Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17610 | 21 May 2025
Klinis : kateter
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi "kateter" yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z46.6
- Deskripsi: Pemasangan dan penyesuaian perangkat kateter.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.2
- Deskripsi: Pemasangan kateter intravaskular, tidak termasuk kateter umbilikal dan kateter jantung.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 Z46.6 digunakan untuk mengkodekan kondisi yang membutuhkan pemasangan atau penyesuaian perangkat kateter, seperti kateter vena, kateter arteri, kateter kemih, dan sebagainya. Kode ini digunakan untuk mengindikasikan bahwa prosedur pemasangan atau penyesuaian kateter telah dilakukan.
2. Kode ICD-9-CM 89.2 digunakan untuk mengkodekan prosedur pemasangan kateter intravaskular, yaitu kateter yang ditempatkan di dalam pembuluh darah. Kode ini mencakup berbagai jenis kateter intravaskular, seperti kateter vena sentral, kateter arteri, dan kateter perifer, tetapi tidak termasuk kateter umbilikal dan kateter jantung yang memiliki kode tersendiri.
Dengan demikian, kode ICD-10 Z46.6 dan kode ICD-9-CM 89.2 dapat digunakan untuk melakukan dokumentasi dan pelaporan yang terkait dengan kondisi dan prosedur pemasangan kateter pada pasien. -
Article No. 17611 | 21 May 2025
Klinis : demam typoid
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A01.0
- Deskripsi: Demam tifoid
Demam tifoid, yang juga dikenal sebagai typhoid fever, adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella enterica serovar Typhi. Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala, diare, atau konstipasi. Diagnosis biasanya ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan darah atau kultur tinja.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.23
- Deskripsi: Pemberian antibiotik parenteral
Dalam penanganan demam tifoid, salah satu tindakan medis yang dapat dilakukan adalah pemberian antibiotik parenteral. Tindakan ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan dan mengeliminasi bakteri penyebab infeksi, sehingga dapat membantu mempercepat pemulihan pasien. -
Article No. 17612 | 21 May 2025
Klinis : demam typoid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi demam tifoid.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Komplikasi Sistemik (10011) - Risiko untuk mengalami disfungsi sistem tubuh yang dapat mengancam jiwa akibat infeksi demam tifoid.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10011
- Definisi: Kerentanan untuk mengalami disfungsi sistem tubuh yang dapat mengancam jiwa sebagai akibat dari infeksi demam tifoid.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda Vital (30007) - Pengamatan dan pencatatan secara berkala mengenai tanda-tanda vital pasien dengan demam tifoid.
2. Manajemen Demam (30013) - Upaya untuk mengendalikan dan menurunkan suhu tubuh pasien dengan demam tifoid.
3. Manajemen Infeksi (30025) - Upaya untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi akibat demam tifoid.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda Vital (6820) - Pengamatan dan pencatatan secara berkala mengenai tanda-tanda vital pasien dengan demam tifoid.
2. Manajemen Demam (6860) - Upaya untuk mengendalikan dan menurunkan suhu tubuh pasien dengan demam tifoid.
3. Manajemen Infeksi (6918) - Upaya untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi akibat demam tifoid.
Dalam pendekatan akademis dan dengan persona sebagai pakar perawat, saya telah memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI untuk kondisi demam tifoid. Silakan jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 17613 | 21 May 2025
Klinis : demam typoid
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi demam tifoid, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Demam Tifoid:
1. Hipertermia berhubungan dengan infeksi bakteri Salmonella typhi, ditandai dengan suhu tubuh di atas 38°C.
Penjelasan: Pada kasus demam tifoid, pasien mengalami peningkatan suhu tubuh yang signifikan akibat infeksi bakteri Salmonella typhi. Diagnosis keperawatan ini fokus pada mengatasi masalah hipertermia atau demam yang dialami pasien.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan adanya gejala-gejala infeksi sistemik.
