Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15719 | 17 Apr 2025
Klinis : DS: Pasien mengatakan sesak nafas berat tidak nyeri dada. Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan kepala rendah karena sesak bertambah berat DO: • Akral teraba dingin • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafasventilator. • Terpasang kateter no 16 posisi fiksasi baik produk cairan urine ± 1200 cc kuning jernih • Vital sign: TD: 174/111 mmHg N: 98 x/mnt RR: 32 x/mnt S: 36ᵒC SpO2: 98% • Rontgen Thorax (tgl. 16/04/25) hasil: Pulmo: edema pulmo gr II Besar cor cardiomegali LAE, LVH • Hasil EKG (tgl. 18/03/25): SR dengan ST Elevasi di V2-V4, q patologis pada lead II, III, AVF. • Pada perkusi paru ditemukan Sonor pada area paru kanan dan kiri, pekak pada 2/3 lapang bawah paru. • Auskultasi Suara nafas rales diparu kanan dan kiri, tidak ada suara jantung tambahan. • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami sesak napas berat, tampak menggunakan otot tambahan saat bernafas, dengan adanya edema paru, cardiomegali, LVH, dan suara napas rales di kedua paru. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada bersihan jalan napas yang tidak efektif.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI: Gangguan Bersihan Jalan Napas
SLKI: Manajemen Jalan Napas
SIKI: Manajemen Ventilasi
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
Pasien tampak lemah dan gelisah, menunjukkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Hal ini disebabkan oleh sesak napas berat dan edema paru yang menyebabkan penurunan kapasitas fungsional.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
SLKI: Peningkatan Aktivitas
SIKI: Manajemen Aktivitas
3. Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan kepala rendah karena sesak bertambah berat. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pola tidur yang disebabkan oleh gejala sesak napas saat berbaring.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI: Gangguan Pola Tidur
SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
SIKI: Manajemen Tidur -
Article No. 15720 | 17 Apr 2025
Klinis : DS: Pasien mengatakan sesak nafas berat tidak nyeri dada. Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan kepala rendah karena sesak bertambah berat DO: • Akral teraba dingin • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafasventilator. • Terpasang kateter no 16 posisi fiksasi baik produk cairan urine ± 1200 cc kuning jernih • Vital sign: TD: 174/111 mmHg N: 98 x/mnt RR: 32 x/mnt S: 36ᵒC SpO2: 98% • Rontgen Thorax (tgl. 16/04/25) hasil: Pulmo: edema pulmo gr II Besar cor cardiomegali LAE, LVH • Hasil EKG (tgl. 18/03/25): SR dengan ST Elevasi di V2-V4, q patologis pada lead II, III, AVF. • Pada perkusi paru ditemukan Sonor pada area paru kanan dan kiri, pekak pada 2/3 lapang bawah paru. • Auskultasi Suara nafas rales diparu kanan dan kiri, tidak ada suara jantung tambahan. • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di dalam paru-paru.
Penyebab:
- Edema paru
- Gagal jantung kiri
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis untuk mempertahankan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
Penyebab:
- Penurunan kekuatan otot pernapasan
- Perubahan perfusi jaringan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertukaran Gas Membaik
Kriteria hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tampak tidak ada penggunaan otot tambahan saat bernapas
- Saturasi oksigen dalam rentang normal
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
Kriteria hasil:
- Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan
- Tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas
- Kekuatan otot pernapasan meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pertukaran Gas Membaik
- Pengaturan posisi semi fowler
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Auskultasi suara napas
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi diuretik dan vasodilator
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen sesak napas
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Latihan fisik/aktivitas ringan secara bertahap
- Manajemen kelelahan
- Identifikasi dan minimalisasi faktor pembatas aktivitas
- Pemberian dukungan emosional
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi pernapasan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Gangguan Pertukaran Gas dan Intoleransi Aktivitas sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami sesak napas berat, gelisah, dan tampak menggunakan otot tambahan saat bernapas. Hal ini dapat disebabkan oleh edema paru dan gagal jantung kiri. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memperbaiki pertukaran gas dan meningkatkan toleransi aktivitas pasien, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 15642 | 16 Apr 2025
Klinis : Keluhan utama : Sesak napas Riwayat penyakit sekarang: pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS ,dahak berwarna putih.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan utama sesak napas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memberikan oksigenasi adekuat.
Faktor Terkait: Penyakit pernapasan, kelelahan otot pernapasan.
