspresi perasaan, membantu klien dalam beradaptasi dengan kehilangan, dan melibatkan keluarga/sistem pendukung dalam proses penyembuhan.
Pendekatan yang diterapkan adalah dengan nada akademis dan persona pakar/perawat, memberikan penjelasan diagnosis keperawatan dan komponen-komponen standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 15621 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus sistem saraf ini.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan pada sisi kanan tubuh, sebagaimana ditunjukkan oleh hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5).
2. Gangguan Persepsi Sensorik berhubungan dengan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur dan hemianopsia temporal.
3. Risiko Perubahan Perfusi Serebral berhubungan dengan adanya massa pada lobus parietalis kiri, efek massa, dan edema perilesional yang dapat menyebabkan pergeseran garis tengah otak.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Pasien dapat melakukan aktivitas fisik secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot pada sisi kanan tubuh.
- Pasien dapat berpindah dan berjalan dengan aman.
2. Gangguan Persepsi Sensorik:
- Pasien dapat mengidentifikasi objek dan lingkungan sekitar dengan baik.
- Pasien melaporkan tidak ada lagi gangguan penglihatan.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman.
3. Risiko Perubahan Perfusi Serebral:
- Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
- Tidak terjadi penurunan status neurologis yang lebih lanjut.
- Tidak terjadi komplikasi seperti kejang atau penurunan kesadaran.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Latihan rentang gerak sendi dan kekuatan otot secara bertahap.
- Berikan bantuan dan alat bantu mobilisasi yang sesuai.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik mobilisasi yang aman.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
2. Gangguan Persepsi Sensorik:
- Observasi tanda-tanda perubahan status persepsi sensorik.
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko bahaya.
- Berikan latihan dan stimulasi untuk meningkatkan fungsi penglihatan.
- Kolaborasi dengan ahli optometri untuk evaluasi dan pengobatan.
3. Risiko Perubahan Perfusi Serebral:
- Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (misalnya, perubahan kesadaran, sakit kepala, muntah).
- Posisikan pasien dengan kepala elevasi 30-45 derajat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian kortikosteroid dan rencana intervensi bedah saraf.
- Pantau hasil pemeriksaan diagnostik (CT-Scan, MRI, EEG) secara berkala.
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam merencanakan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan kondisi sistem saraf ini. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 15622 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 2 (sistem saraf) Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang semakin parah selama 3 bulan terakhir, terutama di pagi hari. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Keluarga melaporkan bahwa pasien telah mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuh dan kesulitan berbicara selama dua minggu terakhir. Data dari pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 13 (E3V4M6). Tekanan darah: 150/90 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,2°C. Pemeriksaan neurologis: Hemiparesis kanan (kekuatan otot 3/5). Refleks patologis (+) Babinski kanan. Papiledema (+) (pada pemeriksaan funduskopi). Tes lapang pandang menunjukkan hemianopsia temporal. Hasil Pemeriksaan Penunjang CT-Scan Kepala: Tampak massa hiperdense pada lobus parietalis kiri dengan efek massa dan edema perilesional, garis tengah otak sedikit bergeser ke kanan. MRI Kepala: Lesi berukuran 4 cm x 3,5 cm x 3 cm pada lobus parietalis kiri, tampak peninggian dengan kontras, edema perilesional luas dan pergeseran garis tengah minimal. Pemeriksaan Laboratorium: Hitung darah lengkap: Leukosit 9.800/µL, Hb 13,2 g/dL, Trombosit 280.000/µL. Elektrolit dalam batas normal. Elektroensefalografi (EEG): Tidak ada aktivitas epileptiform, tetapi ditemukan gelombang lambat pada area lesi. Pasien dijadwalkan menjalani terapi kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral dan bedah saraf untuk eksplorasi dan pengangkatan massa.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kasus tersebut:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Otak
Definisi: Penurunan sirkulasi oksigen ke otak yang dapat menyebabkan disfungsi seluler.
Faktor berhubungan: Peningkatan tekanan intrakranial, pergeseran garis tengah, edema perilesional.
2. Hambatan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang disengaja, baik mandiri maupun dengan bantuan.
Faktor berhubungan: Hemiparesis, gangguan keseimbangan dan koordinasi.
3. Gangguan Komunikasi Verbal
Definisi: Keterbatasan dalam menyampaikan pesan secara lisan.