Penjelasan: Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Pasien dengan demam tifoid memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi infeksi lainnya akibat penurunan sistem imun. Diagnosis keperawatan ini bertujuan untuk mencegah dan menangani risiko infeksi yang mungkin terjadi.
3. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare dan demam, ditandai dengan tanda-tanda dehidrasi.
Penjelasan: Salah satu gejala utama demam tifoid adalah diare dan muntah-muntah, yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara signifikan. Diagnosis keperawatan ini fokus pada mengatasi masalah kekurangan volume cairan yang dialami pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Suhu Tubuh: Pasien mampu mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C).
Penjelasan: Luaran ini bertujuan untuk memastikan bahwa suhu tubuh pasien dengan demam tifoid dapat dikendalikan dan dikembalikan ke dalam batas normal, sehingga dapat mengurangi risiko komplikasi.
2. Tidak Terjadi Infeksi: Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi lanjutan selama perawatan.
Penjelasan: Luaran ini bertujuan untuk mencegah pasien dengan demam tifoid mengalami komplikasi infeksi lainnya, sehingga proses pemulihan dapat berjalan dengan baik.
3. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat, seperti output urin yang cukup, membran mukosa lembab, dan turgor kulit baik.
Penjelasan: Luaran ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dengan demam tifoid dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat, sehingga dapat mendukung proses pemulihan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Demam:
a. Monitoring suhu tubuh secara berkala.
b. Memberikan obat penurun demam sesuai dengan resep.
c. Mengompres bagian tubuh dengan air hangat untuk menurunkan suhu.
d. Mengatur lingkungan yang nyaman dan sejuk.
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk menurunkan dan menjaga suhu tubuh pasien agar tetap dalam batas normal, sehingga dapat mencapai luaran "Kontrol Suhu Tubuh".
2. Pencegahan Infeksi:
a. Melakukan cuci tangan sesuai prosedur sebelum dan setelah kontak dengan pasien.
b. Menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai saat merawat pasien.
c. Memantau tanda-tanda infeksi dan memberikan penanganan yang tepat.
d. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi lanjutan dan komplikasi pada pasien dengan demam tifoid, sehingga dapat mencapai luaran "Tidak Terjadi Infeksi".
3. Manajemen Cairan dan Elektrolit:
a. Menghitung intake dan output cairan secara akurat.
b. Memberikan cairan infus dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Memantau tanda-tanda dehidrasi dan mempertahankan status hidrasi yang adekuat.
d. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang cukup.
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit pasien dengan demam tifoid, sehingga dapat mencapai luaran "Keseimbangan Cairan".
Semoga penjelasan yang rinci dan terperinci ini dapat membantu Anda dalam memahami pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan kondisi demam tifoid. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 17614 | 21 May 2025
Klinis : anak laki-laki usia 3,5 tahun mempunyai kebiasaan menggigit baju atau tangan ibunya, tidak bisa diam selalu melompat dan berlari, menabrakakn diri ke ibunya, kadang menjilati barang atau wajah ibunya sering berteriak dan menendang-nendang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F84.0
- Deskripsi: Autisme infantil
Autisme infantil, atau lebih dikenal sebagai gangguan spektrum autisme, adalah kondisi neurodevelopmental yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi, serta perilaku dan minat yang terbatas dan repetitif. Pada kasus yang Anda deskripsikan, anak tersebut menunjukkan gejala-gejala yang sesuai dengan kriteria diagnostik untuk autisme infantil, seperti perilaku menggigit, tidak bisa diam, menabrakkan diri, serta perilaku menjilati barang atau wajah. Selain itu, gejala berteriak dan menendang-nendang juga dapat menjadi bagian dari pola perilaku repetitif yang khas pada gangguan spektrum autisme.