Gejala/Tanda Mayor: Perubahan frekuensi pernapasan, irama pernapasan tidak teratur, perubahan kedalaman pernapasan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Pola Napas merupakan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah pernapasan, seperti sesak napas, yang disebabkan oleh berbagai faktor terkait seperti penyakit pernapasan dan kelelahan otot pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, seperti frekuensi pernapasan, irama, dan kedalaman pernapasan yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian oksigen, manajemen jalan napas, latihan pernapasan, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan penyakit dasar. -
Article No. 15643 | 16 Apr 2025
Klinis : Tinea Corporis!
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi kode ICD-10 untuk diagnosis Tinea Corporis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B35.4
- Deskripsi: Tinea corporis (Ringworm of the body)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.21
- Deskripsi: Pemberian obat topikal anti jamur untuk pengobatan infeksi jamur kulit.
Tinea corporis, juga dikenal sebagai "ringworm of the body", adalah salah satu jenis infeksi jamur kulit yang disebabkan oleh dermatofita. Kondisi ini ditandai dengan adanya lesi kulit berbentuk lingkaran atau bercak kemerahan dengan tepi yang jelas. Lesi ini dapat menyebar dan menyebabkan rasa gatal.
Pengobatan untuk Tinea corporis biasanya melibatkan pemberian obat topikal anti jamur, seperti krim, salep, atau larutan yang mengandung bahan aktif seperti klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin. Dalam beberapa kasus yang lebih parah, pengobatan sistemik dengan obat anti jamur oral mungkin diperlukan.
Prosedur medis yang mungkin dilakukan adalah pemberian obat topikal anti jamur (kode ICD-9-CM 99.21) untuk menangani infeksi jamur kulit pada pasien dengan Tinea corporis. Prosedur ini bertujuan untuk menghilangkan infeksi jamur dan mempercepat penyembuhan lesi kulit. -
Article No. 15644 | 16 Apr 2025
Klinis : Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri punggung Riwayat Keluhan; Pasien mengatakan nyeri punggung hingga bokong,nyeri dada sebelah kanan. Sakit d rasakan sejak 3 hari lalu. Td; 120/80 mmHg, N; 82x per menit, Rr; 97,
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang disampaikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Nyeri punggung bawah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.81
- Deskripsi: Manipulasi dan mobilisasi tulang belakang
Penjelasan:
Kode ICD-10 M54.5 (Nyeri punggung bawah) sesuai dengan keluhan utama pasien yang menyatakan adanya nyeri punggung hingga bokong. Nyeri punggung bawah adalah kondisi umum yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketegangan otot, cedera, atau masalah pada struktur tulang belakang.
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik tercantum, namun jika diperlukan, kode 72.81 (Manipulasi dan mobilisasi tulang belakang) dapat dipertimbangkan sebagai tindakan untuk menangani kondisi nyeri punggung bawah pasien. Manipulasi dan mobilisasi tulang belakang dapat membantu mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi.
Dalam memberikan perawatan, dokter atau perekam medis harus mempertimbangkan semua gejala dan riwayat pasien, serta melakukan pemeriksaan fisik dan diagnostik yang diperlukan untuk memastikan diagnosis yang tepat dan memberikan tindakan yang sesuai. -
Article No. 15645 | 16 Apr 2025
Klinis : Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri punggung Riwayat Keluhan; Pasien mengatakan nyeri punggung hingga bokong,nyeri dada sebelah kanan,leher tegang. Sakit di rasakan sejak 3 hari lalu. Td; 120/80 mmHg, N; 82x per menit, Rr; 97,
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Sakit punggung bawah
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri punggung hingga bokong, yang merupakan gejala dari sakit punggung bawah. Kode ICD-10 M54.5 sesuai dengan kondisi ini.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.2
- Deskripsi: Manipulasi Spinal
Penjelasan:
Berdasarkan gejala nyeri punggung, leher tegang, dan dada sebelah kanan, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan manipulasi spinal sebagai tindakan medis. Kode ICD-9-CM 72.2 sesuai dengan prosedur ini.
Dengan menegakkan diagnosis sakit punggung bawah (M54.5) dan mempertimbangkan tindakan manipulasi spinal (72.2), diharapkan dapat memberikan penanganan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 15646 | 16 Apr 2025
Klinis : Kasus 20: Bayi perempuan, umur 4 hari dirawat di ruang perinatologi dengan manifestasi jaundice/ikterik. Bayi lahir secara normal, usia gestasi 35 minggu dengan berat lahir 2500 gram. Hasil pengkajian didapatkan sklera tampak ikterik, bayi terlihat kuning pada area kepala sampai dengan di atas lutut, kulit teraba dingin, suhu tubuh 36,70C, frekuensi napas 38 x/menit, nadi 116 x/menit. Menurut ibu, bayi malas menetek dan tampak lemah. diagnosa yang tepat sesuai SDKI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan SDKI adalah:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Bilirubin Peningkatan
Definisi: Peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang dapat menyebabkan jaundice/ikterik.
