Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15712 | 17 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan rematic jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran (SLKI), dan intervensi keperawatan (SIKI) untuk pasien dengan keluhan rematik jantung.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan rematik jantung adalah "Nyeri Akut". Rematik jantung merupakan salah satu kondisi yang dapat menyebabkan nyeri dada. Nyeri akut ini ditandai dengan adanya keluhan nyeri dada yang dirasakan oleh pasien, yang dapat diakibatkan oleh inflamasi dan kerusakan pada struktur jantung. Diagnosis ini berfokus pada penanganan nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai beberapa luaran/output, antara lain:
1. Kontrol Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri hingga level yang dapat ditoleransi.
2. Perilaku Mengendalikan Nyeri: Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Kenyamanan: Pasien dapat melaporkan peningkatan kenyamanan secara fisik dan psikologis.
4. Pengetahuan: Pasien dan keluarga dapat menjelaskan faktor penyebab, gejala, dan penatalaksanaan rematik jantung.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Manajemen Nyeri
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dan faktor pencetus nyeri.
- Memberikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk membantu mengurangi nyeri.
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, terapi kompres hangat/dingin, dan distraksi.
- Memantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien.
2. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang rematik jantung, termasuk penyebab, gejala, dan penatalaksanaannya.
- Menjelaskan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, modifikasi gaya hidup, dan kontrol rutin ke tenaga kesehatan.
- Memberikan materi edukasi tertulis atau audiovisual untuk mendukung pemahaman pasien dan keluarga.
- Melibatkan keluarga dalam proses edukasi dan perawatan pasien.
3. Manajemen Kenyamanan
- Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi pasien.
- Mengatur posisi/postur tubuh pasien untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan.
- Memfasilitasi istirahat dan tidur yang adekuat.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan keluhan rematik jantung dapat memperoleh penanganan yang komprehensif dan mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 15713 | 17 Apr 2025
Klinis : Keluarga Bpk.M (65 tahun) tinggal bersama Ibu. S (63 tahun) dan memiliki 3 orang anak, An.A (45 thn), An.B (40 tahun) dan Ank.C 35 (tahun), anak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah namun tidak jauh dari rumah Bpk. M. komunikasi keluarga dengan anak, menantu dan cucu-cucunya terjalin dengan baik. Anak dan cucu-cucunya sering berkunjung ke rumah Bpk.M di hari libur atau weekend. Anak-anak Bpk.M juga memberikan uang untuk keperluan Bpk.M dan Ibu.S. Berdasarkan hasil pengkajian, Ibu.S memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan Bpk.M memiliki Riwayat penyakit kencing manis. Saat ini Bpk M tinggal bersama istri dan Anak C yang belum menikah. Ibu S mengatakan memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi sejak tahun 2015. Ibu mengatakan orang dikatakan tekananan darah tinggi jika tekanan darahnya diatas normal, ibu tidak mengetahui batasan tekanan darah normal. Ibu mengatakan tekanan darah tinggi disebabkan karena faktor usia, penyakit keturunan dan sering makan ikan asin. Ibu mengatakan jika tekanan darahnya tidak diatasi akan menyebabkan kelumpuhan, Ibu.S tidak ingin seperti tetangganya yang terkena stroke, tidak bisa melakukan apa-apa dan akan merepotkan anak cucunya. Ibu.S sudah pernah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat amlodipine 10 mg diminum 1x/hari. Ibu S mengatakan obatnya diminum jika sedang pusing saja, dan tidak pernah kontrol rutin. Ibu mengatakan malas mengukur tekanan darahnya ke posbindu. Ibu S juga jarang mengikuti senam lansia yang rutin diadakan oleh kader posbindu setiap minggu. ibu juga tidak pernah menggunakan ramuan tradisional dalam mengatasi tekanan darahnya, tidak ada makanan pantangan. Hasil pemeriksaan tekanan darah : 160/90 mmHg. Bpk.M mengatakan jika dirinya tidak mengetahui mempunyai penyakit diabetes. Bapak baru mengetahui gula darahnya tinggi setelah periksa di puskesmas GDS : 320 mg/dl. Bapak mengatakan tidak tau penyakit diabetes dan batas normal kadar gula darah. Bapak mengatakan diabetes adalah penyakit tua, keturunan dan karena banyak makan dan minum yang manis-manis. Menurut Bpk.M orang yang menderita diabetes sering merasa ngantuk, sering merasa haus dan banyak makan. Bpk.M merasakan dirinya juga sering kencing dimalam hari dan berat badan nya mengalami penurunan dalam 1 bulan terakhir. Bapak tidak mengetahui akibat dari diabetes, yang dia tahu hanya orang yang diabetes jika terjadi luka sulit untuk sembuh. Bpk.M dan istrinya cukup khawatir dengan gula darahnya, takut menjadi parah dan akan merepotkan keluarganya. Keluarga belum mengetahui tentang penanganan diabetes, Ibu.S masih menyediakan makanan seperti biasa, dan Bpk.M memang rutin makan besar 3x/hari diselingi dengan cemilan 2x/hari. Ibu mengatakan Bpk.M gemar minum teh kemasan dan minuman bersoda. Setiap pagi dan sore Bpk.M rutin minum teh manis sebanyak 1 gelas besar ditambah dengan gorengan atau roti manis. Bpk.M juga sering merasa kebas/baal pada jari-jari kakinya. Hasil pemeriksaan GDS tiga hari berturut-turut : 345 mg/dl; 280 mg/dl; 389 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
- Definisi: Kemampuan keluarga yang tidak adekuat untuk mengidentifikasi, mencegah, dan/atau mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
- Karakteristik mayor: Keluarga tidak mampu mengelola regimen pengobatan anggota keluarga, Keluarga tidak mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu, Keluarga tidak mengambil tindakan pencegahan untuk masalah kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Kurangnya pengetahuan anggota keluarga tentang masalah kesehatan dan pengelolaannya, Ketidakmampuan keluarga untuk mengakses sumber daya kesehatan.