Faktor berhubungan: Gangguan fungsi neurologis (afasia).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Otak Membaik
- Indikator: Kesadaran membaik, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, tidak ada gejala defisit neurologis baru.
2. Mobilitas Fisik Meningkat
- Indikator: Pasien dapat melakukan pergerakan secara mandiri, kekuatan otot meningkat, koordinasi dan keseimbangan membaik.
3. Komunikasi Verbal Membaik
- Indikator: Pasien dapat menyampaikan pesan secara verbal dengan baik, tidak ada gangguan berbicara.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala, muntah, papiledema, pergeseran garis tengah)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian kortikosteroid, diuretik, dan tindakan bedah sesuai indikasi.
- Posisikan kepala setinggi 30-45 derajat untuk mengurangi edema otak.
2. Terapi Aktivitas
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk meningkatkan kekuatan otot, koordinasi, dan keseimbangan.
- Latihan ROM aktif dan pasif, latihan ambulasi, dan pelatihan aktivitas fungsional.
3. Terapi Wicara
- Kolaborasi dengan terapis wicara untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi verbal dan memberikan intervensi terapeutik.
- Latihan artikulasi, pemahaman bahasa, dan strategi komunikasi alternatif.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas mencerminkan persona seorang pakar dan perawat yang menggunakan bahasa akademis untuk memberikan rekomendasi diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kasus pasien dengan kondisi sistem saraf. -
Article No. 15623 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 20: Bayi perempuan, umur 4 hari dirawat di ruang perinatologi dengan manifestasi jaundice/ikterik. Bayi lahir secara normal, usia gestasi 35 minggu dengan berat lahir 2500 gram. Hasil pengkajian didapatkan sklera tampak ikterik, bayi terlihat kuning pada area kepala sampai dengan di atas lutut, kulit teraba dingin, suhu tubuh 36,70C, frekuensi napas 38 x/menit, nadi 116 x/menit. Menurut ibu, bayi malas menetek dan tampak lemah. Pertanyaan: a. Berapakah derajat ikterus bayi tersebut menurut penilaian Kramer? pada area tubuh manakah terlihat ikterus yang paling jelas saat pemeriksaan fisik? b. Apa jenis pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan pada bayi untuk membantu menegakkan diagnosis? Berapakah nilai/hasil pemeriksaan yang dikatakan patologis? c. Tegakkan diagnosis keperawatan yang sesuai pada anak sesuai kasus tersebut? d. Persiapkan bayi untuk fototerapi, tuliskan SOP tindakan pelaksanaan fototerapi, dan praktikan saat bimbingan laboratorium?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: a. Berdasarkan penilaian Kramer, derajat ikterus bayi tersebut berada pada tahap 3. Ikterus yang paling jelas terlihat pada area kepala sampai dengan di atas lutut.
b. Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan kadar bilirubin total. Nilai bilirubin total yang dikatakan patologis pada bayi prematur usia 4 hari adalah >12 mg/dL.
c. Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Bilirubin tinggi (Hyperbilirubinemia) berhubungan dengan imaturitas sistem metabolisme bilirubin.
d. Persiapan bayi untuk fototerapi:
1. Posisikan bayi dalam inkubator dengan cahaya fototerapi.
2. Pastikan kulit bayi terbuka luas untuk menerima cahaya.
3. Gunakan pakaian tipis atau popok untuk menutupi area yang tidak perlu terpapar cahaya.
4. Pertahankan suhu lingkungan dalam rentang normal.
5. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, intake-output, dan kadar bilirubin secara berkala.
SOP Tindakan Pelaksanaan Fototerapi:
1. Cuci tangan sesuai prosedur sebelum melakukan tindakan.
2. Posisikan bayi dalam inkubator dengan kulit terbuka luas.
3. Atur intensitas cahaya fototerapi sesuai rekomendasi.
4. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, intake-output, dan kadar bilirubin secara berkala.
5. Berikan nutrisi yang adekuat untuk mendukung metabolisme bilirubin.
6. Lakukan dokumentasi tindakan dan respon bayi terhadap fototerapi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kadar bilirubin normal: Kadar bilirubin akan menurun dan berada dalam rentang normal sesuai usia bayi.
