Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15688 | 17 Apr 2025
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mengalami sakit kepala yang berat Do: Pasien didiagnosis tumor otak setelah mengalami sakit kepala yang semakin berat, disertai kelemahan pada lengan kanan, gangguan bicara, dan perubahan perilaku sejak 2 bulan terakhir Pada pemeriksaan MRI otak menunjukkan adanya massa di lobus frontal kiri yang diduga sebagai glioma GCS (Glasgow Coma Scale): 12 (E3, V4, M5) Respons terhadap rangsangan verbal masih lambat, tetapi pasien dapat menggerakkan tangan kanan dengan baik Kelemahan pada ekstremitas kiri tampak masih ada, sesuai dengan defisit neurologis sebelum operasi Gerakan ekstremitas kanan baik, tetapi kaki kiri tampak masih lemah (paresis ⅗)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Resiko Peningkatan Tekanan Intrakranial
Definisi: Adanya risiko peningkatan tekanan cairan atau jaringan di dalam ruang intrakranial yang dapat membahayakan fungsi otak.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam satu atau lebih aspek pergerakan fisik tubuh yang dapat mengganggu kemampuan untuk bergerak secara mandiri.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang berisi daftar diagnosa keperawatan yang disusun dan disepakati oleh perawat Indonesia. SDKI digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien yang menjadi fokus intervensi keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang berisi daftar luaran keperawatan yang disusun dan disepakati oleh perawat Indonesia. SLKI digunakan untuk mengukur keberhasilan intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang berisi daftar intervensi keperawatan yang disusun dan disepakati oleh perawat Indonesia. SIKI digunakan sebagai acuan dalam menentukan tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dengan kondisi pasien yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Resiko Peningkatan Tekanan Intrakranial dan Gangguan Mobilitas Fisik. Perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam proses asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien tersebut. -
Article No. 15689 | 17 Apr 2025
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mengalami sakit kepala yang berat Do: Pasien didiagnosis tumor otak setelah mengalami sakit kepala yang semakin berat, disertai kelemahan pada lengan kanan, gangguan bicara, dan perubahan perilaku sejak 2 bulan terakhir Pada pemeriksaan MRI otak menunjukkan adanya massa di lobus frontal kiri yang diduga sebagai glioma GCS (Glasgow Coma Scale): 12 (E3, V4, M5) Respons terhadap rangsangan verbal masih lambat, tetapi pasien dapat menggerakkan tangan kanan dengan baik Kelemahan pada ekstremitas kiri tampak masih ada, sesuai dengan defisit neurologis sebelum operasi Gerakan ekstremitas kanan baik, tetapi kaki kiri tampak masih lemah (paresis ⅗)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diberikan, dapat ditegakkan Diagnosis Keperawatan utama yaitu:
1. Gangguan Integritas Jaringan Serebral
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Gangguan struktur dan fungsi jaringan otak akibat adanya tumor.
Penyebab: Adanya massa tumor pada lobus frontal kiri yang diduga sebagai glioma.
Gejala dan Tanda: Sakit kepala berat, kelemahan anggota gerak, gangguan bicara, dan perubahan perilaku.
2. Kekurangan Volume Cairan
SDKI:
Definisi: Kehilangan cairan tubuh yang melebihi masukan.
Penyebab: Peningkatan tekanan intrakranial akibat tumor otak.
Gejala dan Tanda: GCS 12 (E3, V4, M5) yang menunjukkan penurunan kesadaran.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
SDKI:
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan tubuh secara mandiri.
Penyebab: Kelemahan dan paresis pada ekstremitas kiri.
Gejala dan Tanda: Kelemahan ekstremitas kiri, paresis ⅗ pada kaki kiri.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosa keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai acuan bagi perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran keperawatan yang disusun oleh PPNI sebagai acuan bagi perawat dalam menetapkan luaran yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang disusun oleh PPNI sebagai acuan bagi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan. -
Article No. 15690 | 17 Apr 2025
Klinis : mudah lelah, jam tidur tkdak teratur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi mudah lelah dan jam tidur tidak teratur dengan gaya bahasa akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan (Fatigue)
Definisi: Pengalaman subjektif dari keletihan fisik, emosional, dan/atau kognitif yang mengganggu fungsi normal sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Definisi: Merasa letih secara fisik, emosional, dan/atau kognitif, ketidakseimbangan antara energi yang dikeluarkan dan energi yang diterima, motivasi menurun untuk melakukan aktivitas.