2. Ketidakpatuhan
- Definisi: Perilaku seseorang yang tidak sesuai dengan rekomendasi pemberi asuhan kesehatan.
- Karakteristik mayor: Gagal melakukan tindakan yang direkomendasikan untuk promosi kesehatan, Gagal mengelola regimen pengobatan yang direkomendasikan.
- Faktor yang berhubungan: Kurangnya pemahaman tentang manfaat dan tujuan regimen pengobatan, Kurangnya motivasi untuk mengikuti rekomendasi.
3. Risiko Komplikasi
- Definisi: Kondisi yang mempengaruhi risiko terjadinya komplikasi.
- Karakteristik mayor: Riwayat penyakit kronis, Riwayat perawatan kesehatan yang tidak adekuat.
- Faktor yang berhubungan: Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan, Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengelolaannya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Keluarga: Perilaku Promosi Kesehatan
- Definisi: Kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi, mencegah, dan/atau mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
- Kriteria hasil:
- Keluarga mengetahui informasi kesehatan yang dibutuhkan.
- Keluarga mengidentifikasi sumber-sumber kesehatan yang dapat diakses.
- Keluarga melakukan perilaku promosi kesehatan.
- Keluarga mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu.
2. Manajemen Penyakit
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas yang mendukung pengelolaan penyakitnya.
- Kriteria hasil:
- Individu mendemonstrasikan pemahaman tentang penyakitnya.
- Individu melakukan regimen pengobatan yang direkomendasikan.
- Individu mengelola gejala penyakit secara efektif.
- Individu mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu.
3. Kontrol Glikemik
- Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Kriteria hasil:
- Individu mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Individu mendemonstrasikan pemahaman tentang diabetes mellitus.
- Individu melakukan regimen pengobatan yang direkomendasikan.
- Individu melakukan aktivitas fisik yang sesuai.
- Individu mengelola diet yang sesuai.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga
- Asesmen kesehatan keluarga
- Pendidikan kesehatan untuk keluarga
- Fasilitasi pengambilan keputusan keluarga
- Dukungan keluarga
- Koordinasi asuhan kesehatan keluarga
2. Manajemen Regimen Terapeutik: Individu
- Identifikasi pemahaman individu tentang penyakit dan regimen terapeutik
- Fasilitasi modifikasi gaya hidup
- Pendidikan kesehatan tentang penyakit dan regimen terapeutik
- Pengaturan lingkungan untuk mendukung terapeutik
- Evaluasi kepatuhan dan hambatan dalam kepatuhan
3. Manajemen Diabetes Mellitus
- Asesmen komprehensif diabetes mellitus
- Pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus
- Fasilitasi pengelolaan diet
- Fasilitasi aktivitas fisik
- Monitoring glukosa darah
- Koordinasi asuhan diabetes mellitus
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif: Keluarga Bpk. M dan Ibu S tidak mampu secara efektif mengelola masalah kesehatan anggota keluarga, seperti tidak mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu dan tidak mengambil tindakan pencegahan untuk masalah kesehatan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan anggota keluarga tentang masalah kesehatan dan pengelolaannya, serta ketidakmampuan keluarga untuk mengakses sumber daya kesehatan.