2. Hiperbilirubinemia teratasi: Bayi tidak lagi menunjukkan gejala ikterus atau hiperbilirubinemia.
3. Risiko komplikasi teratasi: Bayi tidak mengalami komplikasi akibat hiperbilirubinemia, seperti ensefalopati biliruber.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan kadar bilirubin secara berkala.
2. Pemberian fototerapi sesuai rekomendasi.
3. Pemberian nutrisi yang adekuat untuk mendukung metabolisme bilirubin.
4. Pencegahan hipotermia dan pengelolaan suhu lingkungan yang optimal.
5. Edukasi dan dukungan kepada orang tua terkait perawatan bayi dengan hiperbilirubinemia.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan, ahli gizi) untuk penanganan yang komprehensif. -
Article No. 15624 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 20: Bayi perempuan, umur 4 hari dirawat di ruang perinatologi dengan manifestasi jaundice/ikterik. Bayi lahir secara normal, usia gestasi 35 minggu dengan berat lahir 2500 gram. Hasil pengkajian didapatkan sklera tampak ikterik, bayi terlihat kuning pada area kepala sampai dengan di atas lutut, kulit teraba dingin, suhu tubuh 36,70C, frekuensi napas 38 x/menit, nadi 116 x/menit. Menurut ibu, bayi malas menetek dan tampak lemah. Pertanyaan: a. Berapakah derajat ikterus bayi tersebut menurut penilaian Kramer? pada area tubuh manakah terlihat ikterus yang paling jelas saat pemeriksaan fisik? b. Apa jenis pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan pada bayi untuk membantu menegakkan diagnosis? Berapakah nilai/hasil pemeriksaan yang dikatakan patologis? c. Tegakkan diagnosis keperawatan yang sesuai pada anak sesuai kasus tersebut? d. Persiapkan bayi untuk fototerapi, tuliskan SOP tindakan pelaksanaan fototerapi, dan praktikan saat bimbingan laboratorium?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Kasus 20:
Bayi perempuan, umur 4 hari dirawat di ruang perinatologi dengan manifestasi jaundice/ikterik. Bayi lahir secara normal, usia gestasi 35 minggu dengan berat lahir 2500 gram. Hasil pengkajian didapatkan sklera tampak ikterik, bayi terlihat kuning pada area kepala sampai dengan di atas lutut, kulit teraba dingin, suhu tubuh 36,70C, frekuensi napas 38 x/menit, nadi 116 x/menit. Menurut ibu, bayi malas menetek dan tampak lemah.
a. Berdasarkan penilaian Kramer, derajat ikterus bayi tersebut adalah derajat III. Ikterus yang paling jelas terlihat pada area kepala sampai dengan di atas lutut.
b. Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan kadar bilirubin total. Nilai bilirubin total yang patologis pada bayi dengan usia 4 hari adalah > 12 mg/dL.
c. Diagnosis keperawatan yang sesuai pada kasus ini adalah:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hiperbilirubinemia.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan kemampuan menyusu.
d. Persiapan bayi untuk fototerapi:
1. Pasang alat fototerapi di dekat tempat tidur bayi.
2. Lepaskan pakaian bayi, kecuali popok.
3. Letakkan bayi dalam posisi terlentang di bawah sinar fototerapi.
4. Letakkan kain penutup mata untuk melindungi mata bayi.
5. Pantau suhu tubuh bayi secara berkala.
6. Observasi dan catat respon bayi selama fototerapi.
SOP Pelaksanaan Fototerapi:
1. Cuci tangan sesuai standar.
2. Persiapkan alat fototerapi dan tempat tidur bayi.
3. Jelaskan prosedur kepada orang tua.
4. Pasang alat fototerapi dengan jarak 30-50 cm dari bayi.
5. Letakkan bayi dalam posisi terlentang dan buka pakaian bayi.
6. Tutup mata bayi dengan penutup mata.
7. Nyalakan alat fototerapi dan atur intensitas cahaya sesuai kebutuhan.
8. Pantau suhu tubuh bayi setiap 1 jam.
9. Observasi dan catat respon bayi selama fototerapi.
10. Lakukan pergantian popok dan posisi bayi setiap 2-3 jam.
11. Berikan nutrisi yang cukup selama fototerapi.
12. Evaluasi efektivitas fototerapi setiap 4-6 jam.
13. Dokumentasikan tindakan dan respon bayi.