- Faktor yang Berhubungan: Pola tidur yang tidak adekuat, aktivitas fisik yang berlebihan, stres emosional.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Klien dapat melaporkan peningkatan energi dan penurunan kelelahan, klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan efisien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Energi, Manajemen Aktivitas, Peningkatan Tidur.
2. Gangguan Pola Tidur
Definisi: Ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan tidur yang memuaskan dalam jangka waktu yang wajar.
SDKI:
- Karakteristik Definisi: Pola tidur tidak teratur, kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur, kualitas tidur yang buruk.
- Faktor yang Berhubungan: Stres, kekhawatiran, pola aktivitas yang tidak teratur.
SLKI:
- Luaran yang Diharapkan: Klien dapat melaporkan pola tidur yang teratur dan kualitas tidur yang baik, klien dapat beristirahat dengan cukup.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Tidur, Terapi Relaksasi, Edukasi Pola Hidup Sehat.
Dalam pendekatan akademis dan persona sebagai pakar/perawat, diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI di atas dapat menjadi dasar pemahaman untuk menangani kondisi mudah lelah dan jam tidur tidak teratur pada klien. -
Article No. 15691 | 17 Apr 2025
Klinis : mudah lelah, tidak dan tidur, tidur tidak teratur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi mudah lelah, tidak tidur, dan tidur tidak teratur, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Insomnia Primer
Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan tidur yang menyebabkan gangguan fungsi pada siang hari.
2. Kelelahan
Definisi: Suatu keadaan di mana individu mengalami penurunan kapasitas fisik dan mental untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Insomnia Primer
- Gejala: Kesulitan memulai tidur, sering terbangun di malam hari, tidak dapat kembali tidur, dan merasa lelah di siang hari.
- Penyebab: Stres, gangguan pola tidur, faktor lingkungan, dan gangguan medis.
2. Kelelahan
- Gejala: Perasaan letih, tidak berenergi, dan penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi.
- Penyebab: Aktivitas berlebihan, stres, gangguan tidur, dan penyakit kronis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Insomnia Primer
- Luaran: Pola tidur yang membaik, peningkatan kualitas tidur, dan peningkatan fungsi siang hari.
2. Kelelahan
- Luaran: Penurunan tingkat kelelahan, peningkatan energi, dan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Insomnia Primer
- Intervensi: Edukasi mengenai pola tidur yang sehat, teknik relaksasi, manajemen stres, dan penggunaan obat tidur jika diperlukan.
2. Kelelahan
- Intervensi: Manajemen aktivitas, pemberian nutrisi yang adekuat, teknik manajemen stres, dan pemberian terapi fisik jika diperlukan.
Sebagai pakar perawat, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar-standar yang digunakan dalam praktik keperawatan di Indonesia. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 15692 | 17 Apr 2025
Klinis : nyeri di engkel kaki post jatuh 12 hari yg lalu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi nyeri di engkel kaki post jatuh 12 hari yang lalu:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S93.40
- Deskripsi: Keseleo dan regangan ligamen di pergelangan kaki, tidak ditetapkan bagian mana
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.57
- Deskripsi: Pemeriksaan fisik atas ekstremitas bawah
Penjelasan:
Kode ICD-10 S93.40 menggambarkan kondisi keseleo dan regangan ligamen di pergelangan kaki, tanpa menspesifikasikan bagian mana yang terlibat. Hal ini sesuai dengan gejala nyeri di engkel kaki yang dialami pasien setelah jatuh 12 hari yang lalu.
Pada kasus ini, pemeriksaan fisik ekstremitas bawah (kode ICD-9-CM 93.57) merupakan tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kondisi pergelangan kaki pasien, menentukan tingkat cedera, dan menerapkan penanganan yang sesuai.