Sayangnya, tidak terdapat kode ICD-9-CM yang secara spesifik sesuai dengan kondisi ini, karena ICD-9-CM lebih fokus pada klasifikasi prosedur atau tindakan medis, bukan diagnosis. Pemeriksaan dan evaluasi untuk mendiagnosis gangguan spektrum autisme pada anak biasanya meliputi:
- Pemeriksaan neurologis
- Evaluasi perkembangan dan fungsi kognitif
- Tes perilaku dan interaksi sosial
- Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan (jika diperlukan)
Tatalaksana yang mungkin diberikan dapat mencakup:
- Terapi perilaku dan pengembangan keterampilan sosial
- Terapi wicara dan okupasi
- Pemberian obat-obatan (jika diperlukan untuk mengatasi gejala penyerta)
- Dukungan edukasi dan psikososial bagi keluarga
Penanganan komprehensif yang melibatkan berbagai disiplin ilmu kesehatan sangat penting untuk membantu anak dengan gangguan spektrum autisme mencapai perkembangan yang optimal. -
Article No. 17615 | 21 May 2025
Klinis : anak laki-laki usia 3,5 tahun mempunyai kebiasaan menggigit baju atau tangan ibunya, tidak bisa diam selalu melompat dan berlari, menabrakakn diri ke ibunya, kadang menjilati barang atau wajah ibunya sering berteriak dan menendang-nendang. anak juga sering mengeluh pusing
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, diagnosis yang mungkin sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F90.0
- Deskripsi: Gangguan Hiperkinetik dengan Gangguan Pemusatan Perhatian
Anak laki-laki usia 3,5 tahun dengan gejala hiperaktif, sulit diam, selalu bergerak, menabrakkan diri ke ibunya, dan gejala lain yang mengarah pada Gangguan Hiperkinetik dengan Gangguan Pemusatan Perhatian. Kondisi ini ditandai dengan pola perilaku yang tidak sesuai dengan usia, seperti tidak bisa duduk diam, sering berlarian, dan aktivitas yang berlebihan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.01
- Deskripsi: Evaluasi dan penilaian psikiatrik
Dalam kasus ini, mungkin diperlukan evaluasi dan penilaian psikiatrik oleh dokter spesialis anak atau psikiater anak untuk menegakkan diagnosis dan menentukan tatalaksana yang tepat. Prosedur ini meliputi wawancara, observasi perilaku, dan penggunaan alat tes psikologis jika diperlukan.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa dan perencanaan tatalaksana harus dilakukan oleh dokter spesialis yang berwenang, dengan mempertimbangkan seluruh aspek klinis dan riwayat pasien. -
Article No. 17616 | 21 May 2025
Klinis : anak laki-laki usia 3,5 tahun mempunyai kebiasaan menggigit baju atau tangan ibunya, tidak bisa diam selalu melompat dan berlari, menabrakakn diri ke ibunya, kadang menjilati barang atau wajah ibunya sering berteriak dan menendang-nendang. anak juga sering mengeluh pusing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Perilaku Anak (Disruptive Behavior Disorder) berhubungan dengan kecemasan, kurangnya pengendalian diri, dan kurangnya pemahaman tentang perilaku yang sesuai.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perilaku Anak: Kontrol Diri
- Anak dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan usia
- Anak dapat mengendalikan emosi dan perilaku yang tidak sesuai
- Anak dapat mengikuti aturan dan instruksi yang diberikan
Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perilaku Anak
- Mengidentifikasi dan menilai penyebab perilaku yang tidak sesuai
- Mengajarkan teknik manajemen diri, seperti relaksasi, berpikir positif, dan pemecahan masalah
- Memberikan umpan balik positif dan penguatan saat anak menunjukkan perilaku yang sesuai
- Menetapkan aturan dan konsekuensi yang jelas untuk perilaku yang tidak sesuai
- Melibatkan orang tua dalam proses pengajaran perilaku yang sesuai
- Memberikan stimulasi dan aktivitas yang sesuai dengan usia anak untuk mengurangi perilaku yang tidak sesuai
2. Manajemen Lingkungan
- Menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk anak
- Mengatur tempat dan waktu untuk aktivitas anak sehingga tidak terlalu banyak stimulasi
- Memberikan ruang anak untuk bereksplorasi dan bermain dengan pengawasan yang sesuai
3. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada orang tua tentang perkembangan anak, manajemen perilaku, dan cara mendukung anak
- Menjelaskan tentang penyebab dan penanganan perilaku tidak sesuai pada anak
Penjelasan Rinci:
Anak laki-laki usia 3,5 tahun yang menunjukkan perilaku tidak sesuai, seperti menggigit, tidak bisa diam, menabrakkan diri, menjilati barang, berteriak, dan mengeluh pusing, dapat didiagnosis dengan Gangguan Perilaku Anak. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kecemasan, kurangnya pengendalian diri, dan kurangnya pemahaman tentang perilaku yang sesuai.