Faktor yang Berhubungan: Prematuritas, pemberian makanan terlambat, imaturitas hati.
Karakteristik Umum: Sklera dan kulit tampak ikterik, bayi malas minum/menetek, letargi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bilirubin Penurunan
Kriteria Hasil:
- Kadar bilirubin menurun sesuai usia
- Sklera dan kulit tidak tampak ikterik
- Bayi aktif menetek/minum
- Bayi berenergi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Hiperbilirubinemia
Tindakan:
- Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda klinis hiperbilirubinemia (ikterik, letargi, dll.)
- Koordinasikan pemeriksaan laboratorium bilirubin total dan tidak terkonjugasi
- Berikan terapi fototerapi sesuai indikasi
- Pertahankan kehangatan tubuh bayi
- Tingkatkan asupan oral (ASI/formula)
- Berikan edukasi kepada keluarga tentang manajemen hiperbilirubinemia
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan "Bilirubin Peningkatan" dipilih karena sesuai dengan kondisi bayi perempuan umur 4 hari dengan manifestasi jaundice/ikterik. Faktor yang berhubungan seperti prematuritas dan pemberian makan yang terlambat juga sesuai dengan kasus ini.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Bilirubin Penurunan", di mana kadar bilirubin menurun sesuai usia, tanda-tanda ikterik menghilang, bayi aktif menetek/minum, dan bayi berenergi. Ini merupakan tujuan akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Hiperbilirubinemia", di mana perawat melakukan pemantauan tanda-tanda vital dan klinis, koordinasi pemeriksaan laboratorium, pemberian terapi fototerapi, menjaga kehangatan tubuh bayi, meningkatkan asupan oral, serta memberikan edukasi kepada keluarga. Intervensi-intervensi ini ditujukan untuk menurunkan kadar bilirubin dan memperbaiki kondisi bayi. -
Article No. 15647 | 16 Apr 2025
Klinis : Bayi perempuan usia 1 hari dirawat di NICU dengan riwayat persalinan normal dengan usia gestasi 32 minggu. Hasil pengkajian: bayi tampak lemah, reflek hisap dan menelan lemah, frekuensi napas 60 x/menit. Ibu mengatakan ASI sudah keluar. diagnosa yang tepat sesuai SDKI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan SDKI adalah:
1. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Kelahiran Prematur
- Definisi: Keadaan dimana individu berisiko mengalami pola napas yang tidak efektif, yang dapat mengganggu ventilasi.
- Karakteristik Definitif: Frekuensi napas 60 x/menit, Bayi tampak lemah.
2. Risiko Ketidakefektifan Menelan Berhubungan dengan Kelahiran Prematur
- Definisi: Keadaan dimana individu berisiko mengalami gangguan kemampuan untuk menelan, yang dapat mengganggu asupan gizi.
- Karakteristik Definitif: Reflek hisap dan menelan lemah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Kelahiran Prematur:
- Bayi dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- Frekuensi napas berada dalam batas normal (40-60 x/menit).
- Bayi tampak kuat dan berenergi.
2. Risiko Ketidakefektifan Menelan Berhubungan dengan Kelahiran Prematur:
- Bayi dapat menelan dengan efektif.
- Refleks hisap dan menelan bayi menjadi kuat.
- Bayi dapat mengonsumsi ASI dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Kelahiran Prematur:
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan irama napas bayi.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Lakukan suction pada saluran napas jika diperlukan.
- Posisikan bayi sedemikian rupa untuk memudahkan ventilasi.
- Berikan stimulasi taktil (mengelus, menepuk pelan) untuk meningkatkan upaya napas.
- Ajarkan orang tua teknik mempertahankan pola napas bayi yang efektif.
2. Risiko Ketidakefektifan Menelan Berhubungan dengan Kelahiran Prematur:
- Monitor refleks hisap dan menelan bayi.
- Berikan ASI sesering mungkin melalui nasogastrik tube jika bayi belum dapat menyusu langsung.
- Lakukan teknik menyusu yang benar untuk meningkatkan refleks hisap dan menelan.
- Ajarkan orang tua teknik menyusui yang efektif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat.