Pemeriksaan fisik ekstremitas bawah dapat mencakup inspeksi, palpasi, tes fungsi sendi, dan pemeriksaan stabilitas serta mobilitas pergelangan kaki. Tindakan ini membantu menegakkan diagnosis dan mengarahkan penatalaksanaan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 15693 | 17 Apr 2025
Klinis : diagnosa sehat untuk lansia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Sehat pada Lansia
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi sehat pada lansia adalah "Pola Hidup Sehat". Diagnosa ini menggambarkan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas dan perilaku yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan. Pada lansia yang sehat, diagnosa ini mencerminkan kemampuan mereka untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan secara mandiri.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan untuk lansia dengan diagnosa "Pola Hidup Sehat" adalah:
1. Perilaku Sehat: Lansia mampu menunjukkan perilaku sehat, seperti pola makan yang seimbang, aktivitas fisik yang teratur, dan manajemen stres yang efektif.
2. Pengetahuan Kesehatan: Lansia memiliki pengetahuan yang baik tentang faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan dan cara meningkatkan serta mempertahankan kesehatan.
3. Kemandirian Fungsional: Lansia mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dan mempertahankan kemampuan fisik, mental, dan sosial.
4. Kesejahteraan Psikososial: Lansia merasa sejahtera secara psikologis dan sosial, serta mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi kepada lansia tentang pola hidup sehat, manfaat aktivitas fisik, nutrisi seimbang, dan manajemen stres. Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman lansia tentang faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan.
2. Promosi Aktivitas Fisik: Memfasilitasi dan mendorong lansia untuk melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi fisik dan kemampuannya, seperti senam, jalan kaki, atau latihan sederhana. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik dan mempertahankan kemampuan fungsional.
3. Konseling Gaya Hidup: Memberikan konseling kepada lansia untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup sehatnya, seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, atau pola makan yang tidak seimbang. Tujuannya adalah membantu lansia mengubah perilaku menjadi lebih sehat.
4. Manajemen Stres: Mengajarkan lansia teknik-teknik manajemen stres, seperti relaksasi, meditasi, atau aktivitas rekreasi. Hal ini bertujuan untuk membantu lansia mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis.
5. Dukungan Sosial: Memfasilitasi lansia untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan komunitas, serta menjalin interaksi dengan keluarga atau teman. Tujuannya adalah meningkatkan dukungan sosial dan mempertahankan kesejahteraan psikososial lansia.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada peningkatan pola hidup sehat, diharapkan lansia dapat mencapai luaran yang diinginkan, seperti perilaku sehat, peningkatan pengetahuan, kemandirian fungsional, dan kesejahteraan psikososial. -
Article No. 15694 | 17 Apr 2025
Klinis : nyeri di engkel kaki post jatuh 12 hari yg lalu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam kasus ini, berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu nyeri di engkel kaki pasca jatuh 12 hari yang lalu, maka:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S93.40
- Deskripsi: Keseleo dan regangan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, pergelangan kaki
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.55
- Deskripsi: Terapi fisik; latihan terapi, termasuk manipulasi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 S93.40 mengindikasikan cedera pada pergelangan kaki yang terjadi akibat jatuh, seperti keseleo atau regangan. Kondisi ini biasanya terjadi akibat trauma pada pergelangan kaki.
- Dalam kasus ini, tindakan yang mungkin dilakukan adalah terapi fisik, untuk membantu memulihkan fungsi dan memperkuat pergelangan kaki. Kode ICD-9-CM 93.55 mencakup terapi fisik, termasuk manipulasi dan latihan terapi.
Dokter atau perekam medis dapat menggunakan kode-kode ini untuk mencatat diagnosis dan tindakan yang dilakukan dalam menangani kondisi nyeri engkel kaki pasca jatuh ini. -
Article No. 15695 | 17 Apr 2025
Klinis : gatal gatal di kkAKI ALERGI PUPUK
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "gatal-gatal di kaki akibat alergi pupuk":
1. Kode ICD-10:
- Kode: L23.9
- Deskripsi: Dermatitis alergi kontak, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.29
- Deskripsi: Pemberian obat alergi lainnya, termasuk desensitisasi
Penjelasan:
Berdasarkan rincian yang diberikan, pasien mengalami gatal-gatal di kaki akibat alergi terhadap pupuk. Kondisi ini dapat diklasifikasikan sebagai dermatitis alergi kontak, kode ICD-10 L23.9. Dermatitis alergi kontak merupakan reaksi peradangan kulit yang disebabkan oleh paparan terhadap alergen tertentu, dalam kasus ini adalah pupuk.