Luaran yang diharapkan adalah anak dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan usia, mengendalikan emosi dan perilaku yang tidak sesuai, serta dapat mengikuti aturan dan instruksi yang diberikan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen perilaku anak, manajemen lingkungan, dan edukasi kesehatan bagi orang tua. Tujuannya adalah membantu anak mempelajari dan menerapkan perilaku yang sesuai, serta memberikan dukungan dan pemahaman yang tepat bagi orang tua. -
Article No. 17617 | 21 May 2025
Klinis : KELUHAN UTAMA: Pasien datang ke IGD dengan keluhan kelemahan mendadak pada lengan dan tungkai kanan seiak 6 jam sebelum masuk rumah sakit disertai nyeri kepala, pusing dan bicara pelo. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: Tn. C, Laki-laki 64 tahun, datang ke IGD dengan keluhan kelemahan tiba-tiba pada lengan dan tungkai kanan sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan kelemahan tersebut disertai kesulitan berbicara (bicara pelo) dan mulut terasa mencong ke kiri. Tidak ada riwayat keiang, pingsan, atau kehilangan kesadaran. Pasien masih dapat memahami pembicaraan, tetapi mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kata-kata. Pasien menyatakan sempat merasakan nyeri kepala ringan sebelum gejala muncul. Tidak ada keluhan demam, mual, atau muntah. Pasien mengatakan tekanan darahnya sering tinggi, namun tidak rutin kontrol dan hanya sesekali minum obat amlodipin. Pasien juga memiliki iwayat kolesterol tinggi tetapi tidak kontrol sejak 1 tahun terakhir. Pasien merokok sejak usia 20 tahun, rata-rata 1 bungkus/hari, dan masih aktif merokok sampai saat ini. Pasien mengatakan selama ini tidak memiliki riwayat diabetes mellitus. Riwayat keluarga: Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 70 tahun. Ibu pasien memiliki riwayat hipertensi. PEMERIKSAAN FISIK: Kesadaran pasien sadar compos mentis E4M6V5, tampak lemah dan dibantu keluarganya saat datang ke IGD. Status gizi pasien terkesan overweight, dengan berat badan 78 kg dan tinggi badan 168 cm. Tanda-tanda vital saat masuk menunjukkan tekanan darah 190/100 mmHg, MAP: 130 mmHg, Nadi: 88 kali per menit dengan irama teratur dengan kekuatan 2+, frekuensi napas 20 kali per menit irama teratur, suhu tubuh 36,7°C, dan saturasi oksigen 98% dengan room air, Pupil size isokhor 2+/2+. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan deviasi mulut ke arah kiri yang menunjukkan adanya kelemahan otot fasialis perifer kanan. Pemeriksaan motorik menunjukkan penurunan kekuatan otot pada ekstremitas kanan dengan nilai 2222/2222, sementara ekstremitas kirt masin dalam batas normal dengan kekuatan SSs5/5555. Refleks patologis Babinski postut di ssl kanan mengindikasikan adanya lesi pada taktus korikospinalis. Pemeriksaan sensonik uidak menuniussan selainan bermakna dan koordinasi tidak dapat diniai secara optimal karena hemiparesis pada sisi kanan tubub. Skor NIHSS pasien saat pemeriksaan awal adalah 9, mengindikasikan stroke sedang. Pemeriksaan kepala tidak menunjukkan adanya tanda-tanda trauma atau cedera. Leher dalam kondisi normal, tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening servikal. Pada pemeriksaan sistem kardiopulmonary tidak ditemukan kelainan bermakna Buny! jantung reguler tanpa