Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15702 | 17 Apr 2025
Klinis : Orang tua mengeluhkan anaknya demam sejak 7 hr SMRS (selasa siang). keluhan demam dirasakan terus menerus hanya membaik apabila minum obat. Keluhan disertai mual dan muntah 3x/hr selaam 3 hr kebelakang. tidak ada Batuk pilek, ada pusing dan nyeri2 badan, BAB mencret 1x, BAK tak. nafsu makan menurun, Intake oral juga menurun RPD: DBD + TIPES bulan desember 2024 RPO: paracetamol, obat batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan demam yang tidak kunjung turun.
2. Penurunan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan diare.
3. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan keluhan nyeri di seluruh tubuh.
4. Penurunan nafsu makan berhubungan dengan mual dan muntah.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Hipertermia:
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SLKI: Suhu tubuh kembali dalam rentang normal.
- SIKI: Manajemen demam, termasuk pemberian obat penurun demam, kompres hangat, dan pemantauan tanda-tanda vital.
2. Penurunan volume cairan:
- SDKI: Pengurangan jumlah cairan di dalam tubuh.
- SLKI: Keseimbangan cairan terpelihara.
- SIKI: Pemberian cairan intravena, penggantian elektrolit, dan pemantauan intake-output.
3. Nyeri:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Nyeri terkontrol.
- SIKI: Pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, dan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
4. Penurunan nafsu makan:
- SDKI: Berkurangnya keinginan untuk makan.
- SLKI: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
- SIKI: Pemberian makanan yang mudah dicerna, konseling nutrisi, dan pemantauan asupan makanan.
Dengan menerapkan standar-standar ini, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi untuk menangani kondisi pasien tersebut. -
Article No. 15703 | 17 Apr 2025
Klinis : Orang tua mengeluhkan anaknya demam sejak 7 hr SMRS (selasa siang). keluhan demam dirasakan terus menerus hanya membaik apabila minum obat. Keluhan disertai mual dan muntah 3x/hr selaam 3 hr kebelakang. tidak ada Batuk pilek, ada pusing dan nyeri2 badan, BAB mencret 1x, BAK tak. nafsu makan menurun, Intake oral juga menurun RPD: DBD + TIPES bulan desember 2024 RPO: paracetamol, obat batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan gejala yang disampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi (SDKI: Risiko Infeksi)
- Penjelasan: Pasien menunjukkan gejala-gejala infeksi seperti demam, mual, muntah, diare, dan penurunan nafsu makan. Hal ini mengindikasikan adanya risiko pasien terinfeksi suatu penyakit.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI: Intoleransi Aktivitas)
- Penjelasan: Pasien mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat gejala-gejala yang dialami, seperti demam, mual, muntah, dan pusing.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh)
- Penjelasan: Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan intake oral, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dan penurunan berat badan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Dengan menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, terukur, dan sesuai dengan kaidah keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 15704 | 17 Apr 2025
Klinis : Orang tua mengeluhkan anaknya demam sejak 7 hr SMRS (selasa siang). keluhan demam dirasakan terus menerus hanya membaik apabila minum obat. Keluhan disertai mual dan muntah 3x/hr selaam 3 hr kebelakang. tidak ada Batuk pilek, ada pusing dan nyeri2 badan, BAB mencret 1x, BAK tak. nafsu makan menurun, Intake oral juga menurun RPD: DBD + TIPES bulan desember 2024 RPO: paracetamol, obat batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (PPNI, 2017) berhubungan dengan proses infeksi.
2. Mual dan muntah (PPNI, 2017) berhubungan dengan proses infeksi.
3. Penurunan intake nutrisi (PPNI, 2017) berhubungan dengan mual dan muntah.
Penjelasan Singkat:
1. Hipertermia (PPNI, 2017):
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
- SLKI: Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh.
2. Mual dan muntah (PPNI, 2017):
- SDKI: Sensasi tidak nyaman yang mendorong untuk memuntahkan isi perut.
- SLKI: Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi mual dan muntah.
3. Penurunan intake nutrisi (PPNI, 2017):
- SDKI: Asupan makanan dan/atau cairan yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Mempertahankan status nutrisi dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk meningkatkan asupan nutrisi.
Berdasarkan keluhan yang Anda deskripsikan, kemungkinan besar pasien mengalami infeksi seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Tifus (TIPES). Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan intervensi untuk menurunkan suhu tubuh, mengurangi mual dan muntah, serta meningkatkan asupan nutrisi. Pemberian parasetamol dan obat batuk sesuai resep medis juga dapat membantu dalam penanganan kondisi pasien. -
Article No. 15705 | 17 Apr 2025
Klinis : pasien perempuan datang dengan keluhan kejang disertai dengan penurunan kesadaran
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh pasien perempuan dengan keluhan kejang disertai penurunan kesadaran, diberikan kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM Procedure (jika ada) sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G40.9
- Deskripsi: Epilepsi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Pemantauan elektroensefalografi (EEG), rutin
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 G40.9 (Epilepsi, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk menegakkan diagnosis epilepsi pada pasien yang mengalami kejang disertai penurunan kesadaran, namun tidak dapat diklasifikasikan ke dalam subtipe epilepsi yang lebih spesifik berdasarkan informasi yang tersedia.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 89.14 (Pemantauan elektroensefalografi (EEG), rutin) dapat digunakan untuk mengidentifikasi tindakan diagnostik yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kondisi kejang dan penurunan kesadaran pada pasien, yaitu pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) untuk mendeteksi aktivitas epileptiform di otak.
Pemeriksaan EEG rutin dapat membantu menegakkan diagnosis epilepsi dan mengidentifikasi pola aktivitas otak yang abnormal, yang dapat membantu dalam penatalaksanaan lebih lanjut pasien. -
Article No. 15706 | 17 Apr 2025
Klinis : pasien perempuan datang dengan keluhan kejang disertai dengan penurunan kesadaran
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera/Kecelakaan Berhubungan dengan Kejang Disertai Penurunan Kesadaran
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Risiko Cedera/Kecelakaan adalah kondisi di mana individu/keluarga/komunitas rentan mengalami cedera fisik, psikologis, sosial, spiritual, atau kombinasinya yang dapat mengganggu fungsi normal.
- Penyebab utama risiko cedera/kecelakaan pada kasus ini adalah kejang disertai penurunan kesadaran, yang dapat menyebabkan pasien terjatuh atau terluka.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien/keluarga dapat mencegah terjadinya cedera/kecelakaan dan dapat mengatasi risiko yang ada.
- Indikator keberhasilan dapat meliputi: pasien/keluarga mampu mengidentifikasi faktor risiko, mengetahui tindakan pencegahan, dan melakukan tindakan yang tepat saat pasien mengalami kejang.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: pemantauan tanda-tanda vital, manajemen kejang, pencegahan cedera, dan edukasi pasien/keluarga terkait manajemen risiko.
- Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya cedera/kecelakaan pada pasien dan memastikan keselamatan pasien saat mengalami kejang.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan kualitas dan keamanan perawatan yang diberikan. -
Article No. 15707 | 17 Apr 2025
Klinis : pasien perempuan datang dengan keluhan kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kejang
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami aktivitas listrik abnormal di otak yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, kesadaran, dan/atau fungsi motorik.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kejang adalah diagnosis keperawatan yang mengidentifikasi kemungkinan terjadinya aktivitas listrik abnormal di otak yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, kesadaran, dan/atau fungsi motorik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan untuk pasien dengan risiko kejang adalah terhindarinya kejang, stabil tanda-tanda vital, tidak ada cedera, dan pasien dan keluarga memahami manajemen risiko kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk pasien dengan risiko kejang meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat anti-kejang, pencegahan cedera, edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen risiko kejang, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. -
Article No. 15708 | 17 Apr 2025
Klinis : pasien perempuan datang dengan keluhan kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Berhubungan dengan Perubahan Fungsi Neurologis
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, pasien perempuan datang dengan keluhan kejang, yang mengindikasikan adanya perubahan fungsi neurologis. Hal ini dapat meningkatkan risiko cedera pada pasien, sehingga diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Cedera Berhubungan dengan Perubahan Fungsi Neurologis".
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Cedera adalah kerentanan individu terhadap luka fisik atau psikologis yang dapat menyebabkan kerusakan atau disfungsi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah:
1. Tidak terjadi cedera selama perawatan
2. Tidak ada tanda-tanda komplikasi akibat kejang
3. Pasien dan keluarga mampu mengidentifikasi faktor risiko dan tanda-tanda peningkatan kejang
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitor tanda-tanda vital dan perubahan neurologis
2. Berikan penanganan kejang sesuai prosedur
3. Lindungi pasien dari bahaya selama kejang
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan kejang
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen kejang
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) diharapkan dapat membantu meminimalkan risiko cedera pada pasien dan mengelola kondisi kejang secara optimal. -
Article No. 15709 | 17 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien perempuan, usia 58 tahun, telah dirawat di ruang penyakit dalam RS selama 10 hari. Pasien masuk melalui IGD dengan keluhan BAB berwarna hitam sejak 5 hari sebelum masuk RS. Pasien mengatakan sering muntah setelah makan dan perutnya terasa sakit. Pasien dirawat dengan Dx: Gastroenteritris Akut + Ulkus Peptikum + Dehidrasi sedang. Saat pengkajian, didapatkan data pasien beraktivitas di tempat tidur, pasien mengeluh mual dan muntah setelah makan. Nyeri abdomen masih terasa, badan terasa lemah. Pasien mengatakan 2 tahun yang lalu pernah dirawat dengan nyeri pada abdomen, tidak ada keluarga yang memiliki keluhan/ riwayat sakit seperti yang dikeluhkan pasien saat ini. TTV saat pengkajian: TD 134/80mmHg, N: 115 x/1, RR: 25 x/I, S: 36,8°C. KU: Lemah, Kesadaran: Composmentis. Mukosa bibir pucat dan kering, Kulit kering. Saat ini pada pasien terpasang IVFD NaCl 0.9% 12 jam/kolf, Eas Pfrimmer. Hasil pemeriksaan Penunjang: Hematologi: Hb 8.5 gr/dl. Leukosit 11.660/mm3, Ht 26%, Trombosit:210.000/mm3.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Gangguan Saluran Cerna
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Ulkus Peptikum
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Diare dan Muntah
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Gangguan Saluran Cerna
- SDKI: Mual dan Muntah
- SLKI: Pengendalian Mual dan Muntah
- SIKI: Manajemen Mual dan Muntah
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Ulkus Peptikum
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Pengendalian Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Diare dan Muntah
- SDKI: Risiko Kekurangan Volume Cairan
- SLKI: Pemantauan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Gangguan Saluran Cerna
- Pasien mengalami mual dan muntah setelah makan, yang merupakan gejala dari gangguan saluran cerna.
- Intervensi keperawatan meliputi manajemen mual dan muntah, seperti pemberian antiemetik, manajemen diet, dan edukasi pasien.
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Ulkus Peptikum
- Pasien mengeluhkan nyeri abdomen yang merupakan gejala dari ulkus peptikum.
- Intervensi keperawatan meliputi manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi non-farmakologis, dan edukasi pasien.
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Diare dan Muntah
- Pasien berisiko mengalami kekurangan volume cairan akibat diare dan muntah yang dialami.
- Intervensi keperawatan meliputi pemantauan cairan, pemberian cairan intravena, dan edukasi pasien. -
Article No. 15710 | 17 Apr 2025
Klinis : Pasien rujukan dari RSUD Pesanggrahan datang karena keluhan demam sejak 6 hari yll. Demam dirasakan terus menerus dan hanya turun dengan pemberian paracetamol selama 30 menit pertama. Keluhan disertai bibir kering dan sariawan sehingga nafsu makan menurun. Orangtua mengatakan pasien mual disertai muntah, muntah 1x berisi makanan. BAK tidak ada keluhan. Keluhan batuk, pilek, BAB cair disangkal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien tersebut:
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Peningkatan suhu tubuh di atas normal
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Suhu tubuh dalam rentang normal
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen demam
Penjelasan:
Pasien mengalami demam yang terus-menerus sejak 6 hari yang lalu. Demam tidak dapat diturunkan dengan pemberian paracetamol dan disertai dengan gejala lain seperti bibir kering, sariawan, dan penurunan nafsu makan.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat
- SLKI: Berat badan dalam rentang normal
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan mual/muntah, sehingga asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pemenuhan nutrisi.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
- SLKI: Tingkat aktivitas dalam rentang normal
- SIKI: Manajemen Aktivitas
Penjelasan:
Kondisi demam dan gangguan nutrisi yang dialami pasien dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, serta menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 15711 | 17 Apr 2025
Klinis : D.0014 - Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi dengan diagnosa keperawatan "Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif" berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: D.0014 - Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
Definisi: Risiko gangguan aliran darah ke otot jantung yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen miokard.
Karakteristik Definisi:
a. Adanya penyakit atau kondisi yang dapat mengganggu aliran darah ke miokard, seperti penyakit arteri koroner, hipertensi, atau gagal jantung.
b. Adanya gejala atau tanda yang menunjukkan kemungkinan gangguan perfusi miokard, seperti nyeri dada, sesak napas, fatigue, edema, atau perubahan irama jantung.
c. Tes diagnostik yang menunjukkan adanya gangguan aliran darah ke miokard, seperti elektrokardiogram, echokardiogram, atau uji stres jantung.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Pasien akan menunjukkan perfusi miokard yang efektif, yang ditandai dengan:
i. Tidak adanya keluhan nyeri dada, sesak napas, atau gejala lain yang menunjukkan gangguan perfusi miokard.
ii. Hasil pemeriksaan diagnostik (seperti EKG, echokardiogram, atau uji stres jantung) yang menunjukkan perfusi miokard yang normal.
iii. Tanda-tanda vital yang stabil, termasuk tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi napas.
b. Pasien akan mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang baik, tanpa mengalami gejala yang menunjukkan gangguan perfusi miokard.
c. Pasien akan memahami dan dapat menjelaskan faktor risiko dan gejala yang terkait dengan gangguan perfusi miokard.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi napas.
b. Pemantauan gejala yang dapat menunjukkan gangguan perfusi miokard, seperti nyeri dada, sesak napas, fatigue, atau perubahan irama jantung.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk melakukan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan, seperti EKG, echokardiogram, atau uji stres jantung.
d. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor risiko, gejala, dan tindakan pencegahan untuk mempertahankan perfusi miokard yang efektif.
e. Pemberian obat-obatan yang dapat membantu meningkatkan perfusi miokard, seperti antiangina, antihipertensi, atau diuretik, sesuai dengan resep dokter.
f. Pengaturan aktivitas dan istirahat untuk mencegah kelelahan dan menjaga perfusi miokard yang optimal.
g. Evaluasi dan modifikasi intervensi keperawatan secara berkala berdasarkan respon pasien dan hasil pemeriksaan diagnostik.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif bertujuan untuk mempertahankan perfusi miokard yang efektif, mengurangi gejala, dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan risiko perfusi miokard tidak efektif.