- Pantau peningkatan berat badan bayi sebagai indikator keefektifan menelan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang tepat adalah Risiko Ketidakefektifan Pola Napas dan Risiko Ketidakefektifan Menelan, karena bayi prematur dengan usia gestasi 32 minggu memiliki risiko mengalami masalah pada sistem pernapasan dan kemampuan menelan. Intervensi keperawatan difokuskan pada pemantauan, pemberian oksigen, teknik menyusui, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan kecukupan nutrisi. Luaran yang diharapkan adalah bayi dapat mempertahankan pola napas dan menelan yang efektif, sehingga dapat mengonsumsi ASI dengan baik dan menunjukkan peningkatan berat badan. -
Article No. 15648 | 16 Apr 2025
Klinis : resiko gangguan pertumbuhan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci untuk kondisi "risiko gangguan pertumbuhan":
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "risiko gangguan pertumbuhan" adalah "Risiko Pertumbuhan Terhambat". Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Risiko mengalami perkembangan fisik, mental, sosial, dan/atau emosional yang tidak sesuai dengan potensi individual dan usia akibat faktor-faktor yang dapat dimodifikasi".
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Pertumbuhan fisik sesuai potensi dan usia
2. Perkembangan mental, sosial, dan emosional sesuai potensi dan usia
3. Tidak terjadi gangguan atau penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Pantau dan dokumentasi perkembangan fisik, mental, sosial, dan emosional secara berkala
2. Identifikasi faktor risiko yang dapat menghambat pertumbuhan, seperti nutrisi, penyakit kronis, lingkungan, dan psikososial
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, terapis) untuk mengatasi faktor risiko
4. Berikan konseling dan edukasi kepada pasien/keluarga tentang pentingnya pola hidup sehat untuk mendukung pertumbuhan optimal
5. Fasilitasi aktivitas stimulasi perkembangan sesuai usia dan kemampuan pasien
6. Dukung keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan pasien
7. Pantau respon pasien terhadap intervensi dan modifikasi rencana asuhan jika diperlukan
Penjelasan di atas menggambarkan pendekatan holistik dalam mengatasi risiko gangguan pertumbuhan, dengan melibatkan aspek fisik, mental, sosial, dan emosional. Peran perawat adalah mengkoordinasikan dan mengkolaborasikan berbagai intervensi untuk mencapai luaran yang diharapkan bagi pasien. -
Article No. 15649 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien bayi berusia 3 jam, dengan apgar score 5 dan di diagnosis sindrom aspirasi mekonium dan mengalami hiperinflasi paru dengan diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait asuhan keperawatan untuk pasien bayi usia 3 jam dengan sindrom aspirasi mekonium dan hiperinflasi paru.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (00032). Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami hiperinflasi paru akibat sindrom aspirasi mekonium.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif (0415)
- Kriteria hasil: Frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, usaha napas minimal, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
- Waktu pencapaian: 3-5 hari.
2. Pertukaran Gas Adekuat (0402)
- Kriteria hasil: Kadar oksigen darah dalam rentang normal, tidak ada sianosis, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
- Waktu pencapaian: 3-5 hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Respirasi (6680)
- Pantau tanda-tanda vital, frekuensi napas, irama napas, dan usaha napas.
- Pantau adanya tanda-tanda distres pernapasan, seperti retraksi, sianosis, dan suara napas abnormal.
- Pantau kadar oksigen darah dan nilai pH darah.
2. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Pertahankan jalan napas yang bersih dan bebas obstruksi.
- Lakukan suction sesuai indikasi untuk membantu mengeluarkan sekret dan/atau mekonium.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
3. Manajemen Ventilasi Mekanis (3302)
- Pertahankan ventilasi mekanis yang adekuat sesuai kebutuhan.
- Pantau parameter ventilator, seperti volume tidal, PEEP, dan FiO2.
- Sesuaikan pengaturan ventilator berdasarkan respons pasien.
4. Manajemen Hipoksemia (3120)
- Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal.
- Pantau kadar oksigen darah secara berkala.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien mengalami hiperinflasi paru akibat sindrom aspirasi mekonium, yang dapat menyebabkan gangguan ventilasi dan oksigenasi. Luaran yang diharapkan adalah perbaikan pola napas dan pertukaran gas yang adekuat, dengan kriteria hasil yang jelas dan waktu pencapaian yang realistis.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan respirasi, manajemen jalan napas, manajemen ventilasi mekanis, dan manajemen hipoksemia. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jalan napas yang bersih, menjaga ventilasi yang adekuat, dan memastikan oksigenasi yang optimal sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan.
Setiap intervensi keperawatan harus dilakukan secara komprehensif, berdasarkan evidence-based practice, dan disesuaikan dengan kondisi pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter dan terapis pernapasan, juga sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan efektif.