murmur, dan bunyi napas yesikular terdengar pada kedua lapang par Tidak ada Dyeri abdomen dan bising usus normal RUQ: 11 x/menit, RLQ 9 x/menit, LLQ: 8 x/menit, LUQ: 9 x/menit . Tidak ditemukan edema perifer dengan akral hangat, CRT<3 detik. PEMERIKSAAN PENUNJANG • CT Scan Kepala non-kontras (25 Januari 2025): Infark iskemik akut di daerah kapsula interna kiri, tanpa perdarahan EKG: Sinus rhythm, left ventricular hypertrophy (LVH) • . D-dimer: 1.200 ng/mL • HbAlc: 9,2% • Glukosa darah sewaktu: 287 mg/dL • Leukosit: 10.200/mm3 • Kolesterol total: 245 mg/dL LDL: 170 mg/dL • HDL: 38 mg/dL • Trigliserida: 210 mg/dL • CRP: 7 mg/L • Albumin: 3,5 g/dL • Hb: 13,2 g/dL Ht: 39% Ureum/Kreatinin: 33/1,1 mg/dI Foto thorax (21 Mei 2025): Kardiomegali, pulmo dalam batas normal Doppler carotid duplex (25 Desember: 2024): Aterosklerosis ringan pada A. carotis communis kiri, tanpa stenosis signifikan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perfusi Serebral Terganggu
Faktor yang berhubungan: Gangguan aliran darah serebrum (infark iskemik akut di daerah kapsula interna kiri)
Karakteristik definitif: Kelemahan mendadak pada lengan dan tungkai kanan, bicara pelo, deviasi mulut ke kiri, penurunan kekuatan otot ekstremitas kanan.
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Faktor yang berhubungan: Hipertensi (tekanan darah 190/100 mmHg), diabetes mellitus (kadar glukosa darah 287 mg/dL, HbA1c 9,2%), dislipidemia (kolesterol total 245 mg/dL, LDL 170 mg/dL, trigliserida 210 mg/dL)
3. Defisit Perawatan Diri
Faktor yang berhubungan: Kelemahan fisik (hemiparesis kanan) dan gangguan kognitif (kesulitan berbicara)
Karakteristik definitif: Membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Serebral
- Pasien akan mempertahankan/meningkatkan kekuatan otot ekstremitas kanan (skor kekuatan otot pada pemeriksaan motorik)
- Pasien akan menunjukkan tidak ada peningkatan gejala neurologis (deviasi mulut, bicara pelo)
2. Stabilitas Tanda-Tanda Vital
- Pasien akan mempertahankan/mencapai tekanan darah dalam rentang normal (tekanan darah 120-140/80-90 mmHg)
- Pasien akan mempertahankan/mencapai kadar glukosa darah dalam rentang normal (80-130 mg/dL)
- Pasien akan mempertahankan/mencapai profil lipid dalam rentang normal (kolesterol total <200 mg/dL, LDL <100 mg/dL, trigliserida <150 mg/dL)
3. Kemandirian Perawatan Diri
- Pasien akan mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Serebral
- Monitor tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengelolaan farmakologis (antiplatelet, antikoagulan, antihipertensi, antidiabetik, antidislipidemia)
- Berikan posisi kepala hingga 30 derajat untuk meningkatkan aliran darah serebral
- Bantu pasien dalam melakukan ROM aktif dan pasif untuk ekstremitas kanan
2. Manajemen Hipertensi
- Monitor tekanan darah secara berkala
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian terapi antihipertensi
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya kepatuhan minum obat dan modifikasi gaya hidup (diet rendah garam, aktifitas fisik, berhenti merokok)
3. Manajemen Diabetes Mellitus
- Monitor kadar glukosa darah secara berkala
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian terapi antidiabetik