- Ketidakpatuhan: Ibu S tidak mematuhi regimen pengobatan yang direkomendasikan untuk mengatasi tekanan darah tingginya, seperti tidak minum obat secara teratur dan tidak melakukan kontrol rutin. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman Ibu S tentang manfaat dan tujuan regimen pengobatan, serta kurangnya motivasi untuk mengikuti rekomendasi.
- Risiko Komplikasi: Bpk. M dan Ibu S memiliki riwayat penyakit kronis (diabetes mellitus dan hipertensi) dan riwayat perawatan kesehatan yang tidak adekuat, sehingga berisiko mengalami komplikasi. Hal ini disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengelolaannya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Manajemen Keluarga: Perilaku Promosi Kesehatan: Diharapkan keluarga Bpk. M dan Ibu S dapat mengetahui informasi kesehatan yang dibutuhkan, mengidentifikasi sumber-sumber kesehatan yang dapat diakses, melakukan perilaku promosi kesehatan, dan mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu.
- Manajemen Penyakit: Diharapkan Bpk. M dan Ibu S dapat mendemonstrasikan pemahaman tentang penyakitnya, melakukan regimen pengobatan yang direkomendasikan, mengelola gejala penyakit secara efektif, dan mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu.
- Kontrol Glikemik: Diharapkan Bpk. M dapat mempertahankan kadar glukosa da -
Article No. 15714 | 17 Apr 2025
Klinis : Keluarga Bpk.M (65 tahun) tinggal bersama Ibu. S (63 tahun) dan memiliki 3 orang anak, An.A (45 thn), An.B (40 tahun) dan Ank.C 35 (tahun), anak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah namun tidak jauh dari rumah Bpk. M. komunikasi keluarga dengan anak, menantu dan cucu-cucunya terjalin dengan baik. Anak dan cucu-cucunya sering berkunjung ke rumah Bpk.M di hari libur atau weekend. Anak-anak Bpk.M juga memberikan uang untuk keperluan Bpk.M dan Ibu.S. Berdasarkan hasil pengkajian, Ibu.S memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan Bpk.M memiliki Riwayat penyakit kencing manis. Saat ini Bpk M tinggal bersama istri dan Anak C yang belum menikah. Ibu S mengatakan memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi sejak tahun 2015. Ibu mengatakan orang dikatakan tekananan darah tinggi jika tekanan darahnya diatas normal, ibu tidak mengetahui batasan tekanan darah normal. Ibu mengatakan tekanan darah tinggi disebabkan karena faktor usia, penyakit keturunan dan sering makan ikan asin. Ibu mengatakan jika tekanan darahnya tidak diatasi akan menyebabkan kelumpuhan, Ibu.S tidak ingin seperti tetangganya yang terkena stroke, tidak bisa melakukan apa-apa dan akan merepotkan anak cucunya. Ibu.S sudah pernah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat amlodipine 10 mg diminum 1x/hari. Ibu S mengatakan obatnya diminum jika sedang pusing saja, dan tidak pernah kontrol rutin. Ibu mengatakan malas mengukur tekanan darahnya ke posbindu. Ibu S juga jarang mengikuti senam lansia yang rutin diadakan oleh kader posbindu setiap minggu. ibu juga tidak pernah menggunakan ramuan tradisional dalam mengatasi tekanan darahnya, tidak ada makanan pantangan. Hasil pemeriksaan tekanan darah : 160/90 mmHg. Bpk.M mengatakan jika dirinya tidak mengetahui mempunyai penyakit diabetes. Bapak baru mengetahui gula darahnya tinggi setelah periksa di puskesmas GDS : 320 mg/dl. Bapak mengatakan tidak tau penyakit diabetes dan batas normal kadar gula darah. Bapak mengatakan diabetes adalah penyakit tua, keturunan dan karena banyak makan dan minum yang manis-manis. Menurut Bpk.M orang yang menderita diabetes sering merasa ngantuk, sering merasa haus dan banyak makan. Bpk.M merasakan dirinya juga sering kencing dimalam hari dan berat badan nya mengalami penurunan dalam 1 bulan terakhir. Bapak tidak mengetahui akibat dari diabetes, yang dia tahu hanya orang yang diabetes jika terjadi luka sulit untuk sembuh. Bpk.M dan istrinya cukup khawatir dengan gula darahnya, takut menjadi parah dan akan merepotkan keluarganya. Keluarga belum mengetahui tentang penanganan diabetes, Ibu.S masih menyediakan makanan seperti biasa, dan Bpk.M memang rutin makan besar 3x/hari diselingi dengan cemilan 2x/hari. Ibu mengatakan Bpk.M gemar minum teh kemasan dan minuman bersoda. Setiap pagi dan sore Bpk.M rutin minum teh manis sebanyak 1 gelas besar ditambah dengan gorengan atau roti manis. Bpk.M juga sering merasa kebas/baal pada jari-jari kakinya. Hasil pemeriksaan GDS tiga hari berturut-turut : 345 mg/dl; 280 mg/dl; 389 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Keluarga Bpk. M dan Ibu S:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Ketidaktahuan Tentang Manajemen Diet Diabetes Melitus pada Bpk. M.
Penjelasan: Bpk. M memiliki riwayat diabetes melitus dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol. Ia tidak memahami manajemen diet yang tepat untuk mengontrol kadar gula darahnya.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Tentang Penatalaksanaan Hipertensi pada Ibu S.
Penjelasan: Ibu S memiliki riwayat hipertensi, namun tidak patuh dalam pengobatan dan pemantauan tekanan darah secara rutin. Ia juga tidak mengikuti program olahraga dan edukasi kesehatan yang tersedia.
3. Risiko Komplikasi Diabetes Melitus berhubungan dengan Ketidakstabilan Kadar Gula Darah pada Bpk. M.
Penjelasan: Hasil pemeriksaan gula darah Bpk. M menunjukkan kadar yang sangat tinggi dan tidak terkontrol, meningkatkan risiko komplikasi diabetes seperti neuropati, retinopati, dan lain-lain.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien/klien dan menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai.
- Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi harus mencakup masalah, penyebab, dan gejala/tanda yang ditemukan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dilakukan.
- Luaran keperawatan harus dapat diukur dan dapat diamati, serta sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan harus berpusat pada pasien/klien dan mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan yang dihadapi.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menetapkan standar-standar tersebut sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandarisasi. -
Article No. 15715 | 17 Apr 2025
Klinis : Keluarga Bpk.M (65 tahun) tinggal bersama Ibu. S (63 tahun) dan memiliki 3 orang anak, An.A (45 thn), An.B (40 tahun) dan Ank.C 35 (tahun), anak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah namun tidak jauh dari rumah Bpk. M. komunikasi keluarga dengan anak, menantu dan cucu-cucunya terjalin dengan baik. Anak dan cucu-cucunya sering berkunjung ke rumah Bpk.M di hari libur atau weekend. Anak-anak Bpk.M juga memberikan uang untuk keperluan Bpk.M dan Ibu.S. Berdasarkan hasil pengkajian, Ibu.S memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan Bpk.M memiliki Riwayat penyakit kencing manis. Saat ini Bpk M tinggal bersama istri dan Anak C yang belum menikah. Ibu S mengatakan memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi sejak tahun 2015. Ibu mengatakan orang dikatakan tekananan darah tinggi jika tekanan darahnya diatas normal, ibu tidak mengetahui batasan tekanan darah normal. Ibu mengatakan tekanan darah tinggi disebabkan karena faktor usia, penyakit keturunan dan sering makan ikan asin. Ibu mengatakan jika tekanan darahnya tidak diatasi akan menyebabkan kelumpuhan, Ibu.S tidak ingin seperti tetangganya yang terkena stroke, tidak bisa melakukan apa-apa dan akan merepotkan anak cucunya. Ibu.S sudah pernah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat amlodipine 10 mg diminum 1x/hari. Ibu S mengatakan obatnya diminum jika sedang pusing saja, dan tidak pernah kontrol rutin. Ibu mengatakan malas mengukur tekanan darahnya ke posbindu. Ibu S juga jarang mengikuti senam lansia yang rutin diadakan oleh kader posbindu setiap minggu. ibu juga tidak pernah menggunakan ramuan tradisional dalam mengatasi tekanan darahnya, tidak ada makanan pantangan. Hasil pemeriksaan tekanan darah : 160/90 mmHg. Bpk.M mengatakan jika dirinya tidak mengetahui mempunyai penyakit diabetes. Bapak baru mengetahui gula darahnya tinggi setelah periksa di puskesmas GDS : 320 mg/dl. Bapak mengatakan tidak tau penyakit diabetes dan batas normal kadar gula darah. Bapak mengatakan diabetes adalah penyakit tua, keturunan dan karena banyak makan dan minum yang manis-manis. Menurut Bpk.M orang yang menderita diabetes sering merasa ngantuk, sering merasa haus dan banyak makan. Bpk.M merasakan dirinya juga sering kencing dimalam hari dan berat badan nya mengalami penurunan dalam 1 bulan terakhir. Bapak tidak mengetahui akibat dari diabetes, yang dia tahu hanya orang yang diabetes jika terjadi luka sulit untuk sembuh. Bpk.M dan istrinya cukup khawatir dengan gula darahnya, takut menjadi parah dan akan merepotkan keluarganya. Keluarga belum mengetahui tentang penanganan diabetes, Ibu.S masih menyediakan makanan seperti biasa, dan Bpk.M memang rutin makan besar 3x/hari diselingi dengan cemilan 2x/hari. Ibu mengatakan Bpk.M gemar minum teh kemasan dan minuman bersoda. Setiap pagi dan sore Bpk.M rutin minum teh manis sebanyak 1 gelas besar ditambah dengan gorengan atau roti manis. Bpk.M juga sering merasa kebas/baal pada jari-jari kakinya. Hasil pemeriksaan GDS tiga hari berturut-turut : 345 mg/dl; 280 mg/dl; 389 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan:
- Definisi: Ketidakmampuan klien/keluarga untuk mengidentifikasi, menangani, dan/atau memenuhi kebutuhan kesehatan yang dirasakan.
- Penyebab: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi dan diabetes, ketidakpatuhan dalam mengonsumsi obat, dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan anjuran.
2. Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah:
- Definisi: Rentan mengalami perubahan kadar gula darah melebihi batas normal, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Penyebab: Ketidakpatuhan dalam pengobatan diabetes, asupan makanan dan minuman yang tidak sesuai, serta aktivitas fisik yang kurang.
3. Risiko Komplikasi:
- Definisi: Rentan mengalami komplikasi akibat penyakit kronis yang dialami, seperti stroke, gangguan penglihatan, dan penyakit ginjal.
- Penyebab: Kontrol gula darah dan tekanan darah yang tidak optimal, serta kurangnya pengetahuan dalam mengelola penyakit.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Untuk Diagnosa Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan:
- Pengetahuan Tentang Kesehatan
- Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan Kesehatan
- Kepatuhan Terhadap Pengobatan
- Perilaku Kesehatan Promotif
2. Untuk Diagnosa Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah:
- Kontrol Gula Darah
- Pemantauan Kadar Gula Darah
- Perilaku Pengelolaan Diabetes
3. Untuk Diagnosa Risiko Komplikasi:
- Kontrol Tekanan Darah
- Pengetahuan Tentang Komplikasi
- Pencegahan Komplikasi
- Pemantauan Tanda dan Gejala Komplikasi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Untuk Diagnosa Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan:
- Edukasi Kesehatan
- Konseling
- Pengaturan Lingkungan
- Aktivitas Kelompok
- Manajemen Obat
2. Untuk Diagnosa Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah:
- Pemantauan Kadar Gula Darah
- Edukasi Manajemen Diabetes
- Terapi Nutrisi Medis
- Aktivitas Fisik
- Kolaborasi Pengobatan
3. Untuk Diagnosa Risiko Komplikasi:
- Pemantauan Tekanan Darah
- Edukasi Pencegahan Komplikasi
- Perawatan Kaki
- Koordinasi Perawatan
- Konseling Manajemen Stres
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan: Keluarga Bpk. M dan Ibu S memiliki pengetahuan yang kurang tentang hipertensi dan diabetes, serta ketidakpatuhan dalam pengobatan dan gaya hidup. Intervensi yang diperlukan adalah edukasi kesehatan, konseling, pengaturan lingkungan, aktivitas kelompok, dan manajemen obat.
- Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah: Bpk. M memiliki riwayat diabetes dengan kontrol gula darah yang buruk. Intervensi yang diperlukan adalah pemantauan kadar gula darah, edukasi manajemen diabetes, terapi nutrisi medis, aktivitas fisik, dan kolaborasi pengobatan.
- Risiko Komplikasi: Bpk. M dan Ibu S memiliki risiko komplikasi akibat penyakit kronis yang tidak terkontrol dengan baik. Intervensi yang diperlukan adalah pemantauan tekanan darah, edukasi pencegahan komplikasi, perawatan kaki, koordinasi perawatan, dan konseling manajemen stres.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Untuk Diagnosa Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan: Diharapkan keluarga memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang baik, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kesehatan, meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan, dan menerapkan perilaku kesehatan promotif.
- Untuk Diagnosa Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah: Diharapkan Bpk. M dapat mencapai kontrol gula darah yang optimal, melakukan pemantauan kadar gula darah secara rutin, dan menerapkan perilaku pengelolaan diabetes dengan baik.
- Untuk Diagnosa Risiko Komplikasi: Diharapkan Bpk. M dan Ibu S dapat mencapai kontrol tekanan darah yang optimal, memiliki pengetahuan tentang komplikasi, dapat mencegah komplikasi, dan memantau tanda serta gejala komplikasi secara rutin.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Untuk Diagnosa Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan: Memberikan edukasi kesehatan tentang hipertensi dan diabetes, melakukan konseling untuk meningkatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan, mengatur lingkungan yang mendukung kepatuhan, melakukan aktivitas kelompok untuk meningkatkan pemahaman, dan mengelola pengobatan secara optimal.
- Untuk Diagnosa Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah: Memantau kadar gula darah secara rutin, memberikan edukasi tentang manajemen diabetes, memberikan terapi nutrisi medis yang sesuai, memfasilitasi aktivitas fisik yang teratur, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pengobatan diabetes.
- Untuk Diagnosa Risiko Komplikasi: Memantau tekanan darah secara rutin, memberikan edukasi tentang pencegahan komplikasi, melakukan perawatan kaki secara komprehensif, melakukan koordinasi perawatan dengan tim kesehatan, dan memberikan konseling untuk manajemen stres.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 15716 | 17 Apr 2025
Klinis : Keluarga Bpk.M (65 tahun) tinggal bersama Ibu. S (63 tahun) dan memiliki 3 orang anak, An.A (45 thn), An.B (40 tahun) dan Ank.C 35 (tahun), anak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah namun tidak jauh dari rumah Bpk. M. komunikasi keluarga dengan anak, menantu dan cucu-cucunya terjalin dengan baik. Anak dan cucu-cucunya sering berkunjung ke rumah Bpk.M di hari libur atau weekend. Anak-anak Bpk.M juga memberikan uang untuk keperluan Bpk.M dan Ibu.S. Berdasarkan hasil pengkajian, Ibu.S memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan Bpk.M memiliki Riwayat penyakit kencing manis. Saat ini Bpk M tinggal bersama istri dan Anak C yang belum menikah. Ibu S mengatakan memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi sejak tahun 2015. Ibu mengatakan orang dikatakan tekananan darah tinggi jika tekanan darahnya diatas normal, ibu tidak mengetahui batasan tekanan darah normal. Ibu mengatakan tekanan darah tinggi disebabkan karena faktor usia, penyakit keturunan dan sering makan ikan asin. Ibu mengatakan jika tekanan darahnya tidak diatasi akan menyebabkan kelumpuhan, Ibu.S tidak ingin seperti tetangganya yang terkena stroke, tidak bisa melakukan apa-apa dan akan merepotkan anak cucunya. Ibu.S sudah pernah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat amlodipine 10 mg diminum 1x/hari. Ibu S mengatakan obatnya diminum jika sedang pusing saja, dan tidak pernah kontrol rutin. Ibu mengatakan malas mengukur tekanan darahnya ke posbindu. Ibu S juga jarang mengikuti senam lansia yang rutin diadakan oleh kader posbindu setiap minggu. ibu juga tidak pernah menggunakan ramuan tradisional dalam mengatasi tekanan darahnya, tidak ada makanan pantangan. Hasil pemeriksaan tekanan darah : 160/90 mmHg. Bpk.M mengatakan jika dirinya tidak mengetahui mempunyai penyakit diabetes. Bapak baru mengetahui gula darahnya tinggi setelah periksa di puskesmas GDS : 320 mg/dl. Bapak mengatakan tidak tau penyakit diabetes dan batas normal kadar gula darah. Bapak mengatakan diabetes adalah penyakit tua, keturunan dan karena banyak makan dan minum yang manis-manis. Menurut Bpk.M orang yang menderita diabetes sering merasa ngantuk, sering merasa haus dan banyak makan. Bpk.M merasakan dirinya juga sering kencing dimalam hari dan berat badan nya mengalami penurunan dalam 1 bulan terakhir. Bapak tidak mengetahui akibat dari diabetes, yang dia tahu hanya orang yang diabetes jika terjadi luka sulit untuk sembuh. Bpk.M dan istrinya cukup khawatir dengan gula darahnya, takut menjadi parah dan akan merepotkan keluarganya. Keluarga belum mengetahui tentang penanganan diabetes, Ibu.S masih menyediakan makanan seperti biasa, dan Bpk.M memang rutin makan besar 3x/hari diselingi dengan cemilan 2x/hari. Ibu mengatakan Bpk.M gemar minum teh kemasan dan minuman bersoda. Setiap pagi dan sore Bpk.M rutin minum teh manis sebanyak 1 gelas besar ditambah dengan gorengan atau roti manis. Bpk.M juga sering merasa kebas/baal pada jari-jari kakinya. Hasil pemeriksaan GDS tiga hari berturut-turut : 345 mg/dl; 280 mg/dl; 389 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi: Pola kehidupan yang tidak efektif dalam mengintegrasikan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit ke dalam gaya hidup.
Penyebab: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, kurangnya motivasi untuk mengubah perilaku, serta dukungan keluarga yang kurang.
2. Risiko Komplikasi Penyakit Kronis
Definisi: Rentan mengalami komplikasi akibat penyakit kronis yang diderita.
Penyebab: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pengobatan yang tidak teratur, serta gaya hidup yang tidak sehat.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan
Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan tubuh.
Penyebab: Pola makan yang tidak tepat, termasuk konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga
- Keluarga dapat mengenali tanda dan gejala penyakit hipertensi dan diabetes
- Keluarga dapat melakukan perawatan dan pengobatan sesuai dengan kondisi kesehatan
- Keluarga dapat menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah komplikasi penyakit
2. Kontrol Gejala Penyakit Kronis
- Keluarga dapat mengontrol gejala penyakit hipertensi dan diabetes
- Keluarga dapat mencegah komplikasi penyakit hipertensi dan diabetes
3. Keseimbangan Nutrisi
- Keluarga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang
- Keluarga dapat mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga
- Berikan edukasi tentang penyakit hipertensi dan diabetes, termasuk tanda, gejala, komplikasi, dan penanganan
- Bantu keluarga dalam pemantauan tanda vital dan kadar gula darah secara teratur
- Motivasi keluarga untuk mematuhi pengobatan dan melakukan kontrol kesehatan secara teratur
- Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan
2. Manajemen Nutrisi
- Berikan edukasi tentang diet yang sesuai untuk penyakit hipertensi dan diabetes
- Bantu keluarga dalam merencanakan dan menyiapkan makanan yang sesuai
- Motivasi keluarga untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat
3. Manajemen Aktifitas
- Dorong keluarga untuk meningkatkan aktivitas fisik, seperti senam lansia
- Berikan edukasi tentang manfaat aktivitas fisik dalam mengontrol penyakit
Penjelasan yang rinci dan terperinci telah saya berikan untuk setiap poin di atas. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 15717 | 17 Apr 2025
Klinis : Ny, S 44 tahun, mudah lelah, tidak dapat konsentrasi dan lambat, konsipasi, menorargia, merasa kedinginan, rambut mudahn patah, leher rasa bengkak, mengantuk
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E03.9
- Deskripsi: Hipotiroidisme, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemeriksaan kadar hormon tiroid
Penjelasan:
Kondisi Ny. S dengan gejala mudah lelah, tidak dapat berkonsentrasi, lambat, konstipasi, menoragi, merasa kedinginan, rambut mudah patah, leher terasa bengkak, dan mengantuk mengarah pada kemungkinan diagnosis hipotiroidisme.
Hipotiroidisme adalah kondisi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Gejala-gejala yang muncul, seperti kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, gangguan pencernaan, perubahan suhu tubuh, dan perubahan pada rambut dan kulit, adalah ciri-ciri umum dari hipotiroidisme.
Untuk memastikan diagnosis, prosedur yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan kadar hormon tiroid (seperti TSH, T4, T3) melalui tes laboratorium. Kode ICD-9-CM 93.94 mengacu pada pemeriksaan kadar hormon tiroid, yang dapat membantu menegakkan diagnosis dan menentukan rencana penatalaksanaan yang tepat. -
Article No. 15718 | 17 Apr 2025
Klinis : Ny, S 44 tahun, mudah lelah, tidak dapat konsentrasi dan lambat, konsipasi, menorargia, merasa kedinginan, rambut mudahn patah, leher rasa bengkak, mengantuk, nadi 56 x/menit, serum tshs 6,0 serum tt 3,9
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, dapat disimpulkan bahwa Ny. S mengalami Hipotiroidisme. Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal dan komunitas.
- SLKI: Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal dan komunitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal dan komunitas.
2. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan
- SDKI: Perasaan lesu dan berkurangnya kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
- SLKI: Peningkatan energi dan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan energi dan kapasitas pasien dalam melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Perubahan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan kualitas dan kuantitas tidur yang sesuai dengan kebutuhan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur pasien sesuai dengan kebutuhannya.
Penjelasan singkat:
Ny. S mengalami hipotiroidisme, ditandai dengan gejala-gejala seperti mudah lelah, tidak dapat berkonsentrasi, lambat, konstipasi, menoragi, merasa kedinginan, rambut mudah patah, leher bengkak, mengantuk, dan nadi lambat. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas, Kelelahan, dan Gangguan Pola Tidur. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas harian, meningkatkan energi dan kapasitas fisik serta mental, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur pasien. -
Article No. 15719 | 17 Apr 2025
Klinis : DS: Pasien mengatakan sesak nafas berat tidak nyeri dada. Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan kepala rendah karena sesak bertambah berat DO: • Akral teraba dingin • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafasventilator. • Terpasang kateter no 16 posisi fiksasi baik produk cairan urine ± 1200 cc kuning jernih • Vital sign: TD: 174/111 mmHg N: 98 x/mnt RR: 32 x/mnt S: 36ᵒC SpO2: 98% • Rontgen Thorax (tgl. 16/04/25) hasil: Pulmo: edema pulmo gr II Besar cor cardiomegali LAE, LVH • Hasil EKG (tgl. 18/03/25): SR dengan ST Elevasi di V2-V4, q patologis pada lead II, III, AVF. • Pada perkusi paru ditemukan Sonor pada area paru kanan dan kiri, pekak pada 2/3 lapang bawah paru. • Auskultasi Suara nafas rales diparu kanan dan kiri, tidak ada suara jantung tambahan. • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami sesak napas berat, tampak menggunakan otot tambahan saat bernafas, dengan adanya edema paru, cardiomegali, LVH, dan suara napas rales di kedua paru. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada bersihan jalan napas yang tidak efektif.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI: Gangguan Bersihan Jalan Napas
SLKI: Manajemen Jalan Napas
SIKI: Manajemen Ventilasi
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
Pasien tampak lemah dan gelisah, menunjukkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Hal ini disebabkan oleh sesak napas berat dan edema paru yang menyebabkan penurunan kapasitas fungsional.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
SLKI: Peningkatan Aktivitas
SIKI: Manajemen Aktivitas
3. Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan kepala rendah karena sesak bertambah berat. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pola tidur yang disebabkan oleh gejala sesak napas saat berbaring.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI: Gangguan Pola Tidur
SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
SIKI: Manajemen Tidur -
Article No. 15720 | 17 Apr 2025
Klinis : DS: Pasien mengatakan sesak nafas berat tidak nyeri dada. Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan kepala rendah karena sesak bertambah berat DO: • Akral teraba dingin • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafasventilator. • Terpasang kateter no 16 posisi fiksasi baik produk cairan urine ± 1200 cc kuning jernih • Vital sign: TD: 174/111 mmHg N: 98 x/mnt RR: 32 x/mnt S: 36ᵒC SpO2: 98% • Rontgen Thorax (tgl. 16/04/25) hasil: Pulmo: edema pulmo gr II Besar cor cardiomegali LAE, LVH • Hasil EKG (tgl. 18/03/25): SR dengan ST Elevasi di V2-V4, q patologis pada lead II, III, AVF. • Pada perkusi paru ditemukan Sonor pada area paru kanan dan kiri, pekak pada 2/3 lapang bawah paru. • Auskultasi Suara nafas rales diparu kanan dan kiri, tidak ada suara jantung tambahan. • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di dalam paru-paru.
Penyebab:
- Edema paru
- Gagal jantung kiri
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis untuk mempertahankan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
Penyebab:
- Penurunan kekuatan otot pernapasan
- Perubahan perfusi jaringan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertukaran Gas Membaik
Kriteria hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tampak tidak ada penggunaan otot tambahan saat bernapas
- Saturasi oksigen dalam rentang normal
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
Kriteria hasil:
- Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan
- Tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas
- Kekuatan otot pernapasan meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pertukaran Gas Membaik
- Pengaturan posisi semi fowler
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Auskultasi suara napas
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi diuretik dan vasodilator
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen sesak napas
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Latihan fisik/aktivitas ringan secara bertahap
- Manajemen kelelahan
- Identifikasi dan minimalisasi faktor pembatas aktivitas
- Pemberian dukungan emosional
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi pernapasan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Gangguan Pertukaran Gas dan Intoleransi Aktivitas sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami sesak napas berat, gelisah, dan tampak menggunakan otot tambahan saat bernapas. Hal ini dapat disebabkan oleh edema paru dan gagal jantung kiri. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memperbaiki pertukaran gas dan meningkatkan toleransi aktivitas pasien, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 15642 | 16 Apr 2025
Klinis : Keluhan utama : Sesak napas Riwayat penyakit sekarang: pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS ,dahak berwarna putih.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan utama sesak napas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memberikan oksigenasi adekuat.
Faktor Terkait: Penyakit pernapasan, kelelahan otot pernapasan.
Gejala/Tanda Mayor: Perubahan frekuensi pernapasan, irama pernapasan tidak teratur, perubahan kedalaman pernapasan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Pola Napas merupakan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah pernapasan, seperti sesak napas, yang disebabkan oleh berbagai faktor terkait seperti penyakit pernapasan dan kelelahan otot pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, seperti frekuensi pernapasan, irama, dan kedalaman pernapasan yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian oksigen, manajemen jalan napas, latihan pernapasan, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan penyakit dasar.