Dalam penanganan kondisi ini, dapat dilakukan pemberian obat alergi lainnya, termasuk desensitisasi, yang memiliki kode ICD-9-CM 99.29. Desensitisasi merupakan proses pemberian dosis kecil alergen secara bertahap untuk meningkatkan toleransi terhadap alergen dan mengurangi gejala alergi. -
Article No. 15696 | 17 Apr 2025
Klinis : hipertensi dan gangguan muskuloskeletal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi hipertensi dan gangguan muskuloskeletal.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Hipertensi:
- Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- Definisi: Keadaan di mana aliran darah ke jaringan perifer tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan.
- Penyebab: Peningkatan tekanan darah, vasokonstriksi pembuluh darah.
- Tanda dan Gejala: Adanya nyeri, kesemutan, kram, perubahan warna kulit, suhu kulit dingin, edema.
b. Gangguan Muskuloskeletal:
- Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Penyebab: Penyakit muskuloskeletal, cedera, kekakuan sendi, gangguan metabolik.
- Tanda dan Gejala: Adanya keluhan nyeri, penurunan rentang gerak, kekakuan, kelemahan otot.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Hipertensi:
- Perfusi Jaringan Perifer Efektif
- Definisi: Aliran darah ke jaringan perifer yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan.
- Kriteria Hasil: Tekanan darah dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi, tidak ada nyeri, kesemutan, atau perubahan warna kulit.
b. Gangguan Muskuloskeletal:
- Kontrol Nyeri
- Definisi: Kemampuan untuk mengontrol rasa sakit pada tingkat yang dapat diterima.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan penurunan nyeri, peningkatan kemampuan beraktivitas, tidak ada gangguan tidur, dan kualitas hidup yang membaik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Hipertensi:
- Manajemen Hipertensi
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mengontrol tekanan darah pasien hipertensi.
- Aktivitas: Monitoring tekanan darah, pemberian obat antihipertensi, edukasi gaya hidup sehat, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
- Manajemen Perfusi Jaringan
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke jaringan perifer.
- Aktivitas: Pemantauan tanda-tanda sirkulasi, pengaturan posisi, dan pemberian kompres hangat.
b. Gangguan Muskuloskeletal:
- Manajemen Nyeri
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mengontrol dan menurunkan rasa nyeri pada pasien.
- Aktivitas: Pengkajian nyeri, pemberian analgesik, terapi komplementer, edukasi manajemen nyeri, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
- Peningkatan Mobilitas
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam bergerak dan beraktivitas.
- Aktivitas: Latihan fisik, peningkatan rentang gerak, penggunaan alat bantu, dan pemberian edukasi.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat membantu mencapai outcome yang optimal bagi pasien dengan hipertensi dan gangguan muskuloskeletal. -
Article No. 15697 | 17 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pening dan lemas sejak seminggu yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci terkait kasus pasien dengan keluhan pening dan lemas sejak seminggu yang lalu.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah "Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital". Hal ini dikarenakan pasien mengalami gejala pening dan lemas, yang mengindikasikan adanya perubahan atau instabilitas pada tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital: Pasien menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital dalam rentang normal, seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan pernapasan yang stabil.
2. Peningkatan Energi: Pasien menunjukkan peningkatan energi dan tidak lagi merasa lemas.
3. Penurunan Gejala Pening: Pasien menunjukkan penurunan gejala pening dan keluhan terkait.
4. Pemahaman tentang Kondisi Kesehatan: Pasien memahami penyebab dan manajemen dari kondisi kesehatannya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital pasien secara teratur, seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan pernapasan, untuk mendeteksi adanya perubahan dan menjaga kestabilannya.
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit: Memberikan intervensi yang tepat untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit pasien, seperti pemberian cairan intravena atau suplemen elektrolit, jika diperlukan.
3. Manajemen Energi: Memberikan intervensi yang dapat meningkatkan energi pasien, seperti membantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan toleransinya, memberikan nutrisi yang sesuai, dan memfasilitasi istirahat yang cukup.
4. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan manajemen kondisi kesehatan pasien, serta mendorong pasien untuk terlibat aktif dalam perawatannya.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau ahli gizi, untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan yang komprehensif bagi pasien.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu stabilitas tanda-tanda vital, peningkatan energi, penurunan gejala pening, dan pemahaman yang baik tentang kondisi kesehatannya.