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai diet diabetik, aktivitas fisik, dan pemantauan glukosa mandiri
4. Perawatan Diri
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan tingkat ketergantungannya
- Kolaborasi dengan tim terapi okupasi untuk melatih kemandirian pasien dalam aktivitas sehari-hari
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai strategi perawatan diri yang tepat
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Tone yang digunakan adalah akademis, dengan persona sebagai seorang perawat pakar. -
Article No. 17618 | 21 May 2025
Klinis : S: - O: Keadaan umum berat, Kesadaran delirium GCS 7 (E3M3V1) - Skala nyeri tidak terkaji, Akses vaskular dialisis; CTL a/r v. Jugularis Dextra - Rubor (+), Kalor (-), Dolor (-), Tumor (-), FL (-), Bleeding (-), Purulen (-) - Akral hangat, pulsasi cepat-teraba-Rrythm, CRT<2 detik, Turgor kulit sedang, Mukosa mulut/bibir kering-pecah-pecah (+), Terpasang NGT Spooling NS & Aquabides 1000mL/24jam - Warna kulit pucat (-), Konjungtiva anemis (-/-), Konjungtiva Suffusion (+/+), Sklera ikterik (-/-) - SN Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-, PCH (-), PIC (+), PABD (+) - Sianosis/Hipoksia/Dyspnea (+), Ortopnea (-), PND (-) - Edema ekstremitas +3/+3, Ascites (-) - Oliguria/Anuria/Hematuria (-) Terpasang: - Insulin Alg. 1; 3mL/jam (GDS/4jam) - NS 0.9% 500mL/12jam (14tpm/macro) - Urin Kateter, Prod. (+) 100mL, warna kuning jernih - NRM 10LpM/FiO2 95% - NGT Spooling with Aquabides 1000mL/24jam Hasil Lab: - HB 11.7, HT 35.6, LEU 16.000, TR 111.000, Na+ 135, K+ 4.1, Cl- 105, UR 268.0, CR 8.10, IgM Leptospira Positif Lemah (19-05-2025) - Anti HCV Negatif, HBsAg & HIV Non-Reaktif, PT 9.6, INR 0.9 (20-05-2025) - pH 7.54, pCO2 12, pO2 84, HCO3- 10, SO2 99.3, BeB 9.3 (21-05-2025) - SGOT 91, SGPT 43, ALB 2.72, GDS 294 (21-05-2025) - TD 144/85 mmHg - HR 100 x/mnt (Arrythm) - RR 24 x/mnt - Sh 36.5 °C - SpO2 100% on NRM 10LpM/FiO2 95%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan kehilangan cairan akibat dialisis ditandai dengan akral hangat, pulsasi cepat, CRT <2 detik, turgor kulit sedang, mukosa kering, dan produksi urin oliguria.
2. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kesadaran, dan gangguan pernapasan ditandai dengan keadaan umum berat, GCS 7, dan adanya sianosis/hipoksia/dispnea.
3. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan cedera fisiologis yang tidak terkaji ditandai dengan skala nyeri tidak terkaji.
4. Risiko infeksi (00004) berhubungan dengan tindakan dialisis, akses vaskular dan terpasang NGT ditandai dengan adanya rubor dan adanya tanda-tanda infeksi lainnya.
5. Gangguan perfusi jaringan perifer (00204) berhubungan dengan penurunan volume cairan dan perubahan hemodinamik ditandai dengan akral hangat, pulsasi cepat, CRT <2 detik, dan edema ekstremitas.
6. Gangguan keseimbangan elektrolit (00195) berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal ditandai dengan hasil laboratorium elektrolit yang tidak normal.
7. Gangguan fungsi hati (00235) berhubungan dengan gagal ginjal akut dengan komplikasi ditandai dengan hasil laboratorium fungsi hati yang tidak normal.
Luaran (SLKI):
1. Tercapainya keseimbangan cairan yang ditandai dengan akral hangat, pulsasi teraba, CRT <2 detik, turgor kulit normal, dan produksi urin >30 ml/jam.
2. Meningkatnya toleransi aktivitas yang ditandai dengan GCS 14-15, penurunan sianosis/hipoksia/dispnea, dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
3. Terkontrolnya nyeri yang ditandai dengan skala nyeri <4.
4. Tidak terjadi infeksi yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
5. Mempertahankan perfusi jaringan perifer yang ditandai dengan akral hangat, pulsasi teraba, CRT <2 detik, dan edema minimal.
6. Tercapainya keseimbangan elektrolit yang ditandai dengan hasil laboratorium elektrolit dalam batas normal.
7. Mempertahankan fungsi hati yang ditandai dengan hasil laboratorium fungsi hati dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kekurangan volume cairan:
- Pantau tanda-tanda vital dan intake/output
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian dialisis sesuai indikasi
- Pantau tanda-tanda kelebihan/kekurangan cairan
2. Intoleransi aktivitas:
- Pantau status kesadaran dan tanda-tanda vital
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Batasi aktivitas dan dorong istirahat
- Kolaborasi pemberian terapi suportif
3. Nyeri akut:
- Identifikasi dan dokumentasi karakteristik nyeri
- Berikan analgesik sesuai kolaborasi
- Gunakan manajemen nyeri non-farmakologi
- Evaluasi efektivitas intervensi nyeri
4. Risiko infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi
- Lakukan perawatan akses vaskular dan NGT secara aseptik
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi
- Tingkatkan higiene personal dan lingkungan
5. Gangguan perfusi jaringan perifer:
- Pantau tanda-tanda perfusi perifer
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Atur posisi ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah
- Kolaborasi pemberian vasoaktif jika diperlukan
6. Gangguan keseimbangan elektrolit:
- Pantau hasil laboratorium elektrolit
- Berikan suplemen elektrolit sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian terapi dialisis jika diperlukan
- Evaluasi keseimbangan elektrolit secara berkala
7. Gangguan fungsi hati:
- Pantau hasil laboratorium fungsi hati
- Berikan nutrisi yang mendukung fungsi hati
- Kolaborasi pemberian terapi suportif hati jika diperlukan
- Evaluasi perkembangan fungsi hati secara berkala
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan sesuai dengan persona pakar nurse. -
Article No. 17619 | 21 May 2025
Klinis : buatkan intervensi dan tujuan pada pasien dgn keluhan nyeri 3/10 siki nya pemberian analgesik, buatkan outputnya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien dengan nyeri 3/10 setelah pemberian analgesik, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut" (SDKI). Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan seperti itu (International Association for the Study of Pain, 1994).
Tujuan dan Intervensi Keperawatan (SIKI):
Tujuan Keperawatan:
1. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri hingga 1/10 dalam waktu 30 menit setelah intervensi keperawatan.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman dan tidur dengan baik.
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri).
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter dan pantau efektivitasnya.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis) untuk optimalisasi manajemen nyeri.
5. Berikan kenyamanan fisik, seperti posisi tidur yang nyaman dan lingkungan yang tenang.
6. Libatkan keluarga dalam manajemen nyeri pasien.
7. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri hingga 1/10.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman dan tidur dengan baik.
4. Pasien dan keluarga memahami manajemen nyeri yang efektif.
5. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena pasien mengalami keluhan nyeri dengan intensitas 3/10 setelah pemberian analgesik. Tujuan keperawatan ditetapkan untuk menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, dan memastikan istirahat yang nyaman. Intervensi keperawatan difokuskan pada pengkajian nyeri, pemberian analgesik, teknik manajemen nyeri non-farmakologis, kolaborasi dengan tim kesehatan, serta optimalisasi kenyamanan fisik dan dukungan keluarga. Luaran yang diharapkan mencakup penurunan intensitas nyeri, kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, kualitas istirahat yang baik, dan stabilitas tanda-tanda vital.
Sebagai perawat profesional, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan keluhan